Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN READING JOURNAL

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN DASAR


EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I

Dosen Pembimbing:
Suesti, S.SiT., M.Keb

Disusun Oleh:
Fitri Maria Ulfa
2010105011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS’AISYIYAH YOGYAKARTA
TA 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
Mual dan muntah di awal kehamilan merupakan gejala umum yang biasa terjadi pada ibu hamil
dengan tingkat prevalensi dari 50% sampai 90%. Mual pada ibu hamil biasa terjadi di pagi hari
yang dikenal dengan istilah morning sickness. Gejala yang timbul biasanya seperti perasaan mual
yang hampir konstan, muntah yang terputus-putus, dan peningkatan kepekaan/ keengganan
terhadap bau. Gejala ini biasanya dimulai pada 5 sampai 6 minggu kehamilan, memuncak pada 8
sampai 9 minggu, dan berkurang setelah 16 minggu sampai 20 minggu. Sebagian besar kasus mual
muntah kehamilan mereda dan sembuh sendiri setelah 20 minggu (Zhang et al., 2020).
Kekambuhan mual dan muntah kehamilan dengan kehamilan berikutnya berkisar antara 15–81%
(ACOG et al., 2018).
Mual muntah kehamilan yang tidak tertangani dengan baik akan berdampak pada mual muntah
berkepanjangan. Kondisi ini jika dibiarkan tanpa mendapat perhatian dan perawatan yang baik
akan memperburuk kondisi ibu, baik fisik maupun mental. Selain itu, kondisi ini juga akan
berdampak pada janin yang sedang berkembang karena pengaruh asupan nutrisi yang berkurang
akibat dari mual muntah yang berkepanjangan bahkan bisa mengarah ke kondisi patologis yang
disebut dengan hiperemisis gravidarum, 84% melaporkan bahwa mual muntah berkepanjangan
memiliki efek buruk yang besar pada kemampuan mereka untuk merawat anak mereka; dan 43%
melaporkan efek besar pada hubungan dengan pasangan mereka bahkan mereka
mempertimbangkan untuk tidak pernah hamil lagi. Selain itu, wanita dengan mual yang
berkepanjangan pada kehamilan memiliki peningkatan risiko gejala depresi pascapersalinan. dan
mereka dengan mual muntah berkepanjangan parah menunjukkan risiko lebih tinggi dari berat
badan lahir rendah (Zhang et al., 2020).
Pengobatan dini mual dan muntah kehamilan mungkin bermanfaat untuk mencegah
perkembangan menjadi hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah indikasi paling
umum untuk rawat inap rumah sakit selama awal kehamilan dan kedua setelah persalinan
premature (ACOG et al., 2018).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Jurnal
Penulis, Tahun, Waktu, Tempat Tujuan Metode Responden/Subyek Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian dan
Jumlah Sampel
Artikel Bai et al. 2016. Waktu untuk Metode Secara total, 9778 Hasil penelitian
Jurnal Associations penelitian tidak mengevaluasi penelitian ini ibu dengan tanggal menunjukkan dalam
1 between Nausea, disebutkan hubungan menggunakan melahirkan dari sampel penelitian ini,
Vomiting, Fatigue spesifik hanya independen studi kohort April 2002 sampai ratarata usia ibu adalah 30
and Health-Related menyebutkan antara mual, berbasis Januari 2006 yang tahun; usia kehamilan
Quality of Life of bahawa dalam muntah, populasi terdaftar dalam kurang dari 14 minggu
Women in Early penelitian ini kelelahan dan kehamilan (n = kehamilan di 63,7%
Pregnancy: The diambil 7069 kualitas hidup 8879) atau saat peserta. Persentase
Generation R Study data wanita terkait kesehatan kelahiran anak masing-masing kehadiran
yang terdaftar wanita pada mereka (n = 899) di mual 33,6%, muntah
sebelum usia awal kehamilan seluruh Kajian 9,6% dan kelelahan setiap
kehamilan 18 dalam studi Generasi R. Ini hari adalah dan 44,4%.
minggu di Generasi R termasuk 7069 Rata-rata skor ringkasan
Belanda wanita, yang komponen fisik adalah
terdaftar pada awal 47,73 (SD 9,03) dan skor
kehamilan rata-rata ringkasan
komponen mental adalah
48,79. Dalam studi
berbasis populasi ini,
adanya mual, muntah, dan
kelelahan setiap hari
sangat terkait dengan
penurunan health-related
quality of life (HRQOL)

2
Artikel Zhang et al. 2020. Penelitian ini Tujuan dari Metode Subjek penelitian Hasil penelitian ini
Jurnal Risk Factors of dilakukan di penelitian ini penelitian ini ini terdiri dari ibu menunjukkan bahwa
2 Prolonged Nausea Departemen adalah untuk menggunakan hamil berusia wanita hamil yang
and Vomiting Kebidanan, mengetahui penelitian lebih dari 18 tahun, menganggur, dengan usia
During Pregnancy Rumah Sakit faktor risiko retrospektif dengan UK 20 kehamilan yang lebih
Wanita dan potensial mual pada wanita minggu dan rendah, waktu duduk pra-
Anak Foshan muntah hamil di Cina sebelum 12 hamil yang lebih lama,
(FWCH), kehamilan Selatan minggu kehamilan. kurang olahraga, sering
Foshan, berkepanjangan (selalu) minum dingin dan
Guangdong, riwayat penyakit
Cina. Para gastrointestinal memiliki
peserta risiko lebih tinggi untuk
diwawancarai mual muntah kehamilan
dari 1 Maret berkepanjangan dan harus
hingga 30 Mei lebih diperhatikan
2018.
Artikel Rinata & Ardillah. Waktu Penelitian ini Metode Ibu hamil yang Hasil penelitian
Jurnal 2014. Penanganan penelitian pada bertujuan untuk penelitian ini memeriksakan diri menunjukkan sebagian
3 Emesis tanggal 4 s/d 10 mengetahui menggunakan di BPM Nunik besar (60%), ibu hamil
Gravidarum Pada Agustus 2015 penanganan desain survei Kustantinna, mengalami emesis
Ibu Hamil Di BPM emesis deskriptif Tulangan–Sidoarjo gravidarum dan hampir
Nunik Kustantinna gravidarum pada dan bersedia setengahnya 40% tidak
Tulangan - ibu hamil menjadi responden mengalami emesis
Sidoarjo dengan jumlah 25 gravidarum. Hampir
orang seluruhnya ibu hamil
yang mengalami emesis
gravidarum berusia 20-35
tahun, pendidikan
terakhir SMA, tidak
bekerja, dan terjadi pada
ibu primigravida.
Sebagian besar ibu hamil
yang mengalami emesis

3
gravidarum sudah
dilakukan penanganan
dengan baik seperti
mengatur pola makan,
tepat dalam
mengkonsumsi obat-
obatan anti mual,
melakukan pola hidup
dengan benar, dan
mendapatkan dukungan
psikologis yang cukup.

4
B. Pembahasan Jurnal
Mual dan muntah kehamilan merupakan gejala umum yang sering terjadi pada awal
kehamilan. Gejala ini bisa timbul kapan saja, dan sering muncul di pagi hari atau dikenal
dengan istilah morning sickness. Sebuah teori yang datang dari Margie Profet, seorang ahli
biologi evolusi dalam bukunya Protecting Your Baby-to-Be bahwa mual di pagi hari adalah
cara Alam untuk memberi manusia mekanisme penghindaran toksin (atau racun) naluriah. Ini
adalah radar biologis, yang memperingatkan kita ketika sesuatu yang berpotensi berbahaya
akan menghampiri kita (Loue, 2015). Adapun penyebab dari mual muntah telah dikemukakan
berbagai teori lain antara lain stimulus hormonal, adaptasi evolusioner, dan predisposisi
psikologis.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) merupakan salah satu hormon yang muncul di
awal kehamilan dan diyakini sebagai stimulator tiroid kehamilan. Hormon ini timbul dari
plasenta yang menunjukkan adanya hubungan antara hipertiroidisme sementara pada mual.
Hormon lain yang diketahui dapat memengaruhi mual dan muntah kehamilan adalah estrogen.
Mual dan muntah kehamilan lebih sering terjadi ketika kadar estradiol meningkat dan lebih
jarang terjadi ketika kadar estradiol menurun (ACOG et al., 2018).
Menurut Rinata & Ardillah (2014), faktor risiko ibu hamil yang mengalami emesis
gravidarum sebagian besar terjadi pada ibu hamil berusia 20-35 tahun, pendidikan terakhir
SMA, tidak bekerja, dan terjadi pada ibu primigravida. Pada primigravida disebabkan faktor
fisik dan psikologi. Secara fisik, tubuh yang baru pertama kali mengalami kehamilan belum
siap untuk mengalami peningkatan hormon dan perubahan lain dibandingkan tubuh yang
sudah pernah hamil. Menurut ACOG et al (2018) riwayat mabuk perjalanan, sakit kepala
migrain, riwayat keluarga (genetik), atau riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan
sebelumnya, dan gemelli/kehamilan ganda. Satu studi menemukan bahwa sekitar dua pertiga
wanita yang mengalami muntah kehamilan memiliki gejala serupa pada kehamilan
berikutnya, dan satu setengah dari wanita yang menggambarkan gejala mual muntah ringan
dalam kehamilan sebelumnya mengalami perburukan gejala di kehamilan berikutnya.
Gejala umum mual muntah dalam kehamilan diantaranya mual dengan atau tanpa muntah
yang tidak berlebih yang biasanya terjadi karena bau tertentu atau makan makanan tertentu
sehingga nafsu makan menurun. Penanganan dan perawatan yang kurang tepat dan cepat akan
berdampak buruk pada kondisi ibu maupun janin akibat asupan nutrisi yang terganggu.

5
Beberapa wanita mengalami psikososial yang signifikan yang disebabkan oleh mual dan
muntah kehamilan, menghasilkan keputusan untuk penghentian kehamilan, berefek pada
embrio dan janin, serta menunjukkan insiden BBLR yang lebih tinggi dan kecil untuk usia
kehamilan bayi dan bayi premature pada ibu hamil dengan mual muntah
berkepanjangan/hiperemisis gravidarum (ACOG et al., 2018). Studi yang dilakukan oleh Bai
et al (2016) menunjukkan bahwa wanita dengan mual, muntah, dan kelelahan setiap hari
memiliki health-related quality of life (HRQOL) yang lebih rendah baik dalam domain fisik
,mental maupun emosional dibandingkan wanita tanpa gejala. Adanya gejala dan dampaknya
terhadap HRQOL dapat mempengaruhi kemampuan wanita di awal kehamilan untuk
mengatasi tuntutan di tempat kerja dan aktivitas sehari-hari lainnya.
Oleh sebab itu, pentingnya untuk memperhatikan perawatan kesehatan/intervensi yang
tepat terhadap gejala dan konsekuensi mual muntah pada wanita di awal kehamilan. Selain
itu, dukungan sosial dan praktis dari keluarga, kerabat dan teman sangat dibutuhkan dalam
membantu mengurangi gejala dan dampak emesis gravidarum pada awal kehamilan.
Menurut ACOG et al (2018) dan Rinata & Ardillah (2014), beberapa upaya pencegahan
dan penanganan mual muntah (emesis gravidarum) pada ibu hamil diantaranya:
1. Pengaturan Pola Makan
Pengaturan pola makan merupakan salah satu upaya pencegahan yang sangat penting.
Hal ini karena Ketika lambung kosong, asam lambung tidak memiliki apapun untuk
dicerna kecuali lapisan dindingnya sendiri, begitu juga kadar gula yang rendah akibat
tenggang waktu antara makan yang terlalu panjang. Hal ini dapat memicu terjadinya
mual. Seluruh ibu hamil dengan emesis gravidarum makan lebih dari 3 kali sehari.
Apabila makan 3 kali sehari dalam porsi besar, dapat menurunkan kerja traktus digestivus
karena perut yang kosong menyebabkan memproduksi asam yang tidak dapat digunakan
untuk mengolah makanan, tetapi asam terus dihasilkan, akibatnya timbul rasa mual.
Pengaturan pola makan ini meliputi mengatur porsi makan, mengkonsumsi sayuran,
mengkonsumsi buah-buahan, mengkonsumsi makanan tinggi protein dan karbohidrat,
tidak mengkonsumsi makanan berlemak dan berbau menyengat/berbumbu tajam, dan
tidak mengkonsumsi makanan pedas (Rinata & Ardillah, 2014).
Ada sedikit bukti yang diterbitkan mengenai kemanjuran perubahan pola makan untuk
pencegahan atau pengobatan tentang mual dan muntah kehamilan. Sering, kecil makan

6
setiap 1–2 jam untuk menghindari perut kenyang sering direkomendasikan. Modifikasi
diet lainnya yang mungkin membantu termasuk menghindari makanan pedas atau
berlemak. Sebuah penelitian kecil menunjukkan hal itu makanan protein lebih mungkin
untuk mengurangi mual dan muntah kehamilan daripada makanan karbohidrat atau
berlemak. Selain itu, makan hambar atau makanan kering, makanan ringan berprotein
tinggi dapat membantu mengurangi gejala mual kehamilan (ACOG et al., 2018).
2. Pengobatan herbal/alamiah/nonfarmakologis
Pengobatan mual dan muntah kehamilan dengan jahe telah menunjukkan beberapa
efek menguntungkan dalam mengurangi gejala mual dan dapat dianggap sebagai pilihan
nonfarmakologis. Jahe dikaitkan dengan perbaikan dalam mual, namun tidak ada uji coba
yang menunjukkan manfaat dalam mengurangi muntah (ACOG et al., 2018).
3. Istirahat yang cukup
Rekomendasi umum untuk meringankan tanda-tanda awal mual dan muntah
kehamilan termasuk istirahat dan menghindari rangsangan sensorik tersebut seperti bau,
panas, kelembaban, kebisingan, dan lampu yang berkedip-kedip dapat memprovokasi
gejala (ACOG et al., 2018).
4. Dukungan Psikologis
Peran dan dukungan suami sangat penting bagi ibu hamil sebagai bentuk interaksi
sosial yang nyata, yang didalamnya terdapat hubungan saling memberi dan menerima
bantuan yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta dan perhatian.
5. Pengobatan Farmakologis
Pengobatan mual dan muntah kehamilan dengan vitamin B6 (piridoksin) saja atau
vitamin B6 (pyridoxine) ditambah doxylamine dalam kombinasi aman dan efektif harus
dianggap lini pertama farmakoterapi. Peningkatan kadar vitamin B6 (pyridoxine) dapat
mengurangi muntah pada beberapa wanita. Oleh karena itu, rekomendasi standar untuk
mengambil prenatal vitamin selama 1 bulan sebelum kehamilan dapat mengurangi
kejadian dan tingkat keparahan mual dan muntah kehamilan. Satu studi membandingkan
dosis vitamin B6 (piridoksin) 25 mg setiap 8 jam dengan plasebo dan ditemukan
signifikan pengurangan muntah parah tapi efek minimal pada muntah ringan. Studi yang
lebih besar (N=342) menggunakan vitamin B6 (piridoksin) dosis 10 mg setiap 8 jam dan
menemukan pengurangan mual dan muntah dibandingkan dengan placebo. Selain itu,

7
pemberian asam folat sebagai pengganti zat besi tambahan untuk vitamin prenatal (tablet
tambah darah) pada ibu hamil dengan emesis gravidarum dapat membantu mengurangi
gejala mual muntah pada ibu hamil akibat efek samping dari tablet tambah darah (ACOG
et al., 2018).

8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil reading journal dapat disimpulkan bahwa emesis gravidarum merupakan
gejala umum yang sering terjadi pada ibu hamil di awal kehamilan. Gejala ini pada umumnya
terjadi di pagi hari (morning sickness). Gejala yang muncul biasanya seperti merasa mual
dengan atau tanpa muntah, lemah, lesu, nafsu makan menurun, dan senstitif terhadap bau-
bauan. Jika tidak tertangani dengan tepat, emesis akan berdampak buruk pada ibu dan janin,
seperti kehilangan berat badan 5% dari berat badan sebelum hamil, ketonuria yang tinggi,
dehidrasi berat. Upaya pencegahan dan penanganan yang tepat diantaranya pengaturan pola
makan yang baik dan teratur, istirahat cukup, dukungan psikologis, terapi non-farmakologis
dan farmakologis.
B. Saran
Emesisi gravidarum dalam kehamilan diharapkan dapat menjadi perhatian petugas
kesehatan maupun masyarakat/keluarga. Pengobatan dini dan dukungan sosial/psikologis
mungkin dapat bermanfaat untuk mencegah perkembangan ke kondisi lebih parah yaitu
hiperemesis gravidarum.

9
DAFTAR PUSTAKA

ACOG, Susan, M., & Ramin, M. (2018). Nausea and Vomiting of Pregnancy. 2018(September
2015), 15–30.

Bai, G., Korfage, I. J., Groen, E. H., Jaddoe, V. W. V, Mautner, E., & Raat, H. (2016). Associations
between Nausea , Vomiting , Fatigue and Health-Related Quality of Life of Women in Early
Pregnancy : The Generation R Study. 1–14. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0166133

Loue, S. (2015). Morning Sickness. August. https://doi.org/10.1007/978-0-306-48113-0

Rinata, E., & Ardillah, F. R. (2014). Penanganan Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Di BPM
Nunik Kustantinna Tulangan - Sidoarjo.

Zhang, H., Wu, S., Feng, J., & Liu, Z. (2020). Risk Factors of Prolonged Nausea and Vomiting
During Pregnancy. 2645–2654.

10

Anda mungkin juga menyukai