Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar

penyakit yang paling sering dikeluhan masyarakat Indonesia.Persepsi dan perilaku

masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk.Hal ini

terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di Indonesia yang

cenderung meningkat

Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut adalah faktor pendidikan dan

ekonomi dari masyarakat,yang berpengaruh pada pengetahuan,sikap dan perilaku

pola hidup sehat masyarakat. Dari segi ekonomi dapat dilihat dari pemukiman

kumuh dan daerah pedalaman. Segi sosial dapat dilihat dari kurangnya sosialisasi

tentang kesehatan gigi dan mulut. Selain itu kurangnya tenaga medis yang

dibutuhkan (Menurut ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia/PDGI Pusat, Emmyr

F Moe,saat ini perbandingan jumlah dokter gigi dengan penduduk di Indonesia

mencapai 1:17.500. Artinya, satu dokter gigi masih melayani 17.500 orang pasien

per tahun,dan pada tahun 2008,berbanding1:12.000).

Faktor eksternal lain yang mempengaruhinya adalah mengenai budaya dan

adat dari masyarakat,serta ketidaktahuan masyarakat terhadap kesehatan gigi dan

mulut. Dari segi budaya misalnya kesehatan gigi dan mulut masih dipengaruhi oleh

kebudayaan-kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat. Contohnya budaya

pangur dan sirih. Dilihat dari ilmu pengetahuan, masih banyak dari masyarakat

1
yang belum mengetahui pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga

mereka juga tidak mengetahui dampak dan efek yang timbul apabila mereka tidak

menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut. Selain itu, ada juga sekelompok

masyarakat yang hanya mengetahui tapi tidak paham sehingga mereka tidak

menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik dan benar.

B. Rumusan Masalah

Seorang dokter gigi ditugasi mengatasi masalah kesehatan gigi mulut di

suatu wilayah padat penduduk perkotaan dan wilayah kumuh daerah aliran sungai

yang diketahui bahwa perilaku kesehatan gigi mulut mereka masih sangat

terpengaruh oleh kondisi sosial budaya dan ekonomi penduduk yang khas wilayah

kumuh tersebut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Perilaku dan Solusi Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut

Masyarakat

Perilaku masyarakat yang menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut

masyarakat sering kali kita temukan baik di masyarakat perkotaan maupun

masyarakat pedesaan. Masalah-masalah tersebut dapat disebabkan berbagai

faktor baik intrinsik maupun ekstrinsik, misalnya pengaruh lingkungan,

pendidikan, prilaku, ekonomi, sosial, dan budaya.Masalah utama yang ditimbulkan

mengenai kesehatan gigi masyarakat adalah mengenai periodontal dan karies gigi.

Bila hal ini masih terus berlanjut,masyarakat akan terus mengalami masalah

kesehatan gigi dan mulut karena unsur kebudayaan, prilaku masyarakat tersebut

akan diturunkan ke generasi selanjutnya.Karenanya dibutuhkan pencegahan dini

serta pemberitahuan mengenai kesehatan gigi dan perbaikan perilaku yang salah

terhadap menjaga kesehatan gigi.

Selain itu,dalam menghadapi masalah yang timbul,juga perlu upaya-upaya

pemecahan yang timbul dari masyarakat sendiri,sebagai contohnya dengan

mengadakan penyuluhan yang melibatkan tokoh-tokoh masyarakat itu (pendekatan

terhadap tokoh masyarakat),hal ini tentu saja lebih efektif karena dengan mengajak

para tokoh masyarakat yang menjadi panutan,masyarakat bisa lebih mengerti dan

percaya.

3
B. Sistem Kesehatan dan Asuransi Kesehatan di Indonesia

SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa

Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud

dalam Pembukaan UUD 1945.

Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua

potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis,

berhasil-guna dan berdaya-guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya.

Asuransi adalah suatu perjanjian antara penanggung dan tertanggung.

Penganggung, dengan menerima suatu premi mengikkatkan dirinya untuk memberi

ganti rugi kepada tertanggung yang mungkin menderita karena terjadinya suatu

perisriwa ketidakpastian yang berakibat kehilangan, kerugian, atau kehilangan

suatu keuntungan (kitab Undang-Undang hukum dagang, 1987).

Asuransi Kesehatan merupakan salah satu produk asuransi yang secara

khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut

jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan.

C. Puskesmas

Salah satu sub-komponen dalam Sistem Kesehatan Nasional yang menjadi

arah pembangunan sektor kesehatan adalah Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Tanpa tersedianya sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas, beretika,

4
tersebar secara merata jenis yang rnemadai, maka pembangunan kesehatan tidak

akan dapat berjalan secara optimal.

Pada tahun 1969-1971 Departemen Kesehatan menata kembali strategi

pembangunan kesehatan jangka panjang melalui PAKERNAS I untuk merumuskan

rencana pembangunan kesehatan jangka panjang sebagai awal Repelita I.

Kemudian dari sinilah konsep Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) mulai

diperkenalkan.

Pemerintah membangun Puskesmas dengan berbagai strategi antara lain:

 Untuk mencegah kecenderungan dokter-dokter bekerja di daerah perkotaan

sedangkan masyarakat sebagian besar tinggal di perdesaan

 Untuk meratakan pelayanan kesehatan mendekatkan sarana kesehatan dengan

penduduk. Untuk jangka panjang, pelayanan kesehatan dasar (Primary Health

Care/PHC) yang dikembangkan jauh lebih efisien dan efektif dibandingkan

dengan pelayanan melalui RS.

 Untuk menekan biaya pelayanan kesehatan. Biaya di RS dan dokter praktik

swasta lebih bersifat kuratif (pengobatan) yang lebih mahal dibandingkan

dengan program pencegahan.

Berdasarkan konsep PHC, lahirlah PKMD (Pembangunan Kesehatan

Masyarakat Desa). PKMD berkembang menjadi salah satu model peran serta

masyarakat di bidang pelayanan kesehatan. Namanya disesuaikan dengan

kebutuhan dan kapasitas masyarakat setempat seperti:

 Program gizi (UPGK-Upaya Pelayanan Giza Keluarga)

5
 Prosyandu/posyandu (program pelayanan terpadu)

 Gizi (penimbangan balita, pemberian vitamin A untuk balita, dan Sulfas

Ferrosus untuk ibu hamil)

 POD (Pos Obat Desa)

 DUKM (Dana Upaya Kesehatan Masyarakat): asuransi untuk masyarakat desa

 Bidan desa dengan polindes (poliklinik bersalin desa)

 Pembinaan pengobatan tradisional dan sebagainya

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen (subsistem) yang

saling terkait / tergantung satu sama lain dan bekerja untuk mencapai suatu tujuan,

Sistem dapat dianggap sebagai suatu sistem tertutup atau sistem terbuka. Sistem

terbuka sangat dipengaruhi oleh suatu perubahan lingkungan dan harus beradaptasi

dengan perubahan lingkungan. Dalam konsep sistem, ada hubungan hirarkhi antara

berbagai subsistem yang lebih rendah dan suprasistem yang lebih tinggi. Dalam

sistem Kesehatan Propinsi, maka sistem Kesehatan Nasional merupakan

suprasistem dan sistem Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan subsistem. Sistem

akan berfungsi optimal bila sub sistemnya berfungsi sebagaimana seharusnya.

Secara hubungan dengan lingkungan, dimana suatu sistem harus berhadapan

dengan lingkungan maka system menerima berbagai masukan (input), kemudian

berproses menghasilkan luaran (output) serta hasil akhir adalah outcome (dampak)

Dalam pendekatan system ada 3 pokok pikiran

1. Fokus pada hubungan

2. Fokus pada pola

6
3. Hubungan dalam system adalah timbal balik

Melihat dari pendekatan system ini maka suatu sistem menyangkut seluruh

aspek kelembagaan, struktural, pembiayaan, penganggaran, sumber daya manusia,

sistem informasi dan kemitraan dengan masyarakat yang bertujuan untuk

meningkatkan status kesehatan masyarakat Kontek di atas berfokus pada hubungan

dinamis antara komponen tersebut yang berinteraksi dan akan menghasilkan suatu

hasil akhir (outcome) sebagai penampilan dari system itu secara keseluruhan

Sifat hubungan dalam sistem

Hubungan antara sub system / komponen-komponen dalam sistem dapat berupa :

1. Memperkuat satu komponen dengan komponen lain

2. Menyeimbangkan satu sama lain

3. Penundaan antara satu komponen dengan komponen lain

Ruang lingkup dan batasan puskesmas

Adapun yang menjadi ruang lingkup atau lingkungan wilayah kerja Puskesmas

antara lain:

 Jumlah keluarga miskin yang terus bertambah di wilayah kerja Puskesmas.

Karena kelompok ini akan terus menjadi beban pembangunan kesehatan di

daerah jka Pemda tidak memilii kebijakan khusus untk mengatasi masalah

kesehatan mereka

 Kemiskinan dan pengangguran terselubung di wilayah kerja Puskesmas menjadi

trigger munculnya masalah social baru dalam bentuk peningkatan pengguna

7
narkoba, minuman keras, seks bebas, sehingga akan menimbulkan penyakit

menular seksual, abortus. Hal ini akan mengharuskan adanya pencatatan data di

wilayah kerja Puskesmas untuk dijadikan sebagai acuan dalam kebijakan Pemda

 Masalah sampah dan masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah yang

harus mendapatkan penanganan yang intensif oleh Pemda dan juga merupakan

tanggung jawab Puskesmas. Hal ini disebabkan karena masalah lingkungan akan

menyebabkan berkembangnya penyakit Gastroenteritis, DHF,dll

D. Fluoridasi

Fluoridasi adalah pemberian sejumlah garam fluor pada air minum untuk

mengurangi insidensi karies dengan kadar optimum 1mg/ltr air.Metode yang

digunakan terbagi menjadi dua,yaitu topical(dalam ruang praktek dokter gigi

seperti aplikasi gel fluor,varnish fluor,larutan kumur),ataupun secara

sistemik(Community approach seperti fluoridasi air minum masyarakat,tablet fluor

maupun fluoridasi dengan pasta gigi).

Namun dalam hal ini,masyarakat harus diberi pengetahuan bahwa

penyikatan gigi itu tidak boleh berlebihan karena jika berlebihan maka akan

merusak enamel gigi. Penyikatan gigi itu biasanya dua kali sehari. Pagi,setelah

makan dan malam sebelum tidur.Karena selain dapat mencegah karies,jika

pengunaan nya berlebihan akan menyebabkan kegangguan gastro intestinal dan

keracunan akut.Konsentrasi fluor di dalm air lebih baik 0.7-1.22 ppm. Fluor dapat

mencegah metabolism kuman di dalam gigi,mencegah penggunaan pH dan

pengunaan enzim yang berguna untuk pembentukan karies. (Anorital,SKM , dkk).

8
E. Posyandu dan Masyarakat

Pengertian Posyandu

Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan

pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas.

Pelaksanaan pelayana program terpadu dilakukan dib alai dusun, balai kelurahan,

RW, dan sebagainya yang disebut dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Posyandu antara lain: KIA (Keseehatan

Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana),P2M (Imunisasi dan Penanggulangan

Diare), dan Gizi (penimbangan balita). Sedangkan sasaran penduduk posyandu

ialah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur (PUS),dan balita.

Derajat kesehatan yang optimal akan mewujudkan sumber daya manusia

yang sehat dan kuat baik jasmani maupun rohani. Sumber daya manusia yang

demikian ini dibutuhkan dalam kita memasuki abad 21. Abad yang ditandai dengan

persaingan yang ketat baik ditingkat nasional, regional maupun internasional.

Pembangunan kesehatan terus harus diupayakan untuk dapat meningkatkan

kualitas, dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat.

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya

pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk

memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna

memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak balita.

Posyandu adalah wadah pelayanan terpadu yang dikelola dari, oleh dan untuk

masyarakat guna mempercepat peningkatan kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak

dan keluarga.

9
Tujuan Posyandu

Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi,balita dan keluarga serta mempercepat

penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita.

Manfaat Posyandu

a. Bagi Masyarakat

 Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan bagi anak balita dan ibu.

 Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang/gizi

buruk.

 Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul vitamin A.

 Bayi memperoleh imunisasi lengkap.

 Ibu hamil juga akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah

darah serta imunisasi TT.

 Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah.

 Memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan

anak. Apabila terdapat kelaianan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas, dan ibu

menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke Puskesmas.

 Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak

balita.

b. Bagi Kader

 Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.

10
 Ikut berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak balita dan kesehatan

ibu.

 Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam

bidang kesehatan.

 Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan

ibu.

(Sumber : Panduan Pelatihan Kader Posyandu; Kantor Pemberdayaan

Masyarakat Desa (2006); Buku Pegangan Lembaga Pembina Posyandu, Pusat

Promosi Kesehatan (2006), Buku pegangan kader. Depkes RI)

F. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Gigi dan Mulut

Pengorganisasian masyarakat: Adalah suatu proses dimana masyarakat

melakukan identifikasi kebutuhan, membuat urutan prioritas, menumbuhkan

kemauan dan rasa percaya diri untuk memenuhi kebutuhannya, mencari sumber-

sumber baik yang ada di masyarakat maupun yg berasal dr luar dan melakukan

tindakan-tindakan untuk memenuhi kebutuhan sambil memperluas dan

mengembangkan kerjasama dlm masyarakat.

Kader: Adalah proses dimana usaha masyarakat digabungkan dengan usaha

pemerintah untuk meningkatkan keadaan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat

serta untuk mengintegrasikan masyarakat dlm kehidupan bangsa yg memungkinkan

mereka untuk ikut berkontribusi dlm perkembangan bangsa.

Contoh tugas-tugas kader dalam menyelenggarakan posyandu dibagi dalam

kelompok yaitu:

11
1. Tugas-tugas kader Posyandu pada H- atau saat persiapan hari buka posyandu,

meliputi :

 Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga,

LILA, alat pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit),

bahan/materi penyuluhan.

 Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu untuk

dating ke posyandu.

 Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada

kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sector bisa

hadir pada hari buka posyandu.

 Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara

kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

2. Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5

meja,meliputi :

1. Meja – 1, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut:

 Mendaftar bayi/balita, yaitu menuliskan nama balita pada KMS dan secarik

kertas yang diselipkan pada KMS.

 Mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada Formulir atau

Register Ibu Hamil.

2. Meja – 2, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut :

 Menimbang bayi/balita

 Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada

KMS

12
3. Meja – 3, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut :

 Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik

kertas ke dalam KMS anak tersebut.

4. Meja – 4, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut :

 Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat

badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang

bersangkutan.

 Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS

anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.

 Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan, untuk balita, ibu hamil,

dan menyusui berikut ini :

Balita : apabila berat badannya di bawah garis merah (BGM) pada KMS, 2 kali

berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan sakit (lesu-kurus, busung

lapar, mencret, rabun mata, dan sebagainya.

Ibu hamil atau menyusui : apabila keadaannya kurus, pucat, bengkak kaki,

pusing terus-menerus, pendarahan, sesak nafas, gondokan, dan sebagainya.

Orang sakit.

 Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader Posyandu, misalnya

pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, oralit, dan sebagainya.

5. Meja – 5, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh

petugas kesehatan, PLKB, PPL, dll. Pelayanan yang diberikan antara lain :

 Pelayanan Imunisasi

 Pelayanan Keluarga Berencana

 Pengobatan

13
 Pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya.

Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi :

 Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat ke dalam buku

register atau buku bantu kader.

 Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari

Posyandu pada bulan berikutnya.

 Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang

rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma).

 Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan), sekaligus untuk tindak

lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan

berikutnya.

G. Usaha Promotif dan Preventif Pelayanan Mandiri Kesehatan Gigi dan

Mulut

Pada hakekatnya meliputi dua aspek, yaitu:

Aspek peningkatan mutu.

Pengembangan pelayanan melalui peningkatan mutu pada dasarnya adalah

melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan upaya pelayanan mandiri kesehatan

gigi promotif dan preventif yang meliputi unsur unsur kegiatan operasional

(administratif dan teknis) antara lain perbaikan mutu:

1. tenaga
2. alat dan bahan
3. pembiayaan.

14
Aspek peningkatan cakupan.

1. Untuk memperluas cakupan pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan

preventif dapat dilakukan dengan cara perbaikan terhadap hubungan lintas

sektor dan lintas program terkait, sehingga pelayanan kesehatan gigi dan mulut

di sekolah dapat dikembangkan di sekolah-sekolah (SD) lain, yang dimulai di

sekolah dasar kemudian dapat dikembangkan ke SMP yang berdekatan. Tidak

tertutup kemungkinan bahwa ditingkat yang lebih luas, pola pendayagunaan

perawat gigi dan dokter gigi ini dikembangkan sehingga terjadi replikasi

pelayanan serupa di kabupaten, propinsi lain bahkan di seluruh Indonesia.

Aspek peningkatan cakupan terdiri dari:

1. Pembinaan, tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan mandiri

secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan pelayanan. Pembianaan

dilakukan dalam 3 kegiatan yaitu:

1. Pembinaan administrasi,

2. Pembinaan Teknis,

3. Pembinaan Sosial.

2. Monitoring dan Evaluasi, diperlukan sebagai kegiatan pengamatan yang

dilakukan secara terus menerus untuk melihat apakah kegiatan yang

dilaksanakan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Evaluasi

dilakukan minimal pada setiap semester dengan melakukan analisis

terhadap monitoring serta penyimpangan yang terjadi.

15
BAB III

PEMBAHASAN

Perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi mulut mereka sangat

dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya dan ekonomi penduduk yang khas pedesaan.

Persepsi masyarakat bahwa sakit gigi tidak perlu segera diobati, penderita pada

umumnya datang berobat setelah terjadi pembengkakan pada daerah gusi dan pipi.

Rendahnya pengetahuan kesehatan gigi masyarakat, mengakibatkan perilaku

mencari pengobatan ke puskesmas maupun Rumah Sakit juga rendah.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Becker (1979) mengajukan

klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut :

 Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit,

kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.

 Perilaku sakit (illness behavior), yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan

seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan

kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini kemampuan atau pengetahuan

individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha-usaha

mencegah penyakit tersebut.

16
 Perilaku mencari kesembuhan (the sick role behavior), yaitu segala tindakan

atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh

kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan /

kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada

anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap

kesehatannya.

Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-

faktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses

belajar, lingkungan, dan sebagainya.

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui

persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap

orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama.

Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam rangka

mencapai suatu tujuan, juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku.

Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang

mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada

hakekatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai

kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum

perkembangan.

Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan

dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan

perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian

17
dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan

berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2, yakni faktor intern dan

ekstern.

Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi

dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan

faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti

iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan sosial

yang saling mempengaruhi didalam suatu diagram. Dengan keterangan :

a. Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu yang erat

kaitannya dengan lingkungan.

b. Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga

mengenai kesehatan.

c. Lingkungan terbatas; tradisi, adat-istiadat dan kepercayaan masyarakat

sehubungan dengan kesehatan.

d. Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan,

undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.

Setiap individu sejak lahir terkait didalam suatu kelompok, terutama

kelompok keluarga. Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka

kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok

lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan atau

18
norma-norma sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota kelompok

berlangsung didalam suatu jaringan norma.

Managemen perilaku adalah kemampuan memahami konsep perilaku

kesehatan individu dan masyarakat di bidang kesehatan gigi. Kesehatan gigi dan

mulut adalah mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju

kesehatan gigi dan mulut prima.

Melakukan survey di daerah tersebut supaya kita bisa mengetahui kondisi

derajat kesehatan mereka, misalnya sikat gigi yang baik dan benar berapa kali

dalam sehari melalui soal jawab.

Pendekatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Pendekatan secara sugestif kita melakukan pendekatan pada penduduk di

wilayah kumuh tersebut dengan cara menakut-nakuti mereka secara halus

agar mereka memiliki keinginan, motivasi, dorongan ataupun kemauan

untuk menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut mereka supaya

terhindar dari penyakit-penyakit yang mereka takuti.

2. Pendekatan secara persuasif kita melakukan pendekatan pada penduduk

tersebut dengan cara memberikan pengetahuan kepada mereka mengenai

kesehatan gigi dan mulut. Bisa dilakukan dengan mengadakan penyuluhan-

penyuluhan.

19
Proses pembelajaran ada empat:

Kognitif (Pengetahuan)

Sikap seseorang bisa berubah karena adanya informasi, dipaksa dari lingkungan,

dan keinginan untuk berubah.

Proses belajar (ada lupa dan ingat) mencakupi :

1. Trial dan error – ilmu yang didapat tidak bisa langsung masuk.

2. Gestal – dari bagian gambar yang sama tetapi pengertiang yang berbeda.

3. Jembatan keledai (singkatan) – khusus untuk pembelajaran mengingat.

4. Pembanjiran – pembelajaran secara terus menerus.

Ada 5 macam pengetahuan :

1. Pengetahuan

2. Pemahaman

3. Analisa

4. Aplikasi

5. Sintesa

Afektif

Sikap yaitu segala sesuatu yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu.

Misalnya motivasi dan disiplin. Sikap bukan merupakan perilaku, tidak dapat

ditangkap oleh pancaindera tapi bisa diukur menggunakan skala tertentu.

20
Sikap yang positif:

 cenderung disiplin

 cenderung motivasi

 cenderung minat baik

Motivasi :

 intrinsik: melakukan sesuatu untuk mencapai cita-cita

 ekstrinsik: melakukan sesuatu untuk dapat imbalan.

Perilaku / behaviour

Perilaku adalah tindakan dari pengetahuan/sikap yang dapat diamati oleh indera

kita. (pengetahuan – sikap – perilaku). Sikap yang positif menghasilkan perilaku

yang positif.

Perilaku sehat – orang yang mendapat informasi agar dirinya tetap sehat.

Perilaku sakit – orang yang sangat ekstrim. Kalau sakit harus mencari tahu dan

mencari cara bagaimana harus mengobatinya.

Psikomotorik/keterampilan

Dalam memberi penyuluhan kita harus fokus pada orang yang dekat dengan objek

(tokoh masyarakat).

Tokoh masyarakat sangat berpengaruh makanya kita harus mendekatkan diri agar

masyarakat mulai ikutin tokoh (perilaku yang baik.)

21
Komunikasi

 Satu arah

Komunikasi satu arah yaitu komunikasi yang berlangsung secara tidak aktif. Jadi

hanya pembicara yang aktif, pendengar hanya mendengarkan saja (ceramah,

pidato).

 Dua arah

Yaitu komunikasi yang memiliki tujuan tertentu dan memiliki hubungan timbal

balik (misalnya tanya jawab).

Untuk dapat melakukan kegiatan pelayanan kesehatan gigi promotif dan preventif

lebih lanjut dengan baik, ada tahapan yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan sebagai pelaksana yaitu:

1. Organisasi

Banyak pelaku usaha berpandangan bahwa sukses sebuah organisasi usaha

tergantung pada modal dan aset yang dimiliki. Namun yang paling penting

adalah sumber daya manusia yang memiliki kemampuan prima dan relevan

dengan bidang dan profesinya. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dan disiapkan untuk kelancaran organisasi (unit pelayanan

kesehatan gigi promotif dan preventif)

1. Tenaga :

1. Dokter Gigi, adalah lulusan Fakultas Kedokteran Gigi yang bekerja

pada sarana pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif,

termasuk dokter gigi yang baru lulus dan memilih bekerja diluar jalur

PTT dalam melaksanakan masa pengabdian profesinya sesuai dengan

22
Kepmenkes 1540/Menkes/SK/XII/ 2002 tentang penempatan tenaga

medis melalui Masa Bakti dan cara lain

2. Perawat Gigi yang ada di lapangan terdiri dari lulusan Sekolah Pengatur

Rawat Gigi (SPRG) dan lulusan Jurusan Kesehatan Gigi (JKG)

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) yang dulu bernama Akademi

kesehatan Gigi (AKG) yang belum bekerja

2. Dana

pembiayaan pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif dan preventif

dilakukan secara swadana yang dikelola komite sekolah melalui dana sehat

dari murid sekolah, bantuan dari sekolah atau bantuan yang tidak mengikat.

Besar kecilnya biaya pelayanan ditentukan oleh jumlah peserta didikdan

jenis pelayanan. Kelayakan biaya dipengaruhi oleh kualitas pelayanan,

besarnya cakupan jumlah peserta didik yang terlayani, efektifitas dan

efisiensi penggunaan bahan dan obat habis pakai.

3. Bentuk pelayanan, secara legal, model pelayanan mandiri kesehatan gigi

dan mulut promotif dan preventif harus bernaung dibawah badan hukum

yang sah, yaitu bernaung dibawah JKG (Jurusan Kesehatan Gigi), bernaung

dibawah dokter gigi yang memiliki ijin praktek, bernaung dibawah

yayasan/badan hukum lainnya yang bergerak dibidang kesehatan.

4. Jenis pelayanan, dibuat dalam bentuk paket I, II dan paket III.

2. Perencanaan,

Dilakukan sebelum kegiatan pelayanan kesehatan gigi diselenggarakan di

sekolah. Perlu dilakukan perencanaan yang matang agar dapat diantisipasi

23
kesulitan-kesulitan teknis maupun administratif pada waktu pelaksanaannya di

lapangan, yaitu

1. Melakukan Feasibility Study (Studi Kelayakan)

2. Penyusunan Proposal

3. Penawaran Proposal.

3. Persiapan:

1. Penandatanganan MoU

2. Penyiapan bahan dan alat,

3. Menyusun jadwal kegiatan pelayanan

4. Pelaksanaan:

1. Melakukan kegiatan yang sesuai dengan paket pelayanan yang disepakati,

2. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

5. Monitoring dan Evaluasi Monitoring diperlukan sebagai kegiatan pengamatan

yang dilakukan secara terus menerus untuk melihat apakah kegiatan yang

dilaksanakan berjalan sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan. Evaluasi

dilakukan minimal pada setiap semester dengan melakukan analisis terhadap

hasil monitoring serta penyimpangan yang terjadi. Kegiatan monitoring dan

evaluasi dilakukan oleh pengelola pelayanan mandiri kesehatan gigi promotif

dan preventif.

Contoh pada Bagan berikut untuk menunjukan perbedaan antara kegiatan

pelayanan kesehatan (health services) dengan komponen kegiatan penunjang

manajemen pelayanan (management support service). Di bagian kiri adalah contoh

komponen pelayanan kesehatan dasar untuk pelayanan kesehatan umum, perawatan

ibu, dan anak, upaya pengobatan dan sebagainya. Contoh tersebut dapat

24
dikenbangkan sesuai dengan kegiatan prorgam Puskesmas. Di bagian kanan adalah

contoh komponen penunjang manajemen. Semua program pelayanan kesehatan

dasar di sebelah kiri mempunyai komponen penunjang manajemen yang sama.

Dengan mengembangkan komponen penunjang manajemen, komponen pelayanan

kesehatan dasar akan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, rasional dan

berkualitas.

Kegiatan Pelayanan

Kesehatan Kegiatan Manajemen

1. Perencanaan

2. Manajemen personalia

3. Pelatihan staf, dukun, kader,

guru

4. Supervisi, monitoring dan

evaluasi

5. Manajemen keunagan

6. Manajemen logistic

Pelayanan kesehatan umum : 7. Monitoring program

1. Kunjungan rumah 8. Kerja sama/koordinasi

2. Penyuluhan kesehatan 9. Kerjasama dengan kelompok

3. Usaha kesehatan sekolah kelompok masyarakat

4. Uji kualitas air minum 10. Pencatatan pelaporan

penduduk 11. Kepemimpinan

25
Perawatan kesehatan ibu :

1. ANC

2. Pertolongan persalinan

3. Perawatan ibu masa nifas

4. KB

Perawatan anak :

1. Menyusui

2. Penimbangan anak Balita

3. Imunisasi

4. Pemberian Oralit

Pengobatan untuk : Berbagai

penyakit yang dikonsultasikan

ke puskesmas

Kegiatan program lain :

1. Pemeriksaan mutu air

minum

2. Surveilan

Dalam hal ini, untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat di wilayah

padat penduduk dan wilayah kumuh daerah aliran sungai, sebagai tenaga medis kita

menggunakan pendekatan sugestif. Hal ini dilakukan karena bila kita hanya

memberikan informasi tentang apa itu kesehatan gigi dan mulut, apa pentingnya

26
menjaga kesehatan gigi dan mulut, kemungkinan besar masyarakat tersebut hanya

sebatas mengetahuitetapi tidak mengerti/memahami apa yang sebaiknya mereka

lakukan. Jadi kita harus mempengaruhi emosi mereka dengan hal-hal yang nantinya

akan menberikan dampak positif bagi mereka. Sebagai contoh kita dapat

mengatakan bahwa sakit gigi bisa menyebabkan penyakit jantung dan kencing

manis karena banyak orang yang berpikiran bahwa penyakit tersebut adalah

penyakit yang sangat menakutkan/mengerikan sehingga mereka akan mencoba dan

berusaha menghindari penyakit tersebut dengan cara mulai menjaga dan merawat

kesehatan gigi dan mulut mereka.

Program-program yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku kesehatan gigi dan

mulut dapat berupa penyuluhan, pelatihan kader-kader kesehatan gigi dan mulut,

dan lain-lain. Setalah program berjalan dengan baik, kita tidak boleh lepas tangan

begitu saja. Kita harus tetap memantau secara berkala kondisi kesehatan gigi dan

mulut masyarakat di daerah tersebut dengan melakukan survey ulang dalam jangka

waktu tertentu dan tetap melanjutkan pelatihan kader kesehatan supaya tidak

berhenti pada satu titik saja (kader kesehatannya bukan itu-itu saja), tapi

berkelanjutan. Diberikan penyuluhan juga harus secara bertahap sampai tingkat

kesadaran warga terhadap kesehatan mereka meningkat. Hal ini juga harus di

dukung dengan pengadaan fasilitas yang memadai agar tingkat kesehatan mereka

meningkat meskipun kondisi lingkungan tempat mereka tinggal tidak mendukung.

Untuk jangka panjang masyarakat ini harus tetap di pantau agar tingkat kesadaran

mereka tidak menurun.

27
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Untuk memperbaiki perilaku kesehatan gigi dan mulut di daerah

pemukiman kumuh dekat aliran sungai daerah perkotaan, kita sebagai tenaga medis

kesehatan gigi dan mulut harus melakukan survey terlebih dahulu agar kita bisa

mengetahui bagaimana keadaan/kondisi kesehatan gigi dan mulut masyarakat

setempat. Kemudian setelah melakukan survey dan pengamatan untuk

mendapatkan informasi tentang kondisi kesehatan gigi dan mulut daerah tersebut,

kita melakukan perencanaan program untuk mengatasi permasalahan yang ada di

daerah tersebut.Hal ini dapat juga dilakukan oleh kader masyarakat dalam

melakukan pendekatannya agar masyarakat lebih terpengaruh dan dapat lebih

menerapkan kesehatan gigi dan mulut pada kehidupan sehari-hari.

Cara merubah perilaku masyarakat ke arah penanaman kesadaran akan

pentingnya kesehatan gigi dan mulut memerlukan edukasi kesehatan

gigi.Masyarakat harus sadar bahwa perawatan gigi dan mulut merupakan tindakan

yang segera dan tidak bisa dianggap remeh.Dengan demikian diharapkan rencana

pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang menggariskan arah

pembangunan kesehatan yang mengedepankan paradigm sehat,khususnya

penanggulangan dan pelayanan kesehata gigi dan mulut serta pencegahannya akan

terwujud.

28
29

Anda mungkin juga menyukai