.
:
G'hh.'
r@ie+llseqr
' P@19,
.
' ..
RSTJP.
. -
':.
Ai{DA$s
..:
DR h[ ETAMIL PADA}.IG
2010
PerclitianAkhir
t
l'
:J'
t
TRASUCCg
IIe
"''??,,,.:,,.;.,..
Pembimhing
h. Erkadisq M$
.BAGIAN ILMTJ
FESAI{ ,
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDAI*A.S . ..: ,., :,a:::a : ' RSU?. DR:, M. DTAMIL PADANG
,
.,1
2010
PERBANDINGAN NYERI PASCA OPERASI H ERNIO RRilAPHY SECARA I.I C I.ITE I.I STE IN DENGAN TRABUCCO
.
Oteh
Ile*drizal Iscan
Peserta PPDS I IImu Bedah FK Unand No" BP : A42220A5 I it{o. Register CHS '..16677 Penelitian ini sebagai salatr satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikari Spesialis' Bedah Fakultas Kedokteran U:riversitas Andalas Padang. Dibacakan tanggal : 7 September 2010
DISETUJUI G{,EH
:
pembimb,ing
II
. H.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia Nya penulis menyelesaikan penelitian akhir dengan judul " PERBANDINGAN NYERI
LICHTENSTEIN
dapat
Dr. H.
Asril Zahari, SpB-KBD, dan Dr. Erkadius, M.Sc selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan sampai selesainya penelitian ini.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan pada
KBD sebagai Ketua Bagiatr llmu Bodah FK Unatrd / RS th-lvtDjamil dan Dr.
Dody
Efuansdl
Unand yang telah memberikan kesernpatan seluas-luasnya kepada penulis untuk mengikuti pendidikan dan memberikan bimbingan.
Rasa hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada guru-guru
:
kof,IhJ{-
Kamardi Thalut, SpB, Dr.H. Rivai Ismail, SpB, Dr.H. Ahmad Rizal,
SpB,SpB0trICSr Dr- Juli Isnail,SpB.TKV, Prof. Dr. H. Azamris, SpB (K) Onk, DR. Dr.Mnlfrcr tt{qias, SpB, SpBO, FICS, Dr. H. Asril Zahari, SpB KBD, Dr.
SpB KBD, Dr. Alvarino, SpB, SpU, Dr. H. Daan Khambri" SpB (K) Onlg M.Kes,
Dr. Dedi Saputra, SpBP, Dr. Yewi Zulfiqar SpB, Dr. Ardian Riza SpOT, M.Kes,
Dr. Raflis Rustam, SpB KBV, Dr, Rizky Rahmadian, SpOT, M.Kes dan Dr.
Mochammad Ridwan,
pendidikan.
Terima kasih juga kepada dr. Rudy Permadi, SpAn, dr. Nasman Poear,
SpAn, dr. Liliriawati
AK
rlen dr. Yulinda AMullah SpAn, atas kerjasamanya selama penulis menjalani
pendidikan di RS dr. M. Djamil Padang.
Kepada teman sejawat residen bedah FK Unand penulis sampaikan ucapan terima kasih atas bantuan, kerjasama dan dukungan moril selama ini. Kepada orang tua" istri ( Mira Susanti SE, Msi
anakku
@egina dan Rifqi), terima kasih atas dukungan moril dan cinta yang tulus yang diberikan selama ini. Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retalq kritik dan saran
ini.
Semoga
Allah SwT
diasa
&r.:'
ffi{l:'
F;;
Fmilis
bimakasih
S..u
Mira Susanti SE, Msi ) dan serta kedua anakku (Regina dan Rifqi), terima kasih atas dukungan moril dan cinta yang tulus yang
diberikan selama ini. Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retalg kritik dan saran
swr
F.'
Padang, September 2010
Penulis
jjj4t:-4ii{:l:i::'
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
lll
vi vii vlll
ABSTRAK BAB
PENDAHT.'LUAN
I
I
2
l.l.
Latarbelakang
2
J
IL
TINJAUANPUSTAKA 2.1. Definisi Hernia 2.2. Klasifikasi Hernia Menurut Lokasi 2.3. Hemia Inguinalis 2.4. GejalaKlinis 2.5. Pemeriksaan Fisik 2.6. Penatalaksanaan Hernia Inguinalis
2.7- Kmplikasi Hqnia Inguinalis
4 4
5
5 7
I
9
l3
14
16
Nyeri
t7
2L 2L 21
BAB
III.
IV.
METODOLOGI PENELITIAN
))
22 22
4.3. Subjek
Penelitian
...................:....... 22
22
1il
....;-..............................,.
........... 24
24
Penelitian
Lr-
Etikapenelitian BAB V T{ASIL PENELITIAN BAB VI FEMBAI{ASAN .................. BAB VtI KESIMP{JLAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 7.2. Saran DAFTAR PUSTAKA
4.10,
......... 26
27
33
37
................ 37
........ 37
38
F.
&"=
F'ii
lv
;::,1:: .
DAFTAR GAilBAR
G+,
*4Ei
Cratnbar
l.
Bagian-bagian hernia..
skematis.....
.........7
t1
t2
l:
DAFTAR TAEEL
Tabel l. Distribusi Pendidikan
Tabel 2. Disfibusi
'
'r
Pasien.
ZB
Tabel
3.
28 28
Zg
T*cl 4
P@
'
'
Tabel
6.
30
3l
Tabel
8-
.,:
"1:
uniltu
:-
kffiol
.
ubng @a
'
.
pasien-
-.................. 32
'
vl
DAFTAR LAIf,PIRAN
$$.=
l
1. Master
2.
3.
MDjamil
Padang
vll
Abstrak
Latar Belakang : Salah satu tehnik tension free herniorhaptty adalah tehnik Lichtenstein yang telah diperkenalkan sejak tahun 1986. Tahun l9B9 Trabucco juga memperkenalkan tehnik tension free herniorrhaplry sutureless. Perbedaan kedua tehnik ini terletak pada jenis mesh prostetik yang digunakan , jahitan dan
penempatan meshnya.
Perbedaan perlakuan dari tehnik Lichtenstein dan Trabucco menimbulkan intensitas nyeri pasca operasi yang berbeda. Maka dilakukan penelitian yang membandingkan nyeri pasca operasi hemiorrhaphy secara Lichterctein dengan Trabucco.
Metode : Penelitian ini adalah Cohort Study Prospektif dengan membandingkan intensitas nyeri pasca operasi herniorraphy menurut Lichtenstein dengan Trabucco yang dinilai dengan menggunakan visual Analog scale (vAS). Data yang didapatkan diolah dan dilakukan pengujian uji statistik parametric,
Hasil : Pada penelitian didapatkan sebanyak 30 orang sampel, dimana 15 orang menggunakan tehnik herniorrhaphy secara Lichtenstein,dan sebanyak 15 orang hernionhaphy secara Trabucco. Terdapat perbedaan yang bermakna dalam lama waktu pelaksanaan operasi secara Lichtenstein (65.0 12.4) menit dan operasi s@ara Trabucco (52.0 + 12.4) menit (Tabel 4), dengan nilai t :2.g76 dan P 0.008. skala intensitas nyeri pada hari pertam4 kedua, kelima dan ketujuh setelah operasi tidak berbeda secara bermakna. Pada hari ketiga setelah opeiasi (Tabel 7) merniliki perbedaan secara bermakna (t :3,199; o.ool; antara operasi Lichtenstein (2.09 x 1.21) dan operasi Trabucco (0.95 t 0.65).
ini
r:
nyeri pada hari ke-3 dimana intensitas nyeri trabucco lebih rendah dari Lichtenstein. Didapat perbedaan tidak bermakna intensitas nyeri pada hari ke-l
Kesimpulan Teknik Trabucco membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan teknik Lichtenstein. Didapat perbedaan bermakna intn;itas
Kata Kunci
vllt
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah yang sering dijumpai pada penderita pasca operasi hemia
inguinalis adalah rasa nyeri, tidak nyaman, pembatasan aktifitas fisih dan dalam jangka panjang adalah kekambuhan. Herniorrhaphy adalah tindakan operasi yang
cukup sering dilakukan dalam bidang bedah umum. Evolusi tindakan untuk
herniorrhaphy inguinalis dewasa
perubahan. Berbagai
tinggi
.r'2'3
Pada tahun 1979 ditemukan tehnik Tension free hernionhaphy oleh Lichtenstein dengan menggunakan material prostetik
Mesh
) . Tehnik ini
terbukti sukses mengurangi rekurensi, biaya operasi, dan waktu perawatan, serta
memperbaiki kualitas hidup pasien. Selain itu cara ini juga dapat mengurangi
dalam
penatalaksanaan hernia sejak tahun 1986. Telah banyak penelitian yang dilakukan
untuk membandingkan tehnik ini dengan tehnik non tension free hernionhaphy
dan didapatkan hasil bahwa tehnik Lictenstein ini jauh lebih
baik.
r'2'3'6
, Trabucco
extemus. Trabucco menyatakan bahwa tehnik ini mempunyai angka rekurensi dan
ts2s'26
, jahitan dan
akan
menimbulkan rasa nyeri atau intensitas nyeri yang berbeda oleh penderita pasca
operasi herrniorhaphy. Menurut Bonica (1990), biasanya periode nyeri akut rata-
rata 1,5 hari (l-3 hari).6 Dari Literatur yang saya dapatkan, belum ada penelitian
yang membandingkan kedua tehnik ini.
secara
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan
umum
operasi herniorrhaphy
menurut
khusus
l.
2.
"'
3.
l.
Hernia terdiri atas tiga bagian, yaitu kantong herni4 isi kantong dan pelapis hernia. Kantong hernia merupakan divertikulum dari peritoneum dan
mempunyai leher dan badan. lsi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukarq dan dapat merupakan sepotong kecil omentum sampai organ padat yang besar. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilewati oleh kantong hemia.r2'3
Abdominal
Heck of Sac
Gantbar
l.
Bagian-bagian Hemia
t-lGntorg hemia: pada hemb abdominalis berupa peritoneum parietalis; 2. lsi hernia: bettpa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia abdominalis ben+a usus; 3. Lrcus Minoris Resisfence (LMR); 4. cincin hemia: Merupakan bagian bans mircris resrisfene yang dilalui kantong hemia; 5. Leher hernia: Bagian terseirpit
ffirg
1. Hernia inguinalis,
2.
Hernia femoralis, terjadi bila kantong dan isi hernia masuk ke dalam
kanalis femoralis melalui annulus femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih dua cm dan keluar pada
fossa ovalis di lipat paha.
3. 4.
Hemia venhalis merupakan nama semua hernia yang terjadi pada anterolateral dinding abdomerg seperti hernia sikatrikaliVhernia insisional
5.
kulit.
tekanan
di dalam abdomen.
di
vena
Flernia inguinalis lateralis sering dijumpai pada pria. Angka kejadian pria
adalah 12 kali lebih sering dibanding wanita. Terjadinya hernia pada orang
dewasa" disebabkan oleh penyebab sekunder atau didapat yang adekuat. Hernia
inguinalis lateralis dapat terjadi pada semua umur, namun tersering pada usia
antara 45 sampai 75 tahun.a5
:45:l
1. Terbukanya
prosessus vaginalis
2. 3.
Tekanan intra abdominal yang meningkat Kelemahan otot dinding perut karena usia. Penyebab hernia inguinalis lateralis pada orang dewasa dan orang tua
Hal ini bisa terjadi karena batuk kronis, asiteg peningkatan cairan peritoneum
oleh karena akesia bilier, pembesaran prosta! tumor abdomen dan obstipasi.3'4'5 Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
:3'4'5
lL
berlcontnalcsi
3.
internus ikut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdominal tidak tinggi dan
kanalis ingunalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut
berkonstraksi, kanalis ingunalis berjalan trasnversal dan annulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis ingunalis.3'a'7'8
Kelemahan otot dinding perut terjadi akibat kerusakan nervus ilionguinalis
dan nennrs iliofemoralis.t'8'e
lngulnal Hsrnla
srnsl bdrtri
lrilrflsl irEtuin4
fir
2.4. Gejala klinis Gejala dan tanda klinis sebagian besar ditentukan oleh keadaan isi
knia
mrmcul pada waktu berdiri, bersin, batuk atau mengedan dan menghilang pada saat berbaring. Rasa nyeri dirasakan didaerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena rcgangan pada mesenterium sewaktu segmen usus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru
Inspeksi: ketika pasien diminta mengedan akan terlihat beqjolan pada lipat pahq
bahkan benjolan bisa saja sudah nampak meskipun pasien tidak mengedan.
Palpasi: dapat meraba benjolan yang kenyal, yang isinya mungkin berupa usus,
omentum atau ovarium. Palpasi juga dapat menentukan apakah hernia tersebut
jari
auskultasi, bila isi hernia berupa usus maka bising usus dapat terdengar. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan metode finger tip test: hanya
dapat dilakukan pada pria dan pada hernia reponiblis. Tujuan utamanya adalah
jari
hernia Pasien kemudian diminta mengedan. Jika hernia teraba atau menyentuh
ujmg jari berarti ini adalah hernia lateralis, dan bila hemia menyentuh
bagran
mpingjari
100 tahun yang lalu (1884). Semua teknik bedah rekonstruksi menemukan komplikasi umum yaitu ketegangan pada garis jahitan. Ini adalah fa}for utama etiologi hernia berulang. Tindakan operatif seperti hemiotomi atau hemioplasty
merupakan satu-safunya pengobatan yang rasionul.
I I'
l2'l
sampai
isi hernia
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin dan selanjutnya
dipotong.ra'ls'16
ke ligamentum inquinale
Poupart. Metode
Mc Vay dilakukan
a' t t'' 6
ketegangan yang
sederhana dan efisien disarankan dengan melakukan prosedur yang cepat dan
adalah
pilihan dalam penatalaksanaan hemia sejak tahun 1986, Tehnik ini terbukti
memberikan hasil lebih baik, dimana pemulihan lebih awal, kebanyakan penderita
kembali bekerja dalam 2 minggu, nyeri pasca operasi minimal dan rekurensi 0,1
di
antara
ruang
intrafascial, mencegah terjadinya rekurens pada bekas luka dan nyeri pasca
operasi yang berkurang. Dengan teknik ini, korda spermatika ditempatkan dalam
jaringan subkutan, bebas dari kontak langsung dengan mesh dan menghindari
peradangan kronis jaringan.
16
l0
Dilakukan insisi oblique atau skin crease sejajar ligamentum inguinal Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis Muskulus Obliqus Externus
(MoE)
Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
Lichtenstein:r2'13'15'r7 adalah
dengan menggunakan po$propylene mesh dengan ukuran 1Ox5 cm diletakkan diatas Trigonom Hasselbach dan di bawah spermatik kord. Selanjutnya dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3/0 ke arah perios tuberkulum pubikum di
medial, melingkari korda spermatik di lateral, pada kor{oin tendon di superior, dan pada ligamentum inguinal di inferior.ru Dan kemudian Aponeurosis MOE
*it
11
adalah dengan
di
spermatik kord tanpa melakukan penjahian pada konjoin tendon di superior atau
@a
ligamentum inguinal
di inferior.ru
diatas Aponeurosis MOE, dan kemudian Aponeurosis MOE dijahit dengan cromik
Z0
t2
Shin et al, dalam sebuah studi multicenter baru-baru ini, menyoroti resiko
free
hernioplasty metode
hal
dari
inkarserata sampai
Saggulata dengan gambaran klinik dari kolik sampai ileus dan peritonitis.
Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera vena femoraliq nervus
ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, ataa buli-buli- Nervus
ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisatrkan karena jika tidalq maka dapat timbul nyeri padajaringan parut setelah jahitan dibuka-r3'ra'ls
eabk;an
oleh kerusakan sara{ jepitan saraf oleh jaringan parut, mesh atau
t*itan,
sprmffi4
.lan periostitis.lT
LftLsi luka, bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi
13
jangka panjang dapat berupa atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau
bendungan pleksus pampiniformiso dan residif.
l3'la'15
8' I e'20
syaraf bebas di dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang
berpotensi merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosiceptor, secara anatomis ada
yug
nciseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit,
somatik dalarn, dan daerah viseral Karena letaknya yang berbeda-beda inilah,
nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda-m2L'2z Nosiceptor kulit berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal dari
drenah
ini
ffi
serabut
pada
trymen
yang lebih dalam, nyeri yang ditransmisikan biasanya bersifat tumpul dan
!4
otot
dan
jaringan penyangga
lainnya. Karena struktur reseptornya komplelq nyeri yang timbul merupakan nyeri
5rang
organ viseral seperti jantung, hati, usus, gi4jal dan sebagainya. Nyeri yang timbul
mda reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat
srsitif terhadap
e'20'
neoiQ
trmdlildin
Pembentukan
;@hUa qd mregsang reseptor EPI yang meningkatkan sensasi nyeri dr rc*pr EFf yag menrrunkm ssasi nyeri. Namun prostaglandin yang &fl. dhi
&iuad COX-2 brperan
dalam percepatan transmisi nyeri di
15
s)'araf perifer dan di otak, terutama dalam peran sentralnya memodulasi nyeri
hiperalgesia dan alodinia.
hendaklah
lebih
juga
mampu
29.
Pengukuran nyeri
Self-report me,asure merupakan pengukuran yang seringkali melibatkan gurilaian nyeri pada beberapa jenis skala metrik. Seorang penderita diminta untuk menilai sendiri rasa nyeri yang dirasakan, apakah nyeri yang berat, sedang, atau
trrang. Penggunaan buku harian merupakan cara lain untuk memperoleh ffirmasi
baru tentang nyeri, misalnya terus menerus, menetap atau kronik. Cara
hi sangat membantu
trsbrn
' m @
VtS
*se
scate\
rz|P
t6
ini
adalah
met&
namun mungkin kurang sensitif terhadap komponen subyektif dan afektif dari
f,ngsi,
knas- Tetapi beberapa waktu kemudian perubahan tersebut akan kembali sebelum
2t 22
Self report
sqrft b
l7
l. Verbal Rating
Scale (VRS)
VRS adalah alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk menggambarkan
hvel intensitas nyeri yang berbeda, berkisar dari'no pain'sampai oextreme pain'
(nyeri hebat). VRS merupakan alat pemeriksaan yang etbktif untuk memeriksa
imensitas nyeri, yang biasanya diskor dengan membedkan angka pada setiap kata
dengan
menggunakan skala 5-point yaitu tidak ada nyeri dengan skore.'0", ringan dengan
skore
"1",
dengan skore '04". Angka tersebut berkaitan dengan kata sifat dalam vRS, yang
di
antarunya adalah
0l tiE
qi
7? lhi*t-
t5s
Irtld&
7'
&!d
tir4
,10
tq;ri
hdl&lj. l*al*rt
NRS adalah alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyeri sesuai
tlF
100. Angka 0
l8
bcrarti tanpa nyeri dan l0 atau 100 berarti sangat berat Dengan skala NRS_lOl
dan skala NRS-I
I point,
sry*
rki
VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus melipufi garis 10-15 cm, yang setiap ujungnya
ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda .tanpa nyeri' dan ujung kanan diberi tanda 'nyeri hebat'. Pasien diminta untuk memberi tanda
kiri
diberikan pasien dalam mm, dan itulah skor yang menunjukkan level
intensitas nyed. Skor tersebut selanjutnya dicatat untuk melihat kemajuan
pengobatan/terapi selanjuhrya. Secara potensial, VAS lebih sensitif terhadap intensitas nyeri daripada pengukuran lainnya seperti VRS skala 5-point karena responnya yang lebih terbatas.2s'2a
pasien
flEafiEk-a
fiil|f, Bbe.qa
vAS
karena
19
*rt
teliti
dari
(Jensen
et.al, 1986). Dengan demikian, jika memilih VAS sebagai alat ukur maka
penjelasan yang akurat terhadap pasien dan perhatian yang serius terhadap skor
. . . . .
VAS lebih sensitif dan lebih akurat dalam mengukur nyeri dibandingkan
dengan pengukuran deskriptif
KEKURANGAN VAS
terhadap alat ukur tersebut. Sehingga edukasi Entang VAS terhadap pasien sangat dibutuhkan.
/ penjelasan terapis /
pengukur
20
@
J
Histamin
Potasium Serotonin
ffi I ujungsyaraf
Reaksi local
Jaringan
t
Prostaglandin
Nyeri
tu
Hipotesa Penelitian
lb
secara
2t
ini
dengan
ddingkan frgl
Trabucco.
taktu
di
diagnosa
, H \ &
E
inguinalis lateralis dipersiapkan untuk operasi elektif. Operasi dilakukan di Jamil Padang.
ltf*-Itd-
$
p
i'
l,L
Subyek penelitian
Subyek penelitian terdiri dari pasien yang telah didiagnosa hernia
*,D-".lateralis
F
ti.
llt-
lL
3-
Pasien adalah laki-laki dengan umur >18 tahun Fasien telah di diagnosa hernia inguinalis lateralis reponibilis
ll
i
22
5-
l.
2. 3. 4.
56-
Pasien menolak dilakukannya tindakan pembedahan. Pasien hemia inguinalis lateralis inkarserata/strangulata
Hemia residif
Pasien dengan penyakit diabetes melitus.
7.
{5.
HEmia inguinalis lateralis. Jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebanyak 30
rang;
15 orang
Rumus sampel
n:(Zalpha +Zbeta)2
adalah
arpha +
z beta)2:
1.96 +
:8
(7+3)/(7+l):
fu
fficl,
A Biom'etrical
qpd.
yorlq l9g0)
23
Persiapan Operasi
Elektif
t: &
i
t
It
Analisa data
t:
t'
br mdai f,**rn O O
ii
isian yang telah disiapkan dengan garis sepanjang lOcm , dan kemudian intensitas nyeri yang dirasakannya pada graris tadi, penilaian j'rga
pada
ffihdoperasi
Prdahari
I.
@ Ada
WI
$o
{,:
hdr
)ilV
24
{.L ltefriisi
operasional
kanalis
Hernia reponibilis:
nlrlah dimana isi hemia dapat keluar masuk dari kantong hernia
Hernia irreponibilis:
tidak
nenimbulkan nyeri.
I
fi
hr
$
Taik l{erniorrhaphy
yang dilakukan :
lr
!r
Pcrdidikan:
fr
H.
Adalah jenjang pendidikan yang telah dilalui penderita seperti SD, SLTP,
S[,TA5 D3, Sarjana.
I^ur
operasi :
selesai
k llrrci
I*xitps
Adthh
Nyeri :
rasa nyeri subjektive yang dirasakan pada hari
bol
poli klinik
75
latsa data Ih yang akan didapatkan dari penelitian ini akan diolah dengan
EEiErlrratn komputerisasi, dan dilakukan pengujian uji statistik parametric.
Etika Penelitian.
Karena memakai pasien untuk penelitian
trryak dan diberi penjelasan yang sebenarnya dan dapat dimengerti oleh
&rsebut. Setiap pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dimintai imnnya secara tertulis untuk ikut dalam penelitian ini dan meminta ethical
dari komite etik RS M Djamil Padang.
26
herniorrhaphy menurut
ilt-Djamil Padang.
Pada Penelitian
ini
frgra
sebanyak
dengan
mggunakan pengukuran Visual Analog Scale ( VAS ) pada hari pertam4 hari
rM4 hari ketiga dan saat control setelah dilakukan pasca herniorrhaphy.
Data yang didapat diolah secara komputerisasi dan dilakukan
uji statistic
nrctric ( chi square & t test) dengan derjat kepercayaan F>0,05 dan disajikan &n bentuk tabel. Dari penelitian didapatkan hasil sebagai berikut
:
[- Tlhk
frfri square :1,333; P0,05) dan dalam distribusi pekerjaan pasien (chi square
dan
l.
dan Tabel 2.
27
TId
l- Distribusi pendidikan
pasien
Herniorrhaphy
Pcndidikan
SD - SLTP
Lichtenstein Trabucco
7 8
8
Total
15
SLTA/>
, Total:
7 15
l5
30
l5
1,333, P > 0,05
Chi square
& pegawai
Total
56 109
15
l3
l9 l5
30
Chi square =
l,l2l,
> 0,05
14.8) tahun
bermakna
(t:
0.239;
P:
Hcl3.
Herniorrhaphy
Umur'
20 -29
Total
I I 7
30-39
40 -49
50-59
4
9
7
ffi-69
m -79
Titrl
F = 0,813
l5
t5
3g
28
fi i
9 menit 19 menit
l0 -
20 -29 menit
30 - 39 menit 40 - 49 menit
50 - 59 menit
2 J
5
I
2 6
4
2 5 2
60 - 69 menit
ll
6
1
70 -79 menit
80 - 89 menit 90 - 99 menit
I I
t:2.876
dan
P:
0.008
h {. eh
intensitas nyeri pada hari pertama setelah operasi (Tabel 5) tidak berbeda
n-{l}
ffir ?:
(t:1,299;
rfiIf,tO59).
29
md
t:1,722; P:0.096
t:1299;
P = 0205
30
5. skala intensitas nyeri pada hari ketiga setelah operasi (Tabel 7) memiliki perbedaan secara bermakna
(t
:3,198; P
0.003
antara operasi
Lichtenstein Q.0g
+ 0.65). Skala
intensitas nyeri pada hari kontrol (hari ke-7) setelah operasi (Tabel 8)
kernbali tidak berbeda secara bermakna (
t:3,034;
0.99).
0.0 - 0.9
1.0
- 1.9
2.0 -2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5.0 - 5.9 6.0 - 6.9 7.0 -7.9
8.0 - 8.9
38 46 41 3t-
ll
l0
5 3
t:3,198;
P = 0.003
3l
0.0 - 0.9
1.0
t2
2
t t-
15
27
2
1.9
2.0
-2.g 4-9
3.0 - 3.9
4.0
5.0 - 5.9
6.0 - 6.9
7.O
-7-9
-
l i
8.0
8.e
t=3,034: P:0.005
dTat
melakukan aktivitas atau kegiatan harian pada hari ke 14 dan juga pada
ian tidak ditemukan komplikasi pasca operasi seperti hematom, seroma
infeksi.
32
BAB VI PEMBAHA$AI*
Hernia merupakan suatu penonjolan abnormal melewati suatu dinding
ngga
perut
tindakan
free hemiorrhaphy
rigit dan
tanpa
(l-3
hari).6
*tsr
Srurg
JJ
tqg
bmia
pUaan
6de
ta' 15
fterusakan saraf, jepitan saraf oleh jaringan parut, mesh atau jahitan, misplace mesho mesh yang mengeras (meshoma), infeksi, rekurensi
i;
Dileksnisme nyeri pasca bedah diakibatkan karena adanya kerusakan local dengan disertai keluarnya bahan-Z yang merangsang rasa nyeri
substance) seperti; kalium dan ion Hydrogen, asam
laltat
serotonin,
prostaglandin dan
lm
pusat
34
Pada penelitian
dimana hari pertama intensitas nyerinya (5.56 + 0.94) hari kedua (3.30 +
dan hari
ketiga
(0.05
1.21)
Setelah dilakukan
bwmakna pada intensitas nyeri pada hari pertama dan kedua (Tabel 5 dan 6).
( table z ).
dan
ini
ini
dapat
nekrosis jaringan
Fada penelitian Albiner (2003) yang menilai nyeri pada hemiorraphy Lichtenstein dan shauldice, intensitas nyeri terus meningkat sampai hari
mt
maupun kelompok Shouldice.2t Schrenk (1996) mendapatkan Lensitas nyeri hanya pada hari pertama sela4iutnya pada hari ke 2,
3,
'q,
ini
semakin
bffisatmsion
35
namun tidak terbukti secara statistik teknik tension frec mana yang dalam mengurangi nyeri pasca operasi.26
Erda penelitian ini didapatkan intensitas nyeri yang tidak bermakna pada
,
.
da H
op
dapat
alcivitas sehari-hari. EIal ini disebabkan pada hari ke-7 saat control
adanya rasa nyeri yang akan membatasi aktivitas atau kegiatan
Kondisi ini sesuai dengan didapatkan oleh Albiner dimana nyeri post
secara Lichtenstein dapat melakukan aktivitasnya dalan 14 hari.
36
l2.
dari Lichtenstein.
3.
Didapat perbedaan tidak bermakna intensitas nyeri pada hari ke-l hari ke-2 dan control pada kedua tehnik.
4-
l.
37
DAFTAR PUSTAI(A
l. Wantz G.E : Abdominal Wall Hernias, in Principles of Surgery ed 6 th, Toronto, Mc Graw Hill, 1994 : l5l7 40.
Schwartz. et al. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Ed. 6. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC, 2000.
Warko
I(
omentum,
Ahmad D, editors. Dinding perut, hemia, retroperitoneum dan In: Sjamsuhidayat R, Wim DJ, Buku Ajar llmu Bedah. Revisi
4. Anon G, Indirect Inguinal Herni4 Emerg Surg; Last up date August 15;
2AO7;91;947-52 Lichtenstein IL. Herniorrhaphy: a personal experience with 6,321 cases. Am J Surg 1987; 153: 553-9
f,"
il- Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgery. Bagian 2, cetakan Jakarta" penerbit buku kedokteran EGC. 1994.
f"
tt-
editors. Principles
1999.p.1585-611
of
In: Schwar@ Tom S, Frank CS, Surgery. 7nd ed. New York McGraw-Hill;
P,
L{aulany R.F, Tambajong J. Jakarta: EGC, 1995. pp. 276-8 0fi-C-anong W.F. Review of Medicine Physiology. 17 Appleton and Lange Inc, 1995 : 130 - 40.
0
Sun Fransisco
L Abrahamson J. Hernias. In Maingot's Abdominal operations, 2002. Zinner ilfJ, Schwartz S Ellis H, editors. 10th. Vol.l. Appleton& hnge,Singap orel997 ;l 4: 479-5 80
@-Standalakis J.E., Skandalakis P.N., Skandalakis LJ. Surgical Anatomy and Technique, New York, Springer - Verley 1995 : 123 -203.
lM- Soetamto
W Puruhito, Setiono B, editors. Pedoman Teknik Operasi. rrabaya: Airlangga University; 200 I.p.89-98
38
14-
Mcintosh A, Hutchinson A, Robrts A ct.l- Evillene$ased management of groin hernia in primary carc. oltrj $rg2m0; 17:412417. E.E. Trabucco, A.F. Trabucco. Tensfo*Ecr, $nlreless, Preshaped Mesh Hernioplasty. Nihus and Condons, f sdilfun, PhildctFhia 2002; l-8
15.
16.
Nienhuijs SW, Staal JS,Keemers4el f,{E, Rmm C, Stobbe LI. Pain After Open Preperitoneal Repair vnils Licfrmein Repair : A Randomized Trial World Journal of Sqgery- Journal of the American Collegeof Surgeon, 2007 ; 32:17 5 l-7
17.
Hlm
1-63
I!ll- Price DD, Bush FM, Long 5, Harkins SW. A comparison of pain mqsurement characteristics of mechanical visual analogue and simple numerical rating scales. Pain 1994;56:217-26
a
,
I $
! M-*'ewers M.E. & Lowe N.K. (1990) A critical review of visual analogue sles in the measurement of clinical phenomena. Research in Nursing and ], * llealth 13,227+236.
tf-Cmrpbell WT, Lewis S. Visual Analogue Measurement of Pain. Uster
MdJ
0A R-Rollino,R Pagell4R Maimone, Experience with the Trabucco tension['c srnrless Hernioplasty: Hernia : New York, Springer - Verley 2000 :
!fi}-29r.
U"GCmpnlli
et al, Open suturless tension-free repair for primary inguinal - Verley 1999 : l2l 124.
39
tf
n
l,r
I
40
75
,2
,t
1,7
1.1
0,t
0,2 0.2 0.3
0.2 0
2.9
3,1
Drort Drort
Daoat Dapat Dapat Daoat Daoat Daoat Daoat Daoat Dapat Daoat Dapat Daoat Daoat Dapat Daoat Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat
L T=
T,
rittrln
{t
70
LTA SLTP
Swmtr
Tanl Tanl pens, PNS Tanl
PNS
6,4 4.4
2.9
3.7
2.1
8D
SLTA
SD
60
70 60
un$u!!
c6
79 62 6g
BO
6.8 6.3
6.1
0.8 1,5
J.O
3.3
3.5 3.9
lhhn.t.ln
l,
'10,
tt.t2{c
c7.26.36
69.1 5.03
a7.tt{4
,lohtrnrtrln Llohtrnrtcln
Llohtanatcln Llchtcnetoln Llchtensteln Llchtenstein Lichtenstein Lichtenstein Trabucco Trabucco Trabucco Trabucco Trabucco Trabucco Trabucco Trabucco Trabucco Trabucco Trabucco
SLTP SD
D3
65
80
6.9
8.6 7.5
4.1
2 3.8
0.7 0.5
1.5 2 0 1.7 0
4.9
5.7 0.5
11,
12.
13,
59 37
SLTA
SD
65 60
70
4.5
0.3 2.4 0.8
2.1
7.7
69.08.74
43
78
SLTA
60
90 75
4.9
7.5 7.3
4.9 2.6
5.2
14.
15.
1,
69-8241
67-96-11 68-65-18
sl
SLTA
SD
64
75 73
2. 3. 4. 5. 6, 7. 8.
68-00-77
69-14-03
47
76 53
SLTA SLTA
SD
S1
60 45 40
70
4.5 4.6
3.7
6.1
0.6 o.2
0 0 0
69-00-90 21-04-21
0.3
0.2
60
55 30
69-0541
69-19-86 69-32-51
49
66 52 52 73
SD
SD
o
10.
697-28
69-68-78 69-38-21 69-58-34
SLTA SLTA
SD
11. 12.
13.
6941-72
69-92-20
Trabucco Trabucco
Trabucco Trabucco
67 47 48
79
14. 15.
3.8
4.2
4
1.6 1.5
1.2
0.2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
60
50
3.4
3.7
60
70 35
6.5 4.4
6.2
2.3
3.8 3.2 3.2
3.1
6.3
5.8 5.2 5.8
6948-79
47
Tani Guru
40 60 45
4.7
1.5
3.5
----..,....
lturnia lnguinalis Lateralis Reponibilis
tneponibilis,
kr
alrtivitas sehari-ftari
Dapat
/ Tidak ( teryanggu )
pcnerurr 'Perbandingan nyeri pasca operasi tten*ortapny secara Lichbnsfiein dengan TrabueoPersetuiuan untrk mengiladi
tangan dibauah ini
,
dengan sesungguhnya telah mernberikan PERSETUJUAN yang berjudul " Perbandingan nyeri
Fsca operasi
PANTTIA ETIK PENELITIAN KESEHATAN Alamat: Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127
: PF..l2.2O1O
ndingan Nyeri Pasca Operasi Herniorraphy Secara Lichtenstein Dengan Trabucco neliti utama the principal Investigator
ritusi the institution : Hendrizal Iscan
: PPDS
Ilmu Bedah
FK Unand