Anda di halaman 1dari 31

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari topik keterampilan pemeriksaan obstetri ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kehamilan risiko tinggi
2. Mahasiswa mampu melakukan konseling pra-konsepsi
3. Mahasiswa mampu memberikan pelayanan perawatan antenatal
4. Mahasiswa mampu melakukan inspeksi abdomen wanita hamil
5. Mahasiswa mampu melakukan palpasi: tinggi fundus, manuver Leopold, penilaian posisi
dari luar
6. Mahasiswa mampu mengukur denyut jantung janin
7. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan dalam pada kehamilan muda
8. Mahasiswa mampu melakukan pelvimetri klinis
9. Mahasiswa mampu melakukan permintaan pemeriksaan USG obsgin sesuai indikasi
10. Mahasiswa mampu melakukan USG obsgin (skrining obstetri) Commented [l1]: Pada materi di buku ini belum membahas ttg
USG obsgin

PENDAHULUAN
Pemeriksaan obstetri terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mempertajam
penegakan diagnosis dan dilakukan bila memang diperlukan. Pemeriksaan klinis obstetri
memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan obstetri yang mencakup sejak antenatal,
intranatal dan postnatal. Prinsip-prinsip dasar pemeriksaan klinis obstetri harus diketahui oleh
semua pemberi pelayanan obstetri. Terdapat dua bagian pemeriksaan klinis, yaitu anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik, harus tetap diingat tentang
perubahan fisiologis ibu hamil yang mungkin akan memberikan hasil yang berbeda dibandingkan
pasien tidak hamil. Kita juga harus mengingat mengenai kemungkinan komplikasi atau penyulit
kehamilan ini atau adanya riwayat penyulit sebelumnya.
Pemeriksaan obstetri terhadap uterus gravid dilakukan dengan manuver Leopold, yaitu
teknik pemeriksaan yang dilakukan secara palpasi abdominal menggunakan kedua tangan.
Pemeriksaan obstetri bertujuan memantau kehamilan dan penentuan keadaan janin sebelum
persalinan. Manuver Leopold biasa dilakukan pada saat kunjungan antenatal wanita hamil diatas
23 minggu. Pasien diminta berbaring terlentang dalam keadaan rileks dengan bahu dan kepala
sedikit lebih tinggi (memakai bantal), pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.

PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. PERSIAPAN IBU
- Ranjang obstetrik/ periksa
- Selimut/ kain penutup
2. PERSIAPAN INSTRUMENT DAN MATERIAL
- Tensimeter - Termometer
- Stetoskop - Meteran
- Timbangan BB - Stetoskop Laennec/Doppler
- Pengukur TB
3. PERSIAPAN PEMERIKSA
Pemeriksa harus selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
- Sarung tangan
- Sabun dan air
4. ANAMNESIS OBSTETRI
Anamnesis obstetri merupakan bagian dari pelayanan antenatal, intranatal maupun
postnatal. Pada kunjungan awal tentunya anamnesis akan meliputi elemen-elemen yang lebih
lengkap dibandingkan dengan anamnesis pada kunjungan lanjutan. Pemeriksaan anamnesis
pada kunjungan awal meliputi enam elemen, yaitu:
1. Informasi pribadi (umur, jumlah (GPA) dan lama pernikahan)
2. Keluhan utama dan riwayat kehamilan sekarang (Merasa hamil berapa bulan, gerakan
janin, lendir darah, pengeluaran cairan pervaginam, kontraksi/tanda-tanda inpartu)
3. Riwayat menstruasi dan riwayat kontrasepsi (hari pertama haid terakhir)
4. Riwayat obstetri (riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya)
5. Riwayat medis (diabetes, hipertensi, sakit jantung, asma, riwayat alergi, dll) dan riwayat
penyakit keluarga
6. Kebiasaan dan gaya hidup (merokok dan minum alkohol, obat, herbal, olah raga, dll.)

2
Perlu dibedakan anamnesis mengenai point 2 riwayat kehamilan sekarang, antara umur
kehamilan <20-22 minggu dan >22 minggu. Pada kehamilan >22 minggu penting Commented [l2]: Jika 21-22 masuk yang mana geh dok

menanyakan tentang tanda-tanda persalinan berupa kontraksi/his teratur, lendir darah


maupun menanyakan kesejahteraan janin (gerakan janin masih dirasa atau tidak).

I. INFORMASI PRIBADI
Pada kunjungan awal terdapat beberapa pertanyaan pribadi yang berguna dalam
pemberian pelayanan obstetri. Pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Pertanyaan Informasi Pribadi

PERTANYAAN TUJUAN
 Siapakah nama  Berguna untuk mengidentifikasi wanita dan membantu
ibu? dalam pembentukan rapport
 Berapakah usia  Membantu mengidentifikasi kehamilan yang memerlukan
ibu? perhatian khusus (kehamilan remaja --> risiko persalinan
sulit dengan disproporsi kepala panggul, inersia uteri, tidak
kuat hejan, dan perdarahan postpartum) dan usia tua (>35
tahun) berisiko melahirkan janin dengan kelainan
kongenital, risiko diabetes gestasional, risiko hipertensi
dalam kehamilan, risiko kesulitan saat persalinan dan
perdarahan post partum)

 Alamat tempat  Berguna bila perlu menghubungi pasien dan juga untuk
tinggal dan ada mengembangkan perencanaan birth and complication
tidaknya nomor readiness. Dapat pula untuk memprediksikan tentang suatu
yang bisa problem secara epidemiologi, misal daerah dengan
dihubungi epidemiologi defisiensi iodium dll.
 Apakah ibu  Berguna untuk mengembangkan perencanaan birth and
memiliki jalur complication readiness
transportasi yang
baik?  Berguna untuk memprediksikan adanya problem intake dan
 Ada tidaknya problem lain terkait.
sumber
penghasilan
keluarga
 Berapa kehamilan  Berguna untuk menentukan pesan kesehatan dan konseling
dan persalinan yang akan diberikan kepada pasien
sebelumnya?
3
 Apakah pasien  Jika ya, maka harus dilanjutkan dengan pertanyaan lanjutan
memiliki masalah A (terdapat pada tabel 2)
medis, obstetri,
sosial atau
personal?
 Apakah dalam
kehamilan ini
pasien merasakan
ada masalah?
 Apakah  Jika ya, perlu diidentifikasi apakah ada permasalahan
sebelumnya sudah sebelumnya atau tidak (pertanyaan lanjutan B)
pernah
memeriksakan
kehamilannya?

Tabel 2. Pertanyaan Lanjutan Umum

PERTANYAAN A PERTANYAAN B
Ditanyakan pada wanita yang mengemukakan Ditanyakan pada wanita yang sudah
adanya masalah : pernah mendapatkan pelayanan
 Apa sebenarnya permasalahannya? kesehatan sebelumnya
 Kapan pertama kali timbul?  Siapakah yang memberi pelayanan
 Apakah timbul mendadak atau perlahan? sebelumnya?
 Kapan dan seberapa sering masalah itu  Meliputi apa sajakah pelayanan
timbul? kesehatan ini (diagnosis,
 Apakah yang mungkin menyebabkan pengobatan)?
timbulnya permasalahan tersebut? Apakah  Apakah luaran dari pemberi
ada yang tidak lazim terjadi sebelum timbul pelayanan kesehatan ini (normal,
masalaha tersebut? ada tidaknya masalah, apakah
 Seberapa besar pengaruh masalah tersebut pengobatan berhasil)?
pada pasien?
 Apakah masalah semakin membaik atau
memburuk?
 Apakah terdapat gejala dan tanda yang
menyertai?
 Apakah sudah pernah mendapatkan
penanganan sebelumnya?

4
II. KELUHAN UTAMA DAN RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
Keluhan utama pasien diurai untuk mengetahui kondisi kesejahteraan ibu,
kesejahteraan janin dan perkiraan akan terjadinya masalah dalam persalinan.
Tabel 4. Anamnesis riwayat kehamilan sekarang

PERTANYAAN TUJUAN
 Apakah terdapat mual dan muntah  Keluhan ibu kemungkinan besar berhubungan
berlebihan? Perdarahan dengan proses kehamilan dan perlu
pervaginam? Keputihan? Keluhan mendapatkan penanganan khusus.
yang lain?
 Apakah sudah merasakan gerakan  Jika usia kehamilan >22 minggu dan masih
janin? belum merasakan gerakan janin maka harus
dilakukan pemeriksaan lanjutan.
 Jika sudah merasakan, maka harus dilanjutkan
dengan pertanyaan: kapan pertama kali/
terakhir kali dirasakan.
 Bagaimana perasaan ibu  Digunakan sebagai panduan dukungan
mengenai kehamilannya? hubungan ibu-bayi.
 Apakah merasakan tanda-tanda  Kenceng-kenceng atau kontraksi teratur 5-10
persalinan? menit, lendir darah +

III. RIWAYAT MENSTRUASI DAN KONTRASEPSI


Tabel 3. Anamnesis Riwayat Menstruasi dan Kontrasepsi

PERTANYAAN TUJUAN
 Kapan hari  Jika wanita tersebut tidak mengingat hari pertama haid
pertama haid terakhirnya, kehamilan dapat dikonfirmasi dan dikalkulasi usia
terakhir ibu? kehamilannya berdasarkan :
- Gejala kehamilan (emesis gravidarum,
quickening)
- Tanda kehamilan (tinggi fundus uteri)
 Jika wanita mengingat hari pertama haid terakhir, harus
dilanjutkan dengan pertanyaan :
- Apakah haid selama ini teratur siklusnya?
- Bagaimana siklus 3 bulan terakhir?
- Apakah HPHT tersebut normal lama, jumlah haid, dan interval
dengan haid sebelum dan sesudahnya.

5
- Apakah sebelumnya menggunakan kontrasepsi? dan adakah
keluhan terkait dengan penggunaan kontrasepsi tersebut.
 Dari HPHT dapat dihitung taksiran umur kehamilan dan
perkiraan Hari Perkiraan Lahir (HPL) dengan rumus Nagelle
(HPL = Hari+7, Bulan-3, Tahun+1). Rumus Naegelle
digunakan dengan syarat siklus tiga bulan terakhir teratur.
 Ibu pernah  Untuk memprediksikan kemungkinan penyakit penyerta
mengalami seperti mioma uteri, polip serviks, dll., untuk kemudian
menstruasi dengan dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan fisik diagnostik bila
pola yang tidak perlu pemeriksaan penunjang.
teratur (jumlah,  Untuk mempersiapkan perencanaan kontrasepsi.
durasi, dan
interval)
 Ibu menginginkan
memiliki berapa
anak?
 Pernahkah  Jika ya, lanjutkan dengan pertanyaan :
menggunakan - Metode kontrasepsi yang pernah dipakai
kontrasepsi - Apakah pasien mengalami masalah dalam kontrasepsi tersebut
sebelumnya? - Jika pernah menggunakan lebih dari satu metode, ditanyakan
metode yang paling nyaman dan alasannya
 Pertanyaan ini berguna untuk memandu pelayanan kontrasepsi
 Apakah ibu  Jika ya, lanjutkan dengan pertanyaan :
menginginkan - Metode apa yang ingin digunakan?
menggunakan - Apakah pasien menginginkan informasi untuk metode lain?
kontrasepsi setelah
kelahiran sekarang

IV. KEBIASAAN DAN GAYA HIDUP


Dalam pemberian pelayanan obstetri penting untuk mengetahui kebiasaan dan
gaya hidup pasien, yang dapat mempengaruhi kehamilan. Pada tabel 5 dapat dilihat
pertanyaan aspek kebiasaan dan gaya hidup.

Tabel 5. Anamnesis Kebiasaan dan Gaya Hidup

PERTANYAAN TUJUAN
 Apakah pasien bekerja?  memeprediksikan risiko abortus dan partus
Seberapa berat pekerjaannya? prematurus, serta melakukan konseling
pencegahannya

6
 Apakah pasien memiliki  Memperbaiki kualitas kehamilan dan tumbuh
waktu istirahat yang cukup? kembang janin
 Bagaimana asupan makanan  Melakukan konseling guna luaran kehamilan
hariannya? maternal dan neonatal yang paripurna
 Apakah saat ini sedang  Melakukan konseling terhadap risiko prematur
menyusui? kontraksi dan antisipasinya
 Apakah pasien merokok,  Melakukan manejem risiko terhadap cacat
meminum alkohol atau bawaan pada janin
menggunakan obat-obatan
terlarang?
 Dengan siapakah pasien  Memprediksi transmisi penyakit
tinggal?
 Informasikan kepada pasien  Melakukan konseling psikososial guna tercapai
akan ditanya mengenai kehamilan dan persalinan yang normal
pertanyaan pribadi dan
pertanyaan ini diberikan
kepada semua pasien :
- Apakah ada yang
menghalangi pasien dari
bertemu dengan keluarga atau
teman, tidak mengijinkan
meninggalkan rumah atau
mengancam hidupnya?
- Apakah pernah dilukai,
dipukul atau dipaksa
berhubungan seks oleh orang
lain?
- Apakah pasien takut akan
seseorang?

V. RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat obstetri berguna untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul,
berdasar riwayat masalah yang timbul pada kehamilan lalu. Meskipun terdapat riwayat
obstetri buruk sebelumnya, tidak selalu membutuhkan perawatan khusus, namun
mengetahui ada tidaknya komplikasi pada kehamilan, persalian atau masa nifas pada
kehamilan terdahulu dapat membantu memahami kekhawatiran yang timbul dalam
kehamilan ini. Diskusi mengenai komplikasi sebelumnya juga memberi kesempatan untuk
merencanakan kelahiran dan kesiapan timbulnya komplikasi.
7
Tabel 6. Anamnesis Riwayat Obstetri

PERTANYAAN TUJUAN
 Jika ini bukan kehamilan pertama, tanyakan apakah  Jika jawabannya ya, maka
pada kehamilan sebelumnya terdapat komplikasi dapat mempengaruhi
saat kehamilan, persalinan atau nifas : penanganan selanjutnya.
- Preeklampsia/eklampsia.
- Seksio sesarea, ruptura uteri, operasi pada uterus.
- Robekan perineum (derajat 3 atau 4).
- Perdarahan pada kehamilan, persalinan atau
pascapersalinan.
- Kematian perinatal (stillbirth dan kematian
neonatal dini).
- Prematuritas.
- Abortus 2 kali atau lebih, jumlah anak hidup.
- Bayi lahir dengan berat <2500 gram atau lebih
dari 4000 gram.
- Bayi lahir dengan kelainan bawaan.
- Masalah saat nifas.
- Masalah saat menyusui.
 Jika ini bukan anak pertama pasien, tanyakan  Jika tidak, perlu
apakah sebelumnya pernah menyusui atau tidak? ditanyakan alasannya.
 Jika ya, perlu ditanyakan
berapa lama dan apakah
timbul masalah selama
menyusui.

VI. RIWAYAT MEDIS


Tabel 7. Anamnesis Riwayat Medis

PERTANYAAN TUJUAN
 Apakah pasien memiliki alergi obat/  Ada tidaknya riwayat penyakit ini
makanan? akan mempengaruhi pelayanan
 Pernahkah menderita penyakit: obstetri yang akan diberikan.
hipertensi, anemia, sifilis, jantung,
ginjal, asma, diabetes, epilepsi,
kelenjar gondok, tuberkulosis,
hepatitis, HIV
 Apakah pernah kecelakaan, dirawat di  Jika ya perlu ditanyakan mengenai
RS atau menjalani operasi? alasannya, kapan dilakukan dan
8
bagaimana hasilnya.
 Jika kondisi belum teratasi dan
mempunyai potensi mempersulit
kehamilan ini maka perlu dilakukan
penilaian lanjutan.
 Apakah sedang meminum obat-  Diperlukan untuk memandu pesan
obatan? Kebiasaan minum jamu? kesehatan dan konseling yang akan
diberikan.
 Apakah sudah pernah mendapatkan  Bila ya, kapan terakhir kali
suplemen selama kehamilan: vitamin mendapatkannya?
kehamilan, imunisasi tetanus, tablet  Bila belum pernah mendapatkan,
tambah darah atau yodium? segera berikan pada kunjungan ini.
 Untuk imunisasi tetanus (optional),
mempertimbangkan rencana lokasi
persalinan dengan aspek sterilitas alat.

Keenam aspek tersebut di atas harus dicakup dalam anamnesis obstetri awal. Pada
kunjungan berikut, maka terdapat anamnesis obstetri yang memiliki cakupan yang
berbeda. Dalam kunjungan lanjutan maka informasi yang harus didapatkan adalah:
1. Apakah terdapat masalah medis, obstetri, sosial atau pribadi sejak kunjungan terakhir?
2. Apakah pernah mendapatkan pelayanan kesehatan lainnya sejak kunjungan terakhir?
3. Apakah terdapat perubahan gaya hidup dan kebiasaan sejak kunjungan terakhir?
4. Apakah terdapat perubahan dari informasi pribadi sejak kunjungan terakhir?
5. Apakah terdapat kesulitan dalam melaksanakan perencanaan sebelumnya?
6. Apakah terdapat reaksi alergi atau efek samping lainnya terhadap obat-obatan atau
imunisasi?

5. PEMERIKSAAN FISIK DAN UMUM


Setelah melakukan anamnesis, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan
fisik.Pastikan semua temuan telah dicatat pada status pasien. Jika saat ini kunjungan
pertama, maka lakukan pemeriksaan fisik lengkap. Jika merupakan kunjungan lanjutan maka
pemeriksaan fisik yang lebih singkat sudah mencukupi. Namun pastikan selalu melakukan
penilaian:
1. Keadaan umum, tanda vital, tinggi dan berat badan.

9
2. Kepala (konjungtiva anemis, sclera ikterik, mata eksoptalmus, bibir pucat / sianosis) dan
edema (wajah).
3. Leher: struma, hipotiroid, hipertiroid, vena jugularis.
4. Thoraks: bentuk thoraks, suara tambahan cor dan pulmo
5. Abdomen: Inspeksi, palpasi (pemeriksaan Leopold), perkusi, auskultasi
6. Ekstremitas: oedema, varises, sianosis.
7. Vertebra: adakah skoliosis, kifosis, lordosis.
8. Meminta pemeriksaan penunjang (misalnya Hb, AL, AT, HbsAg, HIV, GDS, protein
urin pada TD >140/90, pemeriksaan discharge vagina untuk GO atau infeksi jamur/
parasit) bila terdapat indikasi.

6. PEMERIKSAAN OBSTETRI
a. Pemeriksaan Abdomen
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, maka harus diinformasikan kepada
pasien mengenai prosedur pemeriksaan. Pada tabel di bawah dapat dilihat elemen apa saja
yang perlu dinilai pada pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan genitalia dan payudara
dilakukan bila diperlukan.
Tabel 8. Pemeriksaan Abdomen

Abnormal dan Tindakan


Elemen Normal
Lanjutan
Inspeksi Tidak terdapat parut dari operasi Jika terdapat parut pada dinding
abdomen sebelumnya (seksio sesarea, abdomen, informasi tambahan perlu
ruptura uteri atau operasi abdomen dicari untuk mengetahui jenis
lainnya). operasi yang dilakukan.
Perut membuncit memanjang Jika perut distensi melebar ke
samping, dicurigai adanya kelainan
letak lintang.
Palpasi Supel, tidak ada massa dan cairan Tegang, teraba massa, teraba cairan
dinding bebas/ nyeri tekan abdomen bebas, dan nyeri tekan abdomen
perut
Tinggi  Uterus teraba kenyal. Jika terdapat ketidaksesuaian antara
Fundus  Tinggi fundus bertambah setiap usia kehamilan dengan tinggi
Uteri kunjungan. fundus maka informasi dan
 Tinggi fundus sesuai dengan pemeriksaan tambahan perlu
usia kehamilan. dilakukan. Untuk menyingkirkan
- Pada 12 minggu teraba di kemungkinan salah usia kehamilan
atas simfisis. atau pertumbuhan janin terhambat

10
- Pada 16 minggu setengah
jarak pusat-simfisis.
- Pada 18-20 minggu sekitar
20 cm dari simfisis atau 1
jari di bawah umbilikus.
- Pada 22-24 minggu uterus
setinggi umbilikus.

Bagian Pada kehamilan 18-20 minggu, Jika tidak dapat diraba bagian janin
janin dan rata-rata gerakan janin dapat atau pergerakan janin, maka perlu
gerak janin dirasakan. dilakukan pemeriksaan lanjutan
Primigravida : terkadang baru untuk menentukan kondisi janin.
merasakan gerakan janin saat usia
kehamilan >18-20 minggu
Multigravida : dapat mulai
merasakan saat usia kehamilan >16
minggu
(RCOG 2012)
Dengan palpasi, ditentukan apakah
:
- Janin tunggal atau ganda
- Janin terletak intra atau
ekstrauterine (bila janin terletak
ekstrauterine, teraba bagian-
bagian kecil janin di bawah
kulit abdomen ibu)
- Teraba massa lain
- Pemeriksaan his (kuantitas dan
kualitas his)
Letak dan  Bb Setelah 36 minggu harus Jika terdapat kelainan letak atau
presentasi ditentukan apakah kepala janin presentasi maka perlu dilakukan
janin sudah masuk pintu atas pemeriksaan tambahan untuk
Palpasi panggul (engaged) atau menentukan penanganannya.
Leopold belum.
Bunyi  Setelah usia kehamilan 12 Kelainan dapat berupa tidak
jantung minggu, bunyi jantung janin terdengarnya bunyi jantung janin
janin dapat didengar dengan atau kelainan dalam frekuensi
Auskultasi Doppler. denyut jantung janin.
fetoskop  Setelah usia kehamilan 20
Laenec minggu, bunyi jantung janin
dapat didengar menggunakan
stetoskop Laennec.

11
Palpasi Leopold
Leopold I GAMBAR
Tujuan : menentukan tinggi fundus uteri dan
mengidentifikasi apa dan berapa bagian
janin yang berada di fundus
Cara: Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada
puncak fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus. Fiksasi uterus bagian bawah
dengan meletakkan ibu jari dan jari tangan
kanan di bagian lateral depan kanan-kiri
setinggi tepi atas simfisis.
Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang
memfiksasi uterus bawah) kemudian atur
posisi pemeriksa sehingga menghadap ke
bagian kepala ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian
janin yang ada pada bagian fundus dengan
jalan menekan lembut dan menggeser
telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian. Bagian bulat dan lunak sebagai
penanda bokong, sementara bulat keras
dengan balotemen positif sebagai penanda
kepala. Bila menemukan kepala pada
pemeriksaan ini berarti janin dalam kondisi
presentasi bokong.

12
Leopold II
Tujuan : menentukan batas lateral, apa dan
berapa bagian janin yang berada di lateral
(bagian punggung atau ekstremitas).
Cara: Letakkan telapak tangan kiri pada
bagian perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri
ibu sejajar dan pada ketinggian yang sama.
Mulai dari bagian atas tekan secara
bergantian/ bersamaan (simultan) telapak
tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke
arah bawah dan rasakan adanya bagian yang
rata dan memanjang (punggung) dan
bagian-bagian kecil (ekstremitas).

Leopold III
Tujuan : menentukan bagian terbawah janin
dan apakah bagian terbawah janin masih
dapat digoyangkan
Cara: Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan
dan menghadap ke bagian kepala ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri pada
dinding lateral kiri bawah, telapak tangan
kanan pada dinding lateral kanan bawah
perut ibu.
Tekan secara lembut dan bersamaan untuk
menentukan bagian terbawah janin (keras,
bulat, besar homogen adalah kepala;
tonjolan besar, lunak, kurang simetris
adalah bokong; bagian memanjang adalah
tungkai). Balotemen positif menunjukka

13
bagian bulat keras tersebut adalah kepala
yang berarti merupakan presentasi kepala.
Leopold IV
Tujuan : menilai seberapa jauh bagian
terbawah janin telah memasuki pintu atas
panggul (PAP)
Cara: Pemeriksa menghadap ke kaki ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada lateral kiri dan kanan uterus
bawah, ujung jari tangan kiri – kanan berada
pada tepi atas simfisis. Temukan kedua ibu
jari kiri dan kanan kemudian rapatkan
semua jari-jari tangan yang meraba dinding
bawah uterus. Perhatikan sudut yang
dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen atau divergen). Setelah itu,
pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
pada bagian terbawah janin (bila presentasi
kepala upayakan memegang bagian kepala
di dekat leher dan bila presentasi bokong
upayakan memegang pinggang janin.
Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu
atas panggul kemudian letakkan jari tangan
kanan di antara tangan kiri dan simfisis
untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah janin telah memasuki pintu atas
panggul. Konvergen berarti bagian terendah
janin belum masuk pintu atas panggul
sementara divergen sudah.

14
Pemeriksaan Auskultasi - Laennec
Auskultasi denyut jantung janin (DJJ) mulai dilakukan pada kehamilan 16-20 minggu.
Karena pada usia kehamilan tersebut masih sulit untuk menentukan punggung bayi, maka
ujung stetoskop Laennec diletakkan pada daerah subumbilikus. Untuk membandingkan
dengan bising usus, pegang nadi ibu saat memeriksa bunyi jantung bayi.
Prosedur pemeriksaan auskultasi Laennec :
1. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop monoaural
Laennec dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu.
2. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi (pindahkan titik
dengar apabila pada titik pertama, bunyi jantung tersebut kurang jelas, upayakan
untuk mendapatkan punctum maximum).
3. Dengarkan dan hitung bunyi jantung janin setiap 5 detik sebanyak 3 kali pemeriksaan
dengan interval 5 detik diantara masing-masing penghitungan.
4. Jumlahkan hasil penghitungan 1,2 dan 3 kemudian dikalikan dengan angka 4 untuk
mendapatkan frekuensi denyut jantung janin per menit (perhatikan perbedaan jumlah
masing-masing penghitungan untuk menilai irama atau keteraturan bunyi jantung).
5. Cara lain adalah dengan menghitung denyut jantung secara kontinyu selama satu
menit penuh.
6. Pengukuran denyut jantung janin dilakukan saat tidak ada kontraksi, saat kontraksi,
dan sesaat setelah kontraksi. Sehingga adanya bradikardia pasca kontraksi yang
merupakan salah satu penanda gawat janin dapat terdeteksi.

Bila kehamilan telah memasuki usia 38 minggu, pada primigravida dan multigravida dengan
kepala bayi belum masuk pintu atas panggul, lakukan pemeriksaan panggul.
15
b. Pemeriksaan Panggul
Persetujuan Pemeriksaan
- Jelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
- Jelaskan proses pemeriksaan.
- Pastikan ibu telah mengerti prosedur pemeriksaan dan
minta persetujuan lisan untuk melakukan
pemeriksaan.
Persiapan

Ibu: Bed periksa, kapas dan larutan antiseptik


Pemeriksa: Sarung tangan, sabun dan air, apron
Memasang Sarung Tangan
Pemeriksaan
1. Setelah mengosongkan kandung kencing,
persilahkan ibu berbaring di atas bed periksa.
2. Persiapkan ibu dalam posisi LITOTOMI.
3. Dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri,
sisihkan labium mayus ke lateral untuk membuka
vulva.
4. Masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke dalam lumen vagina melalui introitus
vagina yang terbuka.
5. Pindahkan tangan kiri ke fundus uteri
6. Arahkan bagian ventral/palmar jari-jari tangan
dalam ke simfisis os pubis, tentukan besar sudut
(ARKUS PUBIS) yang dibentuk antara os pubis
kanan-kiri.
7. Dengan ujung bagian ventral jari-jari dalam,
telusuri LINEA INOMINATA/TERMINALIS kiri
sejauh mungkin, kemudian lakukan pula pada
bagian kanan dengan cara sama.
8. Letakkan jari dalam pada sekitar pertengahan linea
inominata kiri kemudian geser ke bawah (sejajar

16
sumbu badan ibu) menelusuri dinding samping panggul untuk menilai arah dan sudutnya
(rata, menyudut ke dalam atau ke jalan lahir).
9. Menjelang akhir dinding samping panggul (5 cm dari PAP) akan teraba tonjolan tulang,
kearah dalam jalan lahir dan berbentuk segitiga yang disebut dengan SPINA ISKIADIKA.
Lakukan penilaian DERAJAT PENONJOLAN spina ke jalan lahir.
10. Lakukan hal yang sama pada dinding samping
panggul bagian kanan (gunakan bagian atau sisi
medial jari tengah) kemudian nilai distansia
interspinarum.
11. Raba TUBEROSITAS ISKIADIKUM dengan
meneruskan rabaan dinding samping panggul hingga
bagian paling ujung. Lakukan untuk dinding kiri dan
kanan, kemudian nilai DISTANSIA
INTERTUBEROSUM (jarak antara kedua
tuberositas).
12. Geser tangan dalam ke arah belakang sehingga teraba
bagian tulang yang rata dan mempunyai lekukan ke
belakang sehingga teraba bagian tulang yang rata dan
mempunyai lekukan ke belakang, bagian ini disebut
SAKRUM. Nilai KONKAFITAS tulang tersebut
dengan menelusuri ke arah atas dan bawah (tepat di
bagian tengah).
13. Teruskan perabaan bagian tengah sakrum hingga
mencapai ruas dan bagian ujung tulang KOKSIGIS.
Nilai INKLINASI tulang tersebut, ke depan
(mengarah ke jalan lahir) atau ke belakang.
14. Pindahkan jari tangan dalam ke linea inominata kanan kemudian telusuri sejauh mungkin
ke belakang hingga posisi jari mengarah ke tengah (sumbu badan ibu). Bila ditengah teraba
tonjolan tulang ke bagian dalam jalan lahir (PROMONTORIUM) maka pindahkan (jari)
tangan kanan ke kanan kiri untuk menentukan batas/ jarak dari titik tersebut ke ujung jari
kanan.

17
15. Keluarkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan sementara jari telunjuk tangan kiri yang
menentukan batas tadi, tetap pada posisinya.
16. Ambil alat ukur/ penggaris dengan tangan kiri, dekatkan dengan jari tengah tangan kanan
dan batas yang telah dibuat tadi untuk menentukan KONJUGATA VERA (true conjugate)
yang kemudian dikonversikann menjadi KONJUGATA DIAGONAL.
17. Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai, dan persilahkan ibu untuk bangun
dan duduk kembali.

Diameter anteroposterior PAP :


1. True Conjugate (konjugata vera)
2. Obstetric conjugate (konjugata obstetrik) : paling penting
3. Diagonal conjugate (konjugata diagonal) : bisa diukur secara klinis

Vaginal Toucher
Mengukur Konjugata Diagonal
Konjugata obstetri =Konjugata Diagonal – 1.5 cm

18
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Anamnesis dan pemeriksaan obstetri dilakukan untuk memperoleh data yang
dipergunakan untuk menyusun kesimpulan/ diagnosis obstetri. Dalam kesimpulan obstetri, harus
terdapat 9 komponen, yaitu:
1. Paritas pasien : G...P...A...
2. Usia ibu
3. Umur kehamilan (dihitung dari HPHT)
4. Jumlah janin : tunggal atau ganda
5. Janin hidup atau mati
6. Intra/ ekstrauterine
7. Letak janin
8. Sudah/ belum dalam persalinan
9. Lain-lain (diagnosis kerja dan hal-hal yang bersifat patologis)

Contoh membuat rangkuman hasil pemeriksaan obstetri lengkap:


G1P0A0, usia 23 tahun, umur kehamilan 37 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine,
belum dalam persalinan, letak janin memanjang dengan presentasi kepala, punggung janin
di kanan, DJJ 140 x/menit, reguler.
Dengan diagnosis kerja:
Primigravida hamil aterm belum dalam persalinan.

7. DIAGNOSIS DAN KONSELING ANTENATAL


Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
Masing-masing 1 kali pada trimester I dan II, dan 2 kali pada trimester III. Diagnosis dibuat
setiap kali kunjungan untuk menentukan tindakan dan menyusun rencana penatalaksanaan
berikutnya (tabel 9). Dijelaskan hasil pemeriksaan pada ibu (usia kehamilan, letak janin,
posisi janin, presentasi, kondisi janin, kondisi klinis ibu) dan penatalaksanaan berkaitan
dengan hasil temuan tersebut. Dijelaskan juga rencana penatalaksanaan pada kunjungan
berikutnya. Dijelaskan jadwal kunjungan ulang (kunjungan di luar jadwal jika ibu merasakan
keluhan atau gangguan kehamilan). Dipastikan bahwa ibu memahami penjelasan tersebut.

19
Tabel 9. Kategori Diagnosis Antenatal

KATEGORI GAMBARAN
1. Kehamilan normal - Ibu sehat.
- Tidak ada riwayat obstetri buruk.
- Ukuran uterus sesuai umur kehamilan.
- Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal.
2. Kehamilan dengan masalah Terdapat masalah keluarga atau psikososial,
khusus kekerasan dalam rumah tangga, masalah
finansial dll.
3. Kehamilan dengan masalah Terdapat problem kesehatan seperti :
kesehatan yang membutuhkan - Hipertensi
penatalaksanaan dan atau rujukan - Diabetes
untuk konsultasi dan kerja sama - Anemia berat
penanganannya. - Preeklamsia
- Pertumbuhan janin terhambat
- Infeksi saluran kemih
- Penyakit kelamin
- Kondisi lain yang dapat memburuk selama
kehamilan.
4. Kehamilan dengan kondisi Terdapat problem kesehatan seperti :
kegawatdaruratan yang - Perdarahan
membahayakan keselamatan ibu - Preeklamsia berat/ eklamsia
dan bayi serta memerlukan - Ketuban pecah dini
rujukan segera. - Kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain pada
ibu dan bayi.

Pada ibu hamil dengan kehamilan normal, tindakan yang diberikan adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan berikutnya :
- Tekanan darah harus < 140/90 mmHg.
- Bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama kehamilan.
- Edema hanya pada ekstremitas.
- Tinggi fundus sesuai usia kehamilan.
- DJJ 120-160 kali per menit.
- Gerakan janin dirasakan setelah usia kehamilan 18-20 minggu hingga melahirkan.
2. Memberikan asam folat, zat besi, kalsium, dan DHA atau suplemen vitamin hamil lain
(bila diperlukan).

20
3. Memberikan imunisasi TT.
4. Memberikan konseling tentang :
a. Gizi : peningkatan asupan kalori hingga 300 kalori per hari; mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan.
b. Latihan fisik ringan, istirahat cukup.
c. Perubahan fisiologis pada kehamilan : penambahan berat badan, perubahan payudara,
tingkat tenaga dapat menurun (mudah lelah), mual selama trimester I, rasa panas,
varises/ hemoroid, hubungan suami isteri boleh dilakukan selama kehamilan.
d. Menjaga kebersihan diri, terutama lipatan kulit (ketiak, bawah payudara, inguinal dan
daerah genital) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
e. Memberikan nasihat untuk mencari pertolongan segera jika didapati tanda-tanda
sebagai berikut :
1) Perdarahan pervaginam.
2) Sakit kepala lebih dari biasanya.
3) Gangguan penglihatan (kabur, penglihatan dobel).
4) Pembengkakan pada wajah dan tangan.
5) Nyeri abdomen (epigastrik).
6) Janin tidak bergerak seperti biasa (hiperaktif, hipoaktif).
f. Untuk mencegah keterlambatan dalam pengambilan keputusan dan upaya rujukan saat
terjadi penyulit kehamilan, diberikan nasihat kepada ibu hamil, suami atau anggota
keluarga yang lain untuk menyisihkan cukup dana dan mengidentifikasi transportasi
bila sewaktu-waktu diperlukan.
g. Menjelaskan cara merawat payudara, terutama pada ibu dangan papilla rata atau
inversi.
h. Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang aman.
i. Memberitahukan jadwal kunjungan berikutnya.
j. Pada kehamilan dengan risiko tinggi disarankan pemeriksaan antenatal ataupun
skrining oleh Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi.
k. Skrining 11-13 minggu dan 18-22 minggu dengan ultrasonografi oleh Konsulen
fetomaternal pada kasus hamil dengan risiko tinggi, misal kehamilan pada ibu dengan
usia >35 tahun.

21
Pada kehamilan dengan masalah khusus dilakukan tindakan:
1. Memberikan seluruh layanan antenatal seperti di atas.
2. Memberikan konseling khusus sesuai permasalahan dan kebutuhan ibu.

Pada kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan dilakukan tindakan:
1. Merujuk ke dokter spesialis untuk konsultasi.
2. Melampirkan kartu kesehatan ibu bersama surat rujukan.
3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan.
4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
5. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu untuk melahirkan di rumah.

Pada kehamilan dengan kegawatdaruratan dilakukan tindakan:


1. Merujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di mana tersedia pelayanan kegawatdaruratan
yang memadai.
2. Sambil menunggu transportasi, lakukan pertolongan awal kegawatdaruratan, mulailah
memasang jalur intravena (infus) dan pemberian oksigen.
3. Menyertakan obat-obatan bersama kartu kesehatan ibu dan surat rujukan.

Pemeriksaan penunjang yang penting pada kehamilan:


PEMANTAUAN KARDIOTOKOGRAFI
Pemantauan elektronik janin intra-partum dapat dilakukan untuk melakukan pemantauan
kesejahteraan janin. Pemantauan elektronik janin dapat dilakukan dengan menggunakan monitor
intra atau extra-uterin. Monitor eksternal umumnya dilakukan untuk memantau tekanan intra-
uterin yang dipicu oleh kontraksi otot rahim, dan pemantauan denyut jantung janin
(kardiotokografi = KTG). Analisa yang dilakukan adalah melihat hubungan antara pola denyut
jantung janin yang dibandingkan dengan aktivitas kontraksi otot rahim. Deskripsi penuh dari
pemantauan denyut jantung janin membutuhkan pula pemantauan faktor risiko maternal, serta
deskripsi karakteristik aktivitas dari otot-otot rahim secara kuantitatif maupun kualitatif
(frekuensi, durasi, intensitasi kontraksi dan masa bebas kontraksi), frekuensi dasar, variabilitas,
adanya akselerasi, adanya deselerasi yang bersifat periodik atau episodik.

22
Frekuensi dasar
Frekuensi dasar adalah rata-rata dari denyut jantung janin yang bervariasi , denyut per
menit dalam segmen waktu 10 menit, tanpa melihat perubahan-perubahan yang bersifat periodik,
adanya variabilitas denyut jantung janin yang dapat mencapai > 25 x/menit. Apabila denyut
jantung janin mencapai kurang dari 110 denyut/menit, maka kondisi tersebut dikenal sebagai
bradikardia. Apabila denyut jantung janin mencapai lebih dari 160 denyut/menit, maka kondisi
tersebut disebut sebagai takikardia.

Variabilitas
Variabilitas didefinisikan sebagai fluktuasi denyut jantung janin pada tingkat dasar
(baseline) selama lebih dari 1 menit. Fluktuasi ini dapat bervariasi dalam hal amplitudo dan
frekuensi. Apabila gambaran amplitudo tidak terlihat, maka disebut sebagai tidak tampak
variabilitas. Amplitudo yang nampak, namun kurang dari 5 denyut/menit disebut sebagai
variabilitas yang minimum; apabila amplitudonya melebihi 5 denyut/menit, namun kurang dari
25 denyut /menit disebut sebagai variabel menengah, sementara jika amplitudonya melebihi dari
25 denyut per menit, maka disebutkan sebagai amplitudo yang jelas.

Akselerasi
Akselerasi didefinisikan sebagai peningkatan gelombang denyut jantung janin yang tiba-
tiba paling tidak 15 denyut/menit selama paling tidak 15 detik, namun kurang dari 2 menit.
Akselerasi yang memanjang didefinisikan sebagai peningkatan denyut jantung janin lebih dari 2
menit, namun kurang dari 10 menit. Apabila lebih dari 10 menit, maka dianggap baseline-nya
telah berubah.

Deselerasi
Deselerasi didefinisikan sebagai menurunnya denyut jantung janin. Berdasarkan
hubungan antara kejadian menurunnya denyut jantung janin dengan aktivitas kontraksi otot
rahim, maka deselerasi dapat dibagi menjadi 3 jenis :
Deselerasi dini adalah penurun denyut jantung janin secara perlahan (yang mencapai titik
terendah kurang dari 30 detik), yang kemudian kembali lagi ke baseline, dan kejadiannya
bersamaan dengan aktivitas kontraksi otot rahim. Proses dimulainya penurunan denyut jantung

23
janin, tercapainya titik terendah, dan kembalinya ke baseline memiliki hubungan dengan saat
dimulainya kontraksi otot rahim, tercapainya puncak kontraksi otot rahim dan menghilangnya
kontraksi otot rahim. Deselerasi dini biasanya diakibatkan oleh karena kompresi kepala.
Deselerasi variabel adalah penurunan tiba-tiba dari denyut jantung janin, di mana
semenjak dimulai turunnya denyut jantung janin hingga mencapai titik terendah terjadi dalam
waktu kurang dari 30 detik. Penurunan denyut jantung janin paling tidak harus mencapai 15
denyut/menit lebih rendah dari baseline, dengan masa paling tidak 15 detik, namun kurang dari 2
menit. Deselerasi variabel umumnya diakibatkan oleh karena penekanan tali pusat, dan
merupakan bentuk deselerasi yang ditemukan pada masa intra-partum. Selanjutnya deselerasi
variabel dapat dibagi menjadi reasuring maupun non-reasuring. Dikatakan non-reasuring apabila:
- deselerasi hingga tercapai kurang dari 70 denyut/menit yang bertahan hingga 60 detik
- disertai dengan menghilangnya variabilitas
- deselerasi dengan gambaran bifasik
- adanya akselerasi pasca deselerasi yang meningkat lebih dari 20 dpm dengan lama
lebih dari 20 detik
- lambat kembali ke baseline
- tidak kembali ke baseline (baseline pasca deselerasi lebih lambat dari pra deselerasi)
- dijumpai takikardia janin
Deselerasi lambat adalah penurunan secara lambat denyut jantung janin hingga mencapai
titik terendah yang membutuhkan waktu lebih dari 30 detik. Mulainya deselerasi, tercapainya
titik terendah serta kembalinya ke baseline terjadi setelah tercapainya titik puncak kontraksi otot
rahim.
Hasil interpretasi KTG dapat digolongkan menjadi reassuring dan non-reassuring (lihat tabel).

24
Apabila didapatkan pola denyut jantung janin saat intra-partum non-reassuring, maka perlu
dilakukan :
- hentikan seluruh tindakan yang dapat memicu terganggunya kesejahteraan janin
- lakukan resusitasi intra-uterin

Resusitasi intra-uterine dilakukan dengan cara :


- mengubah posisi maternal
- hentikan stimulasi uterus
- lakukan rehidrasi
- ubah pola meneran
- ubah cara bernafas, dan hilangkan kecemasan pasien
- berikan oksigen dengan menggunakan masker

Tindakan-tindakan tersebut di atas ditujukan untuk :


- memperbaiki aliran darah ke uterus
- memperbaiki aliran darah tali pusat
- memperbaiki saturasi oksigen
- mengurangi aktivitas otot rahim

25
Apabila pasca tindakan resusitasi didapatkan pola denyut jantung janin yang reassuring, maka
proses persalinan dapat dilanjutkan seperti biasa, sementara itu apabila tindakan resusitasi tidak
dapat mengkoreksi kesejahteraan janin, maka persalinan perlu diakhiri.

26
27
ALUR PEMERIKSAAN OBSTETRI

ANAMNESIS :
1. Informasi pribadi
2. Keluhan utama & riwayat kehamilan sekarang
3. Riwayat menstruasi & kontrasepsi
4. Riwayat obstetri & kontrasepsi
5. Riwayat medis KESIMPULAN :
6. Kebiasaan & gaya hidup 1. Paritas (G..P..A..)
2. Usia ibu
3. Umur kehamilan
4. Jumlah janin
PEMERIKSAAN FISIK & UMUM 5. Janin hidup atau mati
6. Intra/ekstrauterin
7. Letak janin
PEMERIKSAAN OBSTETRI : 8. Sudah/belum dalam persalinan
Abdomen TFU, LEOPOLD, DJJ, HIS 9. Lain-lain
Panggul  Ukuran panggul dalam

Kehamilan Normal Kehamilan dengan Kehamilan dengan Kehamilan dengan kondisi


masalah khusus masalah kesehatan kegawatdaruratan

- Ibu sehat - Masalah keluarga - Hipertensi - Perdarahan


- Riwayat / psikososial - DM - Preeklamsia berat /
obstetri buruk - KDRT - Anemia berat eklamsia
(-) - Masalah finansial - Preeklamsia - Ketuban pecah dini
- Ukuran uterus - PJT - Kondisi kegawatan
sesuai usia - ISK lainnya
kehamilan - Penyakit kelamin
- Pemeriksaan - Kondisi
fisik & perburukan
laboratorium lainnya
dalam batas
normal

ANC Rutin 1. ANC rutin 1. ANC rutin 1. Rujuk segera


2. Konseling 2. Rujuk SpOG 2. Berikan pertolongan
khusus sesuai (sertakan kartu awal
permasalahan kesehatan ibu) 3. Sertakan obat-obatan
3. Jika perlu  & kartu kesehatan ibu
Rencanakan 28
persalinan di RS
CEKLIST
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI

No PROSEDUR CEK

Melakukan anamnesis obstetri


1. Mempersilakan pasien duduk dan memperkenalkan diri
2. Membaca data rekam medis pasien untuk mengetahui masalah, tindakan yang
sudah dan akan dilakukan (bila kunjungan ulang).
3. Menanyakan informasi pribadi
4. Menanyakan keluhan utama
5. Menanyakan riwayat kehamilan sekarang (7 butir mutiara anamnesis)
6. Menanyakan riwayat obstetri sebelumnya
7. Menanyakan riwayat menstruasi dan kontrasepsi
8. Menanyakan kebiasaan dan gaya hidup
9. Menanyakan riwayat penyakit yang lain
10. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
11. Menilai keadaan umum (memeriksa konjungtiva, mengukur TB dan BB)
12. Mengukur tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
13. Melakukan inspeksi abdomen
14. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan manuver Leopold I
15. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan manuver Leopold II
16. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan manuver Leopold III
17. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan manuver Leopold IV
18. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin
menggunakan stetoskop Laennec
19. Melakukan pemeriksaan panggul dengan benar
20. Melaporkan dan menilai hasil pemeriksaan panggul
21. Menutup pemeriksaan dan mempersilahkan ibu duduk kembali
22. Membuat diagnosis antenatal berdasarkan hasil pemeriksaan.

29
23. Memberikan penatalaksanaan sesuai hasil pemeriksaan.
24. Memberikan konseling antenatal sesuai keluhan, hasil temuan pada pemeriksaan
obstetri dan informasi-informasi seputar kehamilan yang diperlukan pasien.
25. Mengkonfirmasi pasien apakah masih ada yang ingin ditanyakan.
26. Mengingatkan jadwal kunjungan berikutnya dan menutup sesi pemeriksaan.
27. Mencatat data pasien, keluhan, hasil pemeriksaan, diagnosis, tindakan/
pengobatan yang diberikan dan rencana tindakan pada kunjungan berikutnya di
rekam medis pasien.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Antenatal Care. NICE Clinical Guidelines. ssued March 2008 last modified December
2014
2. Prenatal Care. InCunningham et al, ed. Williams Obstetrics 24th edition. McGraw-Hill.
2014
3. Genetics. In Cunningham et al, ed. Williams Obstetrics 24th edition. McGraw-Hill. 2014
4. Prenatal Diagnosis and Fetal Therapy. In Cunningham et al, ed. Williams Obstetrics
24th edition. McGraw-Hill. 2014
5. Teratology, Drugs and Other Medication. In Cunningham et al, ed. Williams Obstetrics
24th edition. McGraw-Hill. 2014
6. Antepartum Asessment. In Cunningham et al, ed. Williams Obstetrics 24th edition.
McGraw-Hill. 2014
7. Ultrasonography and Doppler. In Cunningham et al, ed. Williams Obstetrics 24th
edition. McGraw-Hill. 2014
8. RHL 11, WHO. 2007

31

Anda mungkin juga menyukai