Anda di halaman 1dari 2

AUDIOMETRI

Yang biasa dilakukan di poliklinik THT ialah audiometer nada murni. Audiometer nada murni
adalah suatu alat elektronik akustik yang dapat menghasilkan nada murni mulai dari frekuensi 125
Hz sampai 8000 Hz. Dengan alat ini dapat ditentukan keadaan fungsi masing-masing telinga
secara kualitatif (normal, tuli konduktif, tuli sensori neural, tuli campuran) dan kuantitatif (normal, tuli
ringan, tuli sedang, tuli berat).
Derajat ketulian (menurut buku FKUI) :
- Normal : 0 25 dB
- Tuli ringan : 26 40 dB
- Tuli sedang : 41 60 dB
- Tuli berat : 61 90 dB
- Tuli sangat berat : > 90 dB

Ada pula referensi yang menggolongkan derajat ketulian sebagai berikut (berlaku di Poliklinik THT
RSWS) :
- Normal : -10 26 dB
- Tuli ringan : 27 40 dB
- Tuli sedang : 41 55 dB
- Tuli sedang-berat : 56 70 dB
- Tuli berat : 71 90 dB
- Tuli total : > 90 dB

2. Mekanisme pengujian : Audiometri Tutur

Uji pendengaran jenis ini merupakan sebuah sistem pengujian pendengaran dengan memakai
kata-kata terpilih yang tentunya telah melewati proses pembakuan. Lalu dituturkan lewat sebuah alat
yang dinyatakan telah melalui kaliberasi dengan tujuan untuk mengukur sejumlah aspek kemampuan
pendengaran.

Audiometri pada jenis ini mirip dengan audiometri nada murni, hanya saja memang di sini
sarana yang dipakai adalah daftar kata yang sudah dipilih dan penderita perlu menuturkannya.
Pemeriksa melalui mikrofon dapat menuturkan langsung kata-kata terpilih tersebut dan kemudian
dihubungkan dengan audiometri tutur. Kata-kata tersebut disalurkan lewat headphone ke telinga
pasien.

Atau, biasanya kata-kata ada yang sudah direkam lebih dulu dan setelah itu dilakukan
pemutaran kembali dan lewat audiometer tutur disalurkanlah suara berisi kata-kata terpilih tersebut.
Pasien yang diperiksa pun diminta untuk bisa menirukan setiap kata yang sudah didengar secara jelas.
Ketika kata-kata tersebut dilemahkan dan makin tak kedengaran oleh pasien, maka penguji biasanya
akan meminta pasien untuk menebak apa kata-kata yang disalurkan tersebut.

Kemudian pada proses pengujian ini penguji atau pemeriksa biasanya bakal melakukan
pencatatan akan persentase dari kata-kata yang mampu pasien tirukan dengan benar di setiap intensitas
juga. Gambaran hasil ada pada sebuah diagram yang absisnya merupakan intensitas suara kata-kata
yang pasien telah dengar, sementara itu ordinatnya merupakan presentasi kata-kata yang pasien
turunkan secara sempurna.

Anda mungkin juga menyukai