Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

POPULASI, SAMPEL DAN RANCANGAN PENELITIAN

Oleh:

AINIL HUDA : 17205003


MAWADDAH ARRAHMAH : 17205021
MUHAMMAD HAFIZ : 17205024
SARI RAHMA CHANDRA : 17205038
TRI MUHARANI : 17205042
VEGGI YOKRI : 17205044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, kekuatan dan
kemauan kepada pemakalah untuk dapat merampungkan makalah Metodologi
Penelitian tentang “ Populasi, Sampel dan Rancangan Penelitian” dalam mata
kuliah ini. Shalawat beserta salam untuk Baginda Rasullullah SAW yang telah
memperjuangkan umat manusia kepada ajaran yang amat mulia, sebagaimana
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan dalam hal ini pemakalah mencoba
untuk membahas topik tersebut merujuk pada sumber yang relevan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi untuk pemakalah dan para pembaca.
Namun pemakalah menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan yang diluar kehendak pemakalah. Untuk itu pemakalah
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.Terima kasih pemakalah ucapkan kepada semua pihak yang turut
membantu baik moril, materil, dan do’a semoga keterlibatan mereka menjadi amal
ibadah disisi Allah SWT. Aamiin Ya Robbal ‘Alamiin.
Walaikumsalam Wr.Wb

Padang, 17 September 2017

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Makalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Populasi.....................................................................................................3
B. Sampel.......................................................................................................4
C. Kriteria Sampel yang Baik........................................................................6
D. Teknik Pengambilan Sampel.....................................................................7
E. Prosedur Penarikan Sampel.....................................................................15
F. Teknik Menentukan Ukuran Sampel..........................................................16
G. Rancangan Penelitian..............................................................................20
1. Kegunaan Rancangan Penelitian.........................................................20
2. Tahapan Penyusunan Rancangan Penelitian.......................................21
3. Rancangan Penelitian...........................................................................24
BAB III..................................................................................................................33
PENUTUP..............................................................................................................33
A. Kesimpulan..............................................................................................33
B. Saran........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................i

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan
rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan
kokoh. Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala
melalui cara tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya,
informasi tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang
dipertanyakan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian juga dapat dipandang
sebagai usaha mencari tahu tentang berbagai masalah yang dapat merangsang
pikiran atau kesadaran seseorang.
Sebagian dari kualitas hasil suatu penelitian bergantung pada teknik
pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah
dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan
reliable. Untuk memperoleh data seperti itu, peneliti dapat menggunakan
metode, teknik, prosedur, dan alat-alat yang dapat diandalkan. Ketidaktepatan
dalam penggunaan intrumen penelitian tersebut dapat menyebabkan rendahnya
kualitas penelitian. 
Penelitian bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan melalui
aplikasi prosedur ilmiah. Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf
kemungkinan yang paling relevan dengan pertanyaan serta menghindari adanya
bias. Sebab, penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan usaha memperkecil
interval dugaan peneliti melalui pengumpulan dan penganalisaan data
atauinformasi yang diperolehnya
Dalam penelitian, salah satu bagian dalam langkah-langkah penelitian
adalah menentukan populasi dan sampel penelitian. Seorang peneliti dapat
menganalisa data keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atau
komunitas tertentu. Seorang peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat
suatu kumpulan yang menjadi objek penelitian hanya dengan mengamati dan
mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut. Kemudian, peneliti akan harus
merancang penelitian supaya dapat menjawab permasalahan yang ditemukan.

1
Untuk  itu pemakalah akan mengkaji lebih dalam mengenai populasi, sampel
dan desain dan rancangan pada penelitian kuantitatif.
B. Rumusan Makalah
Berdasarkan latar belakang makalah tersebut dapat dirumuskan
makalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan populasi?
2. Apa yang dimaksud dengan sampel?
3. Apa saja karakterisiatik sampel yang baik?
4. Bagaimana teknik pengambilan sampel?
5. Apa saja prosedur penarikan sampel?
6. Bagaimana cara menentukan ukuran sampel?
7. Apa yang dimaksud dengan rancangan penelitian?
8. Apa saja jenis-jenis desain penelitian?
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan makalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah


sebagai berikut :
1. Untuk memahami maksud dari populasi penelitian.
2. Untuk memahami maksud dari sampel penelitian.
3. Untuk mengetahui karakteristik sampel yang baik.
4. Untuk mengetahui teknik-teknik pengambilan sampel.
5. Untuk mengetahui prosedur penarikan sampel.
6. Untuk mengetahui cara menentukan ukuran sampel.
7. Untuk mengetahui maksud dari rancangan penelitian.
8. Untuk mengetahui jenis-jenis desain penelitian.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Populasi
Populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang berarti
jumlah penduduk Populasi amat populer dalam metode penelitian, yang
digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi
sasaran penelitian. Oleh karena itu, populasi penelitian merupakan keseluruhan
(universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, udara,
gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini
dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2011:109).Populasi merupakan
keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan
unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti (Soedjana: 74).
Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Hal ini ditegaskan oleh Furchan (2011 : 193) Populasi
dirumuskan sebagai semua anggota sekelompok orang, kejadian atau obyek
yang telah dirumuskan secara jelas. Jadi disimpulkan bahwa populasi
merupakan keseluruhan objek/subjek yang menjadi sasaran dan pengamatan
dalam penelitian.
Populasi dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat
dibedakan: populasi terbatas dan populasi tak terhingga.
a. Populasi terbatas, yaitupopulasi yang memiliki sumber data yang jelas
batas-batasnya secara kuantitatif. Misalnya jumlah murid (remaja) SMA di
Batusangkar pada tahun 2016 sebanyak 150.000 siswa, terdiri dari 78.000
siswa dan 72.000 siswi.
b. Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak
dapat ditentukan batasnya secara kuantitatif. Misalnya, jumlah gelandangan
di Indonesia.

3
Dilihat dari kompleksitas objek populasi dapat dibedakan: populasi
homogen dan populasi heterogen.
1. Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota
populasi, memiliki sifat-sifat yang relatif sama satu sama lainnya.
contohnya air, air memiliki sifat homogen sehingga keseluruhan yang
besar tak terhingga dari air, sama dengan bagian kecil dari keseluruhan
tersebut.
2. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif
memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat tersebut membedakan individu
anggota populasi yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Muri (2007:183) Populasi digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Populasi terbatas (definite) yaitu objek penelitiannya dapat dihitung,
seperti luas sawah, jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah mahasiswa.
b. Populasi tak terbatas (infinite) yaitu objek penelitian yang mempunyai
jumlah yang tak terbatas, atau sulit dihitung jumlahnya; seperti pasir di
pantai.
D. Sampel

Bila populasi besar maka tidak efisien bagi peneliti untuk mempelajari
semua yang ada pada populasi. Oleh karenanya, munculah istilah sampel,
menurut Sugiyono (2010: 118) sampeladalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yangada pada populasi, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil daripopulasi itu. Apa yang dipelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akandiberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif.
Berikut beberapa keuntungan yang diperoleh jika menggunakan
sampel, seperti yang diungkapkan Arikunto (2002) :

a. Memperkecil biaya

4
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objekyang
diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besarbiaya yang
diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayahyang cukup
luas.Data yang didapat dari sampel, yaitu sebagian kecil populasi, hal ini
berarti pengeluaran atau biaya akan lebih murah dari data melalui
populasi/sensus.
b. Mempercepat proses
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikitdaripada
penelitian populasi. Data dapat dikumpulkan dan diringkas lebih cepat
dengan sampel sehingga menghemat waktu penelitian.
c. Faktor ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agarkesimpulan
cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalamhal ini meliputi
pengumpulan, pencatatan, dan analisis data.Penelitian terhadap populasi
belum tentu ketelitian terjamin.Boleh jadi peneliti akan bosan dalam
melaksanakan tugasnya. Untukmenghindarkan itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian yang lebih dalam suatu
penelitian.
Kesimpulan penelitian pada hakekatnya adalah generalisasi dari sampel
menuju populasi, yang dimasud dengan menggeneralisasikan adalah
mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat
menggambarkan kedaan populasi yang sebenarnya. Dengan kata lain sampel
harus representative. Hubungan populasi-sampel-generalisasi dilukiskan
sebagai berikut:

5
Data disimpulkan
Populasi
Kesimpulan berlaku untuk populasi

Sebagian dari populasi


Sampel diteliti Data dianalisis

Gambar 1

E. Kriteria Sampel yang Baik

Karakteristik utama dari sampel yang baik digunakan peneliti agar


mengetahui kualitas sampel yang digunakan dalam proses penelitian, adalah
sebagai berikut:
1. Sebuah sampel yang baik adalah sampel mewakili populasi sesuai dengan
sifat-sifatnya.
2. Sampel yang baik seharusnya memiliki akurasi atau ketepatan yaitu tingkat
ketidakadaan "bias" (kekeliruan) dalam sampel.
3. Sampel yang baik adalah sampel yang objektif, hal ini meliputi
objektivitas dalam memilih prosedur.
4. Sampel yang baik seharusnya memiliki tingkat presisi estimasi. Presi
mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik
populasi.
5. Subjek yang menjadi sampel yang baik mudah didekati. Instrument
penelitian dapat diberikan pada sampel sehingga data dapat dikumpulkan
dengan mudah.
6. Ukutran sampel yang baik adalah sedemikian rupa sehingga menghasilkan
hasil yang akurat sehingga peluang terjadinya kesalahan dapat
diperkirakan.

6
7. Sampel yang baik membuat penelitian menjadi lebih layak.
8. Sampel yang baik memiliki kepraktisan untuk situasi penelitian (Singh,
2006).
F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk


menentukan sampel yang jumlahnya sesuaidengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya, denganmemperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif, Sugiyono
(2010). Menurut Noor (2015: 148) memaparkan bahwa pengambilan sampel
adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga
penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya
akan dapat membuat kita menggeneralisasikan sifat dan karakteristiknya
tersebut pada elemen populasi. Untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian,terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Secara garis besar ada dua cara yang dilakukan dalam teknik sampling yaitu:
1. Probability sampling
2. Non probability sampling
Secara skematis, teknik sampling ditunjukkan pada gambar di bawahini.

Teknik sampling

Probability sampling Non probability sampling

Simple random sampling Sampling sistematis


Proporsionate stratified random sampling Sampling kuota
Disproporsionate stratified random sampling Purposive sampling
Area (cluster) sampling Sampling jenuh
Snowball sampling

Gambar 1

7
1. Probability/ Random Sampling
Menurut Abdurrahman (2011: 125) sampling peluang merupakan
proses pemilihan sampel yang dilakukan secara acak dan objektif, dalam
arti tidak didasarkan pada keinginan peneliti, sehingga setiap anggota
populasi memeiliki kesempatan tertentu untuk dipilih sebagai sampel. Jadi
probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik probability sampling ini meliputi:
a. Simple random sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Simpel random sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap anggota yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel.
Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Sampling
acak sederhana adalah sebuah rancangan sampling yang paling
sederhana ditinjau dari proses samplingnya dan digunakan untuk
ukuran populasi terbatas (kecil). Seperti yang digambarkan pada
gambar berikut:

Populasi homogen Sampel


Pengambilan acak
yang representatif

Gambar
Syarat untuk dapat dilakukan teknik 3 random sampling adalah:
simple
1) Anggota populasi tidak memiliki strata sehingga relatif homogen.
2) Adanya kerangka sampel yaitu merupakan daftar elemen-elemen
populasi yang dijadikan dasar untuk pengambilan sampel.

8
Tahapan yang dilakukan dalam menarik sampel teknik random
sederhana adalah:
1) Membentuk kerangka sampel dan kemudian memberi nomor urut
seluruh unsur yang ada dalam kerangka sampel
2) Memelih unsur yang akan dijadikan sampel dengan cara undian
atau menggunakan tabel angka acak.
b. Sampel Berstrata (Stratified Random Sampling)
Menurut Siregar (2013:31) Stratified Sampling merupakan
teknik pengambilan sampel dengan populasi yang memiliki strata atau
tingkatan dan setiap tingkatan memiliki karakteristik sendiri. Dalam
penarikan sampel acak berstrata populasinya di skat-skat menjadi
beberapa grup yang disebut strata. Setiap strata memiliki elemen yang
relatif homogen. Karena jumlah populasi pada setiap strata tidak sama,
maka dalam pelaksanaannya dibagi dua jenis, yaitu:
1) Proporsional sampel (Proportionate Stratified Random
Sampling)
Jumlah sampel yang diambil dari strata sebanding, sesuai dengan
proposional ukurannya.
Contoh: perhitungan untuk menentukan jumlah sampel yang
diambil dari masing-masing strata (tingkatan), jika diketahui
jumlah sampel yang diambil 120 orang.
Ukuran sampel = 120 orang
120
Proporsi sampel untuk setiap strata = = 0,1
1200
Setiap jumlah sampel dari setiap strata dikalikan proporsi sampel.
Misal:
Jumlah sampel SD = populasi SD x proporsi
= 150 x 0,1 = 15 orang
Tabel 1
Sampel Berstrata Proporsional
Strata Anggota Proporsi Jumlah % sampel
populasi sampel dalam
(orang) populasi

9
SD 230 0,1 23 19,2
SMP 270 0,1 27 22,5
SMU 300 0,1 30 25
Sarjana 400 0,1 40 33,3
Jumlah 1200 0,1 120 100

Teknik proportionate stratified random sampling dapat


digambarkan seperti gambar berikut:

Gambar 4
2) Disproporsional Sampel (disproportionate stratified random
sampling)
Teknik yang hampir mirip dengan proporsional stratified
random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun
ketidakproporsioanal penentuan sampel didasarkab pada
pertimbangan jika anggota populasi berstrata namun kurang
proporsional pembagiannya. Misalnya, populasi karyawan PT XYZ
berjumlah 1.000 orang yang berstrata berdasarkan tingkat
pendidikan SMP, SMA, D3, S1 dan S2. Namun jumlahnya tidak
seimbang yaitu:
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
D3 : 180 orang
S1 : 10 orang
S2 : 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat
tidak seimbang (terlalu kecil dibanding dengan strata lain) sehingga

10
dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel (Noor,
2011: 153).
3) Cluster Sampling ( Area sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik
penarikan sampel dengan menggunakan metode ini adalah populasi
dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area atau cluster, lalu
kemudian beberapa cluster dipilih sebagai sampel, dari cluster
tersebut bisa diambil seluruhnya atau sebagian saja untuk dijadikan
sampel, anggota populasi disetiap cluster tidak perlu homogen.
Sampel di tarik dengan teknik kombinasi antara stratified sampling
dan cluster sampling
Contoh: Misalnya di Indonesia, terdapat 30 provinsi, dan sampel
akan menggunakan 15 provinsi. Maka pengambilan 15 provinsi itu
dilakukan secara random. Hal yang perlu diperhatikan bahwa
provinsi-provinsi di Indonesia tidak memiliki strata yang sama.
Maka teknik pengambilan sampelnya menggunakan stratified
random sampling. Karakteristik yang lain, provinsi di Indonesia
ada yang penduduknya padat, ada yang tidak, adayang kaya , ada
yang tidak,ada yang mempunyai bahan hutan yang banyak, ada
yang tidak, ada yang wilayahnya luas,ada yang tidak. Oleh Karena
itu karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga
pengambilan sampel menurut strata populasi ditetapkan.
Teknik cluster sampling ini sering digunakan melalui dua
tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap
kedua menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu juga
secara sampling. Teknik ini dapat digambarkan seperti gambar
berikut :

Random Cluster
ABBB CD CD
LM
NOP 11
LM STU
QR HI
JK
STU
C, L, T Random individu

Gambar 5

Tabel 2
Perbedaan Teknik Sampling Klaster dan Teknik Sampling Berstrata

Teknik Sampling Berstrata Teknik Sampling Klaster


Peneliti membagi populasi menjadi Peneliti membagi populasi
beberapa kelompok dengan
menjadi beberapa kelompok atau
subpopulasi yang disebut strata jlaster sebagai populasi mini
berdasarkan kriteria variabel tertentu
berdasarkan kriteri yang
yang dioandang dapat menimbulkan mengacu pada karakteristik yang
bias terhadap hasil penelitian dimiliki populasi
Peneliti berusaha mempertahankan Peneliti berusaha
heterogenitas antarsubpopulasi dan mempertahankan homogenitas
homogenitas elemen populasi yang antar klaster dan heterogenitas
ada dalam satu subpopulasi elemen populasi yang ada dalam
satu klaster
Peneliti memilih sampel secara acak Peneliti memilih secara acak
dari setiap subpopulasi sampel klaster kemudian
memilih secara acak sampel dari
klaster terpilih

2. Non-Probability Sampling
Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun yang termasuk teknik
sampel ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Sampling Sistematis

12
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
Misalnya anggota populasi terdiri dari 50 orang, dari semua anggota itu
diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai 50. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan bilangan
tertentu. Contoh berikut memuat sampling sistematis dengan sampel
semua bilangan yang merupakan kelipatan 5.

populasi

sampel
12345
678910
1112131415
1617181720
Pengambilan 510
2122232425
secara 1520
2627282930
sistematis 2530
3132333435
3540
3637383940
4550
4142434445
4647484950

Gambar 6

b) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik sampling yang menentukan
jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah
kuota yang diinginkan, Noor (2011: 155). Langkah penarikan sampling
kuota antara lain: (Abdurrahman, 2011: 136)

13
1. Peneliti merumuskan kategori kuota dari populasi yang populasi
yang akan ditelitinya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu
sesuai dengan ciri-ciri yang dikehendakinya, seperti jenis kelamin
dan usia.
2. Menentukan besarnya jumlah sampel yang dibutuhkan dan
menetapkan jumlah jata (kuota). Selanjutnya, setelah jumlah jatah
ditetapkan, unit sampel yang diperlukan dapat diambil dari jumlah
jatah tersebut.
c) Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu, baik itu berupa pertimbangan sekelompok pakar
dibidang ilmu yang sedang diteliti. Sampel ini lebih cocok digunakan
untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan
generalisasi. Misalnya penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan atau penelitian
tentang kondisi politik disuatu daerah, maka sampel sumber datanya
adalah orang yang ahli politik.
d) Sampling Jenuh
Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel
dimana semua anggota populasi digunakan sampel. hal ini dilakukan
bila jumlah populasi relative kecil (kurang dari 30 orang) dan peneliti
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
e) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
pada mulanya jumlahnya kecil tetapi makin lama makin banyak,
berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai telah cukup. Teknik
ini baik untuk diterapkan jika calon responden sulit untuk identifikasi.
Misalnyapenelitian mengenai penyebaran penyakit AIDS, yaitu dengan
menelusuri orang-orang yang diduga mengidap penyakit ini
berdasarkan informasi dari si penderita pertama yang ditemukan.
Informasi tersebut bisa berupa siapa-siapa saja yang pernah

14
berhubungan dengan si yang sangat diperlukan untuk melacak
penyebaran virus HIV. Teknik pengambilan sampel dengan snowball
sampling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif.
G. Prosedur Penarikan Sampel

Ada beberapa cara memperoleh sampel yang representatif, ada


beberapa langakh atau prosedur dalam melakukan pengambilan sampel, yaitu:
(Abdurrahman, 2011, 138)

1. Menentukan populasi target;


2. Membuat kerangka sampling;
3. Menentukan ukuran sampel;
4. Menentukan teknik dan rencana pengambilan sampel;
5. Melakukan pengambilan sampel.
Menurut para ahli, langkah-langkah penarikan sampel dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Menentukan populasi sasaran dengan tegas, yang dilanjutkan dengan
penentuan populasi studi dari populasi sasaran tadi.
2. Menentukan area populasi, berkaitan dengan lokasi penelitian.
3. Menentukan ukuran populasi sebagai dasar untuk menarik sampel.
4. Membuat kerangka sampling dngan memasukkan data dari populasi secara
lengkap dan jelas, serta hal yang terpenting adalah satuan-satuan sampling
diberi nomor sesuai dengan jumlah digit populasinya, yang berurutan
mulai dari nomor terkecil sampai nomor yang terbesar.
5. Menentukan ukuran sampel dengan menggunakan rumus-rumus yang
sesuai.
6. Menggunakan tabel angka random ataupun program komputer sebagai alat
seleksi.
7. Satuan sampling terpilih sebagai anggota sampel, merupakan langkah
terakhir dari desain sampling yang pada hakikatnya merupakan cerminan
dari populasi, (Abdurrahman, 2011: 139)

H. Teknik Menentukan Ukuran Sampel

15
Setelah kita menggunakan berbagai cara pengumpulan sampel sehingga
sampel yang diperoleh memiliki karakteristik populasi, selanjutnya adalah
menentukan besarnya sampel. Menurut Siregar (2013: 34) Ada beberapa teknik
yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran sampel dari suatu populasi,
antara lain:

a. Teknik Solvin
Rumus :
N
n=
1+ Ne2
N= jumlah populasi ,
e= perkiraan tingkat kesalahan
n= jumlah sampel yang dicari

Contoh 1:
Kita akan meneliti pengaruh pemberian penggunaan ICT terhadap
motivasi belajar siswa kelas III SMP Sukajadi selama semester awal.
terdapat 130 siswa kelas III pada sekolah tersebut. Dengan tingkat
kesalahan pengambilan sampel sebesar 5%, berapa jumlah sampel minimal
yang harus diambil?
N 130
n= 2
= 2
=98,11
1+ N e 1+130( 0,05)
Jadi bila tingkat kesalahan pengambilan sampel sebesar 5%, diperlukan 99
siswa sebagai sampel.

b. Untuk menaksir parameter porporsi P


Rumus :

a
n=
( Z ) pq
2
2
2
e

16
N= populasi , p= proporsi populasi ,
q=1− p ,
Z=tingkat kepercayaan ( significant ) ,
e= perkiraan tingkat kesalahan

Contoh 2:

Seorang mahasiswa akan meneliti tentang tingkat kepuasan


terhadap pelayanan bus trans Jakarta. Proporsi masyarakat menggunakan
bus 0,3 dengan tingkat signifikan 90% dan margin error 10%.
Tentukanlah jumlah sampel yang harus diambil!

α =1−0,9=0,1
α 0,1
= =0,05
2 2
Z=1. 0,05=0,95 ( dari distribusi normal 1,64 )
p=0,3
q=1−0,3=0,7
e=0,1
Sehingga Sehingga minimum jumlah sampel yang harus diambil
sebagai berikut:
a
n=
( Z ) pq
2
2
2
e
( 1,65 )2 .0,3 .07 ❑
n= =57,1=57∨ang
(0,1)2
Jadi, sampel minimal yang diperlukan jika tingkat signifikan 90% dan
margin error 10% ada 57 orang.
Adapun teknik penentuan ukuran sampel menurut Sugiyono
(2010:129) yaitu dengan menggunakan nomogram Harry King dan
menggunakan tabel dengan populasi tertentu taraf kesalahan 1%,
5%,dan 10%.

17
Misalnya populasi berjumlah 200. Bila dikehendaki
kepercayaan sampel terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%
maka jumlah sampel yang diambil (0,58 x 200 x 1,195 ¿=19,12orang

Gambar 7

Menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi


tertentu dengan taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%.

18
I. Rancangan Penelitian

Menurut Malhotra dalam Noor (2015: 107) memaparkan bahwa desain


penelitian adalah kerangka atau cetak biru dala melaksanakan suatu proyek
riset. Suatu prosedur penting untuk informasi yang dibutuhkan untuk meyusun

19
pemecahan masalah penelitian. Menurut philip dalam Noor (2015: 108)
menyatakan bahwa desain penelitian untuk membantu penelitian dalam
pengalokasian sumber daya yang terbatas dengan menempatkan pilihan penting
dalam metodologi. Menurur kerlinger dalam Noor (2015:108), desain
penelitian diklasifikasikan sebagai rencana dan struktur investigasi yang dibuat
sedemikian rupa sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian.
Maka dapat disimpulkan bahwa secara menyeluruh desain penelitian
adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian. Komponen
dari desain dapat mencakup semua struktur penelitian diawali saat menemukan
ide, menentukan tujuan, kemudian merencanakan penelitian (permasalahan,
merumuskan, menentukan tujuan penelitian, sumber informasi dan melakukan
kajian dari berbagai pustaka, menentuka metode yang digunakan, analisis data
dan menguji hipotesis untuk mendapatkan hasil penelitian).
1. Kegunaan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian memudahkan peneliti mampu menjawab
pertanyaan (masalah) penelitian dengan valid, objektif, tepat, efisien. Desain
penelitian disusun dan dilakukan dengan penuh perhitungan agar dapat
menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan masalah
penelitian yang ada.
Kegunaan rancangan penelitian bagi peneliti bahwa rancangan
dimaksud utnuk memenuhi dua hal mendasar, yaitu:
1. Memberikan jawab terhadap suatu pertanyaan penelitian berkenaan
dengan hal-hal yang ingin ditemukan atau dicari pemecahannya.
Jawaban atas pertanyaan tersebut diungkapkan melalui prosedur-
prosedur kerja dan pembuktian atas hal-hal yang ingin dicari.
2. Mengendalikan variabel berkaitan dengan variabel berkaitan dengan
variabel mana yang diobservasikan pengaruhnya terhadap variabel
lain, sebagai hasil atau dampak adanya variabel lain atau variabel mana
yang utama kita perhatikan sehingga hasil penelitian kita akan tetap
berpedoman pada arahan atau tujuan penelitian semula.

20
2. Kriteria Rancangan Penelitian

Menyusun rancangan penelitian bukanlah suatu hal yang mudah


dilakukan oleh peneliti, terutama peneliti mula. Kesulutan menentukan
sumber acuan atau kerangkan pengkajian variabel ini akan menimbulkan
penelitian yang dilakukan menjadi bias (subjuctive).
Ada beberapa kriteria yang dapat kita pakai atau jadikan sebagai
kriteria untuk menilai desain penelitian. Kriteria ini mencakup:
a. Menjawab pertanyaan penelitian
Kelemahan mendasar yang dibuat oleh para peneliti mula pada
umumnya bahwa desain itu tidak menjawab pertanyaan penelitian.
Kadang kala peneliti secara ceroboh menggunakan suatu rancangan
penelitian eksperimen tanpa menpertimbangkan segi-segi yang
mempersyaratkannya. Peneliti langsung memilih rancangan
eksperimen dan menetapkan kedua subjek sebagai ‘kelompok
eksperimen’ dan ‘kelompok kontrol’.Seyogianya peneliti menentukan
terlebih dahulu kerangkan, acuan untuk menjawab pertanyaan dalam
penelitiannya.
b. Kontrol atau kendali terhadap variabel bebas ekstra
Kontrol atau kendali terhadap variabel bebas ekstra. Variabel
bebas ekstra adalah variabel bebas yang mungkin mempengaruhi
variabel bebas, tetapi bukan merupakan bagian dari kajian yang
dilakukan oleh peneliti. Untuk mengontrol variabel bebas secara
memadai hal yang paling penting dilakukan oleh penelitian adalah
melakukan randomisasi setiap kali ada kemungkinan; masukkan
subjek ke dalam kelompok secara acak; berikan perlakuan kepada
kelompok itu secara acak.

c. Validitas internal
Validitas internal ini mengajukan pertanyaan,’ Apakah X, yaitu
manipulasi eksperimen, sunggu-sungguh menghasilkan perbedaan
yang signifikan? Segala sesuatu yang mempengaruhi kontrol atau

21
kendali desain ini menjadi persoalan validasi internal. Apabila suatu
desain atau rancangan itu sedemikian rupa keadannya sehingga
peneliti meragukan atau sama sekali yakni akan relasi (akan adanya
signifikan perbedaan dalam kelompok eksperimen), maka ini
merupakan masalah validitas internal.
d. Validitas eksternal
Validitas eksternal (external validity), yaitu validitas yang
berhubungan dengan keterwakilan atau representasi atau kemungkinan
generalisasi. Apabila suatu eksperimen telah dikerjakan dan relasi
(hubungan antar variabel) sudah ditemukan, untuk populasi apa
sajakah relasi (hubungan) itu dapat dirapatkan atau digeneralisasikan?
Apakah generalisasi itu berlaku bagi seluruh populasi atau hanya
terbatas pada sampel yang menjadi objek penelitian? Hal penting
dipahami oleh peneliti karena tidak semua hasil eksperimenn itu
berlaku bagi populasi yang lebih luas.
3. Tahapan Penyusunan Rancangan Penelitian
Adapun tahapan dalam penyusunan rancangan penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan topik penelitian
Topik Penelitian adalah suatu pokok permasalahan yang akan
dibahas dan ditelaah dalam penelitian. Penetapan topik berhubungan
dengan inti permasalahan, batasan masalah dan mengarahkan
penentuan judul. Dalam penyusunan topik perlu memperhatikan :
1) urgensi masalah yang diajukan
2) alasan-alasan, manfaat dan keuntungan
3) fakta dan data yang tersedia dan mendukung
4) Terjangkau oleh peneliti
5) menghindari duplikasi
b. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan mengumpulkan informasi
dan data dengan melakukan pendekatan terhadap 3 (tiga) hal :

22
1) Paper, dengan cara mengumpulkan informasi awal dari beragam
media massa dan cetak, literature, internet.
2) Person, dengan cara mengkonsultasikan kepada para ahli
danakademisi
3) Place, dengan cara mengadakan peninjauan lokasi langsung ke
lokasi penelitian
Manfaat pelaksanaan studi pendahuluan:
1) Memperjelas masalah yang sedang diteliti
2) Sebagai pertimbangan melakukan penelitian pada tahap berikutnya
3) Mengetahui penelitian yang serupa dan sudah pernah dilakukan
maupun bagian mana yang belum     terpecahkan.
c. Merumuskan masalah penelitian
Rumusan masalah harus bersifat spesifik dan operasional (dapat
dilakukan) daripada judul penelitian. Hal ini bertujuan agar lebih
terarah dalam menyusun instrumen pengumpulan data.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan rumusan masalah
penelitian :
1) Masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
2) Susunan kalimat sederhana dan menghindari istilah yang belum
baku
3) Singkat, jelas, padat dan tidak menimbulkan kerancuan
4) Harus menggambarkan keinginan kuat dan tujuan yang akan
dicapai
5) tidak kesulitan dalam mengumpulkan data di lapangan
6) Harus dapat direfleksikan dalam judul penelitian
d. Menentukan objek penelitian (populasi, sampel, variabel penelitian)
e. Menentukan sumber data (primer dan sekunder)
f. Menentukan pendekatan penelitian (kuantitatif /kualitatif)
4. Rancangan Penelitian

23
Terdapat beberapa macam rancangan penelitian atau desain
penelitian. Pemilihan rancangan atau desain penelitian sangat ditentukan
oleh jenis masalah yang diteliti dan tujuan penelitian.
a. Rancangan Ekperimen
Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan
setiap tindakan ynag terdefinisikan, sehingga informasi yang
berhubungan dengan atau yang diperlukan untuk persoalan yang akan
diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Desain eksperimen
merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum
eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat
diperoleh sehingga akan membawa ke analisi yang obyektif dan
kesimpulan yang berlaku dan tepat dalam menjawab persoalan yang di
bahas. Ada beberapa sistem notasi yang digunakan jika membicarakan
desain spesifik eksperimental, sistem notasi itu adalah sebagai berikut:
(Noor, 2011: 112)

X: digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok


yang diuji terhadap suatu perlakuan eksperimental pada variabel
bebas yang kemudian efek pada variabel tergantungnya akan
diukur.

O: Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap


variabel tergantung yang sedang diteliti pada individu, kelompok
atau objek tertentu.
R: Menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan
ditentukan secara random untuk tujuan studi

Karakteristik dalam penelitian eksperimen adalah sebagai berikut:


1. Memanipulasi
Adanya tindakan memanipulasi variabel yang secara terencana
dilakukan oleh si peneliti. Maksud dari manipulasi yaitu tindakan
atau perlakuan yang dilakukan seseorang peneliti atas dasar

24
pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawaban secara
terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat.
2. Mengontrol Variabel
Karakteristik yang selalu ada dalam penelitiain eksperimen
adalah adanya kontrol yang sengaja dilakukan oleh peneliti
terhadap variabel atau uabahan yang ada.
3. Melakukan Observasi
Tujuan untuk melakukan observasi untuk melihat dan mencatat
kejadian atau fenomena apa yang muncul yang memungkinkan
terjadinya perbedaan di antara kedua kelompok.
Aplikasi nyata perlunya desain ekperimen mengenai model desain
penelitian terbagi dalam tiga kelompok besar: (Noor, 2011: 114)
a) Pre-Eksperimen
a) One Shot Case Study
Pada percobaan ini, yang memperoleh perlakuan (X) hanya satu
kelompok. Tidak ada kelompok lain sebagai kelompok
pembanding. Pada desain ini tidak terdapat pre tes (O). Sehingga
yang dilakukan hanyalah pos tes saja. Selain itu, kita tidak
mengetahui kondisi subjek sebelum perlakuan diadakan. Model
desain ini adalah sebagai berikut.
Pre test Variabel Terikat Pos tes
- X O
Keterangan:
X adalah perlakuan yang diberikan (variabel independent).
O adalah pos tes (observasi atau variabel dependen).
(dibaca: Pada penelitian, terdapat satu kelompok yang diberi
perlakuan yang selanjutnya dilanjutkan dengan pos tes atau
diobservasi hasilnya).
b) One Group Pre Test- Post Test Design
Sama halnya dengan studi kasus sekali tes, desain ini juga
hanya memiliki satu kelompok dan pemberian pos tes setelah
perlakuan. Perbedaannya, pada desain ini diadakan pre tes

25
sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian, model desainnya
adalah sebagai berikut.
Pre test Variabel Terikat Pos tes
O1 X O2
(dibaca: Pada penelitian, terdapat satu kelompok yang diberi pre
tes dilanjutnya dengan perlakuan (treatment) dan kemudian
dilanjutkan dengan pemberian pos tes).
Oleh karena itu, hasil penelitian dengan menggunakan desain ini
dapat diketahui lebih akurat karena kita dapat
membandingkannya dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c) Perbandingan Grup Statis (Static Group Comparison Design)
Dalam rancangan perbandingan grup statis ini terdapat kelompok
dan ekspose sebagai variabel independen diberi postes. Nilai-nilai
postes kemudian dibandingkan untuk menentukan keefektifan
treatment. Desain ini akan lebih cocok dalam eksperimen yang
berkaitan dengan pembentukan sikap karena dalam eksperimen
demikian akan berpengaruh pada perlakuan. Data kelompok
dibagi menjadi dua : separuh diberi pelatihan (kelompok
eksperimen) dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
(kelompok kontrol).
Grup Variabel Terikat Postes
Eksperimen X O1
Kontrol - O2

b) True Eksperimental Design


Desain eksperimen murni disebut juga true experimental
(eksperimen yang benar-benar eksperimen). Sugiyono (2009;112)
menyatakan bahwa dalam true experimental, peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Oleh karena itu, validitas internal (kualitas pelaksanaan
rancangan penelitain) dapat menjadi tinggi.

26
Karakteristik yang membedakan desain ini dengan desain
lainnya adalah pengelompokkan subjek secara acak (sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok control
diambil secara acak dari populasi tertentu). Sedangkan kesamaanya
dengan desain kelompok static adalah adanya kelompok control. Jadi
ciri desain ini adalah adanya kelompok control dan sampel dipilih
secara random.
Ruseffendi (2010;50) menyatakan eksperimen murni dibagi
menjadi dalam tiga jenis yaitu desain kelompok control pre tes- pos
tes (pre test- pos test- control group design), desain kelompok control
hanya pos tes (post tes- only control group design) dan desain empat
kelompok Solomon (Solomon four-group design). Berikut ini akan
dijelaskan jenis-jenis eksperimen murni secara rinci.
a)Desain kelompok control hanya pos tes (post tes- only control
group design)
Desain ini merupakan desain yang paling sederhana dari desain
eksperimental sebenarnya, karena responden yag dipilih secara
random dan diberi perlakuan serta adanya kelompok kontrol.
Desain ini telah memenuhi lriteria eksperimen sebenarnya, yaitu
dengan adanya manipulasi variabel, pemilihan kelompok yang
diteliti secara random, dan seleksi perlakuan.
Grup Variabel Terikat Postes
(R Eksperimen X O1
) Kontrol - O2
(R
)
b)Desain kelompok control pre tes- pos tes (pre test- pos test- control
group design)
Desain ini merupakan pengembangan dasain post test only control
group design. Perbedaannya yaitu adanya pre test.
Grup Pre test Variabel Terikat Postes
(R) Eksperimen O1 X O3
(R) Kontrol O2 - O4

27
c) Desain empat kelompok Solomon (Solomon four-group design)
Pada desain ini, subjek dikelompokkan secara acak kedalam empat
buah kelompok. Dua kelompok memperoleh pre tes dan dua
kelompok lagi tidak. Kemudian, salah satu dari kelompok yang
memperoleh pre tes maupun yang tidak, mendapat perlakuan.
Akhirnya, keempat kelompok tersebut memperoleh postes. Model
desain ekseprimen ini adalah sebagai berikut:
Grup Pre test Variabel Terikat Pos tes
(R)/ Eksperimen O1 X O2
A Kontol 1 O3 - O4
(R)/B Kontrol 2- X O5
(R)/C Kontrol 3- - O6
(R)/
D
Dengan memilih desain empat kelompok Solomon, maka
eksperimen kita terdapat kelebihannya yaitu selain kita dapat
membandingkan hasil perlakuan dalam kelompok yang masing-
masing memperoleh pre tes dan dalam kelompok-kelompok yang
tidak.Akan tetapi, jangan diartikan model ini adalah model yang
paling sempurna. Apabila kita tidak memerlukan pre tes misalnya,
sudah pasti desain eksperimen kelompok control hanya postes
akan lebih baik daripada desain ini.
c) Eksperimen Semu (Quasi Eksperimental)
Pada Quasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara
acak tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Keadaan
seperti itu sering terjadi, misalnya seorang kepala sekolah
berkeberatan terhadap diadakannya suatu penelitian sebab beliau
berkeberatan bila siswanya diacak-acak. Maksudnya, siswa-siswanya
dikelompokkan secara acak ke dalam kelompok-kelompok baru.
Dengan demikian, cara ini adalah cara yang paling cocok apabila
dalam penelian percobaan (eksperimen) pengelompokkan siswa secara
acak tidak diperbolehkan. Ruseffendi (2010: 52) membagi desain ini
menjadi tiga macam, yaitu:

28
1) Desain kelompok control tidak ekivalen (the nonequivalent control
group design)
Desain ini tidak berbeda dengan desain kelompok pretes-pos tes
kecuali mengenai pengelompokkan subjek. Pada desain ini, subjek
tidak dikelompokkan secara acak. Pengelompokan baru dilapangan
sering tidak dimungkinkan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini
akan lebih baik jika kelompok-kelompok yang dibandingkan
serupa. Pada penelitian ini, peneliti berusaha agar kelompok-
kelompok tersebut seserupa mungkin. Jadi, pada desain ini terdapat
pre tes, perlakuan yang berbeda, dan ada pos tes.
2) Desain deret waktu (time series design)
Desain ini adalah perbaikan dari desain pre tes- pos tes sebuah
kelompok. Pre tes dan pos tes tidak hanya dilakukan sekali tetapi
beberapa kali. Maksud diadakan tes beberapa kali adalah melihat
apakah skor-skor pada pada pre tes atau pos tes tetap atau tidak.
Apabila skor-skor pada pre tes konstan dan setelah dilakukan pos
tes skornya menjadi naik (lebih besar daripada pre tes) dan skor pos
tes tersebut konstan maka hasilnya akan lebih meyakinkan peneliti
daripada apabila pre tes dan pos tes hanya diselenggarkaan sekali.
Hal ini disebabkan, naiknya skor pada pos tes dibandingkan dengan
skor pada pre tes belum tentu dikarenakan adanya perlakuan.
Desain eksperimennya adalah sebagai berikut.
O O O X O O O
O O O - O O O
3) Desain kontrabalans (counterbalanced design)
Pada desain ini, banyaknya kelompok minimal dua buah
kelompok dan keduanya memperoleh perlakuan yang sama.
Perbedaanya adalah urutannya saja yang berbeda. Banyaknya
perlakuan harus sama dengan banyaknya kelompok dan urutannya
di dalam satu kelompok ditentukan secara acak. Desain ini
digunakan apabila pre tes dalam penelitian tidak bias

29
diselenggarakan. Selain itu juga digunakan untuk membandingkan
perlakuan terhadap kelompok-kelompok yang tidak dapat diatur
secara acak.
Desain eksperimen penelitian ini adalah sebagai berikut.
X1 O X2 O
-----------------------------
X2 O X1 O
Pada gambar tersebut, mula-mula kelompok pertama memperoleh
perlakuan (X1) lalu memperoleh pos tes kemudian memperoleh
perlakuan lain (X2) dan akhirnya memperloh pos tes. Pada saat
kelompok pertama memperoleh perlakuan pertama (X1), kelompok
kedua memperoleh perlakuan dengan cara kedua (X2).
Apabila terdapat empat perlakuan yang berbeda maka desain
eksperimennya dalah sebagai berikut.
X1 O X3 O X4 O X2 O
------------------------------------------------------------------
X3 O X2 O X1 O X4 O
-------------------------------------------------------------------
X4 O X1 O X2 O X3 O
-------------------------------------------------------------------
X2 O X4 O X3 O X1 O

Efektivitas desain ini dapat dilihat dengan cara membandingkan


skor pos tes rata-rata dari semua kelompok untuk perlakuan
pertama dengan skor pos tes rata-rata dari semua kelompok untuk
perlakuan kedua. Skor pos tes rata-rata dari semua kelompok
untuk perlakuan pertama dibandingkan dengan skor pos tes rata-
rata dari semua kelompok untuk perlakuan ketiga, dan seterusnya,
sampai semua hasil perlakuan dari perlakuan yang berbeda-beda
dibandingkan.

30
Kelemahan dari desain ekperimen ini adalah dalam hal perlakuan
tertentu terhadap kelompok tertentu mempengaruhi keberhasilan
perlakuan yang lainnya. Dan ini harus menjadi perhatian dan
pertimbangan peneliti apabila akan menggunakan desain
eksperimen ini.
b. Rancangan Faktorial
Menurut Ruseffendi (2010: 55), desain eksperimen dari dua
buah variabel bebas atau lebih disebut pula dengan desain factorial,
dimana paling tidak sebuah variabel bebas dimanipulasikan. Pada
penelitian dengan desain eksperimen seperti ini, peneliti mencoba
meneliti pengaruh variabel-variabel bebas secara individual maupun
interaksi dengan variabel-variabel lain. Sebagai contoh yaitu apabila
kita ingin mengetahui bagaimana pengaruh berbagai metode mengajar
kepada siswa maka selain peneliti ingin mengetahui pengaruhnya
masing-masing beserta perbedaannya (mana yang lebih baik) juga
mungkin ingin mengetahui apakah pengaruh metode mengajar tertentu
akan sama atau berbeda seandainya tingkatan sekolah siswanya
berbeda-beda (misalnya siswa SD, siswa SMP, dan siswa SMA).
Desain ini disebut desain factorial sebab pada kenyataanya
desain ini melibatkan beberapa factor (pada contoh diatas menggunakan
dua factor yaitu metode dan tingkat sekolah). Apabila melibatkan dua
factor maka desain yang digunakan disebut desain dua jalur factorial.
Misalnya, apabila factor pertama terdiri dari dua buah (metode
penemuan dan diberitahu) sedangkan factor kedua terdiri dari tiga buah
siswa (siswa SD, siswa SMP, dan siswa SMA) maka desain eksperimen
ini disebut desain 2 x 3 faktorial.
c. Rancangan Latin Square
Desain ini digunakan untuk mengontrol dua variabel
pengganggu secara sekaligus. Berkaitan dengan kasus di atas, masih
terdapat satu variabel pengganggu lainnya, yaitu “kemampuan para
pekerja.” Variabel kemampuan para pekerja kita bagi menjadi tiga

31
tingkatan, yaitu: kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Ketiga
tingkatan variabel kemampuan ini kemudian kita tempatkan pada baris
dan kolom model Latin Square. Desain ini terdiri dari tiga baris dan tiga
kolom. Kemudian secara random diambil tiga pegawai dari masing-
masing departemen. Desainnya seperti di bawah ini:

Departemen Para Pekerja Tinggi Sedang Rendah


Departemen A X1 X3 X2
Departemen B X2 X1 X3
Departemen C X3 X2 X1
Keterangan : X1, X2, X3 adalah karyawan yang di uji.

32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek


yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah
sebagai bagian dari populasi.

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang


jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang representatif. Teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan
NonprobabilitySampling. Probability sampling adalah teknik sampling yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini meliputi: simple random
sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified
random sampling, dan area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).
Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi: sampling sistematis,
sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan
snowball sampling.

Rancangan penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam


perencanaan dan pelaksanaan penelitian sehingga diperoleh jawaban atas
pertanyaan penelitian. Rancangan penelitian pada penelitian kuantitatif antara
lain rancangan penelitian eksperimen (pre-eksperimen, kuasi eksperimen, dan
true eksperimen), faktorial dan latin square.

33
J. Saran

Dengan adanya makalah ini penulis berharap kepada pembaca


hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan dapat menambah
wawasan pembaca terutama mengenai permasalahan yang dibahas dalam
makalah ini.

34
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsismi. 2002.Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar
Praktik.Jakarta:Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Furchan, Arief. 2011. Pengantar Penelitiandalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Prenada Media Grup.
Russeffendi, E.T. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikandan Bidang Non-
Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Siregar, Sofian. 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, jakarta : Kencana prenada
Media Group.
Sugiyono, 2010, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Contoh :
Seorang mahasiswaakan menguji suatu hipotesis yang menyatakan bahwa
indeks prestasi mahasiswa jurusan matematika unsoed yang berjumlah 175
mahasiswa adalah 2,7. Dari 30 sampel percobaan, dapat diperoleh informasi
bahwa standar deviasi indeks prestasi mahasiswa adalah 0,25 untuk menguji
hipotesis
(175 ) (1,96)2 ( 0,25)2 ❑
n= 2 2 2
=62
(175) ( 0,05 ) + ( 1,96 ) ( 0,25)

Anda mungkin juga menyukai