Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

B. KLASIFIKASI
Bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa
Kehamilan ( NKB- SMK).
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin
tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Melalui pengelolaan yang optimal
dan dengan cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang
canggih, beberapa sangguan yang berhubungan dengan prematuritas dan
dapat diobati, sehingga ejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari
dapat dicegah atau dikurangi. Bayi prematuritas murni digolongkan
dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu.
Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup
terutama di negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi
dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup
dengan perawatan yang sangat intensif.
2. Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately premature) :
31-36 minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh
lebih baik dari pada golongan pertama dan gejala sisa yang
dihadapinya di kemudian hari juga lebih ringan, asal saja
pengelolaan terhadap bayi ini benar-benar intensif.

3. Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini


mempunyai sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya
seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi
sering timbul problematika seperti yang dialami bayi prematur,
misalnya sindrom gangguan pernapasan, hiperbilirunemia, daya
hisap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi harus diawasi
dengan seksama.
b. Dismaturitas.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post
term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk
Masa Kehamilan (NKB- KMK) Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa
Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan
(NLB- KMK).

C. ETIOLOGI
a. Faktor Ibu.
1. Penyakit :
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
:perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,toksemia
gravidarum, dan nefritis akut.
2. Usia ibu :
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah
ialah pada usia antara 26 – 35 tahun
3. Keadaan sosial ekonomi :
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasanantenatal yang kurang. Demikian pula kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
perkawinan yang sah.
4. Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.
b. Faktor janin.
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
c. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

D. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan
asfiksia hingga yang bersifat sementara pada bayi, proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor yang kemduian akan berlanjut dengan
pernafasan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas / penyangkutan O 2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian, kerusakan dan gangguan fungsi ini apat reversibel / tidak tergantung
kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode APNU (primany
apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur
pada pendirita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya
berada dalam periode apnu kedua pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan
penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi pada
tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis
respriratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anderobik yang berupa glikosis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama
pada jantung dan hati akan berkurang.
E. PATHWAY

FAKTOR IBU FAKTOR JANIN FAKTOR PLACENTA

- Penyakit genetik - Kehamilan ganda - Tumor

- Infeksi akut - Gangguan - Infark

- Nefritis akut - Kormosom - Pelepasan plasenta

BBLR

Pre Matur Dia Matur

Alat tubuh
belum
berfungsi

Fungsi Fungsi fisik Pusat panas Reflek isap


pernafasan menurun imatur atau semouna
yang imatur

Membran hialin yang Apnoe Suhu Gangguan


Defisit nutrisi
belum sempurna meningkat nutrisi

Gangguan
Pola nafas hipotermi
pernafasan Termoregulasi tidak efektif
tidak efektif
BBL < 2500 gr

Ketebalan lemak
berkurang

Proses pertukaran
udara

Kurangnya daya
tahan tubuh

Resiko infeksi
F. MANIFESTASI KLINIK
Menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan
keadaannya lemah:
a. Fisik
1. Bayi kecil
2. Pergrakan kurang dan masih lemah
3. Kepala lebih besar dari pada badan
4. Berat badan < 2500 gram
b. Kulit dan kelamin
1. Kulit tipis dan transparan
2. Lanugo banyak
3. Rambut halus dan tipis
4. Genitalia belum sempurna
a. Laki-laki : testis belum turun ke scrotum
b. Perempuan : labia mayor menutupi labia minor
c. Sistem syaraf
1. Refleks moro
2. Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
d. Sistem muskuloskeletal
1. Axifikasi tengkorak sedikit
2. Ubun-ubun dan satura lebar
3. Tulang rawan elastis kurang
4. Otot-otot masih hipotonik
5. Tungkai abduksi
6. Sendi lutut dan kaki fleksi
7. Kepala menghadap satu jurusan
e. Sistem pernafasan
1. Pernafasan belum teratur sering apnoe
2. Frekwensi nafas bervariasi

G. KOMPLIKASI
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir
rendah antara laiKomplikasi BBLR (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014):
1. Hipotermi
Hipotermi adalah bayi baru lahir dengansuhu tubuhdi
bawahkeadaan stabil (36,5 37,50C) menurut
(Proverawati,2010)Hipotermi seringterjadi pada neonatus BBLR,
karena jaringan lemak subkutan rendah, danpermukaan luas tubuh
yang relatif besar. (Juall dan Moyet, 2007)
2. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik
Disebut juga Hyaline Membrane Disease yaitu kesukaran
bernafas pada bayi karena pada stadium terakhir akanterbentuk
membran hialin yang melapisi alveolus paru.
3. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada BBLR karena refleks menelan dan
batuk belum sempurna.
4. Perdarahan intraventrikular
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya
disebabkan oleh anoksiaotak. Biasanya terjadi bersamaan dengan
pembentukan membran hialin pada paru.
5. Fibroplasia retrolental
Penyakit ini terutama ditemukan pada BBLR dan
disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan
menggunakan oksigen dalam konsentrasi tinggi, akanterjadi
vasokontriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi
bernafas dengan udara biasa, pembuluh darah ini akan mengalami
vasodilatasi yang selanjutnya akan mengalami proliferasi
pembuluh darah baru secara tidak teratur (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2004).
Kelainan ini biasanya terlihat pada bayi yang berat
badannya kurang dari 2 kg dan telah mendapat oksigen dengan
konsentrasi tinggi yaitu pengunaan oksigen lebih dari
40%.Stadium akut penyakit ini dapat terlihat pada umur 3-6
minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena retina.Kemudian
diikuti oleh pertumbuhan kapiler baru secara tidak teratur pada
ujung vena.Kumpulan pembuluh darah baru ini tumbuh ke arah
korpus vitreum dan lensa.
Selanjutnya akan terjadi edema pada retina dan retina dapat
terlepas dari dasarnya dan keadaan ini merupakan keadaan yang
ireversibel. Pada stadium akhir akan terdapat masa retrolental
yang terdiri dari jaringan ikat. Keadaan ini dapat terjadi bilateral
dengan mikroftalmus, kamar depan yang menyempit, pupil
mengecildan tidakteratur serta visus menghilang (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2004).5)
6. Hiperbilirubinemia
Bayi berat lahir rendah lebih sering mengalami
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan.Hal ini
disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjugasi bilirubin
indirek menjadi bilirubin direkbelum sempurna (Ikatan Dokter
Anak Indonn :

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi – bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) antara lain :
a. Gangguan perkembangan
b. Gangguan pertumbuhan
c. Gangguan penglihatan (retinopati)
d. Gangguan pendengaran
e. Penyakit paru kronis
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah
sakit
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik
a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal ).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan ).
d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
g. Pemeriksaan Analisa gas darah.

I. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta
mencegah kekurangan vitamin dan zat besi
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan
badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim.
Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat
badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat
badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak
ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas, sehingga panan badannya dapat
dipertahankan.
2. Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan
protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih
lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit,
tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang
paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila
faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60
cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200
cc/kg BB/ hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal
sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
b. Penatalaksanaan dismaturitas (KMK)
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina
serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan
pemeriksaan ultra sonografi.
2. Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi
SMK.
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan
menderita aspirasi mekonium.
6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila
frekwensi lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax.
c. Perawatan Metode Kanguru
Metode Kanguru dikenal juga dengan sebutan perawatan skin to
skin, metode kanguru adalah cara yang sederhana untuk merawat bayi baru
lahir dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan
bayinya (Maryunani. 2013. hlm. 195).
Hal-hal yang berkaitan dengan metode kanguru,antara lain :
a. Cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya
memakai popok dan topi), dilakukan secara tegak /
vertikal di dada antara kedua payudara ibu (ibu
bertelanjang dada) kemudian diselimuti.
b. Kontak badan langsung (kulit ke kulit) antara ibu dan
bayinya secara berkelanjutan, terus-menerus dan
dilakukan sejak dini.
c. Mengutamakan pemberian ASI eksklusif.
d. Metode kanguru dimulai di rumah sakit / pelayanan
kesehatan, kemudian dapat dilanjutkan di rumah.
e. Dengan metode kanguru bayi kecil dapat dipulangkan
lebih dini.
f. Metode kanguru ini lebih efektif untuk menghindari
berbagai stres yang dialami BBLR selama perawatan
diruang perawatan intensif.
Langkah-langkah melakukan metode kanguru :
a. Letakkan bayi di antara payudara ibu dengan kaki bayi di
bawah payudara ibu dan tangan bayi di atasnya.
b. Kulit bayi harus melekat pada dada ibu dengan kepala
bayi menoleh pada satu sisi (kiri / kanan).
c. Gunakan baju kanguru / selendang / kain panjang untuk
membungkus bayi.
d. Letakkan bagian tengah kain menutupi bayi di dada ibu.
e. Bungkus dengan kedua ujung kain mengelilingi ibu di
bawah lengannya ke punggung ibua.
f. Silangkan ujung kain di belakang ibu, bawa kembali
ujung kain ke depan.
g. Ikat ujung kain untuk mengunci di bawah bayi.
h. Topang kepala bayi dengan menarik pembungkus ke atas
hanya sampai telinga bayi.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1. Identitas klien : nama, no MR. umur, alamat, penaggungjawab,
tanggal masuk rumah sakit,
2. Riwayat kesehatan:
 Riwayat kesehatan sekarang : berat badan bayi kurang dan
2500 gram, rambut tipis clan hams, penampilan rapuh, kulit
merah sampai merah muda dengan vena dapat dilihat, rambut
tipis dan halus, lanugo pada punggung dan wajah, sedikit atau
tidak ada bukti lemak subkutan, kepala lebih besar dan tubuh,
kartilago telingan berkembang buruk, sedikit keriput hams
pada telapak tangan dan kaki. Pada wanita klitoris menonjol,
pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung, dan testis tidak menurun.
 Riwayat kesehatan dahulu : pada ibu didapat kekurangan
nutrisi, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol atau
narkoba, karena adanya penyakit kronis atau akut, dan atau
gangguan proses persalinan.
 Riwayat kesehatan keluarga : kemungkinan tidak banyak
ditemukan penyakit keturunan dan keluarga yang
membahayakan.
3. Pemeriksaan fisik bayi:
 Pengukuran umum:
Lingkar kepala < persentil ke-1 0 atau > persentil ke-90,
Berat badan lahir < persentil ke-lO atau > persentil ke-90,

 Tanda-tanda vital:
Suhu: Flipotermia, Hipertermia
Frekuensi : bradikardia-frekuensi istirahat dibawah 80 sampai
100 denyutlmenit, takikardi-frekuensi kira-kira 160 sampai
180 denyut/ menit, irama tidak teratur.
Pernafasan : takipnea-frekuensi dibawah 60 kali.menit, apnea
>15-20 detik
TD : tekanan sistolik pada manset 6 sampai 9 mmHg kurang
dan tekanan diektremitas atas
 Kulit:
Ikterik berlanjut khususnya pada 24 jam pertama, kulit
memucat, sianosis umum, pucat, keabu-abuan, turgor kulit
buruk, ruam, pustule/lepuli, bereak coklat terang.
 Kepala:
Sutura menyatu, pelebaran sutura dan fontanel,.
 Mata:
Warna merah muda dan iris, rabas purulen, tidak ada reflek
merah, pupil dilatasi atau kontniksi, tidak ada reflek pupil
atau komea, ketidakmampuan mengikuti objek atau cahaya
terang kegaris tengali, sciera biru dan kuning, katarak
congenital.
 Telingan:
Penempatan telinga terlalu rndah, tidak adanya reflek kejut
(moro) sebagai respon terhadap bunyi keras, abnormalitas
pinna minor dapat menjadi tanda dan berbagal sindrom.
 Hidung:
Kanal tidak paten, rabas nasal kental dan berdarah, pelebaran
cuping hidung, sekresi nasal berlebihan atan tersumbat, tidak
ada septum, batang hidung datar.
 Mulut dan tenggorokan:
Bibir sumbing, palatutum terbelah, lidah besar;menjulur;atau
kesalahan posisi posterior dan lidah, saliva berlebihan atau
meneteskan air hun, ketidakmamupan untuk menelan selang
nasogastnik, dagu kecil dan tertarik kebelakang.
 Leher:
Lipatan kulit yang berlebihan atau berselaput, tahanan
terhadap fleksi, tidak adanya leher tonik.
 Dada
Depresi sternum, retraksi dada dan ruang interkontal selama
pernafasan, kemerahan dank eras dsekitar putting, putting
berjarakjauh.
 Paru-paru:
Dada naik sementara abdomen turun, menetap mengi,
penurunan bunyi nafas, takipnea.
 Jantung:
Mumur, sianosis menetap.
 Abdomen:
Distensi abdomen, penonjolan setempat, distensi vena, bising
usus tidak ada, abdomen cekung, tali umbilicus hijau.
 Genitalia:
Wanita: pembesaran klitoris dengan meatus uretra pada
bagian ujung, labia menyatu, tidak berkemih dalam 24 jam,
massa pada labia.
Pria : hipospadia, epispadia, testis tidak dapat diraba dalam
skrotum, tidak ada urinasi dalam 24 jam, massa dalam
skrotum.
4. Pengkajian Bayi
 Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur
sehari rata-rata 20 jam.
 Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelali
kelahiran cesaria atau persentasi bokong. Pola nafas
diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dan
dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang
mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping
hidung.
 Makanan cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram: kurang dan 2500 gr
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi
harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus,
Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan
BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru
lahir 120 - 150m1/kg BB/hari.
 Berat badan Kurang dati 2500 gram
 Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan
 Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak
mengkilat dan kering
b. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat
termoregulasi hipotalamus
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
4. Resiko infeksi berhubungan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer

c. Intervensi Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan hambatan


upaya nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola nafas efektif kembali
SLKI
Pola napas
1. Dispnea
2. Penggunaan otot bantu napas
SIKI
Manajemen jalan napas
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat
termoregulasi hipotalamus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
masalah keperawatan termoregulasi tidak efektif teratasi.
SLKI
1. Suhu tubuh membaik
2. Taki kardi cukup menurun
3. Kulit memerah cukup membaik/menurun
SIKI
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapiutik
1. Dokumentasikan hasil pengukuran suhu
Edukasi
1. Ajarkan kompres hangat jika demam
2. anjurkan banyak minum
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian obat

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan


makanan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
masalah keperawatan defisit nutrisi teratasi
SLKI
1. Porsi makanan dihabiskan
2. Kekuatan otot mengunyah meningkat
3. Kekuatan otot menelan meningkat
SIKI
Observasi
1. Identifikasi indikasi pemberian nutrisi parenteral
2. Monitor asupan nutrisi
Terapiutik
1. Hitung kebutuhan kalori
2. Berikan nutrisi parenteral
3. Atur kecepatan pemberian infus dengan tepat
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian nutrisi parenteral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemasangan akses vena sentral jika perlu

4. Resiko infeksi berhubungan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
resiko infeksi tidak terjadi.

SLKI
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
3. Bengkak menurun
SIKI
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapiutik
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Anjurkan meningkatan asupan nutrisi
5. Anjurkan menigkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu
2.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn. E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bay., Jakarta: EGC.


Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1990. Ilmu Kesehatan Anak. III.
Jakarta: FKUI.
Wong, Dona. L. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai