Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TRAUMA THORAX
DI RUANG 12 RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh :

1. SITI FATIMAH DWI WULAN SARI A.


2. HERMIN NUR OKTAVIA
3. NIDA FITRIA
4. RIO MAHENDRA

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN PENYULUHAN
TRAUMA THORAX
Di R.12 RSUD Dr.Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh:
MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

Telah Disetujui Oleh:


MENGETAHUI

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

Pembimbing SAP

( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Pokok bahasan : Trauma Thorax


Sub Pokok Bahasan : Penyebab dan Komplikasi terjadinya trauma thorax
Sasaran : keluarga pasien yang sedang dalam perawatan di ruang
12 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Waktu : 15 menit
Tanggal : Kamis, 12 Desember 2019
Tempat : Di Ruang 12 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

1. Tujuan Pembelajaran instruksional Umum ( T I U )

Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga pasien diharapkan mengetahui dan dapat


melakukan perawatan terhadap anggota keluarga dengan masalah kesehatan
trauma thorax
2. Tujuan Pembelajaran instruksional Khusus ( T I K )

Setelah diberi penyuluhan selama 1 X 15 menit, diharapkan klien dapat :

a. Keluarga mampu menyebutkan pengertian trauma thorax


b. Keluarga mampu menyebutkan penyebab trauma thorax
c. Keluarga mampu menyebutkan klasifikasi trauma thorax
d. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala trauma thorax
e. Keluarga mampu menyebutkan komplikasi trauma thorax

3) Garis Besar Materi


1. Pengertian
2. Penyebab
3. Klasifikasi
4. Tanda gejala
5. Komplikasi
6. Penatalaksanaan
3. Metode : Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab/diskusi

4. Media yang digunakan power point

5. Materi : Terlampir
6. Proses Belajar:

No Komunikator Komunikan Waktu

1 Pre Interaksi Menjawab salam 1 menit


1. Memberi salam dan memperkenalkan
diri
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan Mendengarkan 2 menit
tema penyuluhan
2 Isi
1. Menjelaskan pengertian trauma thorax Mendengarkan 10
menit
2. Menyebutkan penyebab trauma thorax Menjawab
3. Menyebutkan Klasifikasi trauma
thorax
4. Menyebutkan tanda dan gejala trauma
thorax
5. Menyebutkan komplikasi trauma
thorax
6. Menjelaskan penatalaksanaan trauma
thorax

3 Penutup

1. Memberikan pertanyaan akhir Menjawab


sebagai evaluasi
2. Menyimpulkan bersama-sama hasil Mendengarkan 2 menit
kegiatan penyuluhan

3. Menutup penyuluhan dan


Menjawab salam
mengucapkan salam

7. SETTING TEMPAT
Peserta duduk di depan penyaji dan penyaji berdiri di depan peserta di
ruang 12 RSUD Dr Saiful Anwar Malang

8. Pengorganisasian
Moderator, Pemateri. Dan observer terdiri dari :
1. SITI FATIMAH DWI WULAN SARI A.
2. HERMIN NUR OKTAVIA
3. NIDA FITRIA
4. RIO MAHENDRA

9. Kriteria evaluasi
1) Evaluasi struktur
Semua peseta hadir ataupun ikut dalam kegiatan penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang 12 RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang
Pengorganisasian penyuluhan dilakukan 2 hari sebelumnya

2) Evaluasi proses
Keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan
Keluarga pasien tidak meninggalkan tempat sebelum selesai
Keluarga pasien terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan

3) Evaluasi hasil
Keluarga pasien mengerti penjelasan yang telah diberikan
Jumlah peserta yang menghadiri penyuluhan 65% dari total keluarga pasien
yang sedang dalam perawtan di ruang

LAMPIRAN MATERI
1. Definisi

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010).

Secara umum trauma toraksdapat didefinisikan sebagai suatutrauma yang


mengenai dinding toraksyang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada padaorgan didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma
tumpul maupun oleh sebabtrauma tajam.Peningkatan dalam pemahaman
mekanisme fisiologis yang terlibat, kemajuan dalam modalitas imagingyang lebih
baru, pendekatan invasifyang minimal, dan terapi farmakologis memberikan
kontribusi dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasiendengan
cedera ini(Mattox,et al.,2013; Marc Eckstein, 2014; Lugo,,et al.,2015).

2. Etiologi
1. Trauma tembus
 Luka Tembak
 Luka Tikam / tusuk
2. Trauma tumpul
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Jatuh
 Pukulan pada dada

3. KLASIFIKASI
Trauma dada dikalsifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Trauma tajam
a. Pneumothoraks terbuka
b. Hemothoraks
c. Trauma tracheobronkial
d. Contusio Paru
e. Ruptur diafragma
f. Trauma Mediastinal
2. Trauma tumpul
a. Tension pneumothoraks
b. Trauma tracheobronkhial
c. Flail Chest
d. Ruptur diafragma
e. Trauma mediastinal
f. Fraktur kosta
4. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :

1. Ada jejas pada thorak

2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi

3. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi

4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek

5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan

6. Penurunan tekanan darah

7. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena


leher

8. Bunyi muffle pada jantung

9. Perfusi jaringan tidak adekuat

10.Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan


pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung
5. Komplikasi
1. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding
dada, paru.
Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong
tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung
darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut
nadi cepat serta lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan
pada jantung.
c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi
keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong
mediastinim menekan paru sisi lain.
d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi
pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada
lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok. Akibat
adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura maka
terjadi tanda – tanda :

a) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun


bisa terjadi dypsnea.
b) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
c) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
d) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e). Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian
tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi
keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang
berlawanan)
f.) Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.
6. Penatalaksanaan
1.         Gawat Darurat / Pertolongan Pertama
Klien yang diberikan pertolongan pertama dilokasi kejadian maupun
di unit gawat darurat (UGD) pelayanan rumah sakit dan sejenisnya harus
mendapatkan tindakan yang tanggap darurat dengan memperhatikan prinsip
kegawatdaruratan.

Penanganan yang diberikan harus sistematis sesuai dengan keadaan


masing-masing klien secara spesifik.Bantuan oksigenisasi penting dilakukan
untuk mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika ditemui dengan kondisi
kesadaran yang mengalami penurunan / tidak sadar maka tindakan tanggap
darurat yang dapat dilakukan yaitu dengan memperhatikan :

a.    Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)


Klien dengan trauma dada seringkali mengalami permasalahan
pada jalan napas.Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu,
kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk
atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan
sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan.Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross
Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk
Pada mulut korban.

Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda


asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka
lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu
penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah
dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild
– chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust
Manuver)
b.    Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)
Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik melihat
gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan hembusan
napas klien (Look, Listen, and Feel), biasanya tekhnik ini dilakukan
secara bersamaan dalam satu waktu.Bantuan napas diberikan sesuai
dengan indikasi yang ditemui dari hasil pemeriksaan dan dengan
menggunakan metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi klien.

c.    Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)

Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi


jantung, tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi
perdarahan.Klien dengan trauma dada kadang mengalami kondisi
perdarahan aktif, baik yang diakibatkan oleh luka tembus akibat trauma
benda tajam maupun yang diakibatkan oleh kondisi fraktur tulang terbuka
dan tertutup yang mengenai / melukai pembuluh darah atau organ
(multiple).Tindakan menghentikan perdarahan diberikan dengan metode
yang sesuai mulai dari penekanan hingga penjahitan luka, pembuluh
darah, hingga prosedur operatif.

Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru) pada


penderita trauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan sangat hati-
hati agar tidak menimbulkan atau meminimalisir kompilkasi dari RJP
seperti fraktur tulang kosta dan sebagainya.

d.   Tindakan Kolaboratif


Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis dan
waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien yang
mengalami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan yaitu ;
pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan dan elektrolit,
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah Vena dan AGD,
hingga tindakan operatif yang bersifat darurat.
2.         Konservatif

a)    Pemberian Analgetik

Pada tahap ini terapi analgetik yang diberikan merupakan kelanjutan dari
pemberian sebelumnya.Rasa nyeri yang menetap akibat cedera jaringan paska
trauma harus tetap diberikan penanganan manajemen nyeri dengan tujuan
menghindari terjadinya Syok seperti Syok Kardiogenik yang sangat berbahaya
pada penderita dengan trauma yang mengenai bagian organ jantung.
b)    Jika Perlu Antibiotika

Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan kultur.


Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan penyakit gawat,
maka penderita dapat diberi “broad spectrum antibiotic”, misalnya Ampisillin
dengan dosis 250 mg 4 x sehari.

c)   Fisiotherapy

Pemberian fisiotherapy sebaiknya diberikan secara kolaboratif jika penderita


memiliki indikasi akan kebutuhan tindakan fisiotherapy yang sesuai dengan
kebutuhan dan program pengobatan konservatif.

3.    Invasif / Operatif

a.    WSD (Water Seal Drainage)

WSD merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung. 

b.   Ventilator

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. Ventilasi mekanik adalah alat
pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan
pemberian oksigen dalam waktu yang lama.( Brunner dan Suddarth, 1996).
Daftar Pustaka

Boedihartono, 2014, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.

Brooker, Christine. 2010. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

Doenges, Marilyn E. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.

Dorland, W. A. Newman. 2014. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

FKUI. 2015. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

Hudak, C.M. 2009. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Mowschenson, Peter M. 2010. Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk pemula. Edisi 2.
Binarupa Aksara : Jakarta.

Nasrul Effendi. 2015. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8


Vol.3. EGC : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai