Anda di halaman 1dari 49

Ketrampilan 1

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Obstetrik

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis obstetri
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan obstetri

I. TEORI DASAR
Pemeriksaan obstetrik terdiri dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi,
palpasi, dan auskultasi. Pemeriksaan klinis obstetric memegang peranan penting dalam pemberian
pelayanan obstetri yang mencakup sejak prenatal, intranatal dan pasca persalinan. Prinsip-prinsip
pemeriksaan klinis obstetric harus diketahui oleh semua pemberi pelayanan obstetric. Dalam
anamnesa dan pemeriksaan fisik, harus tetap diingat tentang perubahan fisiologis ibu hamil yang
mungkin akan memberikan hasil yang berbeda dibandingkan pasien tidak hamil. Kita juga harus
mengingat mengingat mengenai kemungkinan komplikasi atau penyulit kehamilan ini atau adanya
rwayat penyulit sebelumnya.
Pemeriksaan obstetric terhadap uterus gravid dilakukan dengan maneuver Leopold, yaitu
tehnik pemeriksaan yang dilakukan secara palpasi abdominal menggunakan kedua tangan.
Pemeriksaan obstetric bertujuan memantau kehamilan dan penentuan keadaan janin sebelum
persalinan.
Manuver Leopold biasa dilakukan pada saat kunjungan antenatal wanita hamil. Pasien diminta
berbaring terlentang dengan bahu dan kepala sedikit lebih tinggi (memakai bantal), pemeriksa berdiri
disebelah kanan pasien. Pasien diminta menekuk tungkai sehingga abdomen berada dalam posisi
relaks.

1.1 Anamnesis Obstetri


Pemeriksaan anamnesa obstetri merupakan bagian integral dari pelayanan antenatal. Pada
kunjungan awal tentunya anamnesa akan meliputi elemen-elemen yang lebih legkap dibandingkan
dengan anamneses pada kunjungan lanjutan. Pemeriksaan anamnesa awal meliputi enam elemen,
yaitu:
a. Informasi pribadi
b. Riwayat menstruasi dan riwayat kontrasepsi
c. Riwayat kehamilan sekarang
d. Kebiasaan dan gaya hidup
e. Riwayat obstetric
f. Riwayat medis

Informasi Pribadi
8
Pada kunjungan awal terdapat beberapa pertanyaan pribadi yang berguna dalam pemberian
pelayanan obstetri. Pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Pertanyaan Kegunaan
1. Siapakah nama ibu? Berguna untuk mengidentifikasi wanita dan membantu
dalam pembentukan rapport
2. Berapa usia ibu? Membantu mengidentifikasi kehamilan dengan perhatian
khusus (kehamilan remaja)
3. Alamat tempat tinggal dan ada tidaknya Berguna bila perlu menghubungi pasien dan untuk
nomor telepon yang bisa dihubungi mengembangkan perencanaan birth and complication
readness
4. Apakah ibu memiliki jalur transportasi Berguna untuk mengembangkan perencanaan birth and
yang baik? complication readness
5. Ada tidaknya sumber penghasilan
keluarga
6. Berapa jumlah kehamilan dan Berguna untuk menentukan pesan kesehatan dan konseling
persalinan sebelumnya? yang akan diberikan kepada pasien
7. Apakah pasien memiliki masalah medis, Jika ya, maka harus dilanjutkan dengan pertanyaan lanjutan
obstetric, social atau personal? A (Terdapat pada tabel 2)
8. Apakah dalam kehamilan ini pasien
merasakan ada masalah?
9. Apakah sebelumnya sudah Jika YA, perlu diidentifikasi apakah ada permasalahan
memeriksanakan kehamilannya? sebelumnya atau tidak (pertanyaan lanjutan B)

Pertanyaan A Pertanyaan B
Ditanyakan pada wanita yang mengemukakan adanya masalah: Ditanyakan pada wanita yang sudah
1. Apa sebenarnya permasalahannya? pernah mendapatkan pelayanan
2. Kapan pertama kali timbul? kesehatan sebelumnya
3. Apakah timbul mendadak atau perlahan-lahan 1. Siapakah yang meberi pelayanan
4. Kapan dan seberapa sering amsalah itu timbul? sebelumnya?
5. Apakah yang mungkin menyebabkan timbulnya 2. Meliputi apasajakah pelayanan
permasalahan tersebut pada pasien? kesehatan ini (diagnosis ,
6. Seberapa besar pengaruh masalah tersebut pada pasien? pengobatan)
7. Apakah masalah semakin membaik atau memburuk? 3. Apakah luaran dari pemberi
8. Apakah ada gejala dan tanda yang menyertai? pelayanan kesehatan ini (normal,
9. Apakah sudah pernah mendapatkan penanganan? ada tidaknya masalah, apakah
pengobatan berhasil?)

Riwayat menstruasi dan kontrasepsi


 Kapan hari pertama haid terakhir?
Jika wanita tersebut tridak mengingat hari pertama haid terakhirnya, kehamilan dapat
dikonfirmasikan dan dikalkulasi usia kehamilannya berdasarkan :
- Gejala kehamilan
- Tanda kehamilan
Jika wanita mengingat hari pertama haid terakhir, harus dilanjutkan dengan pertanyaan :
- Apakah haid selama ini teratur siklusnya?
- Bagaimana siklus 3 bulan terakhir?
- Apakah HPHT tersebut normal onset, jumlah dan lamanya
- Apakah sebelumnya menggunakan kontrasepsi?
Rumus Naeglle digunaan dengan syarat siklus 3 bulan terakhir teratur

 Ibu ingin memiliki berapa anak?


 Untuk mempersiapkan rencana pemngguanaan kontrasepsi
9
 Pernahkan menggunakan kontrasepsi sebelumnya?
 Jika ya, lanjutkan dengan pertanyaan :
- Metode kontrasepsi
- Apakah pasien mengalami masalah dalam kontrasepsi tersebut?
- Jika pernah menggunakan lebih dari satu metode ditanyakan metode yang paling
nyaman dan alasannya.
Pertanyaan ini berguna untuk memandu pelayanan kontrasepsi.
 Apakah ibu menginginkan menggunakan kontrasepsi setelah kelahiran sekarang?
 Jika ya, lanjutkan dengan pertanyaan :
- Metode yang diinginkan
- Apakah pasien menginginkan informasi dalal metode lain?

Riwayat kehamilan sekarang


1. Apakah merasakan gerakan janin?
 Jika usia kehamilan lebih dari 22 minggu dan masih belum merasakan gerakan janin, maka
harus dilakukan penyelidikan lanjutan.
 Jika sudah merasakan, maka harus dilanjutkan dengan pertanyaan
- Kapan pertama kali dirasakan ?
- Kapan terakhir kali dirasakan ?
2. Bagaimana perasaan ibu mengenai kehamilannya?
 Digunakan sebagai penduan dukungan hibungan ibu – bayi.

Kebiasaan dan gaya hidup


Pertanyaan Kegunaan
1. Apakah pasien bekerja? Seberapa berat Digunakan untuk menentukan apakah
pekerjaannnya? terdapat keseimbangan antaa aktifitas fisik
dengan asupan makanan
2. Apakah pasien memiliki waktu istirahat yang cukup?
3. Bagaimana asupan makanan hariannya? Jika dilaporkan mengebnai pica, harus
dlakukan penilaian lanjut
4. Apakah saat ini sedang menyusui?
5. Apakah pasien merokok, meminum alcohol atau Digunakan untuk menentukan pesan
menggunakan obat-oabatan terlarang kesehatan dan konseling yang akan diberikan
6. Dengan siapakah pasien tinggal Digunakan untuk mengembangkan
perencanaan kelahiran dan kesiapan
timbulnya komplikasi
7. Informasikan kepada pasien akan ditanya mengenai Jika terdapat jawaban ya pada salah
pertanyaan pribadi dan pertanyaan ini diberikan satu/semua pertanyaan maka harus dilakukan
kepada semua pasien pertanyaan maka harus dilakukan penilaian
- Apakah ada yang menghalangi pasien dari lanjutan mengenai kekerasan dalam rumah
bertemu dengan keluarga atau teman, tidak tangga
mengijinkan meninggalkan rumah atau Jika pasien tidak ingin menjawab pertanyaan
mengancam hidupnya? tersebut, informasikan bahwa dia dapat
- Apakah pernah dilukai, dipukul atau dipaksa mendiskusikan masalah ini kapan saja.
berhubungan seksual oleh orang lain?
- Apakah pasien merasa takut dengan seseorang?

10
Riwayat obstetri
Meskipun riwayat obstetric yang buruk tidak selalu membutuhkan perawatan khusus, namun
mengetahui ada tidaknya komplikasi terdahulu dapat membantu memahami kekhawatiran yang
timbul dalam kehamilan ini. Diskusi mengenai komplikasi sebelumnya juga memberi kesempatan
untuk merencanakan kelahiran dan kesiapan timbulnya komplikasi.
a) Jika ini bukan kehamilan pertama, tanyakan apakah sebelumnya terdapat komplikasi:
- Preklamsia/eklamsia
- Secsiocesaria, rupture uteri, operasi pada uterus
- Robekan perineum (derajat 3-4)
- Perdarahan pasca persalinan
- Kematian perinatal
- Abortus 3 kali atau lebih
 Jika jawaban ya, maka dapat mempengaruhi penanganan selanjutnya.
b) Jika ini bukan anak pertama pasien, tanyakan apakah sebelumnya pernah menyusui atau tidak?
Jika tidak, perlu ditanyakan berapa lama dan apakah timbul masalah selama menyusui.

Riwayat medis
1. Apakah pasien mempunyai alergi?
 Riwayat alergi akan mempengaruhi pelayanan obastetri yang akan diberikan
2. Pernahkan didiagnosis menderita penyakit : Anemia, sifilis, jantung, ginjal, diabetes, kelenjar
gondok, tuberculosis, hepatitis, HIV ?
3. Apakah pernah dirawat atau menjalani operasi
 Jika ya perlu ditanyak mengenai alsannya, kapan dilakukan, & bagaimana hasilnya.
Jika kondisi belum teratasi dan mempunyai potensi mempersulit kehamilan maka perlu
dialkukan penilaian lanjutan
4. Apakah sedang meminum obat-obatan?
 Diperlukan untuk memandu pesasn kesehatan dan konseling yang akan diberikan.
5. Apakah sudah pernah mendapatkan imunisasi tetanus?
 Bila ya, kapan terakhir kali mendapatkannya?

Keenam aspek tersebut harus dicakup dalam anamnesis obstetric awal. Pada kunjungan berikut,
maka terdapat anamnesis obatetri yang memiliki cakupan yang berbeda. Dalam kunjungan lanjutan
maka informasi yang harus didapatkan adalah :
1. Apakah terdapat masalah medis, obstetric, social atau pribadi sejak kunjungan terakhir?
2. Apakah pernah mendapatkan pelayanan kesehatan lainnya sejak kunjungan terakhir?
3. Apakah terdapat perubahan gaya idup dan kebiasaan sejak kunjungan terakhir?
4. Apakah terdapat perubahan infromasi pribadi sejak kunjungan terakhir?
5. Apakah terdapat kesulitan dalam melaksanakan perencanaan sebelumnya?
6. Apakah terdapat reaksi alergi atau efek samping lainnya terhadap obat-obatan atau imunisasi?
1.2 Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.
Pastikan semua temuan telah dicatat pada status pasien. Jika saat kunjungan pertama, maka lakukan
11
pemeriksaan fisik ;lengkap. Jika merupakan kunjungan lenjutan maka pemeriskaan fisk yang lebih
singkat sudah mencukupi. Namun pastikan selalu melakukan penilaian keadaan umum, memeriksa
konjungtiva, tekanan darah dan pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan genetalia dan payudara
dilakukan bila diperlukan.
1. Pemeriksaan keadaan umum, menilai adanya anemia dengan memeriksa konjungtiva dan
melakukan pengukuran berat badan
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Pemeriksaan abdomen

Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, maka harus diinformasikan kepada pasien


mengenai prosedur pemeriksaan. Hal ini perlu untuk mempersiapkan pasien sehingga tidak ada
kekhawatiran mengenai kondisi kehamilan. Pada table di bawah ini dapat dilihat elemen apasaja yang
perlu dinilai pada pemeriksaan abdomen.

12
Elemen Normal Abnormal dan tindakan lanjutan
Permukaan Tidak terdapat parut dari operasi sebelumnya (seksio secarea, Jika terdapat parut pada dinding abdomen,
abdomen rupture uteri, atau operasi abdomen lainnya) informasi tambahan perlu dicari untuk
mengetahui jenis operasi yang dilakukan
Tinggi fundus uteri - Uterus teraba kenyal
- Tinggi fundus bertambah setiap kunjungan
- Tinggi fundus sesuai dengan usia kehamilan:
- Pada 12 minggu teraba diatas simpisis
- Pada 16 minggu setengah pusat simpisis
- Pada 18-20 minggu sekitar 20 cm dari simpisis atau 1
jari di bawah umbilicus
- Padaa 22 minggu uterus setinggi umbilicus
Setelah usia kehamilan 22 minggu maka tinggi fundus (dalam
cm) sesuai dengan usia kehamilan ± 2 cm.
Bagian janin dan Pada kehamilan lebih 24 minggu maka bagian janin dapat Jika tidak dapat diraba bagian janin atau
gerak janin dipalpasi. Pada kehamilan lebih 22 minggu, gerakan janin dapat pergerakan janin maka perlu dilakukan
dirasakan pemeriksdaan lanjutan untuk menentukan kondisi
kehamilan
Letak dan Pada 36 minggu, janin letak memanjang dan prsesntasi Jika tidak dapat diraba bagian janin maka perlu
presentasi janin Setelah 36 minggu harus ditentukan apakah kepala janin sudah dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
engaged atau belum masuk pintu atas panggul menentukan kondisi kehamilan
Bunyi jantung janin Setelah 12 minggu, bunyi jantung janin dapat didegar dengan Kelainan dapat berupatidak terdengarnya bunyi
dopler jantung janin atau kelainan dalam frekwensi
Setelah 20 minggu maka bunyi jantung janin dapat didengar denyut jantung janin
dengan menggunakan Laennec

13
Palpasi
Setelah pasien berbaring terlentang, dilihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Jika
berkontraksi harus ditunggu dulu sampai kontraksi hilang. Dinding abdomen juga harus relaks,
sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti. Untuk itu tungkai di fleksikan pada pangkal paha
dan lutut.
Suhu telapak tangan pemeriksa sebaiknya disesuaikan dengan suhu tubuh pasien, supaya saat
telapak tangan pemeriksa menyentuh perut pasien, otot abdomen tidak mengalami kontraksi. Untuk
itu sebelum melakukan pemeriksaan, kedua telapak tangan pemeriksa saling digosokkkan lebih
dahulu.
Cara palpasi menurut Leopolod dibagi dalam 4 tahap. Pada Leopolod I,II dan II pemeriksa
menghadap kea rah muka pasien, sementara pada Leopold IV, pemeriksa menghadap kea rah kaki
pasien.
Tujuan pemeriksaan Leopold I adalah untuk menentukan tinggi fundus uteri (TFU), SEHINGGA
UMUR KEHAMILAN DAPAT DIPERKIRAKAN. Taksiran umur kehamilan berdasarkan tinggi funsduas uteri
ini kemudian dibandingkan dengan taksiran umur kehamilan berdasarkan perhitungan dari hari
pertama menstruasi terakhir. Bila tidak sesuai, difikirkan kea rah kondisi patologis. Selain menentukan
TFU, Leopold I juga menentukan bagian janin yang berada di fundus uteri. Bila bagian janin yang teratas
adalah kepala, maka akan teraba bulat keras, sedang bila bokong maka akan teraba lunak.
Tujuan pemeriksaan Leopold II adalah menentukan di mana letak punggung janin dan bgian kecil
janin. Manuver Leopold III berguna untuk menentukan bagian terbawah janin daan Leopold IV untuk
mengetahui apakah bagian terbawah janin sudah memasuki panggul atau belum.

Processus Xyphoideus Umbilicus Simphisis

Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan genetalia dilakukan pada kinjungan pertqama dan duiulang bila diperlukan.
Panduan untuk melakukan pemeriksaan genetalia dapat dilihat dalam panduan pemeriksaan
ginelologi.

14
II. LATIHAN
2.1 Alat dan bahan
 Meja dan kursi dokter, Kursi pasien
 Bed periksa
 Manikin obstetri

2.2 Kasus

Ny. A, 28 tahun, datang ke poli kandungan untuk memeriksakan kehamilannya


yang kini berusia 28 minggu. Lakukanlah anamnesis dan pemeriksaan obstetri.

2.3 Prosedur
Skor
No Aspek Ketrampilan Ynag Diniliai
0 1 2 3
Melakukan anamnesa obstetric
1. Menanyakan informasi pribadi
2. Menanyakan riwayat menstruasi dan kontrasepsi
3. Mewnanyakan riwayat kehamilan sekarang
4. Menanyakan kebiasaan dan gaya hidup
5. Menanyakan riwayat obsterti sebelumnya
6. Menanykan riwayat penyakit yang lain
Melakukan pemeriksaan fisik
7. Menilai keadaan umum:
- memeriksa konjungtiva, mengukur BB
8. Mengukur tekanan darah
9. Melakukan & melaporkan hasil pemeriksaan Leopold I
10. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan Leopold II
11. Melakukan dan melapporkan hasil pemeriksaan Leopold III
12. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan ALeopold IV
13. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan auskultasi
denyut jantung janin menggunakan stetoskop Laennec

15
Ketrampilan 2
Vaginal Toucher

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mengetahui prinsip-prinsip vaginal toucher
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan vaginal toucher

I. TEORI DASAR
1.1 Prinsip pemeriksaan vaginal toucher
Kegunaan
 Dapat menentukan apakah benar pasien dalam keadaan in partu
 Untuk menentukna factor janin dan panggul
 Meramalkan jalannya persalinan.
Indikasi
 Panggul sempit.
Misalnya pada primipara, kehamilan 36 minggu, bagian bawah janin belum masuk pintu atas
panggul. Kejadian ini mungkin disebabkan karena panggul yang sempit. Sehingga memerlukan
pemeriksaan dalam.
 Menentukan kemajuan persalinan, antara lain turunnya janin dan pembukaan serviks.
 Jika dikhawatirkan terdapat tali pusat yang menumbung atau bagian kecil janin pada pintu atas
panggul. Hal ini dapat terjadi jika ketuban pecah sedang bagian bawah janin masih tinggi.
Karena bagian bawah janin tidak menutup pintu atas panggul pada waktu ketuban pecah,
ditakutkan ada bagian janin atau tali pusat yang menumbung.
 Untuk menentukan tindakan yang akan dilanjutkan selanjutnya.

1.2 Tehnik Pemeriksaan Vaginal Toucher


Pemeriksaan vaginal toucher memiliki resiko terjadinya infeksi, terutama jika dilakukan
berulang kali dan tidak dilakukan secara aseptik. Untuk memperkecil resiko tersebut, vaginal toucher
harus dilakukan dengan tehnik yang benar.

Mencuci tangan
o Tangan perlu dicuci sebersih mungkin dengan sabun atau cairan desinfektan seperti dalam
persiapan operasi besar. Sebelum mulai mencuci tangan, kuku harus dipotong pendek dan
bersihkanlah sisa-sisa kotoran di bawah kuku.
o Dengan sabun antiseptik bersihkan tangan, lengan bawah, dan lengan atas sampai 5 cm di atas
siku selama 1 menit, kemudian siramlah dengan air yang mengalir.
o Dengan sikat yang steril dan sabun antiseptik sikatlah sela-sela jari dan bawah kuku.
16
o Lama menyikat jari-jari dan kuku untuk masing-masing tangan 1 menit dan untuk lengan
bawah dan lengan atas sampai 5 cm di atas siku 1/2 menit. Kemudian basuhlah dengan air
bersih.

Memakai handschoen steril

Gambar 2.1 Memakai handschoen steril secara benar. Saat memasukkan sarung tangan, jangan sampai
tangan menyentuh bagian luar sarung tangan. Bila ada perawat yang membantu, mereka memegang tepi atas
sarung tangan dan merentangkannya. Jangan sampai mengenai bagian luar sarung tangan.

Digital examination
 Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri membuka labia, sedang tangan kanan mengambil kapas
yang telah direndam dalam lysol sekurang-kurangnya 24 jam dan mengusap vulva dari atas ke
bawah. Sekali mengusap, kapas dibuang dan diganti kapas yang baru. Hindarilah jangan sampai
jari-jari tangan kanan mengenai dinding vulva. Dengan labia yang masih dibuka, jari tangah
tangan kanan dimasukkan ke dalam vagina dengan menekankan ke arah komisura posterior
yang kemudian diikuti jari telunjuk.
 Setelah kedua jari tangan kanan masuk, tangan kiri dipindahkan ke atas simfisis untuk
menekan bagian bawah janin. Jangan sekali-kali mengeluarkan jari yang telah masuk dalam
vagina sebelum pemeriksaan selesai, karena memasukkan dan mengeluarkan jari tangan
berkali-kali dalam vagina akan meningkatkan resiko infeksi.
17
 Perhatikan dan nilailah:
a. Keadaan perineum
Pada primipara perineum utuh dan elastis, sedang pada multipara tidak utuh, longgar
dan lembek. Untuk menentukannya dilakukan dengan menggerakkan jari dalam vagina ke
bawah dan ke samping vagina. Dengan cara ini dapat diketahui pula otot levator ani. Pada
keadaan normal akan teraba elastis seperti kalau kita meraba tali pusat.
b. Sistokel dan Rektokel
Sistokel adalah benjolan pada dinding depan vagina yang disebabkan kelemahan
dinding belakang kandung kemih. ukurannya mungkin kecil atau kadang-kadang sebesar
bola tenis. Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang vagina, yang disebabkan
kelemahan dinding depan rektum. keadaan ini diakibatkan persalinan yang berulang,
terutama jika terdapat robekan perineum, atau bersamaan dengan prolapsus uteri.
c. Cairan per vaginam
o Cairan berwarna putih kekuningan sebagai akibat radang serviks atau monilia
vaginitis, cairan hijau kekuning-kuningan karena trikhomonas vaginitis.
o Lendir campur darah. merupakan bloody show karena pembukaan serviks.
o Cairan ketuban karena selaput ketuban pecah.
o Darah berasal dari robekan jalan lahir, plasenta previa, vasa previa, solusio plasenta
atau varises yang pecah.
o Mekonium terjadi pada keadaan gawat janin terutama pada presentasi kepala.
d. Serviks
o Perlu diperhatikan: pembukaan, penipisan, robekan serviks, dan kekakuan serviks.
o Pada persalinan serviks akan membuka dan menipis. pembukaan dapat ditentukan
dan diukur dengan kedua jari yang dimasukkan pada pemeriksaan dalam. Jika
pembukaan lebih dari 6 cm lebih mudah diukur dari forniks lateralis dengan cara
berapa cm lebar serviks yang masih tersisa. Bila masih tersisa 1/2 cm menandakan
bahwa pembukaan sudah 9 cm.
o Untuk menentukan penipisan kadang-kadang agak sukar, terutama jika serviks
menempel di bagian bawah janin. Dalam hal semacam ini tekanlah bagian bawah
janin ke atas dan rabalah tepi serviks. Pada primipara serviks masih utuh dan
pembukaan akan berupa lingkaran, sedang pada multipara sering porsio tak utuh
lagi, dan dalam mengukur pembukaan dicari tempat yang tidak robek.
o Kekakuan serviks dapat dirasakn sewaktu jari dimasukkan ke liang pembukaan.
Dalam keadaan normal serviks lembut dan elastis. Pada serviks yang kaku akan terasa
sekeras lobang hidung.

18
e. Ketuban
o Keutuhan.
Tentukan ketuban utuh atau tidak. Pada akhir kehamilan serviks masih tertutup atau
kadang-kadang dapat dimasuki 1 jari. Untuk menentukan apakah selaput ketuban
utuh atau tidak, dapat diketahui bila pemeriksaan dilakukan saat ada his. Pada waktu
his ketuban akan menggelembung dan menonjol. bila sudah pecah penonjolan tak
ada lagi.
o Keadaan ketuban
Pada proses persalinan ketuban berfungsi sebagai pembantu membuka serviks.
Dengan adanya kenaikan tekanan hidrostatis dalam rongga rahim yang diteruskan ke
segmen bawah rahim, serviks akan membuka. Bila ketuban tidak menonjol, mungkin
disebabkan ketuban melekat pada segmen bawah rahim atau oligohidramnion.
Untuk memperlancar persalinan ketuban harus dilepaskan dari dasarnya dengan jari-
jari atau kalau tidak berhasil lebih baik dipecahkan. Pada solusio plasenta, ketuban
terus menerus tegang dan menonjol yang disebabkan adanya perdarahan
retroplasenta.
o Menentukan apakah cairan yang keluar betul-betul air ketuban.
Kadang-kadang jika belum ada pembukaan serviks, kita ragu-ragu dalam penentuan,
apakah cairan yang keluar benar air ketuban atau tidak. Untuk itu dapat digunakan
indikator lakmus atau nitrazin. Percobaan ini berdasarkan pengetahuan bahwa pH
vagina antara 4,5-5,5 sedang pH air ketuban antara 7-7,5. Kertas lakmus atau nitrazin
berubah warnanya pada pH tertentu, sehingga warna kertas itu menentukan apakah
sifat cairan tersebut asam atau basa. Bila lakmus biru berubah menjadi merah,
berarti PH asam (ketuban belum keluar). BIla lakmus merah berubah menjadi biru
berarti pH basa (ketuban sudah keluar). Selain dengan kertas lakmus, penentuan air
ketuban dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskop, dan akan ditemukan
lanugo atau bintik-bintik kaseosa.

f. Presentasi, denominator, dan posisi


o Presentasi
Presentasi merupakan bagian yang terbawah dari janin, yang akan lebih mudah
diketahui bila ketuban sudah pecah.Presentasi kepala dapat diketahui bila teraba
bagian yang bulat keras; tulang parietal; sutura sagitalis; ubun-ubun besar atau ubun-
ubun kecil.
o Denominator (titik petunjuk)
Untuk menentukan posisi perlu diperhatikan titik penunjuk. Pada presentasi
belakang kepala, sebagi titik penunjuk adalah ubun-ubun kecil. Sedang pada
presentasi bokong adalah sakrum.

19
o Posisi
Yang perlu ditentukan adalah dimana letak janin terhadap ibu. Contoh: letak ubun-
ubun kecil terhadap panggul ibu. Pada posisi ubun-ubun kecil kiri depan, teraba
sutura sagitalis searah jam 2-8 dan ubun-ubun kecil di kiri depan.

g. Turunnya kepala
Untuk menentukan sampai di mana turunnya kepala dapat diperkirakan dengan
pemeriksaan luar dan dipastikan dengan pemeriksaan dalam. Pada proses persalinan
kadang-kadang terdapat caput succedaneum yang mengganggu. Untuk menentukan
sampai di mana turunnya kepala ditentukan dengan bidang Hodge (HI-II-III-IV). Ada cara
lain dalam menentukan turunnya kepala yaitu dengan menggunakan istilah station.
Disebut station 0 (=station zero) bila turunnya kepala anak setinggi spina ischiadica. BIla
di atas ischiadica dipakai istilah minus (-1 cm, - 2 cm atau floating = mengambang). Bila di
bawah spina ischiadica dengan istilah plus (+1 cm, +2cm, dan di perineum).

Gambar 2.2. Penurunan kepala.

h. Pemeriksaan panggul
o Apakah promontorium teraba, kalau teraba ukurlah jarak tepi bawah simfisis sampai
promontorium (konjugata diagonalis) dengan begitu konjugata vera dapat
ditentukan.
o Apakah linea innominata (linea terminalis) teraba seluruhnya, sebagian atau
beberapa bagian; kalau teraba seluruhnya berarti panggul sempit seluruhnya, kalau
hanya sebagian dari linea innominata teraba tetapi promontorium teraba maka
panggul adalah panggul picak.
o Apakah kecekungan sakrum cukup.
o dinding samping panggul lurus atau miring (konvergen).
o spina ischiadica runcing atau tumpul.

20
o Arkus pubis sudutnya runcing atau tumpul; untuk panggul yang normal arkus pubis
lebih dari 90 derajat.
o Keadaan dasar panggul apakah kaku, tebal atau elastis.
i. Tumor jalan lahir
o Perlu diperhatikan apakah ada tumor pada jalan lahir yang kiranya mengganggu
proses persalinan. Tumor dapat bersifat neoplastik atau tumor radang.

II. LATIHAN
2.1 Alat dan bahan
 Kapas DTT
 Hand schoen steril
 Bengkok (pean ginjal)
 Larutan chlorin 0,5 %
2.2 Kasus

Ny. A, 35 tahun, datang ke Poli UGD dengan keluhan keluar cairan dari jalan lahir
dan kenceng-kenceng (mules karena kontraksi uterus). Saat ini Ny.A sedang hamil
38 minggu.

2.3 Prosedur
1. Ibu diberitahu tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan, lalu memakai handschoen steril
3. Baca Basmallah sebelum memulai tindakan
4. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri membuka labia dan tangan kanan mengambil kapas vulva
higiene dan menghapus vulva dari atas kebawah
5. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah komisura
posterior yang kemudian diikuti jari telunjuk
6. Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk tangan kiri dipindahkan keatas fundus
untuk memfiksasi bagian bawah janin
7. Yang diperhatikan pada saat pemeriksaan dalam yaitu:
 Keadaan vulva
 Keadaan perinium
 Keadaan vagina
 Adanya sistokel dan rektokel
 Pengeluaran pervaginam
 Servik : posisi, konsitensi, dilatasi ( pembukaan ), penipisan
21
 Kantong ketuban
 Presentasi,titik penunjuk (denominator),molage dan posisi
 Penurunan kepala:
o Hodge I (H I): Setinggi pintu atas panggul (PAP)
o Hodge II (H II): Sejajar H I melalui pinggir bawah symphisis
o Hodge III (H III): Sejajar H I melalui spinae ischiadika
o Hodge IV (H IV): Sejajar H I melalui ujung os. coccygeus
8. Keluarkan tangan pelan-pelan
9. Cuci Tangan pada larutan klorin, sarung tangan dibuka dan rendam dalam keadaan terbalik
10. Dokumentasikan hasil pemeriksaan

22
CEK LIST VAGINAL TOUCHE OBSTETRI

NILAI
No KEGIATAN BOBOT
0 1 2 3
Persiapan
1. Cek instrument dan material
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Meminta pasien untuk tenang dalam posisi ginekologi
4. Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan
5. Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja, kaki pada
pijakan)
6. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan secara aseptik
(melepas cincin, jam, dll)
7. Simulasi toilet vulva dan sekitarnya
Pemeriksaan VT
8. Inspeksi daerah vulva (melihat adanya lesi kulit, massa, discharge
dari vagina)
9. Memilih spekulum dan memasang sekrupnya
10 Membuka bibir vagina
11 Meminta pasien mengambil nafas dalam
12 Memasukkan spekulum dalam keadaan tertutup dengan tangan
kanan
13 Menampilkan portio dengan membuka spekulum, mengoreksi
penerangan lampu (bila perlu)
14 Menggerakkan spekulum ke atas dan ke bawah bila portio belum
terlihat
15 Mengunci speculum
16 Melaporkan kondisi portio dan serviks
17 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
18 Meletakkan spekulum pada rendaman desinfektan
19 Berdiri, mengambil posisi dengan tangan kanan di vulva, tangan kiri
di supra pubis
20 Melakukan pemeriksaan dengan jari telunjuk dan jari tengah
21 Menilai keadaan perineum
22 Memeriksa adanya benjolan di dinding depan vagina (sistokel) atau
di dinding belakang vagina (rektokel)
23 Memeriksa pembukaan, penipisan, robekan serviks, dan kekakuan
serviks
24 Memeriksa keadaan ketuban: keutuhan, menonjol / tidak
25 Menentukan presentasi, titik penunjuk (denominator), dan posisi
26 Menilai turunnya kepala
27 Pemeriksaan panggul
28 Memeriksa adanya tumor jalan lahir
29 Memperhatikan cairan yang keluar dari jalan lahir
30 Mengeluarkan tangan
31 Melaporkan hasil pemeriksaan

23
Ketrampilan 3
Partograf

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mengetahui partograf dan cara mengisinya

I. TEORI DASAR
Partograf adala alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan
menaktalaksana persalinan dan kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada ssetiap
persalinan. Partograf dapat digunakan untuk deteksi dini masalah dan penyulit untuk sesegera
mungkin menaktalaksana masalah tersebut atau meruijuk ibu dalam kondisi optimal. Partograf tidak
digunakan selama fase laten persalinan. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari
pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap. Pada prinsipnya, setiap penolong
persalinan diwajibkan untuk memantau dan mendokumentasikan secara seksama kesehatan dan
kenyamanan ibu dan janin dari awal hingga akhir persalinan.
1.1 Prinsip Partograf
Partograf WHO
- Fase aktif dimulai setelah pembukaan 3 cm
- Fase laten sama/ kurang dari 8jam
- Pada fase aktif penambahan pembukaan 1 cm atau lebih
- Pemeriksaan vaginal tiap 4 jam
- Tenggang waktu 4 jam antara garis waspada dan garis tindakan
Komponen Yang Diamati
 Janin
 Kemajuan persalinan
 Kondisi ibu

1.2 Pengisian Partograf


Keadaan Janin
 Denyut jantung janin (DJJ)
o Diperiksa setiap 30 menit
o Bila didapatkan DJJ abnormal, periksa setiap 15 menit
 Ketuban:
Isilah dengan kode berikut ini:
o Selaput ketuban utuh  kode “U”
o Selaput ketuban sudah pecah :
- Air ketuban jernih  kode “J”
- Air ketuban terwarnai mekoneum  kode “M”
- Air ketuban tidak ada  kode “K” (kering)
24
 Molase tulang kepala
0 = Sutura mudah teraba
+ = Tulang saling menyentuh
++ = Tulang tumpang tindih
+++ = Tumpang tindih hebat

Kemajuan Persalinan
Pembukaan serviks  Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x)
Penurunan kepala  Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yg teraba (pada pemeriksaan
abdomen/ luar) di atas simpisis pubis; catat tanda (O) pd setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5,
sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simpisis pubis.

25
Gambar 3.1 Kemajuan persalinan berupa penurunan kepala ke dalam rongga panggul.

Gambar 3.2 Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan.

26
Penanganan persalinan abnormal
1. Dirujuk
2. Persalinan dipercepat
3. Persalinan diakhiri

Kondisi Ibu
 Nadi, tensi, suhu
 Urin : volume, protein, aseton
 Obat-obatan dan cairan intravena
 Pemberian oksitosin

27
Gambar 3.3 Contoh partograf

28
Waktu. Menyatakan berapa jam waktu yg telah dijalani sesudah pasien diterima.
Jam. Catat jam sesungguhnya.
Kontraksi. Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi utk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10
menit & lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik:
- Kurang dari 20 detik ( diarsir dgn titik-titik)
- Antara 20-40 detik (diarsir dgn garis-garis)
- Lebih dari 40 detik (diarsir dgn warna hitam)

Gambar 3.4 Tiga cara arsir kotak berdasarkan lamanya His

Gambar 3.5 Contoh pengisian “His” pada partograf

29
Oksitosin  Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam
tetesan per menit.
Obat yg diberikan  Catat semua obat yg diberikan.
Nadi  Catatlah setiap setiap 30-60 menit & ditandai dgn sebuah titik besar (.).
Tekanan darah  Catatlah setiap 4 jam dan tandailah dgn anak panah. ↑ sistol ↓diastol.
Suhu badan  Catatlah setiap 2 jam.
Protein, aseton, & volume urin  Catatlah setiap ibu berkemih.
Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan
penilaian thd kondisi ibu dan janin & segera mencari rujukan yg tepat.

II. LATIHAN
Isilah partograf berdasarkan kasus persalinan yang diberikan oleh instruktur.

30
Ketrampilan 4
Family Planning

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa memahami prinsip-prinsip keluarga berencana
2. Mahasiswa mengetahui cara-cara ber-KB
3. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan IUD

I. TEORI DASAR
1.1 Prinsip Keluarga Berencana
Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah
metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW
(6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen). Alat kontrasepsi memang sangat berguna
sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan
kondisi setiap orang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain :
1. Faktor pasangan
a. Umur
b. Gaya Hidup
c. Frekuensi senggama
d. Jumlah keluarga yang diinginkan
e. Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu
2. Faktor kesehatan
a. Status kesehatan
b. Riwayat haid
c. Riwayat keluarga
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan panggul
3. Faktor metode kontrasepsi
a. Efektivitas
b. Efek samping
c. Biaya

Selain faktor-faktor tersebut masih banyak faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis
kontrasepsi seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan
dari suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini
dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda.

31
1.2 Metode Kontrasepsi
 Metode sederhana
Dilakukan tanpa alat (senggama terputus atau pantang berkala) atau dengan kondom.
 Metode modern / efektif
Hormonal (oral, injeksi, implant), IUD, atau kontrasepsi mantap (MOW / MOP).

a) Pil Hormonal
 Deskripsi
- Pil Kombinasi : mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik
- Mini Pil atau Pil Progestin : hanya mengandung progesterone sintetik
 Cara Kerja
- Menekan Ovulasi. Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan terjadi ovulasi
(tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.
- Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
- Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses implantasi
- Memperkental lendir serviks (mencegah penetrasi sperma)
 Efektivitas
- Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7 % sedangkan efektivitas praktisnya sebesar 90-96%.
- Pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara teratur.
 Keuntungan
- mudah penggunaannya dan mudah didapat
- mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid
- mengurangi resiko terjadinya KET (kehamilan ektopik terganggu) dan Kista Ovarium
- mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim
- pemulihan kesuburan hampir 100%
 Kontraindikasi
- Menyusui (khusus pil kombinasi)
- Pernah sakit jantung
- Tumor/keganasan
- Kelainan jantung, varices, dan darah
tinggi
- Perdarahan pervaginam yang belum
diketahui sebabnya
- Penyakit gondok
- Gangguan fungsi hati dan ginjal
- Diabetes, epilepsi, dan depresi mental
- Tidak dianjurkan bagi wanita umur lebih
dari 40 tahun.

 Efek samping
Penggunaan Pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek samping, antara lain enek/mual,
berat badan bertambah, sakit kepala (berkunang-kunang) perubahan warna kulit dan efek samping
ini dapat timbul berbulan-bulan.

32
b) Injeksi Hormon
 Deskripsi
Kontrasepsi suntikan adalah hormon yang diberikan secara injeksi untuk mencegah terjadinya
kehamilan.
- Jenis suntikan yang terdiri satu hormon : Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan
Noristerat.
- Jenis suntikan yang terdiri dari atas dua hormone : Cyclofem dan Mesygna.
KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang menginginkan kontrasepsi yang
efektif, reversibel, dan belum bersedia untuk sterilisasi.

 Cara Kerja
- Depo provera disuntikkan setiap 3
bulan sedangkan Noristerat setiap 2
bulan.
- Wanita yang mendapat suntikan KB
tidak mengalami ovulasi.
 Efektivitas : 95-97 %
 Keuntungan
- Mengurangi kunjungan
- Merupakan metode yang telah dikenal
oleh masyarakat
- Dapat dipakai dalam waktu yang lama
Gambar 4.2 Contoh KB suntik
- Tidak mempengaruhi produksi ASI
 Kontraindikasi
- Hamil atau disangka hamil
- Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
- Tumor/keganasan
- Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis,penyakit paru berat, varices.
 Efek samping
- Cyclofem : mual, berat badan bertambah, sakit kepala, pusing-pusing dan kadang-kadang
gejala tersebut hilang setelah beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan.
- Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan Noristeat : mensturasi tidak teratur, masa
mensturasi akan lebih lama, terjadi bercak perdarahan bahkan mungkin menjadi anemia pada
beberapa klien.

33
c) Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
 Deskripsi
Adalah 6 kapsul kecil yang terbuat dari silikon berisi hormone levonorgestrel yang ditanam di bawah
kulit.
 Cara Kerja
Implan secara tetap melepaskan hormon tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah. Di Indonesia
saat ini digunakan Norplant (6 kapsul).
- Mengentalkan lendir serviks
- Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
- Menekan ovulasi.
 Efektivitas : 97 – 99 %
 Keuntungan
- Sekali pasang untuk 5 tahun
- Tidak mempengaruhi produksi ASI
- Tidak mempengaruhi tekanan darah
- Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
- Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi, tetapi belum mantap untuk ditubektomi
 Kontraindikasi
- Hamil atau disangka hamil
- Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
- Tumor/keganasan
- Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis
 Efek samping
Kadang-kadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu ditemukan haid yang tidak
teratur, sakit kepala, kadang-kadang terjadi spotting atau anemia karena perdarahan yang kronis.

Gambar 4.3 KB Implan

34
d) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR / IUD)
 Deskripsi
AKDR atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat
yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim.
Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan dapat dilepaskan setiap saat bila anda berkeinginan
untuk mempunyai anak.
 Cara Kerja : mencegah pertemuan sperma dengan sel telur.
 Efektivitas : Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan / 100 wanita dalam 1 tahun)
 Keuntungan
- Tidak terganggu faktor lupa
- Metode jangka-panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan Tembaga T
380A)
- Mengurangi kunjungan ke klinik
- Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
 Kontraindikasi
- Hamil atau diduga hamil
- Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
- Pernah menderita radang rongga panggul
- Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
- Riwayat kehamilan ektopik
- Penderita kanker alat kelamin
 Efek samping
Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadang-kadang
ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama)
terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin
menimbulkan rasa tidak nyaman, dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim.

Gambar 4.4 IUD dan lokasi pemasangannya.

35
e) Kondom pria
 Deskripsi : sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu bersenggama.
 Cara Kerja : mencegah sperma bertemu dengan ovum
 Efektivitas : 85 %
 Keuntungan
- Dapat dipakai sendiri
- Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
- Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
- Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
- Tidak mengganggu kesehatan
- Tidak ada efek samping sistemik
- Tersedia secara luas (toko farmasi dan toko-toko yang ada di masyarakat)
- Tidak perlu resep atau penilaian medis
- Tidak mahal (jangka pendek)
 Kontraindikasi : Aleergi (lateks)
 Efek samping : rasa tidak nyaman saat senggama.

f) Kontrasepsi mantap
 Deskripsi
Adalah pemotongan/pengikatan kedua saluran telur wanita (Tubektomi) atau kedua saluran
sperma laki-laki (Vasektomi). Operasi tubektomi ada beberapa macam cara antara lain adalah
Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior, Laparoskopi dan Minilaparatomi. Cara yang sering dipakai di
Indonesia adalah Laparaskopi dan Minilaparatomi.
 Cara Kerja : mencegah pertemuan sel telur dengan sperma.
 Efektivitas : Teori & praktek 99 %
 Keuntungan :
- Paling efektif
- Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pembalikan tidak bisa dijamin). Rekanalisasi
dengan microsurgery sedang dikembangkan.
- Tidak perlu perawatan khusus.
 Kontraindikasi : Sama dengan kontraindikasi operasi.
 Efek samping
Jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri, dan infeksi pada luka operasi. Pada
vasektomi infeksi dan epididimitis terjadi pada 1-2% pasien. Pada tubektomi: perdarahan, infeksi,
kerusakan organ lain dan komplikasi karena anastesi dapat terjadi.

36
1.3 Konsultasi dan Edukasi KB
Masa reproduksi (kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Masa menunda kehamilan (kesuburan)
2) Masa mengatur kesuburan (menjarangkan)
3) Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi).
Masa reproduksi (kesuburan) ini merupakan dasar dalam pola penggunaan kontrasepsi rasional.

1) Masa Menunda Kehamilan


Sebaiknya istri menunda kehamilan pertama sampai umur 20 tahun. Ciri-ciri kontrasepsi yang
sesuai:
a. Kembalinya kesuburan yang tinggi. Artinya kembalinya kesuburan dapat dijamin 100%. Ini
penting karena akseptor belum mempunyai anak.
b. Efektifitas yang tinggi. Hal ini penting karena kegagalan akan menyebabkan tujuan KB tidak
tercapai.
Prioritas kontrasepsi yang sesuai:
 Pil
 AKDR
 Cara sederhana (kondom, spermisida)

2) Masa Mengatur Kesuburan


Umur melahirkan terbaik bagi istri adalah umur 20 - 30 tahun. Ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai:
a. Kembalinya kesuburan (reversibilitas) cukup.
b. Efektifitas cukup tinggi.
c. Dapat dipakai 2 - 4 tahun, sesuai dengan jarak kehamilan yang aman untuk ibu dan anak.
d. Tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Ini penting karena ASI adalah makanan terbaik
bagi bayi sampai umur 2 tahun. Penggunaan ASI mempengaruhi angka kesakitan bayi/anak.
Prioritas kontrasepsi yang sesuai:
 AKDR
 Suntikan
 Mini pil
 Pil
 Cara sederhana
 Norplant (AKBK)
 Kontap ( jika umur sekitar 30 tahun)

3) Masa Mengakhiri Kesuburan


Pada umumnya setelah keluarga mempunyai 2 anak dan umur istri telah melebihi 30 tahun, sebaiknya
tidak hamil lagi.

37
Jumlah anak
Dalam merencanakan jumlah anak dalam keluarga, suami dan istri perlu mempertimbangkan
aspek kesehatan dan kemampuan untuk memberikan pendidikan dan kehidupan yang layak. Dalam
hal ini pasangan tersebut perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan 4 terlalu yaitu :
o Telalu muda untuk hamil/melahirkan (<18 thn)
o Terlalu tua untuk melahirkan (>34 thn)
o Terlalu sering melahirkan (> 3 kali)
o Terlalu dekat jarak antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan berikutnya (< 2 thn).
Merencanakan jumlah anak dalam keluarga dapat dilakukan dengan memperhatikan usia reproduksi
istri.

Agama
KB bukan hanya masalah demografi dan klinis tetapi juga mempunyai dimensi sosial-budaya
dan agama, khususnya perubahan sistim nilai dan norma masyarakat. Oleh karena itu KB perlu
mendapat dukungan masyarakat, termasuk tokoh agama. Walaupun awalnya mendapat tantangan
akhirnya program KB didukung tokoh agama dengan pemahaman bahwa KB tidak bertentangan
dengan agama dan merupakan salah satu upaya dalam pengaturan masalah kependudukan untuk
memerangi kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidakpedulian masyarakat. Di pihak lain,
peserta KB yang lebih dari 22,5 juta banyaknya juga memerlukan pegangan, pengayoman dan
dukungan rohani yang kuat dari pemimpin agama.
Program KB juga telah memperoleh dukungan dari Departemen Agama Republik Indonesia.
Hal ini terlihat dengan penandatanganan bersama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Memorandum of Understanding (MoU). Dalam Islam tetap ada orang atau kelompok yang
tidak mendukung KB. Alasan yang dikemukakan, antara lain: Al Qur’an tidak membolehkan pemakaian
alat kontrasepsi yang dianggap sebagai membunuh bayi atau agama Islam menginginkan agar Islam
mempunyai umat yang besar dan kuat. Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa KB yang
dibolehkan syariat adalah usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan
kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk
kepentingan (maslahat) keluarga. Islam membolehkan KB untuk menjaga kesehatan ibu dan anak.
Sementara itu, agama-agama lain di Indonesia umumnya mendukung KB. Agama Hindu
memandang bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat. Untuk itu kelahiran harus diatur
jaraknya dengan ber-KB. Agama Budha tidak melarang umatnya ber-KB demi kesejahteraan keluarga.
Agama Kristen Protestan tidak melarang umatnya ber-KB. Namun sedikit berbeda dengan agama
Katolik yang memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman
holistik sesuai dengan kehendak Tuhan. Gereja Katolik hanya menerima abstinensia dan pantang
berkala (hubungan seksual hanya dilakukan pada masa tidak subur dalam siklus bulanan seorang

38
wanita) sebagai metode keluarga berencana yang sesuai dengan pandangan gereja dan menolak
secara tegas metode KB lainnya.

KB post partum
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang
keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya
selama meneteki (amenore laktasi). Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini ialah 2% kehamilan
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman,
terutama apabila ibu sudah haid lagi
Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu :
-bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
-kelebihan/keuntungannya
-kekurangannya
-efek samping
-bagaimana menggunakan metode itu
-kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascapersalinan yang menyusui

Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu
dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh
ibu/pasangan itu dan untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik
Pada ibu menyusui, masa setelah persalinan hingga 6 minggu, sebaiknya menggunakan
metode amenore laktasi. Pada masa ini ibu masih amenore (belum menstruasi). Selain itu juga dapat
menggunakan metode kondom dan spermisida. Mulai 4 minggu post partum dapat dipasang AKDR
atau IUD. Mulai 6 minggu dapat digunakan metode tubektomi, pil progestin. Setelah 6 bulan baru
dapat menggunakan metode pil kombinasi. Selain itu juga dapat menggunakan metode KB suntik.

Gambar 4.5 Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada ibu yang menyusui
39
Gambar 4.6 Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada ibu yang tidak menyusui

1.4 Pemasangan IUD


AKDR sebaiknya dipasang sewaktu haid atau pada hari-hari haid terakhir. Pemasangan AKDR
dapat juga dilakukan sesudah melahirkan, sesudah abortus, atau setiap waktu selama siklus haid jika
dipastikan wanita tersebut tidak hamil.
PEMASANGAN IUD COPPER T380A
Alat dan Bahan
- IUD Copper T380A
- Sarung tangan 2 pasang
- Speculum cocor bebek
- Cunam tampon
- Tenakulum
- Sonde uterus
- Lampu sorot atau senter
- Gunting
- Cuching berisi povidon iodine
- Kasa
- Klorin 0,5% (bayclin : air = 1 : 9)
- Tempat sampah

Persiapan Pasien
- Lakukan konseling pada pasien agar mantap.
- Persilakan pasien buang air kecil dulu dan membersihkan kemaluannya dengan sabun.
- Siapkan peralatan, cek tanggal kadaluarsa IUD
- Cuci tangan dengan teknik aseptik
- Kenakan sarung tangan dengan teknik aseptik.
- Periksa genetalia eksterna, awasi apakah ada luka bernanah, pembesaran kelenjar bartolin,
pembesaran kelenjar getah bening. Jika ada hal-hal di atas, pemasangan ditunda, pasien
diobati dulu. Tutup spekulum, miringkan dan keluarkan.

40
- Lakukan pemeriksaan dalam bimanual, awasi adanya nyeri goyang, evaluasi besar dan arah
uterus, massa di adneksa. BIla terdapat kelainan, pemasangan ditunda, pasien diobati
terlebih dahulu.
- Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin, lepas dan masukkan dalam larutan klorin.

Persiapan IUD
- cek kelengkapan bagian-bagian alat: leher biru, pendorong, kertas pengukur, kertas
transparan, kertas biasa, tabung, IUD. Yakinkan IUD berada pada tabung. Jika berada di luar,
dorong masuk. Jika tali IUD keluar seluruhnya dari tabung, IUD tidak dapat dipakai. Letakkan
di tempat bersih, keras, datar dan IUD di sisi kiri.
- Buka plastik sepertiga bagian, lipat bagian belakang seperti membuka pisang.
- Semua dilakukan dalam posisi vertikal.
- Keluarkan pendorong (ujung tabung dan ujung pendorong jangan menyentuh apapun),
masukkan ke dalam tabung IUD.
- Kembalikan kertas bagian belakang, letakkan di tempat datar lagi.
- Tahan kedua lengan IUD dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri.
- Dorong tabung sampai kedua lengan terlipat. Tarik tabung ke bawah sedikit, jika sulit, jungkit
ke atas. masukkan kedua lengan ke dalam tabung.

Pemasangan IUD
- Kenakan sarung tangan.
- Pasang spekulum, buka cocor bebek dan kunci
- Ambil kasa dengan cunam tampon, celupkan dalam betadin, masukkan ke dalam, bersihkan
porsio dan dinding vagina 2-3 kali.
- Pasang tenakulum pada porsio di jam 11 sekitar 1 cm dari porsio.
- masukkan sonde dengan teknik tanpa sentuh (jangan sampai mengenai apapun sebelum
masuk ke dalm uterus)
- tarik tenakulum ke arah luar agar uterus dan saluran-salurannya berada dalam satu garis
lurus, ukur panjang uterus. Keluarkan sonde dalam keadaan mendatar.
- Tera panjang uterus pada kertas pengukur IUDdengan meletakkan ujung sonde pada garis
biru/merah, kemudian tentukan batas bawah pada huruf atau angka apa.
- letakkan tabung IUD sehingga leher biru bagian depan berada pada batas bawah tera sonde.
- Tahan leher biru dengan telunjuk.
- dorong tabung sampai ujung T IUD pada garis batas.
- buka plastik seluruhnya. Ambil IUD dengan ibu jari dan telunjuk pada posisi mendatar / sejajar
dan gunakan jari sebagai alasnya.
- masukkan ke dalam uterus (porsio) sampai terasa tahanan. lepas tenakulum.
- tarik tabung sampai terlihat benang IUD 3-4 cm dari porsio. Potong benang dengan gunting.
Keluarkan tabung. Perhatikan bekas jepitan tenakulum, bila berdarah tekan dengan kasa
steril.
- Buka spekulum. Lepas sarung tangan, cuci tangan.
- Terangkan kepada ibu bahwa IUD dapat dipertahankan selama 8-10 tahun
- 1 minggu lagi ibu diminta datang untuk kontrol, dan ibu diminta segera datang bila demam,
berdarah banyak atau terasa nyeri
- Persilakan pasien menunggu 15-20 menit sebelum pulang.
41
- Beritahu cara merawat IUD yaitu dengan cara membersihkan kemaluan terlebih dahulu,
jongkok, dengan jari yang bersih raba apakah ada tali pada kemaluan
- catat di buku: tanggal, jenis IUD dan nama pemasang
- Persilakan pulang jika tidak pusing.

42
Ceklist Pemasangan IUD

No KEGIATAN

1. Konseling KB kepada pasien


2. Meminta pasien untuk buang air kecil terlebih dahulu serta membersihkan kemaluan
dengan sabun
3. Mempersiapkan peralatan, cek tanggal kadaluarsa IUD
4. Mencuci tangan dengan teknik aseptik
5. Mengenakan sarung tangan dengan teknik aseptik
6. Memeriksa genetalia eksterna (dapat menguraikan hal-hal yang diperiksa)
7. Memasang spekulum dengan jari telunjuk kiri menekan bagian bawah (dapat
menguraikan hal-hal yang diperiksa saat inspekulo)
8. Menutup spekulum, memiringkan dan mengeluarkan
9. Melakukan pemeriksaan dalam bimanual (dapat menguraikan hal-hal yang
diperiksa)
10. membersihkan ujung sarung tangan
11. Persiapan IUD:
Mempersiapkan bagian-bagian alat IUD (dapat menyebutkan bagian-bagian IUD)
12. Membuka bungkus IUD seperti mengupas pisang, lipat ke belakang
13. Mengeluarkan pendorong dari bungkus kemudian memasukkannya ke dalam tabung
IUD
14. memasukkan kedua lengan IUD ke dalam tabung
15. Pemasangan IUD:
Mengenakan sarung tangan
16. Memasang spekulum dan menguncinya
17. Membersihkan vagina sampai porsio (dapat melakukan langkah-langkah
membersihkan vagina mulai dari mengambil kasa sampai memasukkannya ke dalam
vagina)
18. Memasang tenakulum pada porsio (dapat melakukan dengan benar sesuai dengan
arah jamnya)
19. Memasukkan sonde, menarik tenakulum (dengan arah yang benar)
20. Mengeluarkan sonde dan menera panjang uterus pada kertas pengukur IUD (dapat
melakukan dengan benar cara menera panjang IUD)
21. Meletakkan tabung IUD sehingga leher biru bagian depan berada di batas angka di
atas
22. Membuka plastik (kertas transparan) seluruhnya dan mengambil IUD
23. Memasukkan IUD ke dalam uterus (porsio) sampai terasa tahanan, menarik
tenakulum
24. Menahan pendorong, menarik tabung sampai bertemu pangkal pendorong
25. Mengeluarkan pendorong, mendorong tabung sampai terasa ada tahanan
26. Melepas tenakulum
27. Menarik tabung sampai terlihat benang 3-4 cm dari porsio dan memotong benang
28. Mengeluarkan tabung (dapat menguraikan hal-hal yang diperhatikan saat
mengeluarkan tabung)
29. membuka spekulum, melepas sarung tangan dan mencuci tangan

43
Ketrampilan 5
Preparat VVP Dan Pap Smear

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa memahami prinsip pembuatan preparat VVP dan Pap smear
2. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan preparat VVP
3. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan preparat Pap smear

I. TEORI DASAR
Pemeriksaan tambahan yang kadang kala dilakukan pada saat pemeriksaan ginekologis adalah:
- Pap smear (Papanicolou swab)
- Uji Fern (fern test) untuk mendeteksi ovulasi
- Uji Schiller untuk keganasan vagina dan serviks
- Pemeriksaan mikrobiologis sediaan ginekologi
- Sondase kavum uteri
- Manuver acosta-scizon
- Pungsi douglas (kuldosentesis)
- Kolposkopi
- Histeroskopi
1.1 Pemeriksaan Pap Smear
Pap smear sebagai alat diagnosis dini kanker serviks telah dilakuka sejak tiga dasa warsa
terakhir. Di negera-negara maju, pap smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif
46-76% dan metalitas kanker serviks 50-60%. Pengambilan pap smear dilakukan 10 hari setelah bersih
menstruasi dan 3 hari sebelum pengambilan dilarang melakukan hubungan seksual karena akan
mengaburkan hasil pemeriksaan (Bohme, C. 2001).
Kegunaan diagnostik sitologik adalah:
 Evaluasi sitohormonal.
 Mendiagnosis peradangan.
 Identifikasi organisme penyebab peradangan.
 Memantau hasil terapi

44
Sedangkan keganasan yang ditemukan dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma in situ ( KIS ) atau karsinoma intraepitel : membrane basalis masih utuh.
I Proses terbatas pada serviks walaupunada perluasan ke korpus uteri.
Ia Karsinoma mikro invasif; bila membrane basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
memasuki stroma tak > 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
I b occ I b occult = Ib yang tersembunyi
Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik
ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi I a.
Ib Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi kedalam
stroma serviks uteri.
II Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan /
ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masi bebas dari infiltrate tumor.
II b Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai dinding panggul.
III Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium sampai
dinding panggul.
III a Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke parametirum tidak dipersoalkan
asal tidak sampai ke dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara
tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada tingkat klinik I atau II,
tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau
kandung kemih ( dibuktikan secara histolgik ), atau telah terjadi metastasis keluar panggul
atau ketempat-tempat yang jauh.
IV a Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rectum dan atau
kandung kemih.
IV b Telah terjadi penyebaran jauh.

Persiapan Alat
 Formulir konsultasi sitologi.
 Spatula ayre yang dimodifikasi atau cytobrush.
 Kaca benda yang satu sisinya telah diberi tanda atau label.
 Spekulum cocor bebek kering.
 Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 96 %

Metode
a. Tuliskan data klinis pasien yang jelas pada, lembar permintaan konsultasi meliputi: nama,
umur, alamat, usia menikah, jumlah pernikahan, paritas, tanggal haid terakhir, kontrasepsi,
riwayat radiasi / kemoterapi, keadaan klinisdan keluhan.
b. Bersihkan daerah vulva dari bagian yang terdekat sampai yang terjauh dengan menggunakan
kapas DTT.
c. Pasang speculum cocor bebek untuk menampilkan serviks.
d. Spatula dengan ujung yang pendek diusap, 360 derajat pada permukaan serviks.
e. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pensil gelas pada sisi
kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar tidak terjadi kerusakan
sel.
45
f. Spatula ayre yang telah dimodifikasi dengan ujung yang panjang agar bisa mencapai
sambungan skuoma kolumner atau kapas lidi diusap 360 derajat pada permukaan endoserviks,
kemudian digeserkan pada setengah sisanya.
g. Masukkan segera ke dalam fiksasi, jangan berada diudara lebih dari 10 detik karena
dikhawatirkan terjadi artefak. Biarkan dalam Larutan fiksasi minimal selama 30 menit,
keringkan di udara. Bila tempat pewarnaan jauh dari tempat praktek, masukkan sediaan dalam
amplop atau pembungkus tidak pecah.

Gambar 5.1 Tehnik pemeriksaan Pap smear

Interpretasi Sitologi
 Negatif : tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam satu tahun lagi.
 Inkonklusif : sediaan tidak memuaskan. Bisa karena fiksasi kurang bagus, tidak ditemukan
sel endoserviks, peradangan sel. Disarankan untuk mengulangi pemeriksaan
sitologi setelah proses radang diobati.
 Displasia : terdapat sel-sel diskariotik. Derajat ringan, sedang, sampai karsinoma in situ.
Penanganan lebih serius dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.
 Positif : terdapat sel - sel ganas pada pemeriksaan mikroskopi. Penanganan harus
dilakukan di rumah sakit.
 HPV : pada pemeriksaan ini dapat ditemukan sediaan negatif / displasia. Lakukan
pemantauan ketat dan konfirmasi dengan kolposkopi dan ulangi pap smear.

Hasil – Klasifikasi Papinoculau


Kelas I  negatif ( tidak ditemukan sel ganas).
Kelas II  ada sel-sel atipik, akan tetapi tidak mencurigakan.
Kelas III  ada sel-sel atipik, dicurigai keganasan.
Kelas IV  ada kemungkinan tumor ganas.
Kelas V  jelas tumor ganas
46
1.2 Pemeriksaan VVP
Merupakan pemeriksaan vulvo-vaginal product (getah vulva-vagina). Dalam keadaan normal,
getah vagina terdapat dalam jumlah sedikit pada orang dewasa. Glikogen diproduksi oleh epitel vagina
dengan adanya aktivitas steroid ovarium, diubah oleh Doderlein's bacillus menjadi asam laktat.
Produksi asam ini mempertahankan keasaman vagina pada pH 3-4.
Pengambilan vvp sama dengan pap smear yaitu dilakukan 10 hari setelah bersih menstruasi.
Tiga hari sebelum pengambilan, pasien dilarang melakukan hubungan seksual karena akan
mengaburkan hasil pemeriksaan.
a. Pemeriksaan Gram
- Getah serviks diambil dari ostium uteri eksternum dengan kapas lidi atau ose.
- Dibuat sediaan usap pada kaca objek.
- Mengidentifikasi mikroba, apakah gram positif atau gram negatif
- Selain pengecatan gram, dengan pewarnaan methylene blue atau Giemsa, dapat tampak
gonokokus, Trichomonas vaginalis, Candida albicans atau spermatozoa.

b. Pemeriksaan Normal Saline


- Digunakan untuk melihat adanya flora parasitic dari vagina seperti Trichomonas vaginalis atau
clue cell pada vaginitis non spesifik.
- Discharge vagina diambil dengan menggunakan kapas lidi
- Discharge vagina diusapkan pada gelas objek, kemudian diencerkan menggunakan larutan
normal saline(NaCl 0,9%) dan ditutup dengan kaca objek.
- Dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop.
- Pada kasus trikhomoniasis, pemeriksa dapat melihat Trichomonas vaginalis hidup atau adanya
clue cell pada vagintis non spesifik.

c. Pemeriksaan KOH
- Discharge vagina diambil dengan menggunakan kapas lidi
- Kemudian diusapkan pada kaca objek
- Ditetesi larutan KOH 5-10% pada discharge tadi dan ditutup dengan kaca objek
- Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan mikroskop
- Pada candidiasis atau kasus infeksi jamur lainnya akan teramati adanya hifa dan doll cell

d. Vaginal Swab
- Getah vagina diambil dengan kapas lidi dari forniks posterior, dimasukkan ke dalam botol kecil
berisi larutan garam fisiologik (NaCL 0,9%)
- Larutan yang mengandung getah vagina disentrifus
- Ambil satu tetes larutan di atas, tempatkan pada kaca objek lalu diperiksa di bawah mikroskop
- Pemeriksaan dilakukan untuk mencari Trichomonas vaginalis dan benang-benang / misel
Candida albicans.

47
Persiapan Alat dan Bahan
 Formulir permintaan.
 Lidi kapas
 Kaca benda yang satu sisinya telah diberi tanda atau label.
 Spekulum cocor bebek kering.
 Normal saline
 KOH 5-10%
 Pewarnaan Gram
 kertas lakmus

Gambar 5.2 Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel VVP

Pengambilan Sampel VVP


 Tuliskan data klinis pasien yang jelas pada, lembar permintaan konsultasi meliputi: nama, umur,
alamat, usia menikah, jumlah pernikahan, paritas, tanggal haid terakhir, kontrasepsi, riwayat
radiasi / kemoterapi, keadaan klinisdan keluhan.
 Bersihkan daerah vulva dari bagian yang terdekat sampai yang terjauh dengan menggunakan
kapas DTT.
 Pasang speculum cocor bebek untuk menampilkan serviks.
 permukaan serviks diusap dengan lidi kapas, kemudian gerakkan lidi kapas untuk mengusap
sepanjang dinding vagina.
 Letakkan hasil usap vagina tersebut pada kertas lakmus untuk menilai pH vagina

48
 Oleskan hasil usap tersebut pada gelas objek
 Bila melakukan pemeriksaan gram, maka fiksasi dan lakukan pengecatan gram.
Bila melakukan pemeriksaan dengan normal saline maka encerkan hasil usap vagina pada gelas
objek dengan NaCl 0,9% kemudian ditutup kaca penutup, amati di bawah mikroskop.
Bila melakukan pemeriksaan KOH maka teteskan KOH pada hasil usap vagina pada gelas objek
ditutup dengan kaca penutup , amati di bawah mikroskop.
 Interpretasi sesuai pengamatan

Pemeriksaan tambahan untuk subfertilitas


a. Pengukuran temperatur basal
- Strott et al : suhu basal badan (SBB) dipengaruhi kadar progesteron. Ovulasi terjadi sesudah
peningkatan SBB.
- Greulich et al : kenaikan SBB mendahului saat ovulasi.
- Menjelang ovulasi SBB turun, < 24 jam sesudah ovulasi SBB naik lagi, lebih tinggi dibandingkan
sebelum ovulasi. Hal ini disebut sebagai grafik SBB bifasik.
- Pengukuran dilakukan setiap hari, sesudah haid berakhir sampai mulainya haid berikut.
- Dilakukan saat bangun pagi, menggunakan termometer per oral atau per rektum selama 5
menit.
b. Tes Fern untuk deteksi ovulasi
Apuskan lendir serviks pada gelas objek, kemudian biarkan mongering di udara terbuka,
kemudian amati menggunakan mikroskop. Bila terbentuk pola seperti daun pakis maka menunjukkan
adanya efek estrogen pada mucus tanpa pengaruh progesteron, sehingga bila pola daun pakis
terbentuk menandakan pasien belum ovulasi, begitu pula sebaliknya.

Gambar 5.3 Pola gambaran yang dapat ditemukan pada


hapusan cervica mucus di atas object glass

49
CEK LIST PAP SMEAR DAN VVP

NILAI
No KEGIATAN
0 1 2 3
1. Cek instrument dan material
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Meminta pasien untuk tenang dalam posisi ginekologi
4. Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan
5. Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja, kaki pada
pijakan)
6. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan secara aseptik (melepas
cincin, jam, dll)
7. Inspeksi daerah vulva (melihat adanya lesi kulit, massa, discharge dari
vagina)
8. Memilih spekulum dan memasang sekrupnya
9. Membuka bibir vagina
10 Meminta pasien mengambil nafas dalam
11 Memasukkan spekulum dalam keadaan tertutup dengan tangan kanan
12 Menampilkan portio dengan membuka spekulum, mengoreksi
penerangan lampu (bila perlu)
13 Menggerakkan spekulum ke atas dan ke bawah bila portio belum
terlihat
14 Mengunci spekulum
15 Melaporkan kondisi portio dan serviks
16 Membersihkan portio dari lender/ eksudat/ darah menggunakan lidi
kapas
17 Mengepaskan bagian cekung dari spatula pada portio dan diputar 360
derajat searah jarum jam sehingga sel-sel seluruh ektoserviks dan
kanal endoserviks terambil
18 Membuat apusan : mengoleskan spatula pada kaca objek bersih setipis
mungkin, diberi label identitas pasien
19 Memfiksasi sediaan dengan alcohol 95%
20 Memasukkan lidi kapas
21 Melakukan swab / apusan pada porsio dan vagina
22 Mengoleskan apusan/swab pada 3 gelas objek yang berbeda
23 Menyebutkan tindakan selanjutnya : melakukan pengecatan gram,
mengencerkan dengan NaCl, menetesi dengan KOH
24 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
25 Meletakkan spekulum pada rendaman desinfektan
26 Membersihkan vulva dengan desinfektan
27 Mencuci tangan dan melepas sarung tangan

50
KETRAMPILAN 6

Pemeriksaan Payudara

A. Persiapan pasien dan alat


 Dokter mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
 Dokter melakukan inform konsern untuk pelaksanaan pemeriksaan payudara. Sebaiknya dokter
didampingi perawat perempuan atau suami pasien saat melakukan pemeriksaan payudara
pasien untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman antara dokter dan pasien.
 Setelah pasien menyatakan persetujuannya untuk dilakukan pemeriksaan payudara, maka
dokter melakukan persiapan alat-alat yang dibutuhkan dan mencuci tangan
 Dokter menggunakan handscoon saat melakukan pemeriksaan
 Dokter mempersilahkan pasien untuk duduk di tempat tidur , dokter mengambil posisi
berhadapan dengan pasien.
 Mempersilahkan pasien untuk membuka baju bagian atas (dada sehingga payudara dapat
terlihat dengan jelas)
B. Pelaksanaan pemeriksaan payudara
 Inspeksi
Pasien duduk tegak dan diamati apakah bentuk dan ukuran simetris, ada atau tidak benjolan,
ada atau tidak perubahan bentuk, ada atau tidak luka.

51
 Palpasi
Untuk meraba payudara sebelah kanan, maka pasien disuruh meletakkan tangankanan
dibelakang kepala. Selanjutnya dokter meraba ada atau tidak nya benjolan. Apabila terdapat
benjolan maka harus didiskripsikan benjolan tersebut: lokasi, jumlah, ukuran, permukaan,
melekat dengan jarngan sekitarnya, mobile, konsistensi apakah padat, kenyal, fluktuatif, nyeri
tekan. Selanjutnya dilakukan pemencetan puting payudara apakah keluar cairan (serous,
nanah, darah, ASI) .
Proses perabaan dilakukan secara memutar, mulai dari arah dalam keluar (puting payudara
sampai ke luar), dan dilanjutkan dengan perabaan di daerah axilla dan supra calvicula.
Prosedur yang sama dilakukan untuk memeriksa payudara sebelah kiri.
 Apabila sudah selesai pemeriksaan, maka dokter melepas handscoon dan mencuci tangan.
 Mempersilahkan pasien kembali ke tampat duduk pasien
 Dokter menjelaskan hasil pemeriksaan yang didapatkan dan memberikan KIE kepada pasien
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokter menanyakan kembali kepada pasien apakah keterangan yang sudah diberikan sudah
cukup dipahami oleh pasien.
C. Penutup

Dokter menjelaskan bahwa proses pemeiksaan sudah selesai, dan mengucapkan terimakasih serta
salam atas kunjungannya

52
Cek list pemeriksaan Payudara
PERSIAPAN SCORE
0 1 2 3
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan inform consern
3. Persiapan alat , mencuci tangan dan memakai hanscoon
4. Mempersilahkan pasien duduk di tempat tidur pasien
5. Dokter mengambil posisi didepan pasien dan mempersilahkan
pasien membuka baju bagian atas sehingga payudara bisa terlihat
PELAKSANAAN
1. Dokter melakukan inspeksi dengan mengamati bentuk dan ukuran
apakah simetris, ada tidaknya kelainan bentuk, ada tidaknya
benjolan abnormal, adanya luka
2. Pasien mengangkat tangan kanan dan meletakkan dibelakang
kepala
3. Dokter melakukan perabaan dari pinggir keluar dan mendiskripsikan
kelainan yang didapatkan
4. Prosedur yang sama dilakukan pada payudara sebelah kiri
5. Mempersilahkan pasien untuk menutup baju kembali dan
mempersilahkan duduk kembali ke tempat duduk pasien
6. Dokter melepas hanscoon dan mencuci tangan
7. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
8. Memberikan KIE sesuai dengan kondisi pasien
9. Menanyakan kembali apakah informasi yang diberikan sudah
dipahami oleh pasien
PENUTUP
Dokter menjelaskan bahwa pemeriksaan sudah selesai, mengucapakan
salam terima kasih atas kunjungan yang telah dlakukan

53
54
55
Daftar Pustaka

Ali, M. Mulyohadi, et al. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Konsil Kedokteran Indonesia: Jakarta.
Anonymous. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indoneisa Edisi Kedua. Jakarta: Konsil Kedokteran
Indonesia.
Bickley LS and Szilagyi PG.2009. Bates’ Guide to Physical Examination And History Taking 10th ed. New
York: Lippincot Williams & Wilkins.
Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Menejemen. Bumi Aksara: Jakarta.
Kurtz, S., et al. 1998. Teaching and Learning Communication Skills in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical
Press.
Silverman, J., et al. 1998. Skills for Communicating with Patients. Oxon: Radcliffe Medical Press.

56

Anda mungkin juga menyukai