Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

MATA KULIAH : ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL

Materi :
" Praktikum Manajemen Asuhan Kebidan Kala l,ll,lll ( 7 langkah
varney)"

NAMA : RENI PITALOKA


Dosen pengampu : ROHANI, SST.M,KES

YAYASAN MITRA ADIGUNA PALEMBANG SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN STIKES MITRA ADIGUNA PALEMBANG PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN TAHUN AKADEMIK 2021/2022 .
Manajemen Kala I

Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan


masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan
didalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, kleuarga dan
masyarakat. Kala I dimulai dari pembukaan servik 1 cm sampai dengan
10 cm /lengkap.
Sebagai seorang bidan, harus bersedia menerima ibu yang ingin
bersalin dengan ramah dan bersahabat, karena sangatlah penting bagi ibu
dan keluarga untuk merasa diterima. Hal ini akan menolong ibu untuk
merasa lebih nyaman dan mengurangi stress. Dengan terjadinya rasa
percaya dan saling menghormati pada saat pertama kali bertemu akan
memudahkan bidan dalam memberikan asuhan yang diperlukan. Apabila
seorang ibu hendak melahirkan, pengkajian awal perlu dilakukan untuk
menentukan apakah persalinan sudah pada waktunya, apakah kondisi ibu
dan bayi normal.
Langkah-langkah untuk melakukan penilaian awal pada ibu bersalin
adalah sebagai berikut :

- Identifikasi Masalah
Apabila seorang ibu hendak melahirkan, pengkajian awal perlu
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan apakah
persalinan sudah pada waktunya, apakah kondisi ibu dan kondisi bayinya
normal. pengkajian awal tersebutu adalah sebagai berikut:

LIHAT - Tanda-tanda perdarahan, mekoneum/bagian organ yang


lahir
- Tanda bekas operasi dai caesar terdahulu
- Ibu yang warna kultinya kunig atau kepucatan
RABA - Kapan waktunya tiba
- Menentukan ibu sudah waktunya melahirkan
PERIKSA - Tanda-tanda denyut penting untuk hipertensi
- Detak Jantung janin untuk bradikardi
*** Jika menemukan satu dari tanda-tanda tersebut diatas, ibu perlu
dikirim ke fasilitas yang sanggup memberikan asuhan
kegawatdaruratan obstetrik

Mengkaji riwayat kesehatan :


1. Biodata atau identitas pasien/klien (nama, umur, alamat, pekerjaan,
agama, pendidikan, status perkawinan).
Sebagai data awal pada ibu bersalin untuk mengetahui identitas
ibu. Umur juga dapat digunakan untuk menentukan faktor-faktor
predisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi. Misalnya ibu
dibawah usia 16 tahun dan diatas usia 35 tahun dapt meningkatkan
insiden preeklampsia. Usia diatas 35 tahun meningkatkan insiden
diabetes tipe II; hipertensi kronis (yang menyebabkan peningkatan
insiden preeeklamsia dan abrupsio plasenta); p[ersalinan yang lama
pada nilipara; seksio sesaria; pelahiran preterm; IUGR; anomali
kromosom dan kematian janin.

2. Keluhan utama, untuk menegetahui perihal yang mendorong pasien/


klien datang kepada bidan.
- apa yang ibu rasakan
- sejak kapan timbulnya
- ceritakan urutan kejadian
- tindakan yang sudah dilakukan
3. Riwayat menstruasi : umur menarche, siklus, lamanya, banyaknya
darah, disminorhe
4. HPHT (Hari pertama haid terakhir)
Hari pertama haid terakhir merupakan data dasar diperlukan
untuk menentukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau
prematur. Namun terkadang hari pertama haid terakhir tidak
dapat diingat oleh ibu, oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan
abdomen dan dan pemeriksaan penunjan seperti pemeriksaan
USG

5. Kapan bayi lahir (menurut taksiran ibu).


Juga merupakan data dasar untuk menentukan usia kehamilan
menurut tafsiran atau perasaan ibu sendiri. Untuk menentukan
dan menyamakan persepsi tentang usia kehamilan apakah cukup
bulan atau prematur

6. TP : taksiran persalinan
7. Apakah ibu pernah ANC. Jika iya, periksa kartu ANC-nya (jika
mungkin)
Untuk mengetahui Usia kehamilan, Masalah/komplikasi
dengan kehamilan sekarang, Riwayat kehamilan terdahulu. Jika
ibu tidak pernah ANC atau tidak mempunyai kartu ANC dapat
ditanyakan secara langsung apa komplikasi atau masalah pada
kehamilan sekarang dan riwayat kehamilan terdahulu. Hal ini
diperlukan untuk mengidentifikasi masalh potensial yang dapat
terjadi pada persalinan kali ini.
RIWAYAT KEHAMILAN :
1. Jumlah kehamilan dan kelahiran: G(Gravida), P(para), A (Abortus).
Diperlukan penjelasan tentang jumlah gravida dan para pada
ibu untuk mengidentifikasi masalah potensial pada pelahiran kali
ini dan pasca partum. Paritas mempengaruhi durasi persalinan
dan inciden komplikasi. Kalau pada persalinan sebelumnya
mengalami pembukaan lengkap, maka kali ini tidaka akan sulit
sehingga memperpendek lama persalinan. Selain itu, pada
multipara dominansi fundus uteri lebih besar dengan kontraksi
lebih kuat dan dasar panggul yang lebih rileks sehingga bayi lebih
mudah melalui jalan lahir dan dengan demikian, dapat mengurangi
lama persalinan. Namur pada grande multipara, semakin banyak
jumlah janin, persalinan secara progresif menjadi semakin lama.
Hal ini diduga sebagai akibat dari perubahan otot-otot uterus
(statu kondisi yang sering disebut keletihan otot-otot uterus)
merupakan hal yang lazim bahwa seorang wanita bersalin lebih
lama estelah sebelumnya melahirkan delatan bayi cukup bulan
dibandingkan ia melahirkan pertama kali. Semakin tinggi paritas,
inciden abrupsio placenta, placenta previa, perdarahan uterus,
mortalitas ibu, dan mortalitas perinatal juga meningkat

2. Riwayat Persalinan :
- Jarak antara dua kelahiran
- tempat melahirkan
- cara melahirkan (spontan, vakum, forceps atau operasi)
- masalah atau gangguan yang timbul pada hamil dan melahirkan
seperti : perdarahan, letsu, pre eklampsi, eklampsia dll
- Kapan ibu mulai merasakan nyeri/ kontraksi, berapa lama, dan
seberapa kuat, serta lokasi nyeri/ kontraksi yang ibu rasakan ?
Infomasi ini sangat penting untuk menetapkan awal persalinan,
biasanya dimulai sejak kontraksi menjadi teratur dan untuk
membedakan antara kontraksi persalinan palsu dan persalinan sejati.
Pada persalinan palsu frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi tidak
meningkat, tidak teratur dan durasinya pendek.kontraksi pada
persalinan sejati pada awalnya tidak teratur dan duasinya singkat ,
tetapi kemudian menjadi teratur disertai peningkatan frekuensi,
durasi dan intensitas kontraksi. Kontraksi pada persalinan palsu
biasanya di abdomn bagian bawah dan lipat paha, akan menghilang
jika ibu berjalan atau bergerak. Sedangkan lokasi kontraksi pada
persalinan sejati biasanya dirasa sebagai nyeri yang menyebar dari
fundus ke punggung.
- Apakah sudah terjadi pengeluaran air ketuban dari jalan lahir?
Pecahnya ketuban merupaka tanda menjelang persalinan. Karena
pecahnya ketuban merupakan predisposisi, baik bagi ibu maupun
bayi, peningkatan risiko infeksi intrauteri, jira ada riwayak ketuban
pecah maka bidan harus memeriksa keadaan ketuban apakah sudah
pecah atau belum. Ibu tidak selalu menyadari ketuban pecah atau
belum karena ia mengira air ketuban yang bocor sebagai
inkontinensia urine. Laboran penyemburan air yang tiba-tiba mengair
di tungkai ibu dan membasahi alas kakinya, sehingga ia perlu
mengenakan pembalut bersih, atau bahkan membuat pakaiannya
menjadi basah merupaan alasan yang kyat bahwa ketuban sudah
pecah.
- Apakah ibu memperhatikan adanya lendir darah ?
Lendir darah mengidentifikasi akan terjadinya persalinan. Apabila
lendir darah meningkat maka dapat ditafsirkan bahwa ibu akan
memasuki kala II
- Apakah sudah terjadi pengeluaran air ketuban dari jalan lahir?
Pecahnya ketuban merupaka tanda menjelang persalinan. Karena
pecahnya ketuban merupakan predisposisi, baik bagi ibu maupun
bayi, peningkatan risiko infeksi intrauteri, jira ada riwayak ketuban
pecah maka bidan harus memeriksa keadaan ketuban apakah sudah
pecah atau belum. Ibu tidak selalu menyadari ketuban pecah atau
belum karena ia mengira air ketuban yang bocor sebagai
inkontinensia urine. Laboran penyemburan air yang tiba-tiba mengair
di tungkai ibu dan membasahi alas kakinya, sehingga ia perlu
mengenakan pembalut bersih, atau bahkan membuat pakaiannya
menjadi basah merupaan alasan yang kyat bahwa ketuban sudah
pecah.
- Apakah ibu mengalami perdarahan dari vagina ?
Perdarahan pervaginam merupakan statu keadaan yang abnormal
dan dapat menjadi faktor penentu prioritas masalah pada persalinan.
Penting diketahui bahwa perdarahan pervaginam merupakan suatu
hal yang mengkontraindikasikan dilakukan pemeriksaan dalam. Jika
terdapat aliran darah, semburan dapat ditanyakan kembali berapa
lama semburan darah itu terjadi, dan seberapa banyak darah yang
keluar sehingga dapat diputuskan untuk melakukan tindakan
selanjutnya atau merujuk.
- Apakah bayi bergerak ?
Gerakan janin yang dirasakan ibu diperlukan untuk mengkaji
kesejahteraan janin
- Metode pada persalina sebelumnya, berat badan bayi ?
Untuk mengidentifikasi pelahiran dengan seksio sesaria atau
pervaginam pada persalinan yang lalu. Dan ukuran bayi terbesar yang
dilahirkan pervaginam oleh ibu dapat memastikan keadekuatan
panggul wanita untuk bayi pada saat ini. Informasi ini juga menjadi
dasar untuk mengantisipasi kemungkinan komplikasi yang
disebabkan oleh berat atau ukuran janin.

- Kapan terakhir ibu makan ? Tidur ?


Hai ini ditanyakan untu mengkaji informasi yang diperlukan
anastesi jika dilakukan pembedahan selain itu juga digunakan untuk
mengkaji cadangan energi dan status cairan.

3. Riwayat kelahiran anak : BB/TB waktu lahir, jenis kelamin, kelainan


yang menyertai, bila meninggal apa penyebeb kematiannya.
4. Riwayat KB : Jenis kontrasepsi yang telah pernah dipakai, efek
samping, alasan berhantinya alat kontrasepsi, lama penggunaan
kontrasepsi )
5. Riwayat Ginekologi : infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker
sistem reproduksi, operasi ginekologis.
6. Riwayat Medis
- Riwayat medis saat ini :
Perlu ditanyakan apakah ibu mengalami sakit kepala hebat,
pendangan berkunang-kunang, nyeri epigasttrium. Hal ini
digunakan untuk mendeteksi adanya komplikasi pada persalinan
dan kehamilan. Sehingga bidan dapat mempersiapkan bila terjadi
kegawatan pada masa persalinan.
- Riwayat medis lainnya:
Riwayat medis lainnya yang perlu ditanyakan adalah apakah
ibu mempunyai penyakit yang berbahaya seperti jantung, paru-
paru, pernapasan, perkemihan karena hal itu dapat juga dapat
mendeteksi adanya komplikasi pada persalinan dan kehamilan
serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin.

PEMERIKSAAN FISIK
a) Pemeriksaan fisik ibu
Pemeriksaan fisik merupakan suatu upaya untuk memantau
keadaan ibu dan janin selama persalinan. Pemeriksaan fisik saat ibu
datang untuk melahirkan sangatlah penting untuk menemukan
adanya kelainan, terutama pada ibu yang belum pernah
memeriksakan kehamilannya. Bila ibu datang dalam keadaan sudah
hampir melahirkan, maka pemeriksaan fisik harus dilakukan secara
cepat dan perlu segera dipersiapakan pertolongan persalinan. Perlu
dipastikan fase persalinan, letak janin dan hal-hal yang mungkin
membahayakan, perhatikan ada/tidaknya komplikasi.
Pemeriksaan ini bertujuan memantau keadaan ibu dan janin
selama persalinan. Sebelum melaksanakan pemeriksaan, jelaskan
kepada ibu dan keluarga tentang apa yang akan dilakukan.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu :

1. Tanda-tanda vital:
Penaikan atau penurunan tekanan darah merpakan indikasi
gangguan hipertensi dalam kehamilan atau syok. Peningkatan
tekanan darah sistolik dengan tekanan diastolik dalam batas
normal, dapat mengindikasikan ansietas atau nyeri. Peningkatan
suhu menunjukan proses infeksi atau dehidrasi. Peningkatan
denyut nadi dapat menunjukan infeksi, syok ansietas, atau
dehidrasi. Paeningkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukan
ansietan atau syok.
- Tensi : diukur tiap 4 jam, kecualai jika ada keadaan yang tidak
normal harus lebih sering dicatat dan dilaporkan.
- Nadi :nadi yang normal menunjukkan wanita dalam kondisi
yang baik, jika lebih dari 100 kemungkinan sang ibu dalam
kondisi infeksi, ketosi dan perdarahan. kenaikan nadi juga
salah satu tanda ruptura uteri. nadi diukur tiap 1-2 jam pada
awal persalinan.
- Suhu : harus dalam rentang yang normal, Pyreksia
manunjukkan keadaan infeksi atau ketosis. suhu diukur tiap 4
jam.
2. Edema/pembengkakan pada muka, jari, tangan, kaki dan pre
tibia tungkai bawah.
Edema merupakan tanda klasik preeklampsia. Bidan harus
mengevaluasi, mengecek edema pada pergelangan kaki, area
pratibia, jari atau wajah. Edema pada kaki dan pergelangan kaki
saja biasanya merupakan edema dependen yang disebabkan oleh
penurunan aliran darah vena akibat penekanan uterus yang
membesar.
3. Warna pucat pada mulut dan conjuctiva
Hal ini menindikasikan terjadinya anemia pada ibu tersebut
yang mungkin dapat menjadi komplikasi pada persalinannya
sehingga bidan harus waspada dan sigap dalam bertindak jika
terjadi komplikasi.
4. Refleks dan klonus
Hiperrefleksia (3+ dan 4+) merupakan salah satu tanda
preeklampsia berat. Klonus biasanya terlihat menjelang eklampsia
atau eklampsia aktual.

5. Urin analisis : glukosa, ketons, Protein


6. Keseimbangan cairan : intake dan out put.
7. Pemeriksaan abdomen :
pemeriksaan kehamilan dilakukan bidan ketika pertama kali
pemeriksaan.
a. tinggi fundus uteri. Berkaitan dengan jumlah minggu
kehamilan. Berat janin dan tinggi fundus yang lebih kecil
daripada perkiraan kemungkinan menunjukkan kesalahan
dalam menentukan tangal HPHT, bayi kecil masa kehamilan
(KMK), atau oligohidramnion. Sedangkan berat janin dan tinggi
fundus yang lebih besar menunjukkn bahwa ibu salah dalam
menentukan HPHT, bayi besar (mengindikasikan diabetes),
kehamilan kembar, atau polihidramnion. Bayi yang besar
memberi anda peringatan kemngkinan atonia uterus
pascapartum yang menyebabkan perdarah atau kemungkinan
distosia bahu. Perkiraan berat janin 1 pon atau lebih daripada
bayi sebelumnya, walaupun tidak menunjukkan berat yang
berlebihan, juga merupakan peringatan terhadap kemungkinan
sulitnya pelahiran bahu.

b. posisi janin
c. tanda bekas operasi. Bekas luka operasi untuk melihat apakih
ibu pernah mengalami operasi (seksio sesaria) sehingga dapat
ditentukan tindakan selanjutnya.
d. Gerakan janin. Untuk mengkaji kesejahteraan janin
e. Pola kontraksi. Frekuensi, durasi, intensitas kontraksi harus
dikaji secara akurat untuk menentukan status persalinan.
f. Pemeriksaan leopold. Untuk mengetahui letak, presentasi,
posisi, dan variasi janin. Pemeriksaan leopold digunakna untuk
memastikan letak (mis. Lintang), presentasi (mis.bokong), atau
posisi(mis. Dagu, dahi, sinsiput) yang abnormal cjuga untuk
menentukan variasi karena variasi posterior dapat
memperpanjang atau menambah ketidaknyamanan pada kala
satu persalinan.
8. Penurunan bagian terendah janin, apakah sudah masuk panggul atau
belum (kepala atau bagian-bagian yang lain).
Kepala yang belum engagment dalam persalinan pada
primigravida menunjukkan kemungkinan disproporsi
sefalopelvik. Temuan seperti ini harus memerlukan
pemerikasaan pelvimetri klinis berulang selama pemeriksaan
dalam dan evaluasi yang berhubungan dengan pemeriksaan
berat janin.

9. Pemeriksaan vagina :
 Genital luar :
Pemeriksaan genitalia luar meliputi penilaian adanya luka,
cairan, lendir darah, perdarahan, cairan ketuban
 Genital dalam :
- Penipisan dan pembukaan serviks
Untuk menentukan apakah perubahan serviks yang progresif
telah terjadi dan mendiagnosis persalinan. Juga untuk
menentukan tahap dan fase persalinan wanita jika ia dalam
masa persalinan.
- Posisi serviks
Serviks biasanya berada jauh dibelakang dan menghadap ke
arah posterior sebelum persalinan. Gerakkan serviks hingga
mengarah kedepan dalam posisi garis tengah menunjukkan
kesiapan serviks untuk atau sudah memasuki tahap persalinan.
- Station
Untuk menentukan penurunan kepala janin. Penurunan kepala
janin merupakan salah satu mekanisme persalinan dan
menunjukkan kemajuan dan keadekuatan pelvis.
- Membaran/selaput ketuban.
Untuk memastikan atau menyingkirkan riwayat pecah ketuban
atau mendeteksi pecah ketuban yang tidak dilaporkan untuk
alasan-alasan yang dijelaskan pada riwayat.
- Molding dan caput suksedenium
Untuk memastikan adaptasi janin terhadap pelvis ibu.
- Letak, presentasi, posisi, dan variasi
Untuk memastikan temuan pada abdomen. Kadang-kadang
data-data ini lebih mudah diperoleh dengan melakukan
pemeriksaah dalam karena bagian presentasi-garis sutura,
fontanel, tulang tengkorak (jika preentasi sefalik), tangan, atau
kaki dapat diraba langsung.
- Sinklitisme dan asinklitisme
Untuk memastikan adaptasi terhadap panggul ibu.
- Orivisium vagina dan badan perineum
Untuk mengevaluasi ketebalan, panjang dan kemampuan
meregang untuk memastikan kemungkinan kebutuhan
episiotomi.
 Bidan mungkin tidak mempunyai waktu untuk mengambil riwayat
dan pemeriksaan fisik jira ibu pada saat menjelang persalinan atau
sudah hampir melahirkan. Sangatlah penting keseluruhan bagi
bidan bertindak fleksibel pada bagian proses ini dan
menyesuiakan

bagaimana mengumpulkan informasi mengenai keadaan fisik dan


emosi ibu.

b) Pemeriksaan Janin
1. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin digunakan untuk mengkaji status bayi.
Denyut jantung janin, diukur dengan stetoskop monoaural atau
menggunakan Doppler, diukur secara intermitten atau terus
menerus. DJJ juga bisa diukur dengan alat cardiotopograf.

Frekuensi DJJ normal adalah 120-160X/menit, jika terdapat


bradycardia hal ini menunjukkan janin dalam keadaan hipoksia.
Frekuensi jantung kurang dari 120 dan lebih dari 160 kali per
menit dapat menunjukkan gawat janin dan membutuhkan evaluasi
segera.
DJJ dinilai dan dicatat setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-
tanda gawat janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di
anatar garis tebal angka 180 dan 100. tetapi penolong harus sudah
waspada bila DJJ dibawaah 120 atau diatas 160. lakukan tindakan
segera jika DJJ melampaui kisaran normal.
2. Gerakan janin. Pemeriksaan gerakan janin dapat ditanyakan langsung
pada ibu untuk mengetahui kesejahteraan janin.
3. Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul
ibu. Tulang kepala yang saling meyusup atau tumpang tindih,
menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul.
(CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika
tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan..
apabila ada dugaan CPD, penting sekali untuk dapay tetap
memantau kondisi janin dan kemajuan persalian. Lakukan
tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan
tanda-tanda CPD ke fasilitas kesehatan yang memadai.
4. Warna dan adanya air ketuban
Nilai ketuban setiap kali dlakukan pemeriksaan dalam, dan
nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
Mekoneum dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan
adanya gawat janin. Jika terdapat mekoneum, pantau DJJ secara
seksam dan untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama
proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut
jantung janin < 100 atau 180 kali per menit) ibu segera rujuk ke
fasilitas kesehatan yang sesuai.
Tetapi jika terdapat mekoneum kental segera rujuk ibu ke
tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi
baru lahir.
JIka selaput ketuban pecah :
- Warna cairan
- Kepekatan cairan
- Jumlah dan banyaknya cairan
- Apakah tali pusat keluar/terjept di jalan lahir
- Nilai kondisi janin

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada saat ibu masuk ke rumah sakit
bervariasi sesuai kebijakan masing-masing lingkungan, tetapi
mencakup hal-hal berikut :
 Hematokrit
Pemeriksaan system pembekuan darah, untuk menilai apakah
ada kelainan faktor pembekuan darah yang terjadi pada ibu.
 VDRL
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya penyakit menular
seksual
 Haemoglobin
 Golongan darah (ABO)
Sebagai jaga-jaga jika terjadi kegawatan atau jika dibutuhkan
darah tiba-tiba.
 Urinalisis : minimal pemeriksaan reagen (dipstick) untuk
memeriksa protein, glukosa, dan aseton

Pemeriksaan Psiko-sosial
- Perubahan perilaku
Perubahan perilaku sering terjadi pada ibu post partum hal ini
dapat disebabkan karena perubahan psikologis dan adanya rasa
cemas pada ibu yang menghadapi persalinan. Oleh karena itu
keadaan perilaku ibu harus dikaji, apa yang diinginkan ibu, apa
yang dapat membuat ibu tenang dan merasa nyaman. Bidan dapat
membantu dengan memberikan dukungan atau support mental,
menghadirkan pendamping yang diinginkan ibu, atau membantu
ibu mencari posisi yang nyaman.
- Tingkat energi
Pengkajian tingkat energi dapat dilakukan dengan menilai
kondisi fisik ibu, atau dengan menanyakan pada ibu kapan
terakhir ia makan atau minum sebelum persalinan.
- Kebutuhan dukungan
Dukungan sangat diperlukan oleh ibu-ibu yang menghadapi
persalinan, hal ini sehubungan dengan perubahan psikologis yang
terjadi pada dirinya. Bidan harus dapat memberikan dukungan
pada ibu dan dapat meminta keluarga untuk memberikan
dukungan, namun bidan harus tetap bertanya pada ibu, siapa yang
boleh dan tidak boleh mendampingi persalinannya.

MENILAI DAN MEMBUAT DIAGNOSA


Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar Nomenklatur (tata nama)
diagnosa kebidanan.
Berdasarkan temuan-temuan dalam riwayat kesehatan, bidan akan dapat
mengambil keputusan apakah ibu dalam persalinan sesunguhnya dan jika
benar demikian dalam kala I serta fase berapa ibu sekarang.

KATEGORI KETERANGAN
Saat Persalinan Ada tanda-tanda positif persalinan :
- Pembukaan serviks > 4 cm
- Kontraksi
- Lendir Darah
Kemajuan Persalinan Normal Kemajuan berjalan sesuai dengan
partograf
Persalinan Bermasalah Cth : Kemajuan persalinan yang
lamban
Kegawatdaruratan saat Cth : Eklamsia, perdarahan, lilitn tali
persalinan pusat, bayi mengalami
kesulitan.

Assesment untuk persalinan sesungguhnya


Persalinan patut dicurigai jika setelah usia kehamilan 22 minggu usia
kehamilan, ibu merasa nyeri abdomen berulang yang disertai dengan
cairan lendir yang mengandung darah atau ”show”. Agar dapat
mendiagnosa persalinan bidan harus memastikan perubahan serviks
dan kontraksi yang cukup
o Perubahan Serviks
Kepastian persalinan dapat ditentukan hanya jika serviks secara
progresif menipis dan membuka.
o Kontraksi yang adekuat
Kontraksi dianggap adekuat apabila :
- Kontraksi terjadi teratur minimal 3 kali dalam 10 menit, setiap
kontraksi berlangsung sedikitnya 40 detik.
- Uterus mengeras selam kontraksi, misal : anda tidak bisa
menekan uterus dengan menggunakan jari anda
 Sangat sulit untuk membedakan anatar persalinan yang
sesungguhnya dn persalinan semu. Ingat indikator persalinan
sesungguhnya ditandai dengan kemajuan penipisan dan
pembukaan serviks.
 Minggu-minggu sebelum persalinan dimulai, kontaksi uterus yang
tidak menyakitkan, semakin tinggi frekuensinya terjadi pada
stadium prodormal persalinan yang dapat berlangsung selama 4
minggu. Kontaksi uterus timbul dari miometrium yang dibentuk
dari serabut-serabut otot yang saling terjalin dari kedua duktus
muller. Bagian tengah duktus saling menyatu dan septum
sentralnya lenyap sehingga membentuk sebuah organ berongga-
uterus. Miometrium mempunyai tiga lapisan :
1. Lapisan tipis longitudinal di sebelah luar
2. Lapisan spiral di tengah yang tebal, ukurannya semakin
mengecil ke arah serviks dan hanya membentuk 10% jaringan
serviks
3. Lapisan dalam sirkuler yang tipis. Setiap serabut otot tersusun
atas berkas-berkas serabut fibril, yang masing-masing
berbentuk kumparan dengan panjang rata-rata 200 mm dan
diameter 7 mm. Sel-sel ini terdiri dari serabut-serabut
kontraktil yang lebih kecil dan tersusun dari rantai aktin dan
miosin yang saling terjalin dan dibungkus oleh membran yang
permiabel.

CIRI-CIRI KONTRAKSI MIOMETRIUM


Meskipun uterus tersusun atas banyak serabut otot, organ ini
berfungsi sebagai satu organ muskuler berongga. Miometrium
tidak pernah relaksasi sempurna. Tonus istirahat antara 6 dan 12
mmHg. Uterus berkontraksi secara teratur sejak awal kehamilan.
Hingga akhir kehamilan kontraksi uterus (braxton hicks) tidak
menimbulkan rasa nyeri. Setiap kontraksi mengakibatkan
meninggian tekanan intrauterin dengan amplitudo atau intensitas
yang berbeda-beda. Kontraksi ini terdiri dari dua elemen :
peninggian secara cepat sampai mencapai puncak dan pemulihan
secara lambat menuju tonus istirahat. Untuk tujuan deskriptif,
intensitas kontraksi dikalikan dengan frekuensi kontraksi (per 10
menit), memberikan suatu aktifitas uterus, yang dinyatakan dalam
Unit Montevideo. Kontraksi uterus dimulai dari suatu pacemaker
yang terletak di persambungan tuba falopii dan uterus pada sati
sisi. Gelombang kontraksi berjalan ke arah dalam dan bawah dari
pacemaker ini dengan kecepatan 2 cm per detik untuk melibatkan
seluruh uterus dalam kontraksi tersebut. Pada persalinan normal,
intensitas dan dan fase peningkatan kontraksi pada segemen atas
uterus lebih besar karena ototnya lebih tebal dan jumlah
aktinomiosin lebih banyak untuk berkontraksi.
 Ketika ibu mengalami persalinan semu, ia merasakan kontraksi
yang menyakitkan, namun kotraksi tersebut tidak menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks. Persalinan semu bisa terjadi
beberapa hari atau minggu sebelum permulaan persalinan
sesungguhnya. Karena persalinan semu sangat menyakitkan,
mungkin sulit bagi ibu untuk menghadapi masa ini dalam
kehamilannya. Dengan memberikan dukungan tersendiri dan
pemastian ulang bahwa persalinan semu menunjukkkan bahwa
persalinan sesungguhnya akan tiba, bidan dapat membantu ibu
untuk menghadapi masa sulit tersebut.

Contoh diagnosa persalinan fisiologis


G2P1A0 hamil 38 minggu 2 hari inpartu kala I fase aktif JTH preskep
.
Karakteristik dari persalinan sesungguhnya dan persalinan semu

PERSALINAN PERSALINAN SEMU


SESUNGGUHNYA
Serviks menipis dan membuka Tidak ada perubahan pada serviks
Rasa nyeri dengan interval Rasa nyeri tidak teratur
teratur
Interval antara rasa nyeri yang Tidak ada perubahan interval antara
secara perlahan semakin rasa nyeri yang satu dengan yang lain
pendek
Waktu dan kekuatan kontraksi Tidak ada perubahan pada waktu dan
semakin bertambah kekuatan kontraksi
Rasa nyeri terasa dibagian Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan
belakang dan meyebar kedepan
Berjalan menambah intensitas Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan
berjalan
Ada hubungan antara tingkat Tidak ada hubungan antara tingkat
kekuatan kontraksi dengan kekuatan kontraksi uterus dengan
intensitas rasa nyeri intensitas rasa nyeri
Lendir darah sering tampak Tidak ada lendir darah
Ada penurunan bagain kepala Tidak ada kemajuan penurunan bagian
bayi terendah janin
Kepala janin sudah terfiksasi di Kepala belum masuk PAP walaupun ada
PAP diantara kontraksi kontraksi
Pemberian obat penenang Pemberian obat penenang yang efisien
tidak menghentikan proses menghentikan rasa nyeri pada
persalinan sesungguhnya persalinan semu.

PEMANTAUAN KEMAJUAN PERSALINAN


Selama persalinan selain menilai kemajuan persalinan perlu juga
memantau kondisi kesehatan ibu dan bayi, hasil penilaian dicatat dalam
partograf.
Patograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.

Temuan berikut ini menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada


persalinan kala I :
 Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi
 Kecepatan pembukaan serviks minimal 1 cm per jam selama
persalinan, fase aktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada
disebelah kiri garis waspada)
 Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan
kala I :
 Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering dalam fase laten
 Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm per jam selama
persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis
waspada pada partograf)
 DJJ <120 atau >106 kali permenit, atau DJJ terdengar lambat dan
IREGULER

Untuk menilai kemajuan persalinan bidan perlu memeriksa:


 His/kontraksi (frekuensi, lamanya dan kekuatan his) kontrol ½ jam
sekali pada fase aktif
 Pemeriksaan vagina (pembukaan servik, penipisan servik, penurunan
kepala, molding) kontrol setiap 4 jam sekali.
 Kemajuan persalinan normal ; kemajuan persalinan sesuai dengan
partograf
 Kemajuan persalinan bermasalah seperti partus macet/ tidak maju,
inertia uteri dsb ; kemajuan persalinan tidak sesuai dengan partograf,
melewati garis waspada.
 Kegawatdaruratan persalinan ; ditemui tanda-tanda kegawatdaruratan
ibu atau bayi, bila tidak ditolong segera dapat menyebabkan kematian.
Kemajuan pada kondisi janin
 Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari 100 atau
lebih dari 180 denyut per menit) curigai adanya gawat janin
 Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan serviks fleksi
sempurna digolongkan ke dalam malposisi dan malpresentasi
 Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama,
tangani penyebab tersebut.

Kemajuan pada kondisi ibu


Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada ibu seperti :
 Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia dalam keadaan dehidrasi,
atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau intra
vena dan berikan analgesi secukupnya.
 Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
 Jika terdapat aseton dalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang
kurang, segera berikan dekstrose per intra vena.

Kebiasaan yang lazim dilakukan pada kala I tetapi tidak menolong atau
bahkan dapat membahayakan :
 Enema (Memompa/urus-urus) sebagai tindakan rutin. Tidak terbukti
adanya manfaat. Dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu atau
memalukan bagi ibu. Hanya diberikan bila diminta ibu
 Mencukur rambut daerah kemaluan sebagai tindakan rutin. Tidak
terbukti dapat mengurangi morbiditas puerpura. Mungkin
dihubungkan dengan infeksi pasca persalinan. Pencukuran dapat
menyebabkan ketidaknyamanan karena rambut akan tumbuh kembali
dan menyebabkan abrasi minor, juga menyebabkan ketidaknyamanan
bagi ibu atau membuat ibu malu
 Kateterisasi kandung kemih sebagai tindakan rutin. Dihubungkan
dengan meningkatnya infeksi saluran kemih
 Tidak memberikan makanan dan minuman. Dapat berakibat
meningkatnya dehidrasi dan ketosis. Ketosis dihubungkan dengan
menurunnya daya kontraksi uterus
 Memisahkan ibu dengan orang-orang yang berarti dan pemberi
dukungan. Berhubungan dengan besarnya kasus secsio saesaria dan
APGAR score kurang dari 7 pada menit kelima
 Posisi terlentang. Dihubungkan dengan penurunan detak jantung
janin dan mungkin dengan penurunan aliran darah ke uterus.
Mengurangi kekuatan kontraksi uterus
 Mendorong abdomen. Menyebabkan ibu merasa nyeri, terlebih lagi
berbahaya bagi ibu dan janin dengan resiko ruptur uteri.
 Mengedan sebelum pembukaan serviks lengkap. Dapat menyebabkan
edema serviks dan mungkin robekan serviks.
Selama persalinan berlangsung perlu pemantauan kondisi kesehatan ibu
maupun bayinya, jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau
gejala komplikasi atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan
lebih sering.

PARAMETER FASE LATEN FASE AKTIF


Tekanan Darah Setiap 4 Jam Setiap 4 Jam
Temperatur/suhu* Setiap 4 Jam Setiap 2 Jam
Nadi Setiap 30 menit Setiap 30 menit
Denyut jantung janin Setiap 30 menit Setiap 30 menit
Kontraksi uterus Setiap 30 menit Setiap 30 menit
Perubahan serviks* Setiap 4 Jam Setiap 4 Jam
Penurunan kepala janin Setiap 4 Jam Setiap 4 Jam
Urine Setiap 2-4 Jam Setiap 2 Jam

 Segera setelah selaput ketuban robek, bidan harus mendengarkan


detak jantung janin dan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memeriksa kemungkinan tali pusat menumbung.

MEMBUAT RENCANA ASUHAN

TINDAKAN DESKRIPSI/KETERANGAN
Memberitahukan ibu hasil Meberitahukan ibu mengenai hasil
pemeriksaan pemeriksaan merupakan hak ibu sebagai
pasien diasamping dapat membuat ibu
menjadi kooperatif dalam pemberian
asuhan terhadapnya

Memantau terus-menerus Penolong dapat mencatat hasil observasi


kemajun persalinan dengan dan kemajuan persalinan melalui
menggunakan partograf pemeriksaan dalam dan dapat
mendeteksi apakah proses persalinan
berjalan secara baik atau tidaka karena
tiap persalinan memiliki kemungkinan
terjadinya partus lama.

Memantau terus-menerus Penilaian harus dilakukan lebih sering


tanda-tanda vital ibu. jika ibu menunjukkan tanda-tanda
komplikasi atau perubahan kondisi.
Memantau terus-menerus Periksa reaksi bayi terhadap persalinan
keadaan bayi sesuai dengan jadwal pemantauan
kemajuan persalinan dan lakukan
pemantauan lebih sering jika diperlukan
Mis : Jika selaput ketuban robek, bidan
harus mendengarkan detak jantung janin
dan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memeriksa kemungkinan tali pusat
menumbung

Memantau perubahan tubuh Perubahan-perubahan fisiologis yang


ibu untuk menentukan apakah dapat dilihat secara klinis dalam proses
persalinan dalam kemajuan persalinan sangatlah penting untuk dapat
yang normal diketahui dan difahami oleh bidan untuk
secara tepat menginterpretasikan tanda-
tanda, gejala-gejala tertentu dan temuan-
temuan fisik dan laboratorium apakah
normal atau abnormal selama
persalianan kala I sehingga dapat
memberikan asuhan yang tepat sesuai
dengan kebutuhan seorang ibu bersalin.

Memeriksa perasaan ibu dan Stress dapat mengakifkan sistem


respon fisik terhadap adenokortikal hipofisis-hipotalamik, yang
persalinan meningkatkan retensi dan resorpsi
natrium dan air dan meningkatkan
ekskresi kalium. Resorpsi ntrium dan air
dapat memperberat perkembangan
toksemia intrapartal atau hipertensi.
Kehilangan kalium dapat memperberat
penurunan aktivitas miometrik.

Membantu ibu memahami apa Menginformasikan kepada ibu mengenai


yang sedang terjadi sehingga hasil proses persalinannya akan
ia berperan serta aktif dalam membantu petugas dalam memberikan
menentukan asuhan asuhan kepada ibu bersalin karena ibu
dapat lebih kooperatif terhadap asuhan
yang akan diberikan kepadanya.

Menghadirkan orang yang Seperti : suami, keluarga pasien atau


dianggap penting oleh ibu teman dekat.
selama persalinan
Dukungan yang dapat diberikan :
- Mengusap keringat
- Menemani/membimbing jalan-jalan
(mobilisasi)
- Memberikan minum
- Merubah posisi, dsb

Mengenali masalah Kebutuhan-kebutuhan, Kelainan-kelainan


secepatnya dan mengambil yang timbul pada ibu dalam
keputusan serta tindakan yang persalinannya.
tepat guna dan tepat waktu
Mengatur aktivitas dan posisi - Ibu diperbolehkan melakukan
ibu aktivitas sesuai dengan
kesanggupannya
- Posisi sesuai dengan keinginan ibu,
namun bila ibu ingin di tempat
sebaiknya tidak dianjurkan tidur
dalam posisi terlentang lurus

Membimbing ibu untuk rileks Ibu diminta menarik nafas panjang,


sewaktu ada his kemudian lepaskan dengan cara meniup
sewaktu ada his.

Menjaga privasi ibu Penolong tetap menjaga privasi ibu


dalam persalinan, antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak
menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seizing pasien/ibu
Penjelasan tentang kemajuan Menjelaskan kemajuan persalinan,
persalinan perubahan yang terjdi dalam tubuh ibu,
serta prosedur yang akan dilaksanakan
dan hasil-hasil pemeriksaan.

Menjaga kebersihan diri Membiarkan ibu untuk mandi.


Menganjurkan ibu membasuh sekitar
kemaluannya seusai buang air
kecil/besar.

Mengatasi rasa panas Ibu bersalin biasanya merasa panan dan


banyak keringat, dapat datasi dengan
cara :
- Gunakan kipas angin/ AC dalam
kamar
- Menggunakan kipas biasa
- Menganjurkan ibu untuk mandi

Masase JIka ibu suka, lakukan pijatan/masase


pada punggung mengusap perut dengan
lembut

Pemberian cukup minum Untuk memenuhi kebutuhan energi dan


mencegah dehidrasi

Memenuhi kebutuhan Sarankan ibu untuk berkemih setiap ibu


eliminasi ibu. merasa ingin BAK, Bantu ibu jika ingin
BAB

Sentuhan Disesuaikan dengan keinginan ibu,


memberikan sentuhan pada salah satu
bagian tubuh yang bertujuan untuk
mengurangi rasa kesendirian ibu selama
proses persalinan
Persiapan persalinan normal Persiapan untuk pertolongan persalinan
normal harus sudah dilakukan oleh
petugas untuk melakukan pertolongan
persalinan normal.

PENAPISAN PADA SAAT PERSALINAN


Bidan harus merujuk ibu apabila didapati salah satu atau lebih penyulit
seperti berikut :
1. Riwayat bedah sesar
2. Perdarahan pervaginam
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu)
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Preeklampsi atau hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih
5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi majemuk
16. Kehamilan gameli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok

1. Menilai Kemajuan Persalinan Dan Penggunaan Partograf.


Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan
observasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat
penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I
persalinan.
Kegunaan utama dari partograf adalah :
- Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan
memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam.
- Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini
persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai
kemungkinan persalinan lama.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan
membantu penolong persalinan untuk :
1. Mencatat kemajuan persalinan.
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk ecara dini mengidentifikasi
adanya penyulit.
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu.
Partograf harus digunakan :
 Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai
elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik
tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong
persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan
klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
 Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
 Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin,
Bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Halaman depan partograf mencantumkan :
a. Informasi tentang ibu
b. Kondisi janin
c. Kemajuan persalinan
d. Jam dan waktu
e. Kontraksi uterus
f. Obat-obat dan cairan yang diberikan
g. Kondisi ibu
h. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Pencatatan selama fase laten persalinan


Kala satu dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif yang
dibatasi oleh pembukaan serviks :
 Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
 Fase aktif : pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan harus di catat. Hal ini dapat direkm secara terpisah dalam
catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil.
Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase
laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi harus dicatat.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu
:
 Denyut Jantung Janin : setiap ½ jam.
 Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam.
 Nadi : setiap ½ jam.
 Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
 Penurunan : setiap 4 jam.
 Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
 Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.
Jika ditemui tanda – tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus
lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam
diagnosis ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi
kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan
dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda – tanda kegawatan
atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika
kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan di
rumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah
dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu
dan keluarganya untuk memberitahu penolong persalinan jika terjadi
peningkatan frekuensi kontraksi.

Pencatatan selama fase aktif persalinan (partograf)


1. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : ‘jam’ pada
partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten
persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

2. Keselamatan dan kenyamanan janin


- Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian
Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin
(DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda – tanda gawat janin).
Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan
memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik
lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antaraa garis tebal
angka 180 dan 100. Tetapi, penolong sudah harus waspada bila DJJ di
bawah 120 atau diatas 160.
- Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan – temuan
dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang –
lambang berikut ini :
 U : Ketuban utuh (belum pecah)
 J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
 M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
 D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
 K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban
(“kering”)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan
adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara
seksama untuk mengenali tanda – tanda gawat janin selama proses
persalinan. Jika ada tanda – tanda gawat janin (denyut jantung janin <
100 atau > 180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera
rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri
dan bayi baru lahir.

- Molase (penyusupan kepala janin)


Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala
bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu.
Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih,
menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD).
Ketidakmampuan akomodasi akan benar – benar terjadi jika tulang
kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada
dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap
memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan
pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda – tanda
disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala
janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang – lambang berikut ini :
1 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi.
2 : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
3 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi
masih dapat dipisahkan
4 : tulang – tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
3. Kemajuan persalinan
- Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan
fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam
(lebih sering dilakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Saat ibu
berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan
dari setiap pemeriksaan. Tanda ‘X’ harus ditulis di garis waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk
temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan
pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada.
Hubungkan tanda ‘X’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus).
- Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan
fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4
jam), atau lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan catat
turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya
diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi
kadangkala, turunnya bagian terbawah / presentasi janin baru terjadi
setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata – kata “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0 – 5,
tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan
tanda ‘O’ pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala
bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda ‘O’ di nomor 4. hubungkan tanda ‘O’
dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
- Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir
pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju
pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan
harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam),
maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif
yang memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan
intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas
kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu
menangani penyulit dan kegawatdaruratan obstetri. Garis bertindak
tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4
jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah
kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan
persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan
sebelum garis bertindak terlampaui.
4. Jam dan waktu
- Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)
tertera kotak – kotak yang diberi angka 1 – 16. Setiap kotak
menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
- Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak –
kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua
kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur
kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,
catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan
waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai
contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami
pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda ‘X’ di garis waspada
yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri
dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak
ketiga dari kiri).
5. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima jalur kotak dengan
tulisan “kontraksi per 10 menit” disebelah luar kolom paling kiri.
Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan
catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10
menit dengan mengisi angka pada kotak satu kali 10 menit, isi 3 kotak.

Nyatakan lamanya kontraksi dengan :


Beri titik – titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya kurang dari 20 detik.
Beri garis – garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya 20 – 40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya lebih dari 40 detik.

0 1 2 3

Dalam waktu 30 menit pertama :


 Dua kontraksi dalam 10 menit
 Lamanya kurang dari 20 detik
Dalam waktu 30 menit yang ke-lima :
 Tiga kontraksi dalam waktu 10 menit
 Lamanya 20 – 40 detik
Dalam waktu 30 menit ke-tujuh :
 Lima kontraksi dalam 10 menit
 Lamanya lebih dari 40 detik

INGAT :
1. Periksa frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap jam selama
fase laten dan setiap 30 menit selama fase aktif.
2. Nilai frekuensi dan lamanya kontraksi selama 10 menit.
3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai/yang
telah ditentukan.
4. Catat temuan – temuan di kotak yang bersesuaian dengan waktu
penilaian.
6. Obat – obatan dan cairan yang diberikan
- Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan
dalam satuan tetesan per menit.
- Obat – obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/ atau cairan IV
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7. Kesehatan dan kenyamanan ibu
- Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
 Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda
titik pada kolom waktu yang sesuai ().
 Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri
tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai :
 Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika
meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat
temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
- Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam
(setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap ibu berkemih,
lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi
luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan
persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan
paersalinan.
Asuhan, pengamatan dan / atau keputusan klinik mencakup :
 Jumlah cairan per oral yang diberikan.
 Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
 Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgin, bidan, dokter
umum).
 Persiapan sebelum melakukan rujukan.
 Upaya rujukan.

Tabel 1 Parameter monitoring persalinan (partograf)


Parameter Temuan abnormal
Tekanan darah > 140/90 dengan sedikitnya satu tanda/gejala
pre-eklampsia
Temperatur > 38oC
Nadi > 100 x/menit
DJJ < 100 atau > 180 x/menit
Kontraksi < 3 dalam 10 menit, berlangsung < 40 detik,
ketukan di palpasi lemah

Serviks Partograf melewati garis waspada pada fase


aktif
Cairan amnion Mekonium, darah, bau
Urin Volume sedikit dan pekat
Pencatatan pada lembar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal – hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan –
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk
bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan
Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa
nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong
persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik
yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan
klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan
pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan
lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai / memantau sejauh
mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur – unsur berikut :
a. Data dasar
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir
f. Kala IV
Cara pengisian :
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap
pemeriksaan, lembar partograf ini diisi setelah seluruh prose persalinan
selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang
partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsur – unsurnya
sebagai berikut :
A. Data Dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, catatan,
alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi
data pada masing – masing tempat yang telah disediakan, atau dengan
cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan
nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.
Data dasar adalah yang perlu dipenuhi adalah sebagai berikut:

1. Tanggal : ...................................................................................................
2. Nama Bidan : ............................................................................................
3. Tempat persalinan : ..................................................................................
Rumah ibu Puskesmas

Polindes Rumah sakit

Klinik swasta Lainnya .....................................

B. Kala I
Kala I terdiei dari pertanyaan – pertanyaan tentang partograf saat
melewati garis waspada, masalah – masalah yang dihadapi,
penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk
pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya
hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam persalinan.

C. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu, masalh penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda
“” pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor
13, jika jawabannya “Ya”, tulis indikasinya sedangkan untuk nomor 15
dan 16 jika jawabannya “Ya”, isi jenis tindakan yang telah dilakukan.
Untuk pertanyaan nomor 14, jawaban bisa lebih dari 1. sedangkan untuk
‘masalah lain’ hanya diisi apabila terdapat masalah lain pada Kala II.
13. Episiotomi : ...................................................................................................................

Ya, Indikasi ..................................................................................................................

Tidak

14. Pendamping saat persalinan

Suami Dukun

Keluarga Tidak ada

Teman

15. Gawat janin

Ya, tindakan yang dilakukan

a. .................................................................................................................................

b. .................................................................................................................................
9. Partograf melewati garis waspada : Y / T

10. Masalah lain, sebutkan: ………………………………………….

11. Penatalaksanaan masalah tsb: ……………………………………

D. Kala III
Kala II terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali
pusat terkendali, masase fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak
lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah
penyerta, pentalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang
disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
Untuk nomor 25,26 dan 28 lingkari jawaban yang benar.
20. lama kala III : ................................................................................................. menit

21. Pemberian oksitosin 10 U IM?

Ya, Waktu : ...........................................................menit sesudah persalinan

Tidak, alasan ...............................................................................................

22. Pemberian ulang oksitosin (2x)?

Ya, alasan ....................................................................................................

Tidak

23. Penegangan tali pusat terkendali?

Ya

Tidak, alasan

24. Masase fundus uteri?

Ya

Tidak, alasan ................................................................................................

25. Plasenta lahir lengkap (intact) : Ya / Tidak

Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan:

a. .................................................................................................................

b. .................................................................................................................

26. Plasenta tidak lahir >30 m3nit : Ya / tidak

Ya, tindakan :
KESIMPULAN

Studi Kasus Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan


pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan oleh Helen Varney,
dengan 7 langkah yang meliputi: Identifikasi data dasar, identifikasi
Diagnosa/ masalah aktual, Identifikasi diagnosa/ masalah potensial,
tindakan emergency/ kolaborasi.

ISTILAH

Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi


yang dapat mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama
kehamilan, ketika kelahiran bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali
penyakit serta gangguan selama kehamilan yang bisa mengancam
keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan.

Abruptio plasenta adalah kondisi ketika terjadinya pemisahan antara


plasenta dari lapisan uterus. Kondisi ini biasanya terjadi pada trimester
ketiga kehamilan, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi setelah
minggu ke-20 masa kehamilan.

Plasenta previa adalah kondisi ketika ari-ari atau plasenta berada di


bagian bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.

mortalitas ibu juga dimaksud dengan Kematian Ibu Kematian ibu


adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun
waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan
karena kehamilannya atau pengelolaannya

Epigastrium (Nyeri ulu hati )adalah salah satu keluhan rasa nyeri pada
tengah perut bagian atas
DAFTAR PUSTAKA

Yuanita,Vera.Rohani(2022). Askeb Persalinan dan BBL.Jurnal Praktikum


Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir, Stikes Mitra Adiguna
Palembang.2022;80-113.

Anda mungkin juga menyukai