sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan
atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba
terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan
disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Kanker jaringan lunak umumnya pertumbuhannya relatif cepat membesar, berkembang
menjadi benjolan yang keras, bila digerakkan agak sukar bergerak dan dapat menyebar ke
tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang.
Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada
kulit diatasnya.
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis, adalah dengan pemeriksaan
biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor
langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian
sebagai contoh bila ukuran tumornya besar.
Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh tumor.
Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh dokter patologi anatomi, dan dapat diketahui apakah
tumor jaringan lunak yang jinak atau ganas. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan
jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya tergantung pada jenis tumor jaringan
lunak itu sendiri. Bila jinak, maka cukup hanya benjolannnya saja yang diangkat dan tidak
ada tindakan tambahan lainnya.
Bila tumor jaringan lunak hasilnya ganas atau kanker, maka pengobatannya bukan hanya
tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor
menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakan
pengobatannya adalah berupa operasi eksisi luas.
Penggunaan radioterapi dan kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap, namun responsnya
kurang begitu baik, kecuali untuk jenis kanker jaringan lunak yang berasal dari otot yang
disebut embrional rhabdomyosarcoma.
Untuk kanker yang ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan radioterapi. Pada
kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan
setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah operasi
biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada
daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau
tulang.
Berikut adalah salah satu contoh tumor jaringan lunak (Soft Tissue Tumor).
C. LIPOMA
1. Definisi
Lipoma merupakan tumor mesenkim jinak (benign mesenchymal tumors) yang berasal
dari jaringan lemak (adipocytes).
2. Variant Lipoma
a. Adenolipoma, variasi lipoma di payudara. Seringkali memiliki komponen
marked fibrotic. Biasanya dianggap sebagai hamartoma.
b. Angiolipoma mengandung banyak pembuluh darah kecil.
c. Lipoma jantung (cardiac lipomas) dapat mengapur mengikuti nekrosis lemak.
3. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors [STTs]) adalah
proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh, tidak
termasuk visera, selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat timbul di tempat di mana
saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20%
di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan dan retroperitoneum.
Parameter-parameter yang penting untuk menentukan penatalaksanaan klinisnya adalah:
a. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.
b. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (grading) yang akurat (terutama di
dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju pertumbuhan yang
didasarkan pada mitosis dan perluasaan nekrosis.
c. Staging.
d. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik.
4. Manifestasi Klinis
Lipoma seringkali tidak memberikan gejala (asymptomatic). Gejala yang muncul
tergantung dari lokasi, misalnya:
a. Pasien dengan lipoma kerongkongan (esophageal lipoma) dapat disertai
obstruction, nyeri saat menelan (dysphagia), regurgitation, muntah (vomiting), dan
reflux. Esophageal lipomas dapat berhubungan dengan aspiration dan infeksi
saluran pernapasan yang berturutan (consecutive respiratory infections).
b. Lipoma di saluran napas utama (major airways) dapat menyebabkan gagal napas
(respiratory distress) yang berhubungan dengan gangguan bronkus (bronchial
obstruction). Pasien datang dengan lesi parenkim (parenchymal lesions) atau
endobronchial.
c. Lipoma juga sering terjadi pada payudara, namun tak sesering yang diharapkan
mengingat luasnya jaringan lemak.
d. Lipoma di usus (intestines), misalnya: duodenum, jejunum, colon dapat
menyebabkan nyeri perut (abdominal pain) dari obstruksi atau intussusception,
atau dapat menjadi jelas melalui perdarahan (hemorrhage).
e. Lipoma jantung (cardiac lipomas) terutama berlokasi di subendocardial, jarang
intramural, dan normalnya tidak berkapsul (unencapsulated). Terlihat sebagai suatu
massa kuning di kamar/bilik jantung (cardiac chamber).
f. Lipoma juga dapat muncul di jaringan subkutan vulva. Biasanya pedunculated
dan dependent.
5. Indikasi
Lipoma dihilangkan dengan alasan sebagai berikut:
a. kosmetika (jenis subcutaneous lipomas).
b. untuk evaluasi jaringan (histology).
c. bila disertai gejala.
d. saat tumbuh, membesar, lebih dari 5 cm.
6. Terapi Medis
Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal bagian atas
(misalnya: esophagus, perut (stomach), dan duodenum) atau colon.
7. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)