Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

Proses pendengaran merupakan pembacaan dari sinyal pendengaran, yang


dihubungkan dengan kemampuan untuk melokalisasi sumber suara. Dan untuk
mempertajam, membedakan, mengenal serta memahami rangsang pendengaran
struktur pendengaran pada sistem saraf perifer maupun sentral harus dijalankan
secara normal untuk fungsi yang cukup. Pada fungsi struktur perifer, beberapa
akan tampak berhubungan erat antara refleks akustik, kontraksi otot stapedius, dan
pemrosesan pendengaran. Perubahan refleks akustik mengindikasikan gangguan
proses pendengaran. Reflex stapedius atau reflek akustikus merupakan kontraksi
otot stapedius yang berada di telinga tengah, yang diinduksi oleh rangsangan
akustik (bunyi) yang kuat. 1
Hal yang penting adalah pemeriksaan ambang refleks akustik, yang
menilai jalur eferen dan menyediakan informasi mengenai batang otak. Fungsi
refleks akustik meliputi meningkatkan pendengaran untuk suara bersambungan,
membedakan sinyal pendengaran dari suara lainnya, merubah intensitas ambang
pendengaran yang berlebihan, menipiskan suara dari mengunyah dan pergerakan
rahang selama berbicara, bersuara, meningkatkan perbedaan pada intensitas tinggi
dan frekuensi yang dipilih, meningkatkan lokalisasi suara dan rasa suara langsung
dengan interaksi binaural1.
Refleks stapedius memiliki fungsi menjaga koklea dari suara keras. Dan
ketika refleks dikeluarkan, otot stapedius pada kedua telinga akan berkontraksi,
dengan menguatkan osikulasi, dimana jalur ini disusun oleh koklea, saraf
vestibulokoklearis (N.VIII), nucleus koklear ventral, kompleks olivari superior,
nucleus motorik fasialis dan cabang motorik saraf fasialis (N.VII). Ketidakhadiran
refleks akustikus dapat berarti ketulian pada derajat yang cukup kuat untuk
mnghambatnya, mengindikasikan bahwa telinga tengah akan memberikan
perubahan atau adanya lesi pada jalur refleks2.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui mekanisme bagaiamana
terjadinya refleks akustik baik secara fisiolgis ataupun patologis.
2

BAB II
REFLEKS AKUSTIK

Refleks akustik, atau juga dikenal sebagai reflex stapedius, atau refleks
otot telinga tengah, merupakan kontraksi involunter otot stapedius sebagai respon
terhadap stimulus suara intensitas tinggi. Refleks akustik umum digunakan dan
merupakan cara terbaik untuk menilai fungsi telinga tengah. Refleks akustik tidak
menilai ambang pendengaran, tetapi merefleksikan energi yang dihasilkan
kontraksi otot stapedius, sehingga secara tidak langsung dapat menilai telinga
tengah, koklea,dan inervasi saraf otot stapedius.1

Ketika suatu suara memiliki intensitas yang cukup atau tinggi, akan
merangsang refleks dari otot-otot telinga tengah, yang terdiri dari otot tensor
timpani dan otot stapedius. Badan otot tensor timpani terletak dalam kanal diatas
tuba eustachius dalam dIndng anterior-medial telinga tengah. Tendon meregang
dari badan otot tensor timpani sampai ke manubrium maleus. Otot ini dipersarafi
oleh saraf kranial V ( saraf trigeminal ). Ketika otot berkontraksi, tendon menarik
maleus kearah anterior dan medial, menegangkan rantai tulang pendengaran dan
membran timpani. Tensor timpani berkontraksi sebagai respon stimulasi taktil
atau respon suara keras yang tidak terduga. Namun, tensor timpani bukan
merupakan otot utama yang berkontribusi dalam refleks akustik pada manusia.1,2

Otot stapedius merupakan otot rangka terkecil pada tubuh manusia, dan
merupakan otot utama yang berkontribusi dalam refleks akustik pada manusia.
Badan otot stapedius terletak dalam eminens piramidal, atau tonjolan tulang kecil,
pada dinding posterior telinga tengah. Tendon meregang di anterior dari badan
otot stapedius sampai ke permukaan posterior leher stapes. Otot ini dipersarafi
oleh cabang motorik saraf kranial VII ( saraf fasial ). Otot berkontraksi sebagai
respon stimulus suara intens, menarik kepala stapes kearah posterior menuju
badan otot, menegangkan rantai tulang pendengaran dan membran timpani, serta
memiringkan stapes dalam tingkap lonjong koklea. Hal ini efektif mengurangi
energi getaran yang ditransmisikan ke koklea. Refleks stapedius juga dapat
diaktifkan dari vokalisasi, mengunyah, menguap, dan stimulasi taktil.1,2,3

Otot kedua telinga baik kiri dan kanan berkontraksi sebagai respon
terhadap suara yang diterima kedua telinga. Refleks ipsilateral ( tidak menyilang )
dan kontralateral ( menyilang ) terjadi pada masing-masing telinga. Contohnya,
ketika telinga kanan menerima intensitas suara yang cukup, refleks stapedius akan
terjadi baik di telinga kanan ( ipsilateral ) dan telinga kiri ( kontralateral ).1,2,3
3

Refleks akustik dimediasi oleh mekanisme neural. Ketika stimulus suara


dengan intensitas cukup mencapai koklea, impuls neural dari saraf auditorik ( CN
VIII ) berjalan naik dari kedua koklea menuju ventral cochlear nucleus ( VCN ).
Dari VCN refleks memiliki & jalur neural utama, yang pertama secara langsung
menuju nukleus motorik fasial ipsilateral ( CN VII ) yang secara langsung
mempersarafi ototstapedius, dan yang kedua menuju superior olivary complex
( SOC ) sebelum impuls bersilangan di batang otak untuk mempersarafi nukleus
motorik fasial ipsilateral dan kontralateral.1

gambar 1. Skema jalur refleks akustik neural. CN VII ( saraf kranial 7/fasial ); CN VIII ( saraf
kranial 8/auditorik ); MN VII ( nukleus motorik saraf kranial 7 );
SOC ( superior olivary complex );VCN ( ventral cochlear nucleus ).3

Ambang refleks akustik adalah tingkat intensitas terendah dimana refleks


akustik dapat ditimbulkan pada setiap frekuensi pada setiap telinga. Kontraksi otot
stapedius meningkat sebagaimana intensitas stimulus meningkat. pada telinga
tengah dan koklea yang berfungsi normal, refleks akustik ditimbulkan pada sisi
kontralateral pada 4 frekuensi ( 500, 1000, 2000, 4000 Hz ) dan pada sisi
ipsilateral pada 2 frekuensi ( 1000 dan 2000 Hz ) ketika stimulis intensitas 85-90
dB HL ( hearing level ) dihantarkan ke liang telinga. Ambang didefinisikan
sebagai intensitas terendah yang dapat menimbulkan refkes akustik dengan
defleksi magnitude paling tidak 0.03 ml. Saat ambang sudah ditetapkan pada satu
frekuensi intensitas direkam, dan frekuensi lain dinilai. Ambang refleks akustik
ipsilateral cenderung tercapai pada intensitas stimulus sedikit lebih rendah
dibandingkan kontralateral.1

2.2. Jalur Saraf Auditorik


4

Serabut saraf dari ganglion spiral organ korti masuk ke nukleus koklea
dorsal coclear nucleus ( DCN ) dan ventral cochlear nucleus ( VCN ) yang
terletak pada bagian atas medulla oblongata. Pada titik ini, seluruh serabut
bersinaps, dan second-order neuron terutama melewati ke sisi berlawanan dan
beberapa melewati ke sisi yang sama untuk berhenti di nukleus olivari superior
( SOC ) di pons. Dari sini, jalur auditorik baik melewati lemniskus lateral,
beberapa serabut berhenti di nukleus lemnsikus lateral, tetapi kebanyakan melalui
nukleus ini dan berjalan menuju kolikulus inferior di mid brain, dimana semua
atau hampir semua serabut auditorik bersinaps. Dari sini, jalur auditorik melewati
nukleus genikulat medial di thalamus, dimana semua serabut bersinaps. Akhirnya,
jalur auditorik berlanjut melalui radiasi auditorik menuju korteks auditorik, yang
terletak terutama di girus superior pada lobus temporal.5,6
Sinyal dari kedua telinga ditransmisikan melalui jalur pada kedua sisi di
otak, dengan dominasi transmisi pada jalur kontralateral. Pada paling tidak tiga
lokasi di batang otak, persilangan terjadi antara dua jalur: (1) dalam badan
trapezoid, (2) dalam komisura antara kedua nukleus lemniskus lateral, (3) dalam
komisura yang menghubungkan kedua kolikuli inferior. Banyak serabut kolateral
dari traktus auditorik melewati langsung ke reticular activating system ( RAS ) di
batang otak. Sistem ini berproyeksi difus ke atas dalam batang otak dan ke bawah
dalam medulla spinalis dan mengaktifkan seluruh system saraf sebagai respon
terhadap suara keras. Serabut kolateral lain menuju vermis serebelum, yang juga
aktif seketika sebagai respon terhadap bising mendadak. Orientasi spasial derajat
tinggi dipertahankan dalam traktus serabut dari koklea sampai ke korteks.
kenyataannya, ada 3 pola spasial untuk terminasi frekuensi suara yang berbeda
dalam nukleus koklear, & pola spasial dalam kolikuli inferior, 1 pola tepat untuk
frekuensi suara terpisah dalam korteks auditori, dan paling tidak 6 pola kurang
tepat lainnya dalam korteks auditorik dan area asosiasi auditorik.5

Gambar 2. jalur saraf auditorik

Korteks auditorik terletak terutama pada bidang supra temporal dari girus
temporal superior tetapi juga meluas ke sisi lateral lobus temporal, lebih banyak
dari korteks insular, dan bahkan ke bagian lateral operculum parietal. Subdivisi
dibagi menjadi korteks auditorik primer, secara langsung dirangsang oleh
proyeksi dari badan genikulat medial, dan korteks auditorik sekunder ( asosiasi ),
yang dirangsang sekunder oleh impuls dari korteks auditorik primer juga oleh
beberapa proyeksi dari area asosiasi thalamik. Korteks auditorik memiliki lokasi
tonotopik, fungsinya antara lain untuk diskriminasi frekuensi suara dan memberi
sensasi psikis dari berbagai nada, untuk mengetahui arah datangnya suara, untuk
mengetahui kualitas suara tertentu, seperti suara mendadak, atau modulasi suara
tertentu, seperti suara bising dibanding suara frekuensi murni. Pada korteks
5

auditorik, umumnya persepsi suara frekuensi rendah diarahkan pada daerah


anterolateral, dan suara frekuensi tinggi diarahkan pada daerah postero medial. 4
Seseorang menentukan arah horizontal telinga dan suara melalui 2 cara,
yaitu (1) jeda waktu antara suara masuk ke satu telinga dan suara masuk ke telinga
berlawanan, dan (2) perbedaan intensitas suara dalam kedua telinga. Mekanisme
pertama berfungsi terbaik padafrekuensi suara di bawah 3000Hz, dan mekanisme
kedua berfungsi terbaik pada frekuensi lebih tinggi karena kepala merupakan
barrier suara yang lebih besar pada frekuensi ini. Mekanisme jeda waktu
membedakan arah lebih tepat dibanding mekanisme intensitas karena tidak
bergantung pada faktor luar yang tidak berhubungan tetapi hanya pada interval
yang tepat antara dua sinyal akustik. Sebagai contoh, bila sumber suara lebih
dekat ke telinga kanan, maka sinyal suara dari telinga kanan memasuki otak lebih
dahulu dibanding sinyal suara dari telinga kiri. Suara yang datang dari depan
seseorang berbeda dalam kualitas suara yang darang dari belakang, karena
masing-masing pinna dihadapkan sedikit ke depan. Pantulan gelombag suara
akibat tidak ratanya permukaan pinna sebagai suara bergerak ke atas atau bawah,
dan perubahan dalam gelombang suara merupakan faktor utama dalam mencari
suara di bidang vertikal. Lokalisasi suara yang terganggu secara mencolok
diakibatkan lesi pada korteks auditorik.4
Analisis neural dari proses deteksi ini dimulai dalam nukleus olivari
superior dalam batang otak, yang dibagi menjadi nukleus lateral dan medial.
Nukleus lateral membandingkan perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua
telinga dan mengirim sinyal yang tepat ke korteks auditork untuk memperkirakan
arah. Nukleus medial mendeteksi jeda waktu antara sinyal akustik memasuki
kedua telinga. Nukleus ini memiliki banyak neuron yang memiliki & dendrit
mayor, yang berproyeksi kekanan dan ke kiri, menangkap sinyal dari masing-
masing telinga.4
Secara umum, urutan jalur dari sensorik hingga motorik adalah (1) input
sensorik : diteruskan dari reseptor neuronal aferen, (2) area sensorik primer:
pengolahan awal input sensorik spesifik, (3) higher sensory area: elaborasi dan
pengolahan lebih lanjut input sensorik spesifik, (4) area asosiasi: integrasi,
penyimpanan, penggunaan berbagai input sensorik untuk merencanakan tindakan,
(5) higher motor area: pemprograman urutan tindakan berdasarkan berbagai
informasi yang ada, (6) area motorik primer: memerintahkan neuron motorik
eferen untuk memulai gerakan volunter, dan (7) output motorik: diteruskan
menuju otot rangka yang tepat, yang melakukan tindakan yang diinginkan.6
Higher motor area terdiri dari : (1) korteks parietal posterior: integrasi
input somatosensori, visual, dan auditori, penting dalam menciptakan tindakan
terencana,(2) area motor suplementer: pemprograman gerakan kompleks, (3)
korteks premotor: koordinasi gerakan kompleks.6
Saat melihat atau mendengar informasi visual dan auditorik, otak
mengirimkan informasi ini dari korteks primer visual dan auditorik menuju girus
angular di korteks asosiasi parietal-temporal-oksipital untuk diintegrasi.
Kemudian informasi ditransfer menuju area Wernicke’s, dimana pilihan dan
urutan kata-kata yang akan disampaikan disusun. Perintah bahasa ini lalu
ditransmisikan menuju area Broca, dimana menerjemahkan pesan tersebut
6

menjadi bentuk suara. Pesan dalam bentuk suara ini kemudian diteruskan menuju
korteks motor primer yang mengaktifkan otot fasial dan lidah yang teoat sehingga
kata-kata yang dinginkandapat terucapkan.6
Area asosiasi korteks terdiri dari: (1) korteks asosiasi prefrontal:
merencanakan tindakan volunter, pembuatan keputusan, kreativitas, sifat bawaan,
(2) korteks asosiasi parietal-termporal-oksipital: integrasi semua input sensorik,
penting dalam bahasa, dan (3) korteks asosiasi limbik; memori, motivasi, dan
emosi.6

2.3. Pemakaian alat MP3 dan gangguan fungsi pendengaran


Saat ini, 1 dari 6 remaja menderita tuli karena penggunaan headphone,
lebih tinggi 30% dibandingkan tahun 1980an dan 1990an. Kebanyakan alat MP3
saat ini menghasilkan suara sampai 120 dB, setara dengan intensitas suara pada
konser rock. Pada intensitas ini, tuli dapat terjadi setelah hanya 1 jam dan 15
menit. Kebanyakan alat stereo portable menghasilkan intensitas bunyi antara 95-
108 dB pada volume 4 dan <115 dB pada volume 9. Batas penggunaan alat MP3
yang aman adalah volume suara ( intensitas ) sampai 60% untuk total waktu 60
menit per hari. Semakin tinggi volume, semakin pendek durasi penggunaan
headphone. Pada volume maksimum, batas waktu mendengar hanya sekitar 5
menit per hari. Tipe gangguan pendengaran karena penggunaan headphone
umumnya bertahap, kumulatif, dan tanpa tanda peringatan yang jelas. Tanda dan
gejala yang dapat terjadi antara lain terdengar bunyi dengung, desis, dering, atau
deru di telinga, kesulitan mendengar pembicaraan ditempat ramai atau tempat
dengan akustik yang buruk, suara teredam atau perasaan seperti telinga terpasang
earplug, mendengarkan TV atau radio dengan volume lebih tinggi dibandingkan
sebelumnya. Gangguan pedengaran yang diakibatkan eksposur berlebih terhadap
bising yang sangat keras adalah tuli sensorineural yang ireversibel. Alat bantu
dengar dan implant dapat membantu mengamplifikasi suara dan membuatnya
lebih mudah didengar, sebagai pencegahan, aturan 60/60 pada volume dan durasi
waktu maksimal adalah yang paling utama. Penggunaan headphone yang besar
dan menutupi seluruh telinga luar lebih dianjurkan dibanding earphone yang
diletakkan secara langsung ke dalam telinga.7,8
7

DAFTAR PUSTAKA

1. Attoni, Tiago M , Quintas. Victor G , and Mota. Helena B. 2010. Auditory


processing, acoustic reflex and phonological expression. Braz J
Otorhinolaryngoly.; 76(6) : 753-61
2. Pinotti, Corazza, Alcarás. 2009. Electrophysiological Evaluation of the
Auditory Nerve in Normal Hearing Patients with Absence of Stapedial
Reflexes. Approved on November 15 2009
3. Emmanuel, C. D. (2009). Acoustic reflex threshold (ART) patterns: An
interpretation guide for students and supervisors. Retrieved October 2,
2009.
4. Probst R, Grevers G, Iro H, Rosanowski F, Eysholdt U. 2006, Basic
otorhinolaryngology : a step-by-step learning guide. 2006:

1.Clark JL*lark >:. 3coustic #tapedius$


Reflexes.dari<https<//vula.uct.ac.8a/access/content/group/&b6cb1b-1b?6-5&7-95)-
a99ddd5c57/3coustic&7DstapediusD&7reflexes.pdf . +iakses pada 19 >uni
&716.&.Kat8 >, *hasin 2, English K, (ood :>, illery K:. (andbook of
*linical3udiology. Edisi ke-. Fnited tates< @olters Klu;ers0 &716. h. 1?6-
?.).tach B3. *linical 3udiology 3n 'ntroduction. Edisi ke-&. Fnited tates<
*engage:earning0 &717. h. )1)-66.5.uyton 3*. extbook of 2edical 4hysiology.
Edisi ke-11. Fnited tates<aunders0 &776. h. ?61-??&.6.ortora >,
+errickson B(. 4rinciples of 3natomy and 4hysiology. Edisi ke-1&.Fnited tates<
>ohn @iley G ons0 &711. h. ?&7-)).?.her;ood :. (uman 4hysiology< =rom *ells
to ystem. Edisi ke-. *anada<*engage :earning0 &717. h. 151-&..3merican !
steopathic 3ssociation. (earing :oss and (eadphones H 's 3nyone:isteningI
+iunduh dari<http<//;;;.osteopathic.org/osteopathic-health/about-your-health/health-
conditions-library/general-health/4ages/headphone-safety.aspx . +iakses pada 6 >uli
&716.
7/18/2019Refleks Akustik & Jalur Auditorikhttp://slidepdf.com/reader/full/refleks-akustik-jalur-
auditorik8/8.tony
Brook urgery. (eadphones G Earphones *an *ause 4ermanent
(earing:oss< @hat Jou %eed o Kno;. +iunduh
8

dari<http<//medicine.stonybrookmedicine.edu/surgery/blog/headphones-and-earphones-
can-cause-permanent-hearing-loss-;hat-you-need-to-kno;. +iakses pada 6 >uli &

Anda mungkin juga menyukai