Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu mencapai
keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya pada ibu yang bekerja.
Tehnik yang dianjurkan antara lain:
a. Sebelum berangkat kerja ibu tetap menyusui bayinya
b. ASI yang berlebihan dapat diperas atau di pompa,kemudian disimpan dilemari
pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja
c. Selama ibu bekerja ASi dapat diperas atau di pompa dan di simpan di lemari
pendingin di tempat kerja,atau diantar pulang.
d. Bayi dapat di titipkan ke tempat penitipan bayi apabila kantor atau instansi
menyediakan tempat.
e. Setelah ibu di rumah,perbanyak menyusui yaitu saat malam hari Perawat
bayi dapat membawa bayi ketempat ibu bekerja bila memungkinkan.
f. Ibu dianjurkan untuk istirahat, minum cukup,makan dengan gizi cukup
untuk menambah produksi ASI (Taufan, 2011, p.65).
Cara penyimpanan ASI
ASI adalah cairan hidup,selain makanan ASI mengandung zat anti infeksi,cara penyimpanan ASI
perah akan menentukan kualitas antiinfeksi dan makanan yang di kandungnya.
a. Anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu yang lebih
lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI perah yang disimpan.
b. Setelah di cairkan ASI harus habis dalam waktu 1 jam, dan sisa ASI tidak boleh dimasukkan
lagi dalam lemari es
c. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah
Lama Penyimpanan ASI:
1. Dalam ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan selama 12 jam
2. ASI bisa bertahan pada suhu ruangan atau di udara luar selama 6-8 jam
3. ASI bisa bertahan dalam termos es selama 24 jam
4. ASI dapat bertahan 6 bulan pada freezer (Roesli, 2005)
PSIKOSOSIAL ASPEK PERIODE POST PARTUM
Psikososial pada Masa Nifas
Proses adapatasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan,menjelang proses kehamilan
maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut kecemasan seorang wanita dapat
bertambah.Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan.Masa nifas merupakan
masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi.Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan bidan dan keluarga untuk membantu ibu beradaptasi pada masa nifas adalah peran
dan fungsinya ibu menjadi orang orang tua, respond an dukungan psikososial dari keluarga,
sejarah riwayat, dan pengalaman masa kehamilan dan persalinannya,
harapan,keinginan dan aspirasi pada saat hamil dan melahirkan. Semuanya saling berkaitan
selama proses adaptasi nifas.
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung 30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988.
Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan , mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido. Tingkat keparahan
depresi post partum bevariasi. Keadaan ekstrim yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami
kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal post partum, yang disebut
dengan “ baby blues/ maternity blues”. Gangguan post partum yang paling berat disebut
“psikosis/psikosa post partum atau melankolia”. Diantara dua keadaan ekstrim tersebut
terdapat keadaan yang mempunyai tingkat keparahan sedang yaitu “depressi post
partum/neurosa post partum” . (Regina , 2011)
PROSES PERAWATAN PADA MASA POST NATAL
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Fisik
1) Riwayat kesehatan sebelumnya
2) Tanda-tanda Vital
3) Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara, managemen engorgement,
kondisi putting, pengeluaran ASI.
4) Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.
5) Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
6) Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
7) Rektum: hemoroid, dll.
8) Aktivitas sehari-hari.
b. Pengkajian Psikologis
1) Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan.
2) Spesifik: depresi postpartum.
3) Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan libido.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
2) Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui.
3) Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuanpertolongan
persalinan.
3. INTERVENSI
Dx 1
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang
Kriteria hasil : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang, tidak merasa
nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit, TD = 120/80
mmHG , R = 18 – 20 x / menit
Intervensi :
a. Kaji ulang skala nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri R/ untuk mengalihkan
perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
R/ memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi nyeri secara
bertahap.
d. Berikan kompres hangat
R/ meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Delegasi pemberian analgetik
R/ melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
Dx 3
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi
Kriteria hasil : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi,
tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
R/ untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
R/ pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
R/ peningkatan suhu > 38°C menandakan infeksi.
d. Lakukan rendam bokong.
R/ untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
R/ membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
Dx 2
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui
Kriteria hasil : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi yang
tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan
mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
d. R/ agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal
Dx 3
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi
Kriteria hasil : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi,
tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
R/ untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
R/ pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
R/ peningkatan suhu > 38°C menandakan infeksi.
d. Lakukan rendam bokong.
R/ untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
R/ membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.