Disusun oleh :
Winarsih 2210106094
1
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Winarsih
2210106094
……………………..
ACC
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Reading
Jurnal yang berjudul Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada By.Ny A Umur 2 Hari Dengan
Berat Badan Lahir Rendah.
Penyusunan Reading jurnal ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, pengarahan dari
semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Masalah 1
B. Skala 1
C. Kronologi 2
D. Solusi 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan kebidanan data focus 4
B. Telaah jurnal 6
BAB III PEMBAHASAN
A. Deskripsi Logbook dan reading jurnal 9
B. Teori 10
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Masalah
Berat badan lahir (BBLR) saat lahir menjadi salah satu penentu bagaimana perencanaan
dan pelaksanaan program kesehatan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas neonatal.
BBLR berpeluang empat belas kali lebih besar meninggal pada bulan pertama kehidupannya
dibandingkan bayi dengan berat lahir normal (Louangpradith et al., 2020). BBLR hingga kini
masih menjadi masalah global karena cenderung menimbulkan masalah yang kompleks
seperti kecacatan, hambatan proses pertumbuhan dan kemampuan kognitif dan penyakit
kronis.
B. Skala
Menurut WHO Global Nutrition melaporkan sebesar 15% sampai 20% dari total
kelahiran di seluruh dunia adalah BBLR artinya lebih dari 20 juta kelahiran per tahun adalah
BBLR. Di Indonesia tahun 2018 mencapai 6.2% dari 56.6% yang memiliki catatan berat lahir
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2017 menunjukkan bahwa angka kematian neonatal (AKN) sebesar 15 per
1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Kematian neonatal mencapai 136
juta bayi yang lahir setiap tahun, empat juta diantaranya meninggal dalam masa neonatal dan
99 persen dari kematian tersebut terjadi di Negara berkembang (Wati & Adi, 2020).
BBLR menjadi penyebab utama kematian 30.3% karena gangguan perinatal. Dinas
kesehatan dan kesejahteraan sosial D.I Yogyakarta menyebutkan bahwa pada tahun 2013
jumlah BBLR sebesar 2.148 kasus, dan Kabupaten Sleman merupakan wilayah dengan kasus
BBLR tertinggi yang mencapai 661 kasus ( 4,3 % ), kasus BBLR tertingi kedua adalah
1
Kabupaten Gunung Kidul 519 kasus ( 6,4 % ) , kemudian diikuti oleh Kabupaten Bantul 469
kasus ( 3,5 %), Kabupaten Kulon Progo 322 kasus ( 6,1 %) dan kota Yogyakarta 277 kasus
C. Kronologi
Bayi Berat lahir Renda (BBLR) rendah merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Bayi dengan berat badan rendah akan lebih mudah terkena komplikasi di
ataranya hipotermi (penurunan suhu tubuh). Hal ini disebabkan karena saat dilahirkan bayi
mengalami perubahan lingkungan intra uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin yang
relatif lebih dingin dan tipisnya lapisan lemak subcutan pada bayi yang dapat menyebabkan
penurunan suhu 2- 3 0C. Bayi dengan BBLR akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan
suhu tubuh dengan lingkungan. Hal itu mengakibatkan bayi harus menggunakan ikubator
Pada saat ini bayi berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di Negara sedang berkembang termasuk Indonesia karena merupakan salah satu
faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masalah
perinatal. Banyak faktor-faktor yang mendorong terjadinya berat badan lahir rendah antara
lain faktor ibu yaitu gizi saat hamil yang kurang, umur, jarak kelahiran, status pekerjaan serta
penyakit menahun pada ibu hamil yang dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah
Status gizi selama hamil akan berpengaruh terhadap status gizi bayi baru lahir. Selama ini
penilaian status gizi pada bayi baru lahir dengan menggunakan indikator antropometri gizi.
Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal, tidak mahal,
dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian, dan komposisi dari tubuh
2
manusia. Penilaian status gizi pada bayi baru lahir menggunakan antropometri yaitu
mengukur berat badan, panjang badan bayi, lingkar lengan atas, lingkar kepala bayi. Asupan
energi dan protein yang tidak mencukupi pada saat kehamilan menyebabkan KEK. Ibu hamil
dengan KEK berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), bayi pendek (stunting)
(Ningrum, 2017).
D. Solusi
Salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh BBLR adalah dengan menggunakan perawatan metode kanguru. Penelitian
memperlihatkan PMK bermanfaat dalam menurunkan secara bermakna jumlah neonatus atau
bayi baru lahir yang meninggal, menghindari bayi berat lahir rendah dari kedinginan
dan perkembangan bayi, meningkatkan pemberian ASI, dan meningkatkan ikatan (bonding)
antara ibu dan bayi (Hastuti, 2018). perawatan metode kanguru (PMK) adalah perawatan
kontak kulit ke kulit. PMK dilakukan dengan cara bayi dibiarkan hanya memakai popok dan
diletakkan di dada ibunya atau diantara payudara ibunya dengan posisi tegak. Perawatn
metode kangguru merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan suhu tubuh bayi dan
akan tumbulnya ikatan atara ibu dan anak karena adanya bersentuhan langsung, sehingga
bayi akan mendapatkan kehangatan dan perasaan nyaman karena perlindungan dari ibunya
Bidan memberikan Asuhan dengan menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, memotivasi
ibu untuk sering KMC dan menyusui bayinya, mencegah infeksi, perawatan tali pusat, dan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi dalam indikasi BBLR cukup
bulan dengan berat badan 2350 gram, keadaan umum baik, Suhu badan : 36°C, HR
131x/m, RR 52x/m, GDS 72.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu bayi sudah diberikan salep mata, vitamin K dan meminta
persetujuan ibu akan disuntikan Hb0 pada bayi.
Evaluasi : ibu mengerti dengan penyampaian dan setuju akan diberikan imuisasi Hb0
3. Membungkus bayi dengan kain kering, bersih dan hangat agar tidak terjadi infeksi
dan hipotermi
Evaluasi : bayi sudah terbungkus kain bersih
4. Memantau keadaaun umum dan observasi vital sign
Evaluasi : telah dilakukan observasi dan vital sign 2 jam sekali
5. Memberikan KIE menyusui yang benar dan teknik menyusui pada ibu agar puting ibu
tidak lecet dan bayi selalu diberikan asi, dan menganjurkan ibu untuk memberi ASI
minimal 2 jam sekali, dan memberitahu ibu untuk memberikan bayi ASI eksklusif
selama 6 bulan tanpa makanan pendamping apapun termasuk air putih.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersdia memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa
maknan pendamping.
6. Melatih bayi agar dapat meghisap puting ibu dengan posisi menyusui yang benar
terhadap ibu, dan mengajari ibu cara mengendong bayi yang tepat.
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
7. Memberitahu ibu bahwa agar segera melakukan KMC kepada bayi dan melatih atau
mengajari ibu cara KMC yang benar dan tepat, dan memantau perkembangan berat
badan pada bayi.
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan
8. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi pada bayi
baru lahir yaitu suhu badan bayi rendah atau tinggi, bayi tidak mau menyusui atau
muntah, tali pusat infeksi (berdarah/bernanah), bayi belum BAB atau BAK, diare,
kejang dan sesak nafas.
Evaluasi : ibu mengerti dengan tanda bahaya yang diberikan
9. Memberi tahu ibu bahwa bayi sudah disuntikan Hb0
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan.
10. Melakukan perawatan tali pusat, prinsip kering bersih tidak boleh menggunakan
betadin ataupun alcohol swab.
Evaluasi : telah dilakukan perawtan tali pusat menggunakan kasa yang telah dibasahi
dengan air dtt.
11. Memberitahu ibu jika di panggil petugas kesehatan yang berada di ruang bayi untuk
segera keruang bayi.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia keruang bayi jika mendapat panggilan
5
B. Telaah Jurnal
Perawatan metode Penerapan Metode Salah satu perawatan - Penelitian ini 2022
6
kanguru, BBLR, Perawatan deskriptif intervensi yang efektif untuk bertujuan untuk
suhu tubuh, Metode dengan bayi dengan BBLR yaitu mengetahui pemberian
kenyamanan. Kanguru pendekatan adalah perawatan metode perawatan metode
Juwahir, Terhadap kasus pada kanguru (PMK). perawatan kanguru terhadap suhu
Wahyuningsih, Perubahan Bari Berat metode kanguru (PMK) tubuh dan
Mahasiswa Prodi Suhu Tubuh Lahir adalah perawatan kontak kulit kenyamanan pada
Profesi Ners Dan Rendah ke kulit. PMK dapat bayi dengan BBLR.
Universitas Widya Kenyamanan yang mendekatkan hubungan bayi
Husada Semarang Pada Bayi mengalami dengan ibu, menstabilkan
2 Dosen Prodi Berat Lahir penurunan suhu tubuh dan denyut
Profesi Ners Rendah suhu dan jantung bayi, bayi lebih
Universitas Widya (BBLR) kenyamana gampang dan sering minum
Husada Semarang n tubuh ASI, meningkatkan berat
Email : mulai badan bayi, pola pernafasan
akper424@gmail.c tanggal 02 bayi lebih teratur,
om Agustus meningkatkan kenyamanan
sampai bayi dan waktu tidur bayi
dengan 04 lebih lama
September
2021.
Jurnal Riset Pendidikan 100 Salah satu cara yang - Tujuan penelitian 2018
Kesehatan, 7 (1), Kesehatan Responden,l digunakan untuk mengurangi menganalisa
2018, 32 – 36. Meningkatka ulus 93, kesakitan dan kematian yang efektifitas Praktik
Puji Hastuti, n Praktik tidak lulus disebabkan oleh BBLR Perawatan Metode
Septerina Perawatan 7. adalah dengan menggunakan Kanguru (PMK) pada
Purwandani, Riza Metode Signifikan perawatan metode kanguru. Ibu Nifas Dengan
Amalia,Akbar Yuli Kanguru ((p<0,05), Metode ini merupakan salah Bayi Berat Lahir
Setianto. Jurusan (PMK) Pada p=0,001 satu teknologi tepat guna Rendah. Penelitian
Kebidanan ibu Nifas yang sederhana, murah dan berjenis rancangan
Purwokerto Dengan Bayi dapat digunakan apabila experiment semu
Poltekkes Berat Lahir fasilitas untuk perawatan (Quasi Experiment),
Kemenkes Rendah BBLR sangat terbatas. dengan menggunakan
Semarang Jl. Tirto Pendidikan kesehatan efektif design “Pretest-postest
7
Agung; Pedalangan meningkatkan praktik Control Group
Banyumanik perawatan metode kanguru, Design”. Data yang
Semarang dikumpulkan adalah
http:// data primer yang
ejournal.poltekkes- meliputi praktik
smg.ac.id/ojs/ perawatan metode
index.php/jrk kanguru pada ibu nifas
yang melahirkan bayi
dengan berat lahir
rendah dan dirawat di
RSUD Prof Dr
Margono Soekarjo
Purwokerto
menggunakan teknik
accidental sampling.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan Hasil Asuhan Kebidanan Bayi Baru lahir By. Ny A umur 2 hari
dengan Berat badan lahir rendah. Mendapatkan perawatan KMC yang benar dan tepat
dan perawatan tali pusat dengan teknik bersih dan kering untuk mencegah infeksi tali
pusat pada bayi baru lahir, memberikan KIE menysui dan melakukan observasi
perawatan metode kanguru (PMK) adalah perawatan kontak kulit ke kulit. PMK
dilakukan dengan cara bayi dibiarkan hanya memakai popok dan diletakkan di dada
ibunya atau diantara payudara ibunya dengan posisi tegak. Perawatn metode
kangguru merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan suhu tubuh bayi dan akan
tumbulnya ikatan atara ibu dan anak karena adanya bersentuhan langsung, sehingga
bayi akan mendapatkan kehangatan dan perasaan nyaman karena perlindungan dari
ibunya serta meningkatkan kedekatan antara ibu dan anak (Jiwahir, 2021)
PMK dapat mendekatkan hubungan bayi dengan ibu atau ayah, menstabilkan
suhu tubuh dan denyut jantung bayi, bayi lebih gampang dan sering minum ASI,
meningkatkan berat badan bayi, pola pernafasan bayi lebih teratur, meningkatkan
kenyamanan bayi dan waktu tidur bayi lebih lama. Perawatan Metode Kanguru ini
merupakan salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan dapat
9
metode ini cukup efektif dan mudah dilakukan. Guna meningkatkan pemahaman
(Jiwahir, 2021).
Keikutsertaan ibu dalam pelaksanaan PMK untuk merawat bayi akan mempu
menyediakan lingkungan yang lebih nyaman serta akan lebih kodusif untuk
metode kanguru (PMK) terhadap perubuahan bayi baru lahir rendah Menurut Silvia
dkk (2019) dengan hasil Perawatan kanguru ini telah terbukti dapat menghasilkan
pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama serta denyut jantung dan pernafasan
yang stabil pada bayi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Fiyanah dkk (2019)
peningkatkan suhu tubuh bayi dengan BBLR sehingga bayi tidak akan mengalami
Perawatan kanguru ini telah terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu tubuh
yang efektif dan lama serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi.
Perawatan kulit ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, hal
ini mempererat ikatan antara ibu dan bayi serta membantu keberhasilan pemberian
ASI. Metode ini meniru binatang berkantung kanguru yang bayinya lahir memang
sangat prematur, dan setelah lahir disimpan di kantung perut ibunya untuk mencegah
kedinginan sekaligus mendapatkan makanan berupa air susu induknya. (Astuti, 2015).
B. Teori
BBLR adalah bayi-bayi yang dilahirkan beratnya kurang dari 2,500 gram tanpa
memperhatikan masa gestasi. Berdasarkan data yang terkumpul, berat badan bayi
10
lahir minimum adalah 420 gram dan berat badan lahir maksimumnya 4.400 gram.
Bayi yang berat lahirnya kurang 2,500 gram disebabkan oleh banyak faktor, baik dari
ibu, janin, plasenta maupun lingkungan. Kelemahan bayi yang dilahirkan dengan
berat badan rendah merupakan faktor penting yang mempengaruhi mortalitas dan
1. Usia ibu
usia berisiko melahirkan BBLR sebanyak 53.2%, sedangkan ibu hamil memiliki
usia tidak berisiko sebanyak 43.50%. Disimpulkan ibu hamil yang memiliki usia
2. Paritas
melahirkan BBLR, sedangkan ibu yang memiliki paritas 1-2 (tidak berisiko)
sebanyak 44.60% melahirkan BBLR. Disimpulkan ibu yang memiliki paritas >3
3. Usia kehamilan
Semua bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 37 minggu sebanyak
58,1% mengalami BBLR, sedangkan yang lahir pada usia kehamilan > 38 – 40
minggu sebanyak 35.50% lahir BBLR. Disimpulkan bayi masa gestasi < 37
11
minggu mempunyai kemungkinan 2.53 kali lahir BBLR dibanding bayi dengan
4. Status pekerjaan
sedangkan ibu tidak bekerja sebanyak 59.00% melahirkan BBLR. Ibu 8 hamil
yang bekerja mempunyai kemungkinan 0,34 kali melahirkan BBLR dibanding ibu
5. Jenis kehamilan
sedangkan ibu yang hamil tunggal sebanyak 44.30% melahirkan bayi BBLR.
kehamilan ganda mempunyai kemungkinan 2.37 kali lahir bayi BBLR dibanding
6. Komplikasi kehamilan
4.89 lebih banyak melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan mereka yang
7. Wilayah tinggal
50.30% melahirkan bayi BBLR. Ibu hamil dari kawasan kota mempunyai
12
kemungkinan 0.74 kali melahirkan BBLR dibanding ibu hamil yang tinggal di
pedesaan
Bayi yang lahir laki-laki sebanyak 42.30% BBLR, sedangkan yang lahir
13
BAB IV
A. Simpulan
Bidan memberikan Asuhan pada ibu dengan menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat
(KMC), memotivasi ibu untuk sering menyusui bayinya, mencegah infeksi, perawatan tali
pusat, dan observasi kenaikan berat badan bayi. Hasil analisa jurnal dengan kasus BBLR di
RSUD Sleman.
B. Saran
1. Bagi ibu
Diharapkan ibu rajin memberikan ASI kepada bayi dan selalu tepat waktu ketika
dengan BBLR, sehingga perawat dan bidan akan lebih terampil, cekatan dan dalam
14
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Lina, and Diah Ayu Agustin. "Literature Review: Metode Kangaroo Mother Care
Dapat Menstabilkan Suhu Tubuh Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah." Jurnal
Kesehatan Karya Husada 9.2 (2021): 192-198.
Astuti, Dyah Puji, Siti Mutoharoh, and Rina Priyanti. "Pengaruh Penerapan Metode Kanguru
Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Gombong." INVOLUSI Jurnal Ilmu Kebidanan 5.9 (2015).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2019). Laporan Provinsi Sumatera Selatan
Riskesdas 2018.
Hastuti, Puji. "Pendidikan Kesehatan Meningkatkan Praktik Perawatan Metode Kanguru (Pmk)
Pada Ibu Nifas Dengan Bayi Berat Lahir Rendah." Jurnal riset kesehatan 7.1 (2018): 32-
36.
Juwahir, Juwahir, and Wahyuningsih Wahyuningsih. "Penerapan Perawatan Metode Kanguru
Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Dan Kenyamanan Pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)." Jurnal Ners Widya Husada 8.1 (2021).
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
Louangpradith, V., Yamamoto, E., Inthaphatha, S., Phoummalaysith, B., Kariya, T., Saw, Y. M.,
& Hamajima, N. (2020). Trends and Risk Factors for Infant Mortality in the Lao People’s
Democratic Republic. Scientific Reports, 10(1), 1–11. https://doi.org/10.1038/s41598-
020-78819-9
Pawar, A., & Kumar, D. (2017). Maternal Factors Associated with Low Birth Weight: A Case
Control Study in Rural Kerala. International Journal of Community Medicine and Public
Health, 4(10), 3793-3795. https://doi.org/10.18203/2394- 6040.Ijcmph20174252
Srimiyati, Keristina (2021). Determinan Risiko Terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah. Journal of
Telenursing (JOTING) Volume 3, Nomor 1, Juni 2021 e-ISSN: 2684-8988 p-ISSN:
2684-8996 DOI: https://doi.org/10.31539/joting.v3i1.2279
Siantar, Rupdi Lumban, Lenny Irmawaty Sirait, and Siti Aisah. "KEHAMILAN REMAJA
DENGAN INSIDENSI BAYI LAHIR BERAT (BBLR." Prosiding Seminar Nasional
Stikes Syedza Saintika. Vol. 1. No. 1. 2021.
Ningrum, Ema Wahyu. "Studi Korelasi Kurang Energi Kronik (Kek) Dengan Berat Badan Dan
Panjang Badan Bayi Baru Lahir." Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-
Journal) 8.2 (2017): 10-10.
Wati, S., & Adi, S. (2020). Gambaran Kematian Neonatal Berdasarkan Karakteristik Ibu di Kota
Semarang. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 5(2), 82–87.
15