Anda di halaman 1dari 30

Semiologi Bangkitan

Penyaji : dr. Rizka Aprillia Syahputri


Pembimbing : dr. Hj. Sri Handayani, SpS(K)
Semiologi Kejang
Semiologi bangkitan adalah tanda dan gejala yang terjadi mulai saat pre-
iktal sampai dengan pasca iktal yang merupakan kunci untuk
menunjukkan lokasi dari ZE

Semiologi menunjukkan zona simptomatogenik yaitu area di korteks otak


dimana bila diaktifasi oleh cetusan epileptik menghasilkan gejala berupa
bangkitan yang spesifik

Semiologi dapat memiliki nilai lateralisasi maupun lokalisasi


Klasifikasi semiology bangkitan
Tipe
bangkitan

Lokasi
somatotopi
k

Evolusi
bangkitan
SEMIOLOGI BERDASARKAN TIPE
BANGKITAN

Gejala sensoris
Gejala motorik Gejala otonom
(Aura)

Tingkat Kategori
kesadaran khusus
1. GEJALA SENSORIK (AURA)
A. Aura Somatosensoris

aura somatosenoris unilateral memiliki gejala kontralateral dari lesi

sensasi sensoris (parestesi, baal, geli, rasa seperti tersengat listrik, maupun sensasi
yang sulit dideskripsikan)

aura somatosensoris keluhan sensoris yang muncul menyebar relatif lambat


mengikuti homonkulus  fokus epileptik berasal dari area somatosensoris
primer yaitu area Broadmann 1,2,3

Gejala sensoris juga dapat muncul pada area sensorimotor suplementer di lobus
frontal berupa sensasi yang lebih terorganisir di area tubuh tertentu.
B. Aura Visual
Aura visual berasal dari area Broadmann 18 atau 17

Aura visual sederhana dapat dideskripsikan sebagai


melihat kilatan cahaya (“bright flashes of light”) atau
bintik hitam (“black dots”),

Apabila aura muncul berupa hilangnya lapang pandang


sesisi (hemianopsia homonim)  zona simptomatogenik
>95% berada di sisi kontralateral dari keluhan
C. Aura Auditori

Aura auditorik  suara berdenging, berdengung maupun suara berisik, 


pada lobus temporal bagian neokorteks di girus Hesch’l di area Broadmann
41

Aura auditorik  ilusi pendengaran seperti mendengar suara menjadi lebih


keras, lebih kecil atau terdengar berubah frekuensi dapat terjadi pada 
korteks asosiasi auditorik pada girus superior area Broadmann 22
D. Aura Olfaktori

Pada bangkitan yang berasal dari lobus frontal pada area


orbitofrontal,  aroma tidak enak yang sulit
dideskripsikan.
Pada bangkitan yang berasal dari lobus temporal bagian
mesial  aroma spesifik yang dapat dideskripsikan dengan
baik
E. Aura Gustatorik

Sensasi rasa yang dikeluhkan


aura yang spesifik untuk dapat berupa rasa pahit, rasa
bangkitan yang berasal dari logam, rasa asam, ataupun
lobus temporal. rasa yang menusuk pada
lidah
F. Aura Otonom

Aura otonom adalah gangguan


otonom  keluhan
kardiorespiratori seperti Aura otonom terutama
palpitasi, hiperventilasi, keluhan ditemukan pada lobus temporal
gastrointestinal, keluhan bagian mesial dan lobus frontal
genitourinari seperti bagian ventrofrontal
mengompol, ataupun piloereksi
(merinding).
G. Aura Abdominal
Aura ini terdiri dari perasaan
tidak nyaman pada abdomen,
terutama epigastrium yang
terkadang dideskripsikan sebagai
perasaan “butterfly in the
stomach”, “rising in
epigastrium”.

Aura abdominal dilaporkan


terjadi sebanyak 52% pada
epilepsi lobus temporal
Click icon to add picture

2. BANGKITAN MOTORIK
A. Bangkitan Motorik Sederhana
• Bangkitan ini memiliki karakteristik berupa pergerakan sederhana yang
tidak bertujuan, hanya melibatkan pergerakan sendi pada satu bidang.
• Bangkitan ini timbul akibat stimulasi listrik di area motorik primer, area
Broadmann 4 dan area sensorimotor suplementer, area Broadmann 6
Bangkitan Mioklonik Bangkitan Tonik Bangkitan Klonik
• Bangkitan mioklonik terdiri dari  Figure of 4: lengan fleksi • Bangkitan klonik adalah kontraksi
kontraksi otot tidak disadari yang ipsilateral lesi, lengan ekstensi mioklonik yang terjadi beturut –
berlangsung singkat . kontralateral lesi turut, dengan kecepatan 3 – 5 x/
• Bangkitan mioklonik  lesi area  Fencing posture (spt memanah): detik dapat terjadi fokal ataupun
motorik primer kontralateral, lengan lurus ipsilateral lesi, lengan umum
ARAS diangkat kontralateral lesi • BKlonik: area motorik primer
 Tonik unilateral  area motorik kontralateral, SSMA, RAS
primer kontralateral
Bangkitan Distonik

• Bangkitan distonik adalah kontraksi dari otot agonis dan antagonis menyebabkan
gerakan memutar dari ekstremitas atas, bertahan lebih dari 10 detik.
• Bangkitan distonik unilateral  bangkitan berasal dari sisi kontralateral dari zona
simptomatologik

Bangkitan Versasive

• Deviasi kepala yang terjadi pada awal bangkitan, kurang dari 60 detik sejak awal
bangkitan (early nonforced head turning) menunjukkan zona simptomatogenik berasal
dari sisi ipsilateral dari arah kepala.
• Deviasi kepala yang terjadi di akhir bangkitan fokal yaitu kurang dari 10 detik
sebelum terjadi bangkitan umum sekunder (late forced head version) menunjukkan
zona simptomatologi berasal dari hemisfer kontralateral dari arah kepala
B. Bangkitan Motor Kompleks

Bangkitan Hipermotor

• Bangkitan hipermotor adalah pergerakan stereotipik yang terjadi beberapa kali dengan
ataupun tanpa gangguan kesadaran.
• Gerakan pada bangkitan ini melibatkan otot – otot batang tubuh dan ekstremitas
proksimal seperti gerakan mengayuh sepeda, menendang, mengangkat panggul,
ataupun mendayung
• Bangkitan hipermotor menunjukkan zona simptomatogenik berasal dari lobus frontal,
namun tidak memiliki nilai lateralisasi
Bangkitan Oromotor

• Gejala utama dari bangkitan otomotor adalah terdapat otomatisasi yang


melibatkan bagian distal dari tangan, kaki, mulut ataupun lidah
• Bangkitan otomotor merupakan ciri khas pada bangkitan lobus temporal
walaupun dapat terjadi juga pada bangkitan lobus frontal.
• Otomatisasi pada bangkitan lobus frontal  durasi yang lebih pendek
dibanding otomatisasi pada bangkitan lobus temporal.
• Otomatisasi unilateral yang terjadi pada 25% dari bangkitan fokal
memiliki nilai lateralisasi yang baik untuk menunjukkan fokus
epileptogenik berasal dari hemisfer ipsilateral
Bangkitan Gelastik

• bangkitan dengan manifestasi semiologi utamanya adalah tertawa yang


tidak wajar, tidak terkontrol dan tanpa pencetus, dapat diikuti atau
bersamaan dengan bangkitan tipe lain.
• Salah satu penyebab dari bangkitan gelastik adalah hamartoma di
hipotalamus
C. Bangkitan Otonom
• Bangkitan ini memiliki gejala terdapat berbagai episode gangguan otonom akibat
cetusan epileptik pada pusat otonom di otak.
• Pasien merasakan keluhan yang dibuktikan dengan pemeriksaan objektif, misalnya
pasien yang mengeluhkan merasa berdebar – debar dibuktikan takikardi pada
monitor EKG, terdapat bukti hipotensi, miosis ataupun midriasis.
• Bangkitan otonom sebagian besar timbul akibat adanya cetusan epileptik pada
lobus frontal bagian ventro medial namun dapat juga muncul pada lobus temporal
non dominan berupa muntah (ictal vomiting) dan bangkitan berupa meludah (ictal
spitting)
D. Bangkitan Dialeptik
• Dialeptik digunakan untuk bangkitan yang memiliki gejala utama perubahan berbagai tingkat
kesadaran seperti tidak responsif atau berkurangnya respons dari rangsangan luar tanpa disertai
dengan gangguan motorik yang jelas.
• Bangkitan dialeptik dapat diikuti dengan periode amnesia (total maupun sebagian). Gejala khas
dari dialeptik adalah episode singkat dari perubahan kesadaran dengan awitan dan akhiran yang
jelas, durasi singkat (< 20 detik), dan sering disertai dengan mata berkedip – kedip.
• Salah satu bangkitan dialeptik adalah bangkitan absans (bila terdapat EEG yang mendukung
yaitu gelombang paku ombak 3Hz).
• Bangkitan dialeptik juga dapat muncul pada bangkitan fokal yang dibuktikan oleh EEG dan
paling sering berasal dari cetusan epileptik di daerah lobus mesial tempora
3. BANGKITAN KATEGORI KHUSUS

Bangkitan Bangkitan Bagngkitan


atonik astatik hipomotor

Bangkitan
Bangkitan dengan
akinetik gangguan
bahasa
BERDASARKAN LOKASI
SOMATOTROPIK
• Lokasi somatotopik adalah lokasi pada tubuh yang terlibat pada suatu bangkitan
fokal seperti tangan, kaki, kanan, kiri, bilateral, wajah, mulut, mata, dan
sebagainya.
• Lokasi somatotopik dapat dijadikan sebagai petunjuk lateralisasi dari hemisfer
mana zona simptomatogenik berasal,
• Contoh: gangguan sensoris pada lengan kiri (menunjukkan zona simptomatogenik
berasal di hemister kontralateral), mata kanan berkedip – kedip (menunjukkan
zona simptomatogenik berasal dari hemisfer ipsilateral) dan sebagainya
BERDASARKAN EVOLUSI BANGKITAN

• Evolusi adalah perjalanan bentuk bangkitan, yang penting diketahui untuk


menentukan lokasi ZE.
• Pada satu episode bangkitan dapat berevolusi menjadi dua atau tiga tipe
bangkitan, misalnya pada bangkitan yang berasal dari lobus temporal
dapat terjadi henti aktifitas yang tiba – tiba, pasien tampak bingung sesaat
dengan tatapan kosong, lalu diikuti dengan mulut mengecap – ngecap, dan
kelojotan pada seluruh tubuh maka evolusi dari episode bangkitan tersebut
: bangkitan dialeptik → bangkitan otomotor → bangkitan tonik kloni
SEMIOLOGI BANGKITAN PADA
SINDROMA EPILEPSI
Lobus Frontal
• Motorik sesuai dengan homunkulus: • Bizzare gestural automatism
• Tonik unilateral: area motorik primer kontralateral • Aura epigastrik (sensasi nyeri/rasa tidak enak
• Klonik: area motorik primer kontralateral, SSMA, di ulu hati jarang)
RAS
• Mioklonik: area motorik primer kontralateral, ARAS • Dialeptik (penurunan kesadaran atau
kebingungan paskaiktal) dengan durasi yang
• Aktivitas motorik bilateral tetapi sadar:
supplementary motor area atau SSMA lebih singkat
• Hipermotorik (misalnya mengamuk) • Versive head turn yang terjadi pada awal iktal
• Rasa takut yang objektif (ketakutan yang nampak di • Akinetik frontal mesial, girus frontal inferior
wajah pasien)
• Fencing posture (spt memanah): lengan lurus ipsilateral
• Heartburn (spt tercekik): gyrus cinguli
lesi, lengan diangkat kontralateral lesi
• Aura sefalik (misalnya nyeri kepala)
Lobus Temporal
• Sensasi viseral (rising epigastric aura sensasi nyeri/rasa tidak • Halusinasi pengecapan/gustatorik: insula, area sensorik
enak di ulu hati):temporal mesial, insula atau area superior sekunder (parietal)
fisura sylvii, lobus frontal
• Halusinasi multisensorik
• Aura psikis (jamais vu, déjà vu): temporal basal
• Aura otonom (palpitasi, goosebumps, berkeringat):
• Rasa takut yang subjektif (pasien merasa ketakutan tapi tidak temporal mesial, insula
nampak di wajah): amigdala
• Aura autoskopik: konveksitas temporal, area perbatasan
• Halusinasi penciuman/olfaktorik: amigdala (tidak ada nilai antara temporal posterior dengan lobus parietal atau
lateralisasi) oksipital, temporal mesial
• Oroalimentary automatism (mulut mengecap-ngecap) • Ictal vomiting atau ictal retching: insula
• Spitting dan drinking: temporal kanan • Ictal spitting
• Ictal jargon • Ictal hypersalivation: temporal mesial
• Halusinasi pendengaran / auditorik (positif atau negatif): • Dialeptik (turun kesadaran atau bingung/disorientasi
temporal lateral (girus Hescl, walaupun terdengar di salah satu paskaiktal) dengan durasi yang lebih lama
sisi belum tentu mempunyai nilai lateralisasi)
Lobus Parietal
• Sekitar 10% dari epilepsi. • Aura sensorik unilateral: area somatosensorik
primer kontralateral
• Memiliki gambaran yang non spesifik • Parestesia (kesemutan)
meskipun gangguan somatosensorik • Hipestesia
merupakan hal yang terutama ditemukan
• Aura sensorik di kedua sisi tubuh: supplementary
pada kejang tipe ini. sensorymotor area (SSMA) atau di area sensorik
• Manifestasi somatosensorik yang berasal sekunder (lobus parietal di superior fisura sylvi
atau posterior insula
dari lobus parietal termasuk sensasi lokal
(geli, kesemutan, baal, atau disetrum), • Vertigo: parietal, oksipital, temporo-oksipital
nyeri, dan perubahan temperatur. • Halusinasi visual kompleks: POT junction
(korteks visual asosiasi) kontralateral
Lobus Oksipital

• Sekitar 10% dari epilepsi.


• Kejang yang berasal dari lobus oksipital dikarakterisasikan dengan fenomena
visual.
• Kejang ini pada awalnya muncul sebagai kejang parsial sederhana kemudian
menyebar ke anterior sehingga menyebabkan kejang parsial komplek dengan
fenomena kejang lobus frontal atau temporal.
• Halusinasi visual terutama cahaya dan warna merupakan manifestasi yang
paling sering ditemukan pada epilepsi lobus oksipital.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai