Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN READING JOURNAL

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN DASAR


PENGARUH TERAPI OKSIGEN PADA KASUS KEGAWATAN NAFAS
PADA BAYI BARU LAHIR

Dosen Pembimbing:
Suesti, S.SiT., M.Keb

Disusun Oleh:
Fitri Maria Ulfa
2010105011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS’AISYIYAH YOGYAKARTA
TA 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi baru lahir menurut data World Health Organization (WHO) per
tanggal 28 Januari 2022, 2,4 juta bayi baru lahir meninggal pada tahun 2020, sekitar 6.500
kematian neonatus setiap hari. Kematian neonatal merupakan salah satu masalah kesehatan yang
sangat penting di negara berkembang (WHO, 2022). Berdasarkan data Direktorat Jendral
Kesehatan Masyarakat yang didapat dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021 didapatkan bahwa
dari seluruh kematian balita (28.158 kematian), 73,1% diantaranya terjadi pada masa neonatal
sekitar 20.154 kematian. Salah satu penyebabnya diakibatkan oleh kegagalan/gawat nafas seperti
asfiksia neonatorum, pneumonia, Meconial Aspiration Syndrome, Respiratory Distress Syndrome,
dan apnea. salah satu penyebab kematian terbanyak pada masa neonatal adalah asfiksia sebesar
27,8%. Selain itu, salah satu penyebab kematian terbanyak pada masa post neonatal disebabkan
oleh pneumonia yaitu sebesar 14,4% kematian (Kemenkes RI, 2021). Hasil penelitian sebelumnya
diketahui bahwa dari 200 kasus kegawatan nafas, 179 kasus disebabkan oleh masalah pernapasan,
persarafan dan 6 kasus karena penyebab jantung. Takipnea transien dari bayi baru lahir adalah
penyebab paling umum dari kegawatan nafas bayi cukup bulan sedangkan penyakit membran
hialin umum terjadi pada bayi prematur (Brahmaiah & Reddy, 2017).
Faktor risiko yang berkaitan dengan kegawatan nafas neonatus diantaranya asfiksia,
kehamilan ganda, riwayat hipertensi maternal, usia kehamilan, paritas, berat badan lahir, jenis
kelamin, jenis persalinan, dan partus lama (Atika, 2019). Jika tidak tertangani dengan tepat,
gangguan nafas pada neonatus dapat menyebabkan kematian akibat gagal nafas. Salah satu
penatalaksanaan utama gagal nafas pada neonatus adalah terapi suportif dengan ventilasi mekanis,
dan oksigenasi konsentrasi tinggi. Terapi lainnya meliputi high-frequency ventilator, terapi
surfaktan, inhalasi nitrat oksida, dan extracorporealmembrane oxygenation (Angus et al., 2001).
Meskipun demikian, penanganan neonatus yang mengalami gagal nafas memerlukan suatu unit
perawatan intensif, dan penatalaksanaan yang optimal tergantung pada sistem perawatan neonatus
yang ada, yaitu ketersediaan tenaga ahli, fasilitas yang memiliki kemampuan dalam menilai dan
memberikan tatalaksana kehamilan resiko tinggi, serta memiliki kemampuan menerima rujukan
dari fasilitas kesehatan dibawahnya (Effendi & Firdaus, 2010).
Bidan selaku tenaga kesehatan yang erat kaitannya dengan kesehatan anak harus memiliki
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang baik dalam pemberian terapi oksigen sebagai upaya
penanganan awal kegawatdaruratan nafas pada neonatus. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan
ini salah satunya didapatkan dari telaah hasil penelitian yang berdasarkan bukti ilmiah. Oleh sebab
itu, penulis menganggap perlu untuk melakukan reading journal tentang “Pengaruh Terapi
Oksigen Pada Kasus Kegawatan nafas Pada Bayi Baru Lahir”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Jurnal
Penulis, Tahun, Waktu, Tempat Tujuan Metode Responden/Subyek Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian dan
Jumlah Sampel
Artikel Nurviyanti & Penelitian ini untuk Metode Bayi rawat inap Hasil penelitian
Jurnal Suparti. 2021. dilakukan pada mengetahui penelitian ini dengan nilai apgar menunjukkan jenis
1 Efektifitas Terapi bulan efektifitas terapi menggunakan menit pertama asfiksia terbanyak adalah
Oksigen Terhadap November- oksigen penelitian maksimal 6, asfiksia sedang (88%)
Downes Score pada Desember 2019 terhadap kuantitatif berumur kurang dengan terapi
Pasien Asfiksia di ruang perina Downes score dengan dari 28 hari. oksigen nasal kanul 64%.
Neonatus di Ruang RSUD pada pasien observasional Jumlah sampel 28 Rata rata dan standar
Perinatologi Banyumas asfiksia responden deviasi Downe Score pra
neonatus terapi oksigen adalah
3,20±2,041 dan pasca
terapi adalah 1,04±1,881.
Analisis data
menggunakan Uji
Wilcoxon menunjukkan
nilai Z sebesar -4,173 dan
nilai
significancy sebesar 0,001
(p<0,05), dapat
disimpulkan terdapat
penurunan Downes score
pada bayi asfiksia yang
mandapat terapi oksigen.
Artikel Akhyar Nur Uhud, Waktu Untuk Metode Bayi laki-laki usia Modified High Flow
Jurnal Arie Utariani, penelitian tidak mengetahui penelitian ini tiga hari dengan Nasal Cannula (HFNC)
2 Lucky Andriyanto. disebutkan pengaruh menggunakan gagal napas karena pada bayi prematur
2021. The Use Of spesifik, hanya penggunaan studi kasus HMD grade II dengan Neonatal
Modified High menyebutkan HFNC dengan kecurigaan Respiratory Distress
Flow Nasal hari ke-1 s.d hari (modifikasi) gagal jantung Syndrome (NRSD) lebih
Cannula (HFNC) ke-10 bayi lahir. pada bayi bawaan efektif dan efisien
In Preterm Infants Tempat prematur dibandingkan CPAP.
With Neonatal penelitian dengan NRDS Penggunaan HFNC
Respiratory dilakukan di RS karena (Hyaline dikaitkan dengan insiden
Distress Syndrome Kuala Membrane trauma hidung dan
(NRSD) In Primary Pembuang, Disease) HMD pneumotoraks yang lebih
ICU Services Seruyan, grade II dengan rendah daripada CPAP
Kalimantan dugaan kelainan hidung
Tengah jantung bawaan
B. Pembahasan Jurnal
Gangguan napas adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernapasan disebabkan oleh
ventilasi yang tidak mencukupi yang ditandai dengan takipnea (frekuensi napas > 60 – 80
kali/menit), retraksi (cekungan atau tarikan kulit antara iga (interkostal) dan atau di bawah
sternum (sub sternal) selama inspirasi), napas cuping hidung (kembang kempis lubang hidung
selama inspirasi), merintih atau grunting (terdengar merintih atau menangis saat inspirasi),
dan sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir (berbeda dengan biru lebam atau warna
membran mukosa). Sianosis sentral tidak pernah normal, selalu memerlukan perhatian dan
tindakan segera. Mungkin mencerminkan abnormalitas jantung, hema-tologik atau
pernapasan yang harus dilakukan tindakan segera (Pujiati, 2008). Gangguan napas dapat
terjadi pada neonatus karena penyakit parenkim paru, seperti sindrom aspirasi mekonium,
pneumonia.
Kegawatan nafas pada neonatus merupakan masalah yang dapat menyebabkan henti nafas
bahkan kematian. Kasus ini sering terjadi pada bayi dengan kelahiran prematur. Bayi prematur
akan mengalami immaturitas paru, dimana paru-paru bayi belum cukup untuk berkembang
dengan penuh karena kurangnya zat surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan paru yang
belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah, dan tulang iga yang mudah melengkung
(Prawirohardjo, 2016). Asfiksia perinatal dan Neonatal Respiratory Distress Syndrome adalah
faktor predisposisi penyebab paling umum dari bayi baru lahir di perawatan intensif (NICU).
Asfiksia perinatal dapat mengganggu transisi paru selama kelahiran. Berbagai mekanisme
menyebabkan gagal napas pada asfiksia, termasuk hipoksemia janin, iskemia, aspirasi
mekonium, disfungsi ventrikel dan asidosis.
Pemberian terapi oksigen lebih efektif untuk mencapai oksigenasi yang adekuat dengan
menggunakan fraksi terendah dari oksigen yang diberikan. Pemberian terapi O2 dilihat
berdasarkan nilai Downes score, semakin tinggi nilainya maka alat bantu nafas yang digunakan
membutuhkan tekanan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa pemberian terapi
oksigen tergantung pada penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas tersebut dimana
manajemen spesifik dalam penatalaksanaan pemenuhan kebutuhan oksigen pada bayi dengan
gangguan nafas berat dianjurkan dengan pemberian O2 dengan kecepatan aliran sedang yaitu
antara rendah <6 liter/menit dan tinggi >15 liter/menit (Kosim, 2016)
Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata Downes score responden sebelum terapi oksigen
sebesar 3,20±2,041dan sesudah terapi oksigen nilai rata-rata berubah menjadi 1,04±1,881.
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon, diperoleh nilai Z sebesar -4,173
dan nilai significancy sebesar 0,001 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat efektifitas
terapi oksigen terhadap Downes Score pada pasien asfiksia neonatus Di Ruang Perina Rumah
Sakit Banyumas. Hasil penelitian ini menunjukan Downes score nilainya menurun ketika
dilakukan terapi oksigen pada bayi asfiksia setelah 1x24 jam dengan hasil kondisi derajat
asfiksia 23 bayi menurun, namun ada 2 responden memburuk (Nurviyanti & Suparti, 2021).
Beberapa pusat NICU sekarang mulai menggunakan High Flow Nasal Canula (HFNC)
dalam beberapa tahun terakhir. Dengan penggunaan HFNC sebagai alat bantu napas pada bayi
premature. Mekanisme bantuan pernapasan yang diberikan oleh HFNC ditemukan untuk
menciptakan tekanan distensi, menghilangkan ruang mati dari nasofaring, memberikan aliran
udara yang cukup untuk mengurangi penahanan selama inspirasi. Berdasarkan survei di
Australia dan Inggris (UK), tercatat ada beberapa keuntungan menggunakan HFNC, seperti
insiden trauma pada hidung lebih sedikit, kenyamanan lebih pada bayi, lebih mudah jika ingin
memberikan nutrisi enteral, dan membuatnya lebih mudah untuk disiapkan dan digunakan.
Terapi HFNC pada bayi adalah pemberian aliran udara tinggi (lebih dari 1 liter/menit) yang
dipanaskan, dihangatkan, dan dicampur (udara dan oksigen) melalui kanula hidung khusus.
Aliran udara yang direkomendasikan untuk bayi baru lahir adalah 4-6 liter/menit, tergantung
pada berat badan pasien. Untuk pasien dengan berat badan 1000-1999 gram aliran awal yang
dianjurkan 3 liter/menit, berat badan 2000-2999 gram, 4 liter/menit, dan lebih dari 3000 gram
dianjurkan 5 liter/menit. Komponen HFNC terdiri dari (a) flow meter, (b) air steril yang akan
dihangatkan, (c) humidifier chamber dan heater, (d) tubing, dan (e) nasal canula spesifik.
Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan pada seorang bayi laki-laki berusia tiga hari
dirawat di anestesi dengan gagal napas karena HMD (Hyaline Membrane Disease) derajat II,
yaitu salah satu penyebab paling umum Neonatal Respiratory Distress Syndrome (NRDS)
dengan pemberian terapi High Flow Nasal Canula (HFNC) didapatkan bahwa terdapat
perbaikan klinis dan rontgen dada setelah diberikan terapi HFNC pada hari ke-3 sampai hari
ke-7. Setelah hari ke tujuh sampai hari ke 10, pasien menggunakan oksigen nasal canularis
neonatus. Sampai hari ke 10 pasien masih dirawat di NICU dengan pemberian oksigen 0,5
liter/menit dengan SpO2 berkisar 93-96% dengan kondisi stabil namun masih membutuhkan
oksigen.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil reading journal dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi oksigen
memiliki pengaruh dalam perbaikan oksigenasi pada kasus bayi baru lahir dengan kegawatan
nafas. Ketepatan pemberian jenis terapi oksigen lebih efektif untuk mencapai oksigenasi yang
adekuat. Ketepatan pemberin jenis terapi dapat menggunakan Downes score, yaitu alat ukur
kegawatan nafas pada neonatus cepat dan cukup sederhana, sekaligus sebagai acuan menentukan jenis
terapi oksigen yang hendak digunakan. Akan tetapi, pemberian terapi oksigen yang
berkepanjangan dikaitkan dengan dengan insiden trauma hidung dan pneumotoraks.
B. Saran
Petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
mengenai terapi pemberian oksigen yang tepat bagi bayi baru lahir dengan kegawatan nafas.
Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan oksigenasi yang adekuat serta meminimalisir efek
samping terapi oksigen pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Angus, D. C., Linde-zwirble, W. T., Clermont, G., Griffin, M. F., & Clark, R. H. (2001).
Epidemiology of neonatal respiratory failure in the united states (Vol. 164).

Atika, A. N. (2019). Faktor Risiko Kejadian Respiratory Distress Of Newborn Di Neonatal


Intensive Care Unit RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Brahmaiah, P., & Reddy, K. R. (2017). Etiological Study of Respiratory Distress in Newborn.
4(10), 2202–2206.

Effendi, S. H., & Firdaus, A. (2010). Diagnosis Dan Penatalaksanaan Kegagalan Nafas.

Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indo-nesia (M. Farida Sibuea, SKM, MSc.PH Boga
Hardhana, S.Si, MM Winne Widiantini, SKM (ed.)).

Kosim, M. S. (2016). Gawat Darurat Neonatus pada Persalinan Preterm. Sari Pediatri, 7(4), 225.
https://doi.org/10.14238/sp7.4.2006.225-31

Nurviyanti, & Suparti, S. (2021). Efektifitas Terapi Oksigen Terhadap Downes Score pada Pasien
Asfiksia Neonatus di Ruang Perinatologi The Effectiveness of Oxygen Theraphy on Downes
Score of Neonatal Asphyxia Patients in Perinatology Room. 8(1), 65–70.

Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo (4th ed.). Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Pujiati. (2008). Gangguan Napas Pada Bayi Baru Lahir. In Buku Ajar Neonatologi.

WHO. (2022). Newborn Mortality. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/levels-and-


trends-in-child-mortality-report-2021

Anda mungkin juga menyukai