Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

I. Konsep dasar
1. Definisi/Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
(Dahlan, Zuh 2006). Pneumonia, inflamasi parenkim paru, merupakan penyakit yang sering
terjadi pada kanak-kanak namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak
awal (Wong, 2009). Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan
kematian. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-
kantong udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga
kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh
tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
pneumonia bisa meninggal.
2. Klasifikasi
A. Klasifikasi berdasarkan antaomi :
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
“ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.
B. Klasifikasi Pneumonia berdasarkaninang dan lingkungan:
1) Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram
negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum luas.
2) Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko untukjenis pathogen
tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3) Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan tosik, akibat
aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung edema paru, dan
obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4) Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat
disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen,
berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.

3. Etiologi
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia dan
penyakit ini baru akan timbul apabila ada faktor- faktor prsesipitasi, namun pneumonia juga
sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena
etiologi di bawah ini :
1) Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif
yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus
aureus dan streptococcus pyogenis
2) Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus merupakan penyebab
utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
3) Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung. Jamur yang
dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas,
Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans,
Mycoplasma Pneumonia.
4) Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita
AIDS.
5) Faktor lain yang mempengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan
antibiotik yang tidak sempurna.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia
• Umur dibawah 2 bulan
• Tingkat sosio ekonomi rendah
• Gizi kurang
• Berat badan lahir rendah
• Tingkat pendidikan rendah
• Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
• Kepadatan tempat tinggal
• Imunisasi yang tidak memadai
• Menderita penyakit kronis
4. Manifestasi klinis
1) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal,
beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2) Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada
punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu
turun,
3) Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak.
Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebioh
besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai tahap pemulihan.
4) Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dpat mementap
selama sakit.
5) Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6) Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendiksitis.
7) Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengklakan
mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
8) Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit (rinorea)
atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9) Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti hanya
selama fase akut.
10) Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi, krekels.

5. Patofisiologis
Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh setelah
menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme pertahanan lanjut berupa
sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi
bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah.
Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora
komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Ketika mikroorganisme penyebab
pneumonia berkembang biak, mikroorganisme tersebut mengeluarkan toksin yang
mengakibatkan peradangan pada parenkim paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada
membran mukus alveolus. Hal tersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan
eksudat yang mengisi alveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran
karbondioksida dan oksigen sehingga sulit bernafas.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru
yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri dimulai
dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar,
penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah.
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital.
Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya
pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan
terjadinya hipoksemia.  Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja
jantung. Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan disintegrasi
progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus, resolusi
konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk
selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi bakteri menetap
dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema.
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun kebanyakan
menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).
6. Pathway
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2) GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada
3) Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001). Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa
15.000-40.000/m dengan pergeseran LED meninggi.
4) LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan
komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat,
aspirasi biopsi jaringan paru
5) Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
6) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik,
atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri
dan virus. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya,
tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sulit.
7) Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas
mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan
(hipokemia).
8) Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
9) Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV),
karakteristik sel raksasa (rubella).
8. Penatalaksanaan
Penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan
tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau
dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intervena
dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum
yang dapat diberikan antara lain:
1) Oksigen 1-2L/menit.
2) IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
4) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan kesimbangan asam
basa dan elektrolit.

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic diberikan sesuai


hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
1) Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2) Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based:
1) Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2) Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
9. Komplikasi
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi bronkus
oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
II. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
Biasanyan klien mengeluhkan badan demam, nyeri di daerah dada yang terasa
tertusuk-tusuk, terutama saat bernafas atau batuk, tenggorokan terasa sakit, sakit
kepala, dan mialgia, sering mengeluarkan dahak yang kental, berbusa dan
berwarna kehijauan atau bercampur darah, lebih merasakan nyaman saat duduk
tegak di tempat tidur dengan condong ke arah depan tanpa mencoba untuk batuk
atau nafas dalam, sering berkeringat banyak, dada terasa sangat sesak dan sulit
bernafas.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
2. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
e. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
f. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi)
g. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
i. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
j. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
l. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas.Batasan
takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau
lebih.Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase
inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak
jelas.
2. Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi : Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi : Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar
stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang,
ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek
pleura (Mansjoer,2000).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d proses ventilasi paru menurun
c. Kekurangan volume cairan b.d evaporasi meningkat
d. Hipertermi b.d proses inflamasi
e. Intoleransi aktivitas b.d oksigen ke jaringan tubuh menurun
f. Defisiensi pengetahuan b.d frekuensi nafas menurun
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kreteria Intervensi Rasional


hasil
1. Ketidak Setelah dilakukan NIC label
efektifan bersihan tindakan Respiratory Monitoring
jalan nafas b.d keperawatan
1. Untuk mengetahui
inflamasi dan selama ..x .. jam 1. Monitor vital sign (suhu,
keadaan umum klien.
obstruksi jalan nafas diharapkan jalan RR, Nadi)
nafas pasien 2. Monitor respirasi dan
2. Penurunan bunyi napas
bersih oksigenasi
dapat menunjukkan
NOC 3. Auskultasi bunyi napas
atelektasis
 Respiratory status: 4. Anjurkan keluarga pasien
ventilation memberikan minuman 3. Untuk mencatat adanya
 Respiratory status: hangat atau susu hangat suara napas tambahan.
airway patency 5. Kolaborasi dalam
4. Berguna untuk
Kriteria hasil: pemberian terapi nebulizer
melunakan secret
 Mendomonstrasika sesuai indikasi
n batuk efektif dan 6. Berikan O2 dengan
5. Untuk melancarkan
suara nafas bersih, menggunakan nasal
mengencerkan dahak dan
tidak ada sianosis 7. Penghisapan (suction) sesuai
melancarkan jalan nafas.
dan dyspneu indikasi.

 Menunjukkan jalan 6. Untuk membantu pasien


nafas yang paten
bernafas lebih
 Mampu
baik/mengurangi sesak
mengidentifikasi
nafas
dan mencegah
faktor yang dapat
7. Merangsang batuk atau
menghambat jalan
pembersihan jalan nafas
nafas
suara mekanik pada faktor
yang tidak mampu
melakukan karena batuk
efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC 1. Untuk memastikan ada


pola nafas tindakan 1. Buka jalan nafas atau tidaknya sumbatan
keperawatan 2. Pastikan posisi untuk pada jalan nafas
selama ..x .. jam memaksimalkan ventilasi 2. Agar pasien dapat
diharapkan pola 3. Auskultasi suara nafas, catat bernafas dengan
nafas pasien adanya suara tambahan optimal/lebih baik
normal 4. Monitor vital sign 3. Untuk mengetahui
NOC: (pernafasan) dan status O2 adanya suara nafas
 Respiratory 5. Keluarkan secret dengan tambahan
status: ventilasi batuk atau suction 4. Untuk mengetahui
 Respiratory kondisi pernafasan
status: airway pasien dan status O2
patency 5. Untuk mengeluarkan
 Vital sign status secret yang
menghambat jalan
Kriteria hasil:
nafas
 Mendemonstrasi
kan batuk
efektif, suara
nafas yang
bersih, tidak ada
cyanosis,
dyspneu
 Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (irama
nafas, tidak
tercekik, tidak
ada nsuara nafas
abnormal)
 Tanda-tanda
vital dalam
rentang normal

3. Kekurangan Setelah dilakukan NIC


volume cairan b.d tindakan 1. Monitoring status hidrasi 1. Untuk mengetahui status
intake oral tidak keperawatan (kelembaban membrane mukosa, hidrasi pasien
adekuat, takipnea, selama ..x.. jam nadi yang adekuat) secara tepat
demam diharapkan 2. Atur catatan intake dan 2. Untuk memastikan jumlah
kebutuhan output cairan secara akurat cairan yang masuk dan
volume cairan keluar
pasien terpenuhi. 3. Beri cairan yang sesuai 3. Untuk memenuhi
NOC kebutuhan cairan pasien
 Fluid balanceFluid monitoring:
 Hydration 4. Identifikasi factor risiko 4. Untuk mengetahui factor

 Nutritional ketidakseimbangan cairan risiko ketidakseimbangan

status: food and (hipertermi, infeksi, muntah dan cairan dan mencegah

fluid intake diare) secara dini factor tersebut

Kriteria hasil: 5. Monitoring tekanan darah, 5. Komplikasi letal dapat


 Mempertahanka nadi dan RR terjadi selama awal
n urine output periode pengobatan
sesuai dengan antimikroba. Kurva suhu
usia, dn BB, BJ, tubuh memberikan indeks
urien normal, respon pasien terhadap
HT normal terapi. Hipotensi yang
 Tekanan darah, terjadi dini pada
nadi, suhu tubuh perjalanan penyakit dapat
dalam batas mengindikasikan hipoksia
normal atau bakterimia.
 Tidak ada tanda- Antipiretik diberikan
tanda dehidrasi, dengan kewaspadaan,
elestisitas turgor karena antipiretik dapat
kulit baik, mengakibatkan penurunan
membran suhu dan dengan demikian
mukosa lembab, IV teraphy: mengganggu evalusasi
tidak ada rasa 6. Lakukan 5 benar pemberian kurva suhu
haus yang terapi infuse (benar obat, dosis, 6. Untuk memastikan terapi
berlebihan pasien, rute, frekuensi) diberikan secara benar
7. Monitoring tetesan dan
tempat IV selama pemberian 7. Untuk memastikan
pemberian terapi diberikan
secara tepat

4. Intoleransi Setelah dilakukan NIC Activity Therapy 1. Untuk dapat memberikan


aktivitas b.d isolasi tindakan 1. Kaloborasikan dengan tenaga program yang sesuai dan
respiratory keperawatan rehabilitasi medik dalam tepat.
selama ..x.. jam merencanakan program terapi 2. Untuk mengetahui
diharapkan yang tepat kemampuan pasien dalam
energi psikologis 2. Bantu pasien melakukan suatu aktivitas
maupun fisiologi mengidentifikasikan aktivitas 3. Untuk membantu pasien
pasien terpenuhi yang mampu dilakukan dalam beraktivitas
NOC 3. Bantu untuk mendapatkan alat 4. Untuk dapat mengetahui
 Energy bantuan aktivitas seperti kursi kekurangan pasien dalam
conervation roda beraktivitas dan
 Activity 4. Bantu pasien dan keluarga memberikan penanganan
tolerrance untuk mengidentifikasi yang tepat
 Self care: Adls kekurangan dalam aktivitas 5. Untuk bisa membuat
Kriteria hasil: 5. Bantu pasien mengembangkan pasien selalu termotivsi

 Berpartisipasi motivasi dan peguatan dan besemangat

dalam aktifitas 6. Monitor respon fisik, emosi, 6. Untuk mengetahui

fisik tanpa sosial, dan spiritual kesanggupan dan

disertai keinginan pasien dalam

peningkatan melakukan aktivitas


tekanan darah,
nadi, RR
 Mempu
melakukan
aktivitas sehari-
hari secara
mandiri
 Tanda tanda
vital normal
 Energy
psikomotor
 Level
kelemahan
 Mampu
berpindah:
dengan atau
tanpa bantuan
 Status
kardiopulmonari
adekuat
 Sirkulasi status
baik
 Status respirasi:
pertukaran gas
dan ventilasi
adekuat
5. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian tentang 1. Untuk bisa mengukur
pengetahuan b.d tindakan tingkat pengetahuan pasien tingkat pengetahuan
perawatan anak keperawatan tentang proses penyakit keluarga pasien
pulang selama ..x.. jam yang spesifik 2. Untuk mempermudah
diharapkan 2. Gambarkan tanda dan gejala keluarga pasien
pengetahuan yang biasa muncul pada mengerti tentang
keluarga pasien penyakit, dengan cara yang penyakit pasien dan
bertambah. tepat dapat mengetahui tanda
NIC 3. Identifikasi kemungkinan dan gejalanya
 Knowlwdge: penyebab dengan cara yang 3. Untuk mengetahui
disease process tepat penyebab yang dapat
 Knowledge: 4. Diskusikan pilihan terapi menimbulkan penyakit
health Behavior atau penanganan pasien menjadi semakin
memburuk
Kriteria Hasil:
4. Untuk bisa memberikan
 Keluarga pasien
terapi yang tepat pada
menyatakan
pasien
paham tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis, dan
program
pengobatan
 Keluarga pasien
mampu
melakukan
prosedur yang
dijelaskan
secara benar
 Keluarga pasien
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya
DAFTAR PUSTAKA

BenneteM.J.2013.Pediatric.Pneumonia.http://emedicine.medscape.com/article/96782
2-overview. (22 Mei 2014).

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
2002

Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification


(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth volume 1.Jakarta:EGC
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 6. Jakarta
: EGC

Anda mungkin juga menyukai