Anda di halaman 1dari 16

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN :

PENGELOLAAN PRASARANA RS DARI ASPEK K3

ANDI AYU SITI HARTINA (006010122019)


NADIA SYAFIRA (005810122019)
A. Latar belakang

 Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor penting yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh suatu perusahaan ataupun instansi terkait. K3 bertujuan mencegah, mengurangi,
bahkan meniadakan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
 Untuk itu, makalah ini membahas tentang prinsip keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) pada penanganan pencegahan bahaya kebakaran di lingkungan Rumah Sakit,
dan nantinya makalah ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan,
pengalaman, dan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam menerapkan prinsip Keselamatan dan kesehatan kerja.
 Kebakaran merupakan suatu bencana yang di akibatkan oleh adanya api. Yang
mana bencana kebakaran tersebut pastinya menimbulkan kerugian. Api adalah suatu
reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur yaitu: panas, udara
dan bahan bakar yang menimbulkan atau menghasilkan panas dan cahaya. Segitiga
api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran dimana elemen tersebut
adalah panas, bahan bakar dan oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen
tersebut, kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar (ILO, 2018).
 Berlangsungnya suatu pembakaran diperlukan komponen keempat, yaitu rantai
reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai Piramida Api atau
Tetrahedron. Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada
 saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi
berupa nyala api atau peristiwa.
 1. Bahan dapat terbakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya
pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas.
 2. Zat pembakar (O2) adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar
15% volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran.
 3. Panas, Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga
dapat mendukung terjadinya kebakaran.
B. TUJUAN

Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan arahan yang jelas bagi seluruh
pegawai dan civitas academica yang berada di lingkungan Rumah Sakit dalam
menangani bahaya kebakaran secara terorganisir dan terpadu dalam bertindak
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Dengan memahami makalah ini diharapkan dapat tercipta keterpaduan langkah dari
semua unsur terkait penanganan bahaya kebakaran di lingkungan Rumah Sakit dan
perusahaan.
PEMBAHASAN
 A. Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah suatu insiden akibat dari api yang bekerja tidak pada tempatnya, yang
terjadi antara api, bahan bakar, dan oksigen (Astra Internasional). Kebakaran dapat terjadi
karena proses persenyawaan antara bahan bakar, oksigen dan panas (doddyakhmadsyah,
2009).
a. Oksigen
Oksigen adalah suatu unsur/zat yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, binatang
dan tumbuh-tumbuhan. Demikian pula api, tanpa kehadiran oksigen, api tidak akan
terjadi.Dalam proses pembakaran, oksigen merupakan alat oksidasi.
b. Bahan bakar
Benda yang mudah terbakar adalah benda yang mempunyai suhu penyalaan rendah.
Sebaliknya benda-benda yang mempunyai suhu penyalaan tinggi akan sulit terbakar Yang
termasuk bahan-bahan yang mudah terbakar adalah semua benda padat, cair, dan gas yang
dapat terbakar. Misalnya : Kain, kertas, kayu, oli, bensin, solar, gas, LPG, dan LNG.
c. Panas
Dengan adanya panas, maka suatu bahan akan mengalami perubahan temperatur, sehingga
akhirnya mencapai titik nyala sebagai akibatnya bahan tersebut menjadi mudah sekali. Adapun
sumber-sumber panas yaitu, loncatan bunga api, pemetik api, api las grinda, listrik karena
hubungan singkat Reaksi ketiga unsur tersebut dapat digambarkan dalam segitiga yang disebut
“SEGITIGA API”.
Kebakaran terjadi karena bertemunya tiga unsur :
a. Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang setelah selesai
terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.
b. Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer, alkohol, olive
oil, dan lainnya.
c. Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan lainlainnya
B. Faktor-Faktor Penyebab Kebakaran
 Ada tiga faktor penyebab kebakaran pada umumnya menurut (Kantor
Pemadam Surakarta), yaitu :
a. Faktor Manusia
Manusia sebagai penyebab kebakaran dikarenakan faktor pekerja dan pengelola. Faktor pekerja
antara lain, menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar tanpa
menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran dan peledakan, kurang mengetahui prinsip
pencegahan kebakaran dan peledakan,pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, kurang
memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin, dan adanya unsur-unsur kesengajaan.
b. Faktor Teknologi
Faktor teknologi ini dipicu antara lain akibat kurang dilaksanakannya pedoman standar
pemakaian produk dan biasanya karena sifat individual manusia.
c. Faktor Alam
Kebakaran merupakan akibat sampingan dari bencana alam, seperti: gempa bumi, erupsi,
vulkanik gunung berapi, loncatan listrik alam (kilat), dan pemampatan udara panas.
C. Sumber Bahaya Kebakaran
Sumber-sumber yang dapat mendukung terjadinya kebakaran menurut (Astra
Internasional), antara lain :

a. Listrik, karena tidak berfungsinya pengaman, kegagalan isolasi, sambungan tidak sempurna, peralatan yang
tidak sesuai standar.
b. Rokok, karena merokok ditempat yang terlarang, membuang puntung
rokok sembarangan.
c. Gesekan mekanik, karena timbulnya panas karena kurang pelumasan pada bagian peralatan atau mesin
berputar.
d. Pemanasan lebih, karena pesawat pengering tidak terkontrol.
e. Api terbuka, karena penggunaan api di tempat-tempat yang terdapat bahan mudah terbakar.
f. Permukaan panas, akibat kontak langsung instalasi atau peralatan yang tidak terlindungi.
g. Letikan bara pembakaran, karena buangan api dari knalpot motor diesel atau kendaraan angkutan.
h. Mekanikal spark (bunga api mekanik), karena letikan bunga api dari mesin
gerindra.
i. Pengelasan, pekerjaan pengelasan aatu pemotongan dengan las.
j. Reaksi kimia, akibat reaksi yang terjadi dari unsur kimia.
D. Pencegahan Kebakaran dalam aspek pengelolaan prasarana RS dari aspek K3.

1. Pencegahan Kebakaran
Yaitu semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman
kebakaran meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan kekayaan
(Suma’mur).
Pencegahan kebakaran dan pengurangan korban tergantung dari lima prinsip pokok menurut
(Suma’mur) sebagai berikut:
a. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau kecelakan atau keadaan panik.
b. Pembuatan bangunan yang tahan api.
c. Pengawasan yang teratur dan berkala.
d. Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya.
e. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat
kebakaran dan tindakan pemadamannya.

11
 Langkah – langkah yang perlu diantisipasi guna mencegah terjadinya bencana kebakaran
sebagai berikut :
1) Pastikan bahwa Instalasi Listrik aman.
2) Pembebanan yang berlebihan pada satu stop kontak akan menyebabkan kabel panas dan
akan bisa memicu kebakaran, ini biasanya dilakukan dengan penumpukan beberapa stop kontak
atau T pada satu titik sumber listrik. Seperti ini kita hindari.
3) Pergunakan pemutus arus listrik (kontak tusuk) dalam keadaan baik.
4) Apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau terbuka, harus segera diperbaiki, karena bisa
menyebabkan hubungan pendek.
5) Jangan sekali-kali mencantol listrik, karena anda tidak memiliki sistim pengaman yang sesuai,
PLN biasanya sudah memperhitungkan distribusi beban listrik, apabila ada beban berlebihan akan
mengganggu jaringan listrik yang ada.
2. Pencegahan dan pengendalian kebakaran berdasarkan Pengelolaan
Prasarana RS dari aspek K3

Sebagai bentuk pencegahan pengendalian kebakaran berdasarkan pengelolaan


prasarana RS dari aspek K3 meliputi :
a. Peralatan tradisional
Misalnya : karung goni, pasir, kain, air, pohon pisang.
b. Peralatan modern.
Misalnya : APAR, Hydrant, Sprinkler system, Partisi.
3. Pengendalian kebakaran
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi
pada saat keadaan darurat terjadi.
Pengendalian asap harus disediakan pada bangunan. Suatu bangunan yang
mempunyai atrium, atau yang terpisah/secara khusus. Ketentuan sistem
pembuangan asap serta ventilasi asap dan panas dari bagian ini tidak berlaku
untuk setiap area yang tidak digunakan oleh penghuni untuk jangka waktu
lama antara lain: gudang dengan luas lantai kurang dari 30 m², ruang sanitasi,
ruang mesin atau sejenis.
Fungsi Setiap bangunan harus dilengkapi dengan sarana evakuasi yang dapat
digunakan oleh penghuni bangunan, sehingga memiliki waktu yang cukup
untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang
diakibatkan oleh keadaan darurat.
Sarana atau jalan ke luar dari bangunan harus disediakan agar penghuni
bangunan dapat menggunakannya untuk penyelamatan diri.
 Jalan keluar harus ditempatkan terpisah. Agar penghuni atau pemakai bangunan dapat
menggunakan jalan ke luar tersebut secara aman, maka jalur ke jalan luar harus memiliki dimensi
yang di tentukan berdasarkan : Jumlah, mobilitas dan karakter-karakter lainnya dari penghuni
atau pemakai bangunan.
 Setiap bangunan harus mempunyai sedikitnya 1 eksit dari setiap lantainya. Eksit yang disyaratkan
sebagai alternatif jalan ke luar harus : Tersebar merata di sekeliling lantai yang dilayani sehingga
akses ke minimal dua eksit tidak terhalang dari semua tempat termasuk area lif di lobby, dan
Jarak tidak kurang dari 9 m antar eksit, dan terletak sedemikian rupa sehingga alternatif jalur
lintasan tidak bertemu, sehingga jarak antar eksit kurang dari 6 m.
 Suatu pintu dalam bangunan yang berfungsi sebagai eksit atau membentuk bagian dari eksit atau
setiap pintu untuk area perawatan pasien harus : Bukan pintu berputar, Bukan pintu gulung, Tidak
boleh dipasang pintu sorong, Pengoperasian gerendel pintu.
 Pintu pada eksit yang disyaratkan membentuk bagian dari eksit atau jalur yang menuju ke eksit
harus siap dapat dibuka tanpa kunci dari sisi dalam yang menghadap ke jalur penyelamatan dengan
satu tangan, dengan mendorong melalui alat yang dipasang pada ketinggian antara 0,9 – 1,2 m dari
lantai.
 Rambu pada pintu Untuk memberi tanda pada orang bahwa operasi pintu-pintu tertentu harus tidak
di halangi, harus dipasang di tempat yang mudah dilihat atau dekat dengan pintu kebakaran yang
memberikan akses langsung ke eksit yang dilindungi terhadap kebakaran. Rambu tersebut harus
dibuat dengan huruf besar minimal tinggi huruf 20 mm, warna kontras dengan warna latar belakang.
PENUTUP
 A. Kesimpulan
Kebakaran adalah suatu insiden akibat dari api yang bekerja tidak pada tempatnya, yang terjadi
antara api, bahan bakar, dan oksigen (Astra Internasional).
Kebakaran dapat terjadi karena proses persenyawaan antara bahan bakar, oksigen dan panas
(doddyakhmadsyah, 2009).
Pencegahan Kebakaran Yaitu semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan,
pengamatan dan pemadaman kebakaran meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia
serta perlindungan kekayaan (Suma’mur).
Pengendalian kebakaran adalah mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu
melakukan evakuasi pada saat keadaan darurat terjadi.
 B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus
dan detail didalam menyebutkan perihal makalah di atas bersama sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya mampu dipertanggung jawabkan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai