Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan


tentang konsep-konsep dasar yang berhubungan dengan gejala batuk dan mampu
membedakan beberapa penyakit sistem respirasi yang memberikan gejala tersebut.

Sasaran Pembelajaran

Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang menimbulkan gejala batuk


2. Menjelaskan patomekanisme terjadinya batuk
2.1. Menggambarkan susunan anatomi dari organ-organ respirasi
2.2. Menjelaskan tentang struktur dari fungsi sel-sel dari masing
-masing organ respirasi

2.3. Menjelaskan tentang fisiologi pernafasan dan refleks batuk


3. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk
4. Menjelaskan etiologi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk
4.1. Menjelaskan tentang morfologi, klasifikasi, sifat-sifat lain, bakteri
penyebab infeksi saluran nafas
4.2. Menjelaskan tentang sifat-sifat umum, virus penyebab infeksi
saluran nafas
5. Menjelaskan gambaran klinik lain yang menyertai batuk pada penyakit sistem
respirasi
5.1. Menyebutkan gejala lain dari masing-masing penyakit dengan
keluhan utama batuk
5.2. Menjelaskan pemeriksaan - pemeriksaan penunjang yang bisa
membantu diagnosa penyakit dengan gejala batuk

6. Menjelaskan penatalaksaan yang diberikan pada penderita penyakit-penyakit


yang memberikan keluhan utama batuk

1
7. Menjelaskan pencegahan penyakit-penyakit respirasi dengan gejala utama
batuk
8. Menjelaskan epidemiologi penyakit-penyakit respirasi dengan gejala utama batuk

Metode

(a) Skenario 1 : Lari Pagi


Nina, perempuan, usia 20 tahun, bersama adiknya Tino, laki – laki usia 17 tahun
pergi ke senayan untuk olah raga lari pagi.
Setelah berlari sekitar 200 langkah, Nina sudah lelah dan nafasnya terengah –
engah (cepat dan dalam), sedangkan Tino masih dapat berlari dengan santai
Nina memang tidak biasa berolah raga dan kebetulan pagi itu ia sedang kurang
sehat dan sering bersin..
(b) Kata atau Kalimat Kunci
a. Nina, usia 20 tahun
b. Nino, usia 17 tahun
c. Olah raga lari pagi
d. Berlari 200 langkah
e. Nina sudah lelah dan nafasnya terengh – engah
f. Tino masih dapat berlari dengan santai
g. Nina tidak biasa berolah raga dan sedang kurang enak badan, dan sering bersin.
(c) Mind Map

(d) Analisis Masalah


1. Sebutkan anatomi saluran pernafasan atas dan bawah?
2. Sebutkan bagian - bagian pada dinding thoraks: tulang, otot dan selaput yang
membungkus paru?
3. Jelaskan fungsi dari pernafasan?
4. Jelaskan mekanisme pernafasan (saat normal & saat lari)?

2
5. Jelaskan pengendalian pernafasan ?
6. Jelaskan proses biokimia pernafasan?
7. Jelaskan histologi pada bagian saluran nafas (nafas, faring, laring) ?
8. Jelaskan histologi pada bagian saluran nafas (trakea, paru – paru )?
9. Apakah hubungan kurva disosiasi dengan skenario?

3
BAB II

PEMBAHASAN
1. Anatomi saluran napas atas dan bawah

Saluran napas adalah tabung atau pipa yang mengangkut udara antara atmoster dan
alveolus.

Menurut atlas anatomi sobotta jilid 2, saluran pernapasan atas terdiri dari :

 Cavitas nasi (lubang hidung)


 Pharynx

Saluran napas bawah :

 Larynx
 Trakea
 Pulmo

1. Hidung
Masing-masing rongga hidung disusun oleh tulang dan tulang rawan hialin
kecuali Nares anterior yang disusun oleh jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan,
bentuknya dapat berubah-ubah karena adanya gerakan otot. Rongga hidung dibagi
menjadi bagian vestibulum yaitu bagian yang lebih lebar yang terletak tepat di
belakang nares anterior, dan selebihnya adalah bagian respirasi. Permukaan hidung
ditutupi oleh kulit yang mengandung kelenjar sebasea besar yang meluas ke bagian
depan vestibulum nasi, tempat terdapatnya kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan
folikel rambut, dengan rambutnya yang kaku dan kasar.
Rambut tersebut berfungsi menapis benda-benda kasar yang terdapat di dalam
udara inspirasi.
2. Pharynx
Pharynx adalah suatu ruang pipih dengan belakang yang dilalui oleh udara
dan makanan. Berdasarkan muaranya , Pharynx terbagi menjadi 3 bagian :
• Bagian superior : Pars nasalis pharyngis, Epipharynx,
Nasopharynx.
• Bagian median : Pars oralis pharyngis, Mesopharynx,
Oropharynx.
• Bagian inferior : Pars laryngea pharyngis, Hypopharynx,
Laryngopharynx.

4
Persarafan sensorik pharynx :

• N.maxillaris [V/2] berperan pada persarafan Nasopharynx.


• Cabang N.glossopharyngeus [IX] dan N.vagus [X] mempersarafi bagian lain
pharynx.

Bersama-sama dengan serabut saraf otonom pada Truncus symphaticus, serabut-


serabut tersebut membentuk jejaring neuronal permukaan luar pharynx (Plexus
pharyngeus). Serabut aferen dan aferen Plexus pharyngeus merupakan bagian dari
proses menelan yang vital dan proses refleks tercekik yang tetap aktif selama tidur.
Koordinasi refleks kompleks tersebut terjadi dalam Medulla oblongata.

3. Larynx

Larynx merupakan saluran yang menghubungkan pharynx dengan trakea, yang


berfungsi sebagai saluran napas &fonasi.Tulang –tulang rawan utama larynx : tiroid,
krikoid dan aritenoid. Larynx menerima persarafan bilateral melaui dua cabang
N.vagus [X] :

1. N.laryngeus superior memberikan persarafan sensorik untuk mukosa


supraglotik, mukosa vallecuale epiglotticae dan epiglotis.

2. N.laryngeus recurrens memberikan persarafan motorik untuk otot-otot


laring dalam.

4. Trakea

Panjang trakea 10-13 cm, memanjang dari kartilago krikoid sampai Bifurcatio
tracheae. Trakea terletak pada Pars cervical dan Pars thorakal. Trakea mempunyai
dinding relatif tipis, lentur, dan berkemampuan untuk memanjang saat bernafas dan
gerakan badan. Tetap terbukanya trakea disebabkan oleh tunjangan serangkaian
tulang rawan berbentuk tapal kuda berjumlah kira-kira 20, yang tidak beraturan,
tersusun dari atas ke bawah dengan bagian terbuka mengarah ke belakang.

5. Bronkus

Paru merupakan sepasang organ terletak di dalam rongga dada pada tiap-tiap sisi
dari mediastinem, yang berisi jantung dan pembuluh darah besar, esofagus, bagian
bawah trakea dan sisa-sisa kelenjar timus. Bronkus utama (primer) kanan bercabang
lagi sebelum memasuki jaringan paru menjadi bronkus sekunder lobus atas dan

5
lobus bawah. Bronchi principales terbagi menjadi 3 dan 2 bronkus (Bronchi lobares).
Bronchi lobares mencabangkan bronchus segmentalis.

6. Bronkiolus

Di dalam setiap segmen bronkopulmonal terjadi percabangan lebih lanjut, sehingga


setelah 9 – 12 generasi percabangan, ukuran saluran makin kecil, penampang kira-
kira 1 mm dan gambaran histologiknyapun berubah. Saluran ini dikenal sebagai
bronkiolus yang turut menyusun lobulus paru yang merupakan unit dasar paru.
Bronkiolus bercabang lebih lanjut, membentuk 4 – 7 bronkioli terminalis dan masing-
masing akan bercabang lagi menjadi dua bronkiolus respiratorius. Kemudian akan
bercabang-cabang lagi menjadi duktus alveolaris, yang lebih lanjut masih bercabang
dua sebelum bermuara ke dalam atria

7. Alveolus
Alveolus berperan sebagai tempat pertukaran udara dan darah. Alveolus
dikelilingi oleh pembuluh darah sehingga terlihat seperti bola yang dilapisi jarin-
jaring. Dinding alveoli memungkinkan difusi udara dari bronkiolus respiratorius,
duktus alveolaris, atria, atau sakus alveolaris. Surfaktan bercampur dengan molekul
air untuk mengurangi daya kohesinya. Jadi mengurangi tekanan permukaan cairan
alveolar, sehingga mengurangi tenaga yang dibutuhkan bagi pengembangan alveoli
dan memudahkan pernafasan.

2. Otot Dada

Otot-otot dinding dada maupun dinding abdomen tersusun dalam beberapa lapisan
yaitu lapisan eksternal,lapisan medial dan lapisan internal. Untuk dinding toraks,
lapisan eksternal,medial dan internal berturut-turut adalah musculus intercostalis
externus, musculus intercostalis internus, dan musculus subcostalis serta musculus
transversusthoracis.Otot-otot lain yang ikut membentuk dinding toraks termasuk
dalam kelompok otot-otot ekstremitas superior. Otot-otot dinding abdomen dan otot-
otot tertentu punggung, semuanya terletak disebelah luar costae dan spatium
intercostales. Musculi levator costarum berkaitan dengan otot-otot punggung, tetapi
fungsional berkaitan dengan musculus intercostales. Selama inspirasi tenang
pergerakan diafragma menyumbangkan 75% perubahan volume intratoraks.
Diafragma melekat sekitar dasar rongga toraks, otot ini melengkung di atas hati dan
bergerak ke bawah seperti piston bila ia berkontraksi. Jarak pergerakannya berkisar
dari 1,5 cm sampai sejauh 7 cm dengan inspirasi dalam.10 Otot-otot inspirasi utama

6
lainnya adalah musculus intercostalis externus, yang berjalan miring ke atas dan ke
bawah dari iga ke iga. Poros iga bersendi pada vertebra sehingga bila musculus
intercostalis externus berkontraksi mereka menaikkan iga-iga bagian bawah. Hal ini
mendorong sternum ke luar dan menaikkan diameter anteroposterior dada. Diameter
transversal sebenarnya sedikit berubah atau tidak sama sekali. Baik diafragma
maupun musculus intercostalis externus sendiri dapat mempertahankan ventilasi
yang cukup pada keadaan istirahat. Pemotongan transversal medulla spinalis di atas
segmen servikal ke tiga adalah fatal bila tanpa pernapasan buatan, tetapi transeksi di
bawah asal nervus phrenicus yang mempersarafi diafragma (segmen servikal ketiga
sampai kelima) tidak fatal. Sebaliknya, pada penderita dengan kelumpuhan nervus
phrenicus bilateral, respirasi cukup untuk mempertahankan hidup. Muskulus
scalenus dan muskulus sternicleidomastoideus pada leher adalah otot pembantu
inspirasi yang membantu menaikkan rongga toraks selama pernapasan
dalam.Penurunan volume intratoraks dan ekspirasi yang kuat terjadi bila otot
ekspirasi berkontraksi. Muskulus interkostalis internus mempunyai kerja ini sebab
mereka berjalan miring ke bawah dan posterior dari iga ke iga dan oleh karena itu
menarik rongga toraks ke bawah bila mereka berkontraksi. Kontraksi otot-otot
dinding depan abdomen juga membantu ekspirasi dengan menarik rongga iga ke
bawah dan dalam dan dengan meningkatnya tekanan intra-abdominal, yang
mendorong diafragma ke atas.

Pleura setiap paru di pisahkan dari dinding thoraks dan struktur lain di sekitarnya
oleh suatu kantong tertutup berdinding rangkap yaitu kantong pleura,rongga thoraks
mengandug paru yang dibungkus membran serosa pleura, yang terdiri dari lapis
jaringan ikat tipis dengan fibroblas selain serat serat kolagen dan bebera lapis serat
elastin. Pleura terbagi menjadi :
- Pleura visceral ialah selaput yang melapisi tiap paru dari luar, melekat erat ke
permukaan paru (viscus :organ) dan kemudian melipat balik untuk membentuk
lapisan lain.
- Pleura parietalis ialah selaput yang melapisi organ dada luar bagian inferior
dinding thoraks.

Pleura pariestalis terbagi menjadi atas :

a. pleura costalis : yang melapisi iga – iga


b. pleura diapragmatica : melapisi diapragma
c. pleura mediastinalis : melapisi mediastinum
d. pleura cervicalis : melapisi apex pulmonum

7
3. Jelaskan fungsi dari pernapasan!

1). Ventilasi paru  Proses masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli
paru. Jadi, sinonim dari Ventilasi adalah Bernapas  Kecepatan ventilasi ini adalah
bernapas aliran udara antara atmosfer dan alveolus sesuai kebutuhan metabolik
tubuh akan O2 dan CO2.

Terbagi atas 2, yaitu:

a. Inspirasi  bersifat aktif (kontraksi)


Selama inspirasi, terjadi kontraksi pada diafragma dan intercosta
eksterna.
Mengapa saat inspirasi, dada mengembang?
Jadi, saat bernapas, tekanan pada atmosfer 760mmHg , lalu terhirup dan
masuk ke paru-paru. Lalu paru-paru menerima udara dan
menyeimbangkan tekanan udara dari luar. Karena tekanan pada
intrapleurahanya hanya 756mmHg. Tekanan akan bergerak dari tinggi ke
rendah. Karena tekanan paru lebih besar dari tekanan intrapleura, maka
paru akan menekan intrapleura. Lalu dada mengembang.
b. Ekspirasi  bersifat pasif (relaksasi)

Selama ekspirasi, terjadi relaksasi diafragma dan intercosta eksterna.


Juga terjadi penurunan pada intratoraks, karena hal itulah akan terjadi
peningkatan tekanan pada intratoraks. Maka paru akan menyempit, dan
menyebabbkan udara keluar.

2). Difusi  Pertukaran O2Vdan CO2 anatara udaradi alveolus dan darah di kapiler
paru

3). Perfusi  Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah antara paru dan jaringan.
Pengangkutan ini bergantung dari proses Difusi oksigen.

Setelah itu, O2 dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses
difusi menembus kapiler sistemik (jaringan).

4. Mekanisme Pernapasan
Udara cenderung mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan
tekanan rendah, yaitu menuruni gradien tekanan. Terdapat 3 tekanan yang berperan
penting dalam ventilasi :
1. Tekanan atmosfer (barometrik)

8
Tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di bumi. Pada
permukaan laut tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan berkurang seiring
dengan penambahan ketinggian diatas permukaan laut, karena lapisan udara
semakin menipis.
2. Tekanan intra-alveolus (tekanan intrapulmonal )
Tekanan yang berada didalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan
atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara cepat mengalir melalui gradien
tekanannya setiap kali intra-alveolus berbeda tekanan atmosfer, udara terus
mengalir hingga kedua tekanan seimbang (Ekuilibrium).
3. Tekanan intrapleura
Tekanan didalam kantong pleura. Terletak di luar paru dan didalam rongga toraks
sehingga juga disebut intra-toraks. Tekanan intrapleura lebih rendah dari tekanan
atmosfer, yaitu 756 mmHg saat istirahat.
 Inspirasi
Pada saat inspirasi, diafragma dan m. Intercosta eksternal berkontraksi 
rongga toraks membesar dan costae serta sternum terangkat  paru
mengembang untuk mengisi kekosongan  tekanan alveolar lebih rendah
dari atmosfer  udara masuk ke alveolar tekanan di alveolar dan atmosfer
seimbang.
 Ekspirasi
Pada saat ekspirasi, diafragma dan m. Intercostales internal berelaksasi 
rongga toraks mengempis dan kosta serta sternum turun  paru-paru
mengecil  tekanan alveolar meningkat menjadi 761 mmHg karena tekanan
intraalveolus meningkat sekitar sekitar 1mmHg di atas tekanan atmosfer 
udara keluar dari alveolus menuju atmosfer.
5. Kontrol/Pengendalian Pernafasan
Pusat kontrol pernapasan di batang otak :
 Pusat pernafasan di pons :
a) Pusat pneumotaksik
b) Pusat Apneustik
 Pusat pernapasan di medula :
a) Kelompok respiratorik dorsal (KRD)
b) Kelompok respiratorik ventral (KRV)
c) Kompleks praBotzinger

9
Pusat kontrol pernapasan yang terdapat di batang otak menghasilkan pola bernapas
yang berirama. Pusat kontrol pernapasan primer, pusat respirasi di medula, terdiri
dari beberapa agregat badan saraf di dalam medula yang menghasilkan sinyal otot –
otot pernapasan. Selain itu, 2 pusat pernapasan lain terletak lebih tinggi di batang
otak di pons pusat pneumostatik dan pusat apneustik.

 Pengaruh dari pusat pneumostatik dan apneustik


Pusat pernapasan di pons melakukan penyesuaian halus terhadap pusat di
medula untuk membantu menghasilkan inspirasi dan ekspirasi yang normal dan
halus. Pusat pneusmotaksik mengirim impuls ke KRD yang membantu
“memadamkan” neuron – neuron inspiratorik sehingga durasi inspirasi dibatasi.
Sebaliknya, pusat apneustik mencegah neuron – neuron inspiratorik
dipadamkan, sehingga dorongan inspirasi meningkat. Dengan sistem periksa dan
seimbangkan ini pusat pneumotaksik mendominasi pusat apneustik, membantu
menghentikan insirasi dan ekspirasi terjadi secara normal. Pneumotastik ini pola
benapas akan berupa tarikan napas panjang yang terputus mendadak dan
singkat oleh ekspirasi. Pola bernapas yang abnormal ini dikenal sebagai
apneusis. Karena itu pusat yang mendorong tipe bernapas ini disebut apneutatik.
Apneusis terjadi pada jenis tertentu kerusakan otak berat.
 Neuron inspirasi dan ekspirasi di pusat di medula
Pada saat menghirup dan menghembuskan napas secara ritmis karena kontraksi
dan relaksasi otot – otot ini diperintah oleh pusat respirasi di medula, yang
mengirimkan sinyal ke badan sel (yang terletak di medula spinalis). Pusat
pernapasan di medula terdiri dari 2 kelompok neuron yang dikenal sebagai
kelompok respiratorik dorsal dan kelompok repisratorik ventral :
1. Kelompok repiratorik dorsal (KRD)
Terutama terdiri neuron inspiratorik yang serat – serat desendesnya berakhir di
neuron motorik yang menyarafi otot inspirasi. Ketika neuron – neuron KRD ini
melepaskan muatan maka terjadi inspirasi. Ekspirasi diakhiri karena neuron –
neuron inspiratorik kembalin mencapai ambang dan melepaskan muatan. KRD
memiliki hubungan penting dengan kelompok respiratorik ventral.
2. Kelompok respiratorik ventral (KVD)
Terdiri dari neuron inspiratorik dan neuron ekspiratorik, yang keduanya tetap
inaktif selama bernapas normal tenang. Bagian ini diaktifkan oleh KRD sebagai
mekanisme penguat selama periode – perode saat kebutuhan akan ventilasi
meningkat. Hal ini terutama penting pada ekspirasi aktif. Selma bernapas tenang
tidak ada impuls yang dihasilkan di jalur desendens oleh neuron ekspiratorik.

10
Hanya ketika ekspirasi aktif barulah neuron – neuron ekspiratorik merangsang
neuron motorik yang mempersarafi otot – otot ekspiratorik merangsang (otot
abdomen dan interkostalis internal). Selain itu, neuron – neuron inspiratorik KRV,
ketika dirangsang oleh KRD, memacu aktivitas inspirasi saat kebutuhan terhadap
ventilasi meninggi.
3. Komplek praBotzinger
Pembentukan irama pernapasan berlawanan dengan yang diketahui
sebelumnya. KRD tidak menghasilkan irama ventilasi. Pembentukan irama
pernpasan sekarang secara luas dipercayai terletak di kompleks praBotzinger
suatu regio yang terletak dekat dengan ujung atas (kepala) KRV.

 Pengaturan Kimiawi Pernapasan


Tujuan akhir pernapasan adalah untuk memertahankan konsentrasi oksigen,
karbon dioksida, dan ion hidrogen yang sesuai dalam jaringan. Untungnya,
aktivitas pernapasan sangat responsif terhadap perubahan masing – masing
konsentrasi tersebut. Kelebihan karbon dioksida atau kelebihan ion hidrogen
dalam darah terutama bekerja langsung pada pusat pernapasan itu sendiri,
menyebabkan kekuatan sinyal motorik inspirasi dan ekspirasi ke otot – otot
pernapasan sangat meningkat. Oksigen sebaliknya tidak mempunyai efek
langsung yang bermakna terhadap pusat pernapasan di otak dalam
pengaturan pernapasan. Justru, oksigen bekerja hampir seluruhnya pada
kemoreseptor perifer yang teretak di badan – badan karotis dan aorta, dan

11
kemudian mentransmisikan sinyal saraf yang sesuai ke pusat pernapasan
untuk mengatur pernapasan.
6. Biokimia Pernafasan

Tubuh perlu O2, untuk hasilkan energi, dan keluarkan CO2, sebagai hasil
metabolism. Tugas paru-paru untuk jamin agar tubuh dapat berfungsi baik. Dalam
proses pengambilan/pengangkutan/pengeluaran O2/CO2, penting peran eritrosit
(Hb), mioglobin (Mb) otot, perubahan asam/basa darah, dan peranserta ginjal.

Pertukaran gas di paru-paru

NB. PO2 udara atmosfer 160 mmHg; PCO2 atmosfer 0.3 mmHg

Tubuh istirahat perlu 250 ml O2/menit

Hb memungkinkan pengangkutan O2 70x yang larut dalam plasma

Pengangkutan

 98% O2 diangkut terikat Hb dalam SDM; Fe bentuk ferro


 Setiap molekul Hb (22) dapat mengikat 4 molekul O2; alosterik (cf Mb)
 Kapasitas O2: 1,36 mL O2/g Hb * 14g Hb/dL darah
 O2 larut dlm plasma: 0,003 mL/dL per mmHg
 3 bentuk pengangkutan CO2 dalam darah
70% sebagai ion bikarbonat – buffer darah

12
 7% larut dalam plasma
23% sbg karbaminoHb; terikat pada terminal N rantai globin

[pengikatan O2 mengurangi pengikatan CO2 = efek Haldane]

Chloride shift

PERGESERAN KLORIDA

Sewaktu reaksi ini berlangsung, HCO3 dan H- mulai menumpuk di dalam sel darah merah di
kapiler sistemik. Membran sel darah merah memiliki pembawa HCO. -Cl- yang secara pasif
mempermudah dilusi ion-ion ini idam arah berlawanan menembus membran. Membran
relatif impermeabel terhadap H-. Karena itu, HCOr', bukan H-, berdifusi menuruni gradien

13
konsentrasinya keluar eritrosit menuju plasma. Karena HCO3 adalah ion bermuatan negatif
maka efluks HCOr- yang tidak disertai oleh difusi keluar ion bermuatan positif menciptakan
gradien listrik (lihat h. 70). Ion klorida (Cl), anion plasma yang urama, berdifusi ke dalam sel
darah merah menuruni gradien listrik ini untuk memulihkan netralitas llstrik. Pergeseran
masuk Cl- sebagai penukar efluks HCO3 yang dihasilkan oleh CO, ini dikenal sebagai
pergeseran idorida (CL ). Penyesuaian ventilasi sebagai respons terhadap perubahan H*
arteri penting dalam keseimbangan asam-basa. Perubahan pada konsentrasi H. arteri tidak
dapat mempengaruhi kemoreseptor sentral karena H- tidak mudah melewati sawar darah
otak. Namun, kemoreseptor perifer badan karotis dan aorta sangat peka terhadap fluktuasi
konsentrasi H-, berbeda dengan sensitivitasnya yang rendah terhadap penyimpangan Pco,
arteri dan ketidakpekaan terhadap Po, arteri sampai atr:un 40o/o di bawah normal. Setiap
perubahan Pco, arteri menyebabkan perubahan setara konsentrasi H. darah dan CES otak.
Perubahan H. yang dipicu oleh CO, di darah arteri ini dideteksi oleh kemo, reseptor perifer;
hasilnya adalah stimulasi refleks terhadap ventilasi sebagai respons terhadap peningkatan
konsentrasi H* arteri dan penurunan ventilasi pada penurunan konsentrasi H-. Namun,
perubahan-perubahan venrilasi yang diperantarai oleh kemoresepror perifer ini jauh kurang
penring dibandingkan dengan mekanisme kemoreseptor sentral dalam menyesuaikan
ventilasi sebagai tanggapan terhadap perubahan konsentrasi Ht yang ditimbulkan oleh COr.
Kemoreseptor perifer tetap berperan besar dalam menyesuaikan ventilasi sebagai respons
terhadap perubahan konsentrasi H* arteri yang tidak berkaitan dengan fluktuas Pcor. Pada
banyak situasi, meskipun Pco, normal namun konsentrasi H- arteri berubah oleh
penambahan atau pengurangan asam nonkarbonat dari tubuh. Sebagai contoh, konsentrasi
H- arteri meningkat selama diabetes melitus karen meningkatnya asam-asam keto penghasil
H. di dalam darah. Peningkatan konsentrasi H. arteri secara refleks merangsang ventilasi
melalui kemoreseptor perifer. Sebaliknya, kemoreseptor perifer secara refleks menekan
aktivitas pernapasan sebagai respons terhadap penurunan konsentrasi H. Arteri yang
ditimbulkan oleh sebab-sebab nonrespirasi. Perubahan ventilasi melalui cara ini sangat
penting dalam mengarur keseimbangan asam-basa tubuh. Perubahan tingkat ventilasi dapat
mengubah lumlah CO, penghasil H. yang dikeluarkan. Penyesuaian jumlah H. yang
ditambahkan ke darah dari CO, ini dapat mengompensasi kelainan konsentrasi H. Yang
disebabkan oleh kausa nonrespiratorik pemicu respons pernapasan tersebut.

7. Histologi Saluran Napas Atas


- Hidung

Masing-masing rongga hidung disusun oleh dinding kaku terdiri atas tulang dan
tulang rawan hialin, kecuali nares anterior yang dindingnya disusun oleh jaringan ikat
fibrosa serta tulang rawan, dan bentuknya dapat berubah-ubah karena adanya

14
gerakan otot. Di bagian yang lebih ke dalam dari vestibulum nasi, epitelnya berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk, dan di bagian respirasi rongga hidung, epitelnya
beralih menjadi epitel bertingkat silindris bersilia dan bersel Goblet yang disebut
sebagai epitel respirasi. Selain sel bersilia dan sel Goblet, terdapat juga sel basal
yang dianggap merupakan sel induk yang dapat berkembang menjadi sel jenis lain.
Lapisan epitel terletak di atas lamina basal dan di bawahnya terdapat lamina propria
yang mengandung sejumlah kelenjar tubuloalveolar bercabang. Kelenjar tersebut
adalah kelenjar mukosa dan serosa, dengan sebagian di antaranya memiliki alveoli
campuran, mirip kelenjar liur kecil. Lamina propria mengandung pula sekelompok
kecil jaringan limfatik, terutama di bagian belakang dekat nasofaring, dan sel-sel
mononuklir (fagosit), seringkali menyerbuki jaringan itu. Lapisan terdalam lamina
propria bersatu dengan periosteum atau perikondrium dari tulang atau tulang rawan
dinding rongga hidung, menyusun suatu mukoperiosteum atau mukoperikondrium.

Konka nasalis inferior merupakan yang terbesar dan dilapisi oleh lapisan mukosa
yang lebih tebal.Terdapat pleksus vena yang besar, berdinding tipis, terletak dangkal
di permukaan, disebut “jaringan kavernosa” atau “jaringan erektil”, namun tidak
memiliki otot polos. Permukaan selaput lendir (mukosa) tetap basah karena adanya
sekret mukosa dan serosa. Sekret tersebut juga melembabkan udara inspirasi. Epitel
olfaktoria adalah epitel bertingkat silindris tanpa sel Goblet, dengan lamina basal
yang tidak jelas. Epitel olfaktoria disusun oleh tiga jenis sel yaitu :
1. Sel penyokong
2. Sel basal
3. Sel olfaktoris

Sekret kelenjar Bowman membasahi permukaan epitel olfaktorius dan berperan


melarutkan bahan-bahan berbau Kelenjar Bowman bersekresi terus menerus dan
berfungsi untuk memperbaharui lapisan cairan di permukaan, yang mencegah
pengulangan rangsangan rambut-rambut olfaktoria oleh satu bau tunggal.

15
- Faring
Epitel nasofaring adalah epitel bertingkat silindris bersilia atau epitel berlapis
gepeng yang terdapat pada daerah yang mengalami pergesekan yaitu tepi
belakang palatum mole dan dinding belakang faring, tempat kedua permukaan
tersebut mengalami kontak langsung sewaktu menelan. Lamina propria
mengandung banyak jaringan elastis, terutama di bagian luar yang berhubungan
dengan otot rangka di faring. Di dalam lamina propria terdapat kelenjar, terutama
kelenjar mukosa. Terdapat juga kelenjar serosa dan kelenjar campur.
- Laring
Laring merupakan saluran nafas yang menghubungkan faring dengan trakea.
Berfungsi sebagai saluran udara, juga berperan penting dalam pembentukan
suara (fonasi). Pada dindingnya terdapat kerangka tulang rawan hialin dan tulang
rawan elastis, sejumlah jaringan ikat, otot rangka, dan kelenjar mukosa.

16
Epitel mukosa laring pada permukaan depan dan sepertiga atas sampai
setengah permukaan belakang epiglotis, lipatan ariepiglotika dan pita suara,
epitelnya adalah berlapis gepang tanpa lapisan tanduk.
8. Histologi Saluran Napas Bawah
- TRAKEA

Merupakan saluran kaku yang panjangnya 10 – 12 cm dan bergaris tengah 2 – 2,5 cm.
Trakea mempunyai dinding relatif tipis, lentur, dan berkemampuan untuk memanjang
saat bernafas dan gerakan badan. Tetap terbukanya trakea disebabkan oleh tunjangan
serangkaian tulang rawan berbentuk tapal kuda berjumlah kira-kira 20, yang tidak
beraturan, tersusun dari atas ke bawah dengan bagian terbuka mengarah ke belakang.
Celah yang relatif sempit diantara cincin-cincin tulang rawan hialin yang berdekatan, diisi
oleh jaringan ikat fibrosa yang menjadi satu dengan perikondrium cincin tulang rawan. Di
sebelah belakang, pada celah di antara ujung masing-masing tulang rawan berbentuk
tapal kuda, terdapat anyaman berkas otot polos (muskulus trakealis) dan ujung berjalan
transversal dan melekat pada tulang rawan dan jaringan ikat elastis, sehingga pada saat
berkontraksi, akan memperkecil penampang trakea. Di sebelah luar saluran terdapat
jaringan ikat jarang (tunika adventisia) yang mengandung pembuluh darah dan saraf
(autonom) yang mengurus trakea. Di sebelah dalam dari tulang rawan terdapat
submukosa, suatu lapisan jaringan ikat jarang yang mengandung banyak kelenjar
campur kecil dan beberapa kelenjar serosa. Kelenjar-kelenjar tersebut terletak terutama
di antara cincin-cincin tulang rawan yang berdampingan dan di bagian posterior baik di
dalam atau di luar lapisan otot polos. Di lapisan submukosa ini juga terdapat pembuluh
kapiler darah dan limf. Trakea dilapisi oleh suatu membran mukosa yang terdiri dari
epitel bertingkat silindris bersilia dan bersel Goblet, yang terletak pada lamina basal dan
ditunjang oleh lamina propria. Silianya menyapu ke atas ke arah faring. Lamina propria
relatif tipis, mengandung kumpulan serat-serat elastin. Juga disini terdapat kelompok
kecil limfosit. Pada potongan melintang, lumen trakea khas berbentuk huruf D.

- PARU

Paru merupakan sepasang organ terletak di dalam rongga dada pada tiap-tiap sisi dari
mediastinem, yang berisi jantung dan pembuluh darah besar, esofagus, bagian bawah
trakea dan sisa-sisa kelenjar timus. Pada tiap sisi rongga dada dilapisi oleh selaput tipis,
yaitu pleura parietalis. Pada hilus paru, pleura parietalis akan melipat di atas paru
sebagai pleura viseralis. Rongga pleura merupakan ruangan potensial di antara pleura
parietalis dan viseralis yang mengandung sedikit cairan serosa. Di mediastinum, trakea
bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan. Bronkus utama (primer) kanan

17
bercabang lagi sebelum memasuki jaringan paru menjadi bronkus sekunder lobus atas
dan lobus bawah. Bronkus lobus tengah kanan berasal dari bronkus lobus bawah yang
terdapat dalam paru. Di dalam paru bronkus utama (primer) kiri bercabang menjadi
bronkus lobus atas dan bawah. Jadi ada tiga lobus kanan dan dua lobus kiri diisi oleh
bronkus sekunder.

- BRONKUS

Susunan bronki ekstrapulmonal sangat mirip trakea dan hanya berbeda dalam garis
tengahnya yang lebih kecil. Pada bronki utama, cincin tulang rawan juga tidak
sempurna, celah pada bagian posterior ditempati oleh otot polos. Bronkus intropulmonal
tampak bulat dan tidak memperlihatkan bagian posterior yang rata, seperti pada trakea
atau bronkus ekstrapulmonal.

- BRONKIOLUS

Bronkiolus besar dibatasi oleh epitel selapis silindris bersilia dengan sedikit sel Goblet.
Pada bronkiolus kecil, epitelnya selapis kubis bersilia. Di antara sel-sel itu, tersebar
sejumlah sel silindris berbentuk kubah, tidak bersilia, bagian puncaknya menonjol ke
dalam lumen. Sel ini disebut sel bronkiolar atau sel Clara. Sel ini bersifat sel sekresi,
diduga ikut berperan membentuk cairan bronkiolar yang mengandung protein,
glikoprotein, dan kolesterol. Sel tersebut juga mengeluarkan sejumlah kecil surfaktan
yang terdapat di dalam sekret bronkiolar.

- BRONKIOLUS TERMINALIS

Bronkiolus terminalis dibatasi oleh epitel selapis kubis bersilia. Di sana sini di antara
epitel selapis kubis tak bersilia. Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastis.
Banyak jaringan elastis pada dinding bronki dan di seluruh jaringan pernafasan,
memungkinkan paru mengembang waktu inspirasi, dan pilinan serat elastis membantu
kontraksi paru waktu ekspirasi.

- BRONKIOLUS RESPIRATORIUS

Respirasi dijumpai mulai dari bronkiolus respiratorius sampai alveolus. Bronkiolus


respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kubis yang dilanjutkan dengan epitel selapis
gepeng. Pada dinding bronkiolus respiratorius diselingi oleh alveolus tempat terjadinya
pertukaran gas dan alveolusnya masih jarang-jarang. Di dalam lamina propria
mengandung otot polos.

- DUKTUS ALVEOLARIS

18
Duktus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, dilapisi oleh epitel selapis gepeng.
Pada dindingnya mengandung banyak alveolus. Masih dijumpai otot polos pada
dindingnya. Sakus alveolaris adalah sekelompok alveoli yang bermuara ke dalam suatu
ruangan.

19
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai