0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai evaluasi pemberian obat parenteral yang mencakup penjelasan teknik injeksi intra vena, intra muskular, intra kutan dan sub kutan beserta lokasi yang aman untuk melakukan injeksi serta cara memilah sampah medis setelah pemberian obat.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai evaluasi pemberian obat parenteral yang mencakup penjelasan teknik injeksi intra vena, intra muskular, intra kutan dan sub kutan beserta lokasi yang aman untuk melakukan injeksi serta cara memilah sampah medis setelah pemberian obat.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai evaluasi pemberian obat parenteral yang mencakup penjelasan teknik injeksi intra vena, intra muskular, intra kutan dan sub kutan beserta lokasi yang aman untuk melakukan injeksi serta cara memilah sampah medis setelah pemberian obat.
OBAT PARENTERAL Nama : Fitri Maria Ulfa NIM : 2010105011 Kelompok : A2
1. Jelaskan 8 prinsip pemberian obat
2. Jelaskan Teknik Injeksi Intra Vena (perjelas sudut penyuntikan) 3. Jelaskan Teknik Injeksi Intra Muskular (perjelas sudut penyuntikan) 4. Jelaskan Teknik Injeksi Intra Cutan (perjelas sudut penyuntikan) 5. Jelaskan Teknik Injeksi Sub Cutan (perjelas sudut penyuntikan) 6. Sebutkan masing2 lokasi yang aman untuk injeksi 7. Jelaskan yang disebut dengan Aspirasi 8. Pasca tindakan injeksi, bagaimana cara memilah sampah?
1. 8 prinsip pemberian obat:
a) Benar pasien Tanyakan nama pasien dan tanggal lahir sesuai dengan gelang identitas pasien. b) Benar obat Cek nama obat sesuaikan dengan resep/program dokter serta obat tidak kadaluwarsa. c) Benar dosis Lihat jumlah dan satuan; mikrogram, miligram, gram. d) Benar waktu Lihat frekuensi pemberian; pagi, siang, dan malam. e) Benar rute Identifikasi rute dan cara pemberian; PO, IM, IV, SC, supositoria, tetes hidung, tetes telinga. f) Benar informasi Berikan penjelasan tindakan yang akan dilakukan. g) Benar respons Pastikan obat memberikan efek/respons yang sesuai dengan apa yang diharapkan dari pemberian obat tersebut. h) Benar dokumentasi Dilakukan pencatatan yang meliputi tanggal dan jam pemberian, nama obat, dosis dan rute, serta berikan tanda ceklis pada daftar terapi obat dan paraf pada kolom yang tersedia. 2. Teknik Injeksi Intra Vena: a) Mengdentifikasi vena yang akan disuntik, yaitu memilih vena yang besar dan tidak bercabang. Hindari memilih vena pada bagian persendian. b) Menentukan lokasi penyuntikan dan memasang tourniquet 10- 15cm diatas vena yang akan ditusuk. c) Meminta pasien untuk mengepalkan tangan, ibu jari berada di dalam d) Membersihkan area penyuntikan dengan menggunakan kapas alcohol e) Menusuk jarum pada sudut 25 derajat, lubang jarum menghadap ke atas f) Lakukan aspirasi. Jika nampak darah masuk ke spuit, lepaskan tourniquet g) Memasukkan obat secara perlahan- lahan h) Mencabut jarum dengan hati- hati, sambil menekan bekas suntikan i) Menutup bekas suntikan dengan plester/ ban aid 3. Teknik Injeksi Intra Muskular: a) Menentukan Lokasi penyuntikan [1/3 Spina Iliaca anterior posterior (musculus gluteus maximus) atau 3 jari dibawah acromion (musculus deltoideus)]. b) Membersihkan area penyuntikan dengan menggunakan kapas alcohol c) Menusukkan jarum dengan lubang menghadapat keatas dengan sudut 90 derajat/ tegak lurus d) Melakukan aspirasi. Jika terdapat darah, cabut jarum. e) Mendorong obat secara perlahan. f) Mencabut jarum dengan tangan kiri menekan area suntikan. 4. Teknik Injeksi Intra Cutan: a) Menentukan lokasi penyuntikan. b) Membersihkan area penyuntikan dengan menggunakan kapas alcohol. c) Menusuk jarum pada sudut 10-15 derajat, lubang jarum menghadap ke atas. d) Memasukkan obat secara perlahan- lahan Jika teknik dilakukan dengan tepat, bagian kulit akan timbul gelembung. e) Mencabut jarum dengan hati- hati, tidak menekan area suntikan. 5. Teknik Injeksi Sub Cutan: a) Menentukan Lokasi penyuntikan 3 jari dibawah acromion (pada lengan). b) Membersihkan area penyuntikan dengan menggunakan kapas alcohol. c) Menusukkan jarum dengan sudut 45 derajat (lubang jarum menghadap ke atas). d) Melakukan aspirasi. Jika terdapat darah, cabut jarum. e) Mendorong obat secara perlahan. f) Mencabut jarum dengan tangan kiri menekan area suntikan. 6. Lokasi yang aman untuk injeksi: a) Injeksi intramuskular: Tempat yang dipilih adalah tempat yang jauh dari arteri, vena dan nervus, misalnya: Regio Gluteus Regio superior lateral femur Yang diinjeksi adalah m. vastus lateralis, salah satu otot dari 4 otot dalam kelompok quadriceps femoris, berada di regio superior lateral femur. Titik injeksi kurang lebih berada di antara 5 jari di atas lutut sampai 5 jari di bawah lipatan inguinal. Pada orang dewasa, m. vastus lateralis terletak pada sepertiga tengah paha bagian luar. Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat. Regio femur bagian depan Yang diinjeksi adalah m. rectus femoris. Pada orang dewasa terletak pada regio femur 1/3 medial anterior. Regio deltoid b) Injeksi subkutan Injeksi subkutan dapat dilakukan di hampir seluruh area tubuh, tetapi tempat yang dipilih biasanya di sebelah lateral lengan bagian atas (deltoid), di permukaan anterior paha (vastus lateralis) atau di pantat (gluteus). Area deltoid dipilih bila volume obat yang diinjeksikan sebanyak 0.5 – 1.0 mL atau kurang. Jika volume obat lebih dari itu (sampai maksimal 3 mL) biasanya dipilih di area vastus lateralis. c) Injeksi cutan Tempat injeksi yang dipilih biasanya bagian medial/ volair dari regio antebrachii. d) injeksi intravena Tempat injeksi yang dipilih biasanya pembulih darah vena di pergelangan tangan, siku, atau punggung tangan. 7. Aspirasi adalah cara untuk mengetahui ketepatan penusukan jarum apakah tusukan terlalu dalam dan ujung jarum masuk ke dalam lumen arteri atau tidak dengan cara menarik piston spuit sedikit sebelum memasukan obat. 8. Ada 3 jenis limbah medis: a) Limpah infeksius, yaitu benda yang terkena atau bersentuhan dengan cairan/duh tubuh manusia, seperti darah, air liur, keringat, feses, urin, cairan ketuban, lendir, dan lainnya. Limbah ini dimasukkan ke sampah infeksius. b) Limbah non-infeksius yaitu benda yang tidak terkena cairan/duh tubuh manusia. Misal, wadah bekas spuit. Limbah ini dimasukkan ke sampah non infeksius. c) Benda tajam, yaitu limbah rumah sakit yang bahannya terbuat dari kaca ataupun benda yang bisa melukai tubuh. Misal, jarum suntik, ampul, vial. Limbah ini dimasukkan ke safety box.