Anda di halaman 1dari 28

Makalah Sistem Endokrin

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata maupun
invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf secara bersama lebih dikenal sebagai
super sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi
kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk
mengendalikan berbagai fungsi fisiologi tubuh, antara lain aktivitas metabolisme, pertumbuhan,
eproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ
endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui satu saluran, tetapi
langsung masuk ke dalam darahyang beredar di dalam kelenjar. Kata endokrin berasal dari
bahasa Yunani yang berarti sekresi ke dalam; zat aktif utama dari sekresi internal ini
disebut hormon, dari kataYunani yang berarti merangsang. Beberapa dari organ endokrin
menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis
hormon:misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan
kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai kelenjar
pemimpin tubuh.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fisiologi sistem endokrin pada
berbaga jenis hewa vertebrata dan invertebrata maka dibuatlah makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah:
1. Apa itu sistem endokrin?
2. Apa fungsi sistem endokrin secara umum?
3. Apa itu hormon?
4. Bagaimana klasifikasi, fungsi dan sifat hormon?
5. Bagaimana struktur dasar kimiawi hormon?
6. Bagaimanakah mekanisme aksi hormon berlangsung?
7. Bagaimanakah sistem endokrin pada vertebrata?
8. Bagaimanakah sistem endokrin pada invertebrata?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu sistem endokrin
2. Untuk mengetahui fungsi sistem endokrin secara umum
3. Untuk mengetahui apa itu hormon
4. Untuk mengetahui klasifikasi, fungsi dan sifat hormon
5. Untuk mengetahui struktur dasar kimiawi hormon
6. Untuk mengetahui mekanisme aksi hormon berlangsung
7. Untuk mengetahui sistem endokrin pada vertebrata
8. Untuk mengetahui sistem endokrin pada invertebrata
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Untuk mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung teori-teori yang sudah ada yang
berkaitan dengan bidang kependidikan.
2. Menambah khasanah bahan pustaka baik di tingkat program, fakultas maupun universitas.
3. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan siswa tentang perlunya motivasi belajar yang
menunjang usaha demi tercapainya tujuan belajar dan cita-cita yang mencapai prestasi belajar
yang tinggi.
4. Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki penulis dalam
menulis karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan program studi yang ditekuni.
BAB II
ISI

A. Pengertian Sistem Endokrin


Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi
internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara
langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh (Anonim, 2013).
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai
saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon.
Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain
aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi
tubuh (Ulfhitha, 20112).
Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara
kengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara
kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut (Ulfhitha, 20112):
1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui transmisi
kimia.
2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada sistem
saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja
endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar
antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu
singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali
sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu
hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa
kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya.
Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon
tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu (Ulfhitha, 20112).
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut
(Ulfhitha, 20112) :
1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai penghasil
hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan
fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua
sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf
seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar
berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat endokrin
sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh).
Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik
vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek studi sistem
endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar endokrin dapat berupa
sel tunggal atau berupa organ multisel.
Sistem hormon (endokrin) dan saraf dahulu dianggap sebagai pengatur fisiologi yang
terpisah. Tetapi pandangan tersebut berubah setelah ditemukannya neuron-neuron termodifikasi
yang dapat mensekresi hormon. Beberapa di antara neuron-neuron tersebut menunjukkan
mekanisme pengaturan terhadap kelenjar-kelenjar khusus yang menghasilkan hormon. Sekresi
neuron-neuron termodifikasi tersebut dipengaruhi neuron-neuron biasa, dan banyak kelenjar
penghasil hormon (kelenjar endokrin) yang secara langsung diinervasi oleh neuron yang
mempengaruhi aktivitas sekretorinya.
Sistem endokrin Vertebrata melibatkan kelenjar endokrin yang mensintesis dan
melepaskan duta kimia khas ke dalam darah (the blood spesific chemical messenger) yang
disebut hormon. Hormon diangkut melalui darah ke jaringan sasaran khas tempat hormon
menyebabkan perubahan aktivitas sel penyusun jaringan tersebut. Karena suatu hormon hanya
mempengaruhi sasaran tertentu, maka sasaran harus dapat menerima sinyal tersebut, berarti
sasaran harus mempunyai reseptor khas agar dapat merespon sinyal. Organ lain yang bukan
sasaran dan dipapar oleh hormon yang sama dengan kadar yang sama harus tidak mampu
merespon, dalam arti harus tidak mempunyai reseptor yang mampu merespon keberadaan
hormon.
B. Fungsi Sistem Endokrin secara Umum
Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang,
menstimulasi urutan perkembangan, mengkoordinasi sistem reproduktif, memelihara lingkungan
internal optimal.
Empat tujuan/kegunaan paling penting dari Sistem Endokrin, yaitu :
1. Homeostasis (temperatur/thermoregulation, metabolisme, nutrisi, keseimbangan asam basa)
2. Combating stress (infeksi, trauma, shock)
3. Growth & development (mengembangkan jumlah sel/hyperplasia, dan mengembangkan ukuran
sel/hypertrophy).
4. Reproduction (mensekresikan hormon sex pada laki-laki dan perempuan/ mengembangkan
karakteristik organ sex primer dan sekunder ).
Berikut adalah aktivitas tubuh yang dikendalikan oleh hormon dan jenis hormon yang
mengendalikan
1. Pencernaan dan fungsi metabolik yang terkait.
Sekretin, gasterin, insulin, glukagon, noradrenalin, tiroksin, dan hormon dari kortes adrenal.
2. Osmoregulasi, pengeluaran, dan metabolisme air serta garam.
Prolaktin, vasopresin, aldosteron.
3. Metabolisme kalsium:
Hormon pada teroid, kalsitonin.
4. Pertumbuhan dan perubahan morfologis;
Hormon pertumbuhan, androgen dari korteks adrenal
Tiroksin (untuk metamorfosis amfibi)
MSH (perubahan warna amfibi)
5. Organ dan proses reproduksi
FSH,LH, estrogen, progesteron, prolaktin, dan testosteron.
C. Kelenjar Endokrin
1. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena
pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari
ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior
dan posterior.
a. Hipofisis anterior:
1) Hormon Somatotropin(untuk pembelahan sel, pertumbuhan)
2) Hormon tirotropin (sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur yodium)
3) Hormon Adrenokortikotropin (merangsang kelenjar korteks membentuk hormon)
4) Hormon Laktogenik (sekresi ASI)
5) Hormon Gonadotropin (FSH pada wanita pemasakan folikel, pada pria pembentukan
spermatogonium; LH pada wanita pembentukan korpus luteum,pada pria merangsang sel
interstitial membentuk hormon testosteron)
Hipofisis Medula (membentuk hormon pengatur melanosit)
b. Hipofisis posterior
1) Hormon oksitosin (merangsang kontraksi kelahiran)
2) Hormon Vasopresin (merangsang reabsorpsi air ginjal)
2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh
membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya.
Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur
oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas tirotropin
(TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang
mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju
metabolik tubuh.
3. Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon paratiroid
(PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui
peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat darah dan sel oksifilik yang
merupakan tahap perkembangan sel chief.
4. Timus
Kelenjar timus merupakan kelenjar yang bertanggungjawab dalam pertumbuhan manusia.
Kelenjar timus bahkan sangat berpengaruh pada saat usia pertumbuhan. Kelenjar timus berfungsi
untuk pertumbuhan. Bila kekurangan kelenjar timus akan menderita kretinisme (kekerdilan) dan
bila kelebihan menimbulkan gigantisme (raksasa).
5. Adrenalin
Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas ginjal
bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan yang
menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan bagian medula yang menghasilkan adrenalin
atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian yang
berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian,
yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Medula Adrenal yang berada di pusat,
bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem saraf
simpatis, bertugas untuk mensekresi hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks
Adrenal, bagian ini berada di luar dan berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid dan a
ndrogen.
Pada korteks menghasilkan hormon deoksikortison dan kortison dengan fungsi
mempengaruhi penyerapan. Apabila kekurangan menyebabkan penyakit adison. Pada medulla
menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin) dengan fungsi mengubah glikogen menjadi glukosa,
menaikkan gula darah dan mempercepat kerja jantung. Hormone adrenalin bekerja antagonis
dengan hormone insulin dalam mengatur gula dalam darah agar tetap normal.
6. Pankreas
Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada beberapa kelompok sel
pada pankreas yang dikenal sebagai pulau langerhans. Bagian ini berfungsi sebagai kelenjar
endokrin yang menghasilkan hormone insulin. Hormoneinsulin berfungsi mengatur konsentrasi
glukosa dalam darah. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit diabetes yang
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Selain menghasilkan insulin,
pankreas juga menghasilkan hormon glucagons yang bekerja antagonis dengan hormon insulin.
7. Gonad
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) adalah kelenjar endokrin yang memproduksi dan
mengeluarkan steroid yangmengatur pembangunan tubuh dan mengendalikan karakteristik
seksual sekunder. Gonad adalah organ yang memproduksi sel kelamin. Pada pria, gonadnya
adalah testes, dan pada wanita gonadnya adalah ovarium. Secara umum, kelanjar kelamin (kelenjar
gonad) pada laki-laki dan perempuan sangat berbeda baik dari segi struktur fisiologis, kandungan
dan jumlah hormon yang dikandungnya.
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan
tampak jelas pada minggu kelima. Diferensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron fetal
terlihat jelas pada minggu ketujuh dan ke delapan gestasi. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada
masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan
inhibisisteroid.

D. Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani, : horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa
pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Semua organisme multiselular,
termasuk tumbuhan juga memproduksi hormon.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Ketika
hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan
sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan
bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein
seluler, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau
penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau
penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya
terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause).
Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya.
Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar
endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua
sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung
ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) -
yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel
target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari
otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar
pituitari, yang juga mengontrol kelenjar- kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan
kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus
anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus
posteriornya.
1. Fisiologi Hormon secara umum
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan
sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini
terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang
banyak mengandung pembuluh kapiler. Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang
langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh darah. Sekresinya disebut hormon. Hormon yaitu
penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah.
Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek
hormon.
2. Klasifikasi hormon
Tergantung dari pandangan seseorang hormon dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok atau
kelas, yaitu dari sudut susunan atau struktur kimia alamiahnya dan yang kedua dari segi fungsi atau kerjanya.
Bila ditilik dari struktur kimianya maka hormon dapat kita katagorikan sebagai berikut :
a. Protein. Hormon tumbuh atau grwoth hormone termasuk hormon protein yang terbesar yang mengandung
191 asam amnio (pada manusia). Jumlah adam amino pada hormon tumbuh bervariasi tergantung pada species.
Hormon parathyroid mempunyai sekitar 80-85 asam amino, sedangkan insulin yang terdiri dari rantai A dan
rantai B mengandung asam amino sebanyak 49-52. Susunan asam amino pada insulin ini adalah 20-21 asam
amino pada rantai A dan sejumlah 29-31 asam amino pada rantai B.
b. Peptida. Yang termasuk peptida antaranya adalah beberapa hormon yang dihasilkan oleh hipothalamus yaitu
TRF dalam bentuk tripeptida, vasopressin dan oxytocin yang secara struktur kimianya termasuk octapeptida.
Hormon gastrin mempunyai komponen asam amino sebanyak 17 buah. Hormon perangsang alpha-
melanosit (Alpha-melanocyte-stimulating hormone) mempunyai komponen asam amino sejumlah 13
buah, sedangkan yang beta (Beta- melanocyte-stimulating hormone) mengandung 18 atau 22 asam
amino. Glucagon mempunyai komponen asam amino sebanyak 29 buah, calcitonin 32 buah dan
ACTH 39 buah.
c. Asam amino. Yang termasuk kelompok ini adalah hormon-hormon amine, yaitu yang berasal dari
asam amino yang mengalami modifikasi. Di antara yang termasuk ke dalam hormon amine adalah
epinephrine dan norepinephrine yang merupakan hasil modifikasi dari asam amino tyrosine.
Modifikasi dari asam amino tryptophan dapat menghasilkan serotonin dan melatonin. Hormon
thyroxin (T4) juga termasuk hormon amine, sebagai hasil yodanisasi dan kondensasi dari dua
molekul asam amino tyrosine.
d. Steroid. Hormon steroid dihasilkan dari metabolisme dan proses konversi dari kolesterol yang
mengandung 27 buah atom karbon (C-27). Hormon steroid larut dalam lemak dan dihasilkan oleh
kelenjar adrenal, testes, ovarium, dan plasenta. Hormon-hormon itu diantaranya adalan estrogen (C-
18), androgen (C-19), corticoid (C-12) dan progesteron (C-21).
e. Asam lemak. Hormon prostaglandin adalah satu-satunya hormon yang masuk katagori ini.
Prostaglandin dihasilkan oleh beragam sel hewan yang merupakan biosintesis dari dua asam lemak
yaitu asam lemak arachidonic dan di-homo-gamma-linolenic (arachidonic acid; di-homo--linolenic
acid).
Sebagai dikemukakan di atas hormon-hormon dapat pula dibeda-bedakan berdasarkan kerja
mereka (klasifikasi secara fungsional). Berdasarkan klasifikasi ini, hormon-hormon dapat
dikelompokk sebagai berikut :
Hormon perkembangan (Development hormone). Yang dimasukkan ke dalam kelompok
ini adalah hormon-hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan dan pertumbuhan serta
peranannya dalam biologi reproduksi, baik ketika individu masih dalam kandungan (intrauterine)
maupun setelah berada di luar kandungan (extrauterine) sampai mencapai usia remaja (pubertas)
pada manusia atau dewasa kelamin pada hewan. Termasuk dalam kelompok hormon ini adalah
hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar gonad.
Hormon metabolisme (Metabolic hormone). Konservasi atau proses homeostasis gula
(glukosa) dalam tubuh diatur oleh beragam hormon, diantaranya glucocorticoid, glucagon, dan
catecholamine. Sebaliknya insulin, somatomedin dan nonsuppressible insuline-like activity (NSILA)
mempunyai efek yang berlawanan dengan glucocorticoid maupun dengan glucagon ataupun
catecholamine. Hormon tumbuh (Growth Hormone) dan thyroxin memegang peranan pula di dalam
metabolisme, di samping peranan kedua macam hormon dalam proses pertumbuhan. Hormon-
hormon androgen, estrogen, dan progesteron meskipun mempunyai peranan utama dalam
perkembangan indiividu atau hewan, ketiga macam hormon ini juga mempunyai peranan dalam
proses metabolisme dan pertumbuhan.
Hormon trofik (Tropic hormone). Di dalam prose evolusi dan perkembangan species
sampai mencapai peringkat vertebrata terbentuklah suatu struktur dari organ tubuh yang mempunyai
peranan yang khusus. Di dalam pengaturan fungsi kelenjar endokrin terbentuk suatu sistem yang
menghasilkan hormon yang merangsang kelenjar endokrin agar pada gilirannya kelenjar endokrin ini
menghasilkan hormon pula. Hormon yang dihasilkan oleh struktur yang khusus ini, yaitu hipofisa
adalah hormon-hormon yang dikatagorikan sebagai hormon trofik. Hormon-hormon tersebut adalah
hormon perangsang kelenjar thyroid (TSH), hormon perangsang folikel (FSH) yang merangsang
pertumbuhan folikel pada ovarium dan proses spermatogenesis; hormon penguning (Luteinizing
hormone;LH) yang mengatur produksi progesteron pada hewan betina dan testosteron pada hewan
jantan; hormon adrenocortikotrofik (ACTH) yang merangsang korteks kelenjar adrenal untuk
menghasilkan hormon glucocorticoid dan hormon-hormon yang dihasilkan oleh
hipothalamus (hypothalamic releasing hormone atau hypothalamic releasing factor).
Dua hormon lain yang bersifat trofik tetapi dihasilkan diluar hipofisa adalah chorionic
gonadotropin manusia (human chorionic gonadotropin; HCG) dan chorionic thyrotropin manusia
(human chorionic thyrotropin) yang dihasilkan oleh placenta. HCG mempunyai fungsi atau efek
yang sama dengan LH sedangan HCT mempunyai peranan yang mirip dengan TSH dari hipofisa.
Meskipun belum umum diterima, telah sejak tahun 1975 disarankan bahwa placenta juga
menghasilkan hormon ACTH (human chorionic corticotrophin; HCC).
Renin, meskipun zat ini tidak dapat dikategorikan sebagai hormon berdasarkan batasan yang
dipakai, mampu menghasilkan Angiotensin dan selanjutnya Angiotensin berperan dalam produksi
hormon mineralocorticoid yang mengatur metabolisme mineral. Di dalam perkembangan species
selanjutnya dijumpai pembentukan hormon-hormon dengan fungsi dan peranan yang spesifik.
Hormon-hormon tersebut adalah hormon perangsang pigmen (melanocyte stimulating hormone;
MSH) dan oxytocin yang berperan pada proses kelahiran dan ekskresi air susu.
Hormon pengatur metabolisme air dan mineral. Calcitonin yang dihasilkan oleh kelenjar
thyroid (sel C atau sel-sel parafolikuler) mempunyai peranan untuk mengatur metabolisme calcium
dan fosfor. Meningkatnya produksi calcitonin akan menyebabkan menurunnya calsium dan fosfor
dalam darah dan meningkatkan ekskresi calsium, fosfor, natrium, kalium dan magnesium melalui
ginjal. Hormon parathyroid yang dihasilkan oleh kelenjar parathyroid mengatur homeostasi mineral
terutama calcium dan fosfor. Peningkatan produksi hormon parathyroid akan berakibat meningkatnya
calcium di dalamserum dan meningkatnya ekskresi fosfor melalui air seni. Aldosteron adalah
mineralocorticoid yang dihasilkan oleh zona glomerulosa dari kelenjar adrenal. Hormon ini berperan
di dalam pengaturan metabolisme natrium dan kalium. Peningkatan produksi aldosteron akan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dan hydrogen (dalam bentuk ammonium) di
kawasan tubuli pengumpul bagian kortikal (cortical collecting tubules) pada ginjal. Vasopressin
dihasilkan oleh sel-sel dari nucleus supraoptik dan paraventrikuler (supraoptic and paraventricular
nuclei) yang kemudian disimpan di dalam hipofisa pars nervosa (neurohypophysis) menunggu
sampai diperlukan oleh tubuh untuk disekresikan ke dalam aliran darah. Peranan vasopressin (ADH;
antidiuretic hormone) adalah melakukan konservasi air tubuh dengan jalan mengurangi ekskresi air
seni.
Hormon pengatur sistem kardiovaskuler. Epinephrine dihasilkan oleh bagian medula dari
kelenjar adrenal. Efek dari hormon ini tergantung dari reseptor dari setiap organ tujuan (target
organ), yaitu adregenic receptor (alpha atau beta). Pada jantung yang mempunyai beta receptor
epinephrine akan mengakibatkan peningkatan konduksi dan kontraksi dari jantung. Pada arteriol
yang mempunyai reseptor beta epinephrine akan menyebabkan vasokontriksi. Dengan jalan demikian
keseimbangan hemodinamika oleh epinephrine disesuaikan. Selain terhadap sistem kardiovaskuler,
epinephrine juga mempunyai peranan terhadap sistem pernapasan yaitu menyebabkan dilatasi pada
saluran pernapasan (bronchus) dan menyebabkan menurunnya gerakan atau kontraksi usus. Namun
demikian kerja ketiga sistem tersebut (kardiovaskuler, pernapasan, dan usus) lebih didominasi oleh
catecholamin dan acetylkolin (catecholamine, acetylcholine) yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf
simpatis dan parasimpatis.
3. Patofisiologi hormon secara umum
Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung pada
perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik. Hormon dapat bekerja di dalam
sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekitar (parakrin),
atau mencapai sel target di organ lain melalui darah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya melaui
berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini biasanya melalui penurunan faktor
perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti
terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan
balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas
perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila
pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan
pengontrolan dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan
penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang mensintesis
atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup
dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup
sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak
cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat atau
kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein plasma, lama
kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat,
hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan dipecah
atau dieksresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat
kerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim, hormon
tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak
berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi intra sel)
atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama peningkatan
pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang berlebihan.
Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia,
adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor
yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan
terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati). Pemecahan dapat
diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat dengan
protein.
E. Sifat Kimia Hormon Vertebrata
Terdapat banyak jenis hormon Vertebrata dengan banyak pola aksi, tetapi berdasar
struktur dan sifat kimianya, hormon-hormon Vertebrata dapat dikelompokkan menjadi 3 , yaitu
kelompok hormon steroid, hormon peptida dan protein, dan hormon yang berasal dari tirosin.
Struktur dan sifat kimia hormon menentukan pola aksi hormon terhadap sel sasaran.
Hormon steroid berasal dari kolesterol, dengan struktur dasar 3 cincin karbon (tersusun
atas 6 atom karbon) dan satu cincin karbon yang tersusun dari 5 atom karbon. Perbedaan struktur
kimia sedikit saja akan mengakibatkan perbedaan efek fisiologi yang besar. Sebagai contohnya
adalah sedikit perbedaan struktur kimia pada estradiol dan testosteron mengakibatkan dua jenis
hormon steroid tersebut mempunyai pengaruh yang berlawanan.
Hormon-hormon yag tergolong dalam kelompok ini adalah hormon androgen, estrogen,
progesteron, dan kortikosteroid. Hormon-hormon yang termasuk ke dalam kelompok hormon
peptida dan protein dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1. Klasifikasi hormon Vertebrata berdasar struktur dan sifat kimia

LARUT LEMAK
Hormon steroid
Testosteron
Estrogen
Progesteron
Kortikosteroid
Vitamin D3

LARUT AIR
Hormon peptida dan protein
Peptida
Hormon-hormon hipotalamus
Angiotensin
Somatostatin
Gastrin 3-14 asam amino
Sekretin 8 asam amino
Glukagon 14 asam amino
Kalsitonin 17 asam amino
Insulin 27 asam amino
Parathormon 29 asam amino
32 asam amino
51 asam amino
84 asam amino
Protein berberat molekul besar
Growth hormone (GH)
Prolaktin
Luteinizing hormone (LH)
Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Thyrotropic Hormone

Hormon yang berasal dari tirosin


Katekolamin
Noradrenalin
Adrenalin
Hormon-hormon tiroid
Tiroksin
Triiodotironin

Beberapa jenis hormon hipotalamus mempengaruhi pelepasan/sekresi hormon lain yang


dihasilkan oleh kelenjar endokrin tertentu. Hormon hipotalamus dengan aksi memacu pelepasan
hormon lain disebut sebagai releasing hormone, sedangkan sebaliknya release-inhibiting
hormone. Hormon-hormon hipotalamus merupakan peptida dengan jumlah asam amino
penyusun sekitar 3-14 asam amino. Thyrotropin releasing hormone (TRH) tersusun hanya dari 3
asam amino, growth hormone releasing hormone (GH-RH) tersusun atas 10 asam amino, dan
growth hormone release-inhibiting hormone (GH-RIH) tersusun atas 14 asam amino.
Hormon utama yang berasal dari adenohipofisis merupakan protein yang mengandung
beberapa ratus asam amino. Growth hormone manusia, sebagai contoh mengandung 191 asam
amino dan mempunyai berat molekul sekitar 22.000. Beberapa merupakan glikoprotein yang
selain mengandung rantai peptida juga mengandung komponen karbohidrat. Sebagaimana
protein, ukurannya tak terlalu besar, beberapa jenis berberat molekul sekitar 30.000, tetapi
seringkali sulit mengatakan apakah komponen aktif yang diisolasi dari kelenjar identik dengan
hormon fungsional pada organisme hidup.
Hormon-hormon yang berasal dari tirosin, misalnya dua jenis katekolamin yang dikenal
yaitu noradrenalin dan adrenalin, berbeda gugus metilnya (-CH3). Adrenalin mengandung gugus
metil sedangkan noradrenalin tidak. Tirosin juga merupakan bahan baku pembuatan hormon
tiroid (T3 dan T4). Hormon tiroid bukan katekolamin, tetapi membentuk kelompok tersendiri.
Hormon tiroid dibentuk dari tirosin dengan jalan mengkondensasi 2 cincin C6. Hormon aktif
setelah terjadi iodinasi.
F. Pengaturan Fungsi Endokrin Oleh Otak
Organ-organ endokrin secara konstan berinteraksi dengan sistem saraf pusat. Otak
mempengaruhi dan mengendalikan fungsi-fungsi endokrin baik secara langsung maupun tak
langsung.
Hormon-hormon berpengaruh besar terhadap funsi sistem saraf pusat. Sebagai contoh,
anjing betina yang sedang birahi menerima perilaku kawin anjing jantan meski pada saat lain
sinyal yang sama menimbulkan perilaku antagonis. Kenyataannya bahwa sinyal yang sama yang
dapat mengakibatkan perilaku berbeda tergantung pada pengaruh hormonal yang dapat ditiru
dengan menginjeksikan hormon yang sesuai.
G. Sistem Kontrol Hipotalamus
Hipotalamus terletak pada dasar otak, berdekatan dengan hipofisis (kelenjar pituitari),
jadi terletak posterior chiasma optici.
Hipotalamus merupakan tempat pengatur beberapa fungsi saraf, termasuk pengaturan
temperatur tubuh dan pengaturan intake minum dan makanan. Pengendalian suhu tubuh
merupakan sistem feedback. Perannya dalam pengaturan intake makanan dapat ditunjukkan
dengan merusak bagian tertentu hipotalamus dengan stimulasi elektrik. Jika perusakan pada
lokasi yang tepat, hewan akan makan dalam jumlah yang sangat besar dan tumbuh gemuk
abnormal.
Pengaturan intake air, dapat ditunjukkan dengan cara serupa. Stimulasi elektrik atau
injeksi larutan garam pekat ke area tertentu di hipotalamus, akan menyebabkan hewan minum
berlebihan. Dengan cara tersebut, biri-biri akan minum terus secara berlebih, hanya dalam
hitungan menit, 40% berat badannya adalah air.
Hipotalamus merupakan bagian penting dalam pengendalian endokrin karena
hipotalamus mengendalikan fungsi-fungsi hipofisis yang disebut sebagai master gland dari
sistem endokrin. Pengendalian ini diperantarai oleh neurohipofisis melalui pembuluh darah
khusus yang dikenal dengan sirkulasi portal.
Neurohipofisis mengandung dua jenis hormon yaitu vasopressin (yang berperan dalam
reabsorbsi air di ginjal dan diperlukan dalam pemekatan urin ) dan oksitosin (menyebabkan
kontraksi otot polos uterus menjelang melahirkan). Anti diuretic hormon mamalia identik dengan
vasopresin (disebut sebagai vasopresin karena injeksi dalam jumlah besar mengakibatkan
peningkatan nyata pada tekanan darah akibat konstriksi arteriol).
Vasopresin dan oksitosin merupakan oktapeptida. Keduanya dibentuk dalam sel saraf di
dekat hipotalamus, dan ditranspor sepanjang akson menuju ke akhiran saraf di neurohipofisis,
dari neurohipofisis kemudian dilepaskan ke darah. Dengan demikian neurohipofisis hanya
berperan sebagai penyimpan dan pelepas hormon (organ neurohemal) karena hormon yang
disekresikannya ternyata dihasilkan oleh bagian otak yang lain.
Adenohipofisis, sebaliknya, menghasilkan hormon dan pelepasnan hormon-hormon
tersebut ke darah diatur oleh hipotalamus melalui hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus.
Hormon tersebut dapat mencapai hipofisis melalui sirkulasi portal. saat ini diketahui ada 10
hormon pengatur yang dihasilkan oleh hipotalamus yang terlibat dalam sistem pengendalian
hipofisis. Tiga hormon adenohipofisis (GH, prolaktin/ P, dan melanocyte stimulating
hormon/MSH) dikendalikan hipotalamus secara dual, satu inhibisi dan satunya lagi stimulasi.
Dengan demikian pelepasan ketiga jenis hormon tersebut tidak diatur dengan sistem feedback
sederhana, meskipun tidak diragukan lagi bahwa sinyal feedback terlibat dalam pengaturan
tersebut.

Tabel 2. Hormon-hormon hipotalamus yang mengendalikan pelepasan/ sekresi hormon-hormon hipofisis

Hormon

Growth hormone releasing hormone GH-RH


Growth hormone release-inhibiting hormone GH-RIH
Prolactin releasing hormone P-RH
Prolactin release-inhibitinghormone P-RIH
Melanocyte-stimulating hormone MSH
Melanocyte-stimulating hormone release-inhibiting MSH-RIH
hormone C-RH
Corticotropin (ACTH) releasing hormone TRH
Thyrotropin releasing hormone LH-RH
Luteinizing hormone releasing hormone FSH-RH
Follicle-stimulating hormone releasing hormone

Pelepasan empat hormon yang lain nampaknya tergantung pada sistem feedback negatif.
Corticotropin (ACTH), TSH, LH, dan FSH mempunyai organ target korteks adrenal, tiroid, dan
gonad. Kelenjar-kelenjar tersebut saat distimulasi melepaskan hormon yang sesuai ke dalam
darah. Keberadaan hormon di dalam darah sebaliknya menghambat, dengan feedback negatif,
sekresi hormon-hormon tropik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa inhibisi terjjadi pada tingkat
hipotalamus (kecuali tiroksin yang kemungkinan mempunyai lengkung feedback lebih pendek
melalui adenohipofisis).
Peran utama hipotalamus pada pengaturan endokrin menimbulkan pertanyaan
bagaimana organ penting tersebut dikendalikan. Hubungan hipotalamus dengan berbagai lokasi
di otak melalui saraf memungkinkan pengendalian oleh berbagai lingkungan, juga faktor-faktor
emosi, siklus terang gelap, musim, dan sebagainya. Dengan demikian jjelas bahwa sistem
endokrin secara keseluruhan ada di bawah kendali saraf, melalui peran hipotalamus.
H. Efek cascade
Pengendalian fungsi-fungsi metabolik oleh sistem endokrin dapat menyebabkan
terjadinya cascade, atau amplifikasi tahap-demi tahap (step by step amplification) yang
memungkinkan pengendalian suatu proses akhir dengan hanya memerlukan sangat sedikit
hormon untuk mengawali proses.
Sebagai contoh, untuk proses akhir deposisi glikogen pada hepar, diperlukan sejumlah
kecil C-RH (0,1 ug) yang dilepaskan oleh hipotalamus. pelepasan C-RH mengakibatkan
rangkaian peristiwa dengan tahap akhir pembentukan 5.600 ug glikogen di hepar.
I. Interaksi hormon dengan sel target
Suatu hormon hanya dapat menampakkan aksinya pada sel target jika sel tersebut
mempunyai reseptor yang sesuai, dan sel lain-yang bukan merupakan sel target- harus tidak
mempunyai reseptor tersebut.
Dalam kaitannya dengan sel target, hormon dapat dikelompokkan menjadi (1)
katekolamin dan hormon peptida, yang beraksi melalui reseptor pada permukaan sel, dan (2)
steroid dan hormon tiroid, yang mampu melakukan penetrasi ke dalam sel dan menampakkan
efeknya langsung pada inti sel dan mekanisme sintesis protein selular.
Hasil pengamatan aksi adrenalin pada hepatosit menunjukkan bahwa adrenalin
menyebabkan terjadinya konversi glikogen menjjadi glukosa dengan jalan mengendalikan
pembentukan c-AMP. Proses tersebut tergantung serangkaian enzim, yang salah satunya adalah
fosforilase yang merupakan rate limiting step proses (gambar 21). Enzim aktif, fosforilase a
dibentuk dari prekursor, fosforilase b melalui aksi suatu fosforilase kinase dan ATP pada
fosforilase a. Proses secara keseluruhan hanya diawali dari terikatnya adrenalin pada
reseptornya pada membran sel. Ikatan adrenalin-reseptor mengakibatkan pelepasan enzim
adenilat siklase yang kemudian akan megkatalisis pembentukan cAMP dari ATP.
AMP siklik (C-AMP) disebut sevagai second messenger pada proses aksi hormon,
sedangkan hormonnya disebut sebagai first messenger CAMP dan adenilat siklase ditemukan
pada beberapa jenis jaringan Vertebrata dan Avertebrata, dan ditemukan pula pada sel bakteria.
Peristiwa awal aksi hormon melalui c-AMP selalu melibatkan pelepasan adenilat siklase dari
tapak pengikatan hormon di membran sel.
Fungsi sel dapat juga dimodulasi oleh mekanisme aktivasi reseptor yang tidak
melibatkan c-AMP. Proses tersebut salah satunya tergantung pada pembentukan inositol trifosfat
dan mobilisasi ion kalsium dari pool kalsium intraselular. Pada sistem ini ion kalsium dan
fosfoinositol berperan sebagai second messenger.
Hormon steroid, termasuk hormon seks betina dan jantan, dan hormon yang disekresikan
korteks adrenal, beraksi melalui mekanisme yang berbeda. Estradiol terikat pada reseptor di
uterus, testosteron pada prostat, progesteron pada oviduct burung, dan sebagainya. Pada
permukaan sel, hormon-hormon tersebut membentuk kompleks dengan dengan proein reseptor
dan dengan cepat menuju ke nukleus, menstimulasi/ menginduksi ekspresi gen.
Hormon steroid yang disekresikan gonad tikus yang baru lahir dapat dirunut hingga ke
sel target di area tertentu di otak, Hormon berinteraksi dengan reseptor spesifik dan
menginduksi perkembangan jaringan saraf. Jaringan saraf yang diinduksi perkembangannya
tersebut, akan menjadi pengendali apakah individu dewasa menunjukkan perilaku jantan atau
betina. Diferensiasi seksual pada jaringan saraf menentukan terjadinya aktivasi pada jenis
perlaku tertentu dan supresi bagi perilaku yang lain. Selama perkembangan fungsi sistem saraf
pusat dimodulasi hormon dan seperti kita ketahui sistem saraf pusat yang kemudian menjadi
pengatur utama fungsi-fungsi endokrin tubuh.
J. Sistem endokrin pada Invertebrata
Sejumlah invertebrata tidak mempunya organ khusus untuk sekresi hormon sehingga
sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori, yang merupakan sumber hormon pada
invertebrata. Sel neurosekretori dapat ditemukan antara lain pada :
1. Coelenterata
Contohnya ialah Hydra. Hydra mempunyai sejumlah sel yang dapat menghasilkan senyawa
kimia yang berperan dalam proses reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi. Apabila kepala
hydra dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptide yang disebut activator
kepala. Zat tersebut akan memnyebabkan sisa tubuh hydra dapat membentuk mulut dan tentakel,
dan selanjutnya membenyuk daerah kepala.
2. Platyhelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses regenerasi. Hormon
yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic, ionic, dan dalam proses
reproduksi.
3. Nematoda
Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga 4 kali dalam siklus hidupnya., serta mempunyai
struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi neurohormon, yang berkaitan erat dengan sistem
saraf. Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan beberapa pada daeran
korda saraf.
4. Annelida
Sejumlah annelida seperti poliseta (misalnya neris), oligoseta (misalnya lumbricus),dan
hirudinae (misalnya lintah) sudah memperlihatkan adanya derajat sefalisasi yang memadai. Otak
hewan tersebut memiliki sejumlah besar sel saraf yang berfungsi sebagai sel sekretori. Hewan ini
juga telah memiliki system sirkulasi yang berkembang sangat baik sehingga kebutuhan untuk
menyelenggarakan system kendali endokrin dapat terpenuhi.sistem endokrin annelida berkaitan
erat dengan aktivitas pertumbuhan, perkembangan, regenerasi, dan reproduksi.
Contoh yang baik untuk hal tersebut ialah perubahan bentuk cacing poliseta dewasa, yang
dikenal dengan istilah epitoki.epitoki ialah perubahan sejumlah ruas tubuh menjadi struktur
reproduktif.dalam proses tersebut ,beberapa ruas tubuh annelida yang mengalami perubahan
bentuk akan terlepas dari tubuh utamanya, dan berkembang menjadi organisme hidup
bebas.epitoki di kendalikan oleh system neuroendokrin.hormon yang dilepaskan bersifat
menghambat epitoki sehingga epitoki hanya akan berlansung pada saat kadar hormon tersebut
rendah.cara kerja hormone ini tidak diketahui secara jelas, tetapi diduga sekresinya diatur oleh
faktor lingkungan.
5. Moluska
Moluska (terutama siput) mempunyai sejumlah besar sel neuroendokrin yang terletak pada
ganglia penyusun system saraf pusat. Hewan ini juga memiliki organ endokrin klasik. Senyawa
yang dilepaskan menyerupai protein dan berperan penting dalam mengendalikan osmoregulasi,
pertumbuhan, serta reproduksi.
Reproduksi pada muluska sangat rumit karena hewan ini bersipat hommoprodit (gamet jantan
dan betina terdapat dalam satu tubuh). Beberapa sepesies hewan dari kelompok ini bersipat
protandri. Pada hewan yang bersipat protandri, gamet jantan terbentuk labih dahulu dari pada
gamet betina. Pada hewan ini di temukan adanya hormone yang merangsang pelepasan telur dari
gonad dan pengeluaran telur dari tubuh. Pada Cephalopoda, hewan yang tidak bersipat
hermaprodit,proses preproduksi di kendalikan Oleh endokrin. Dalam hal ini, organ endokrin
kalalsik(terutama kelenjar optik) diduga memilki peran yang sangat penting. Kelenjar optik
diduga menyekresi beberapa hormon yang diperlukan untuk perkembangan sperma dan telur.
6. Crustacea
Seperti halnya invertebrate lain, sistem endokrin pada krustasea umumnya berupa system
neuroendokrin, meskipun mempunyai organ endokrin klasik. Fungsi tubuh yang dikendalikan
oleh sistem endokrin antara lain osmoregulasi, laju denyut jantung, komposisi darah,
pertumbuhan, dan pergantian kulit. Sistem kendali endokrin yang berkembang paling baik dapat
ditemukan pada Malakostra (antara lain ketam, lobster/udang besar, dan udang)
Organ neuroendokrin krustasea terdapat pada tiga daerah utama yaitu sebagi berikut: .
a. Kompleks kelenjar sinus, organ ini kadang-kadang disebut kompleks golongan kepala dan lobus
optik ad tangkai mata .
b. Organ post- komisural.organ ini juga menerima akson dari otak dan berakhir pada awal
esofogus.
c. Organ perikardial : organ ini terletak sangat dekat dengan jantung danmenerima akson dari
ganglion toraks.
Krustasea memiliki jumlah kecil sel endokrin klasik, yaitu organ Y dan kelenjar mandibula.
Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah dada(toraks), tepat nya pada luas
maksila (rahang atas) atau ruas antena.Hormon dari kelenjar Y diduga memengaruhi proses
molting. Kelanjar mandibula terletak di dekat organ Y dan di duga memeliki pungsi endokrin
juga.Krustasea juga mempunyai kelenjar androgenik yang diyakini berperan dalam
perkembangan testis dan produksi seperma.
Salah satu proses pada krustasea yang dikendalikan oleh system endokrin ialah
pengubahan warna kulit. Krutasea mampu menerima rangsang berupa warna latar belakang
mereka, yang mendorong meereka untuk menyesuaikan warna tubuh nya dengan warna
itu.dengan cara demikian,krustasea dapat terhindar dari perhatian musuh nya .
Kemampuan untuk mengubah warna yang di miliki suatu spesies dapat berbeda dari
sepesies lain nya.beberapa hewan hany adapat mengubah warna kulit dan terng ke
gelap,sementara hewan yang lain dapat menanggapi beraneka warna latar belakang. Perubahan
warna kulit krustasea dipengaruhi oleh penyebaran pigmen yang tedapat dalam kromatofor (sel
pembawa pigmen).
Kromatopor pada umum nya terdapat pada sel kulit luar tubuh,tetepi dapat juga terletak pada
organ yang lebih dalam. Fungsi kromatopor dapat diubah oleh sejumlah hormon, misalnya
hormon peptide yang di hasilkan oleh kompleks kelenjar sinus. Hormon ini menyebabkan
pigmen menumpul atau menyebar. Hormon yang di lepaskan oleh prikardial juga di anggap
dapat memengaruhi fungsi kromatopor.
7. Insecta
Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut.
1. Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka,
yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan neurohormon.
2. Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka.
3. Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki akson yang
membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan pengelupasan
rangka luar (kulit luar).
Sistem endokrin invertebrata umumnya mengatur proses yang sama seperti halnya pada
vertebrata seperti pengembangan, pertumbuhan, dan reproduksi. Karena spesies invertebrata
telah mengembangkan keragaman sejarah kehidupan dengan peristiwa karakteristik seperti
pembentukan larva, sering dengan serangkaian tahapan yang berbeda dan / atau pupation,
metamorfosis, diapause atau tahap istirahat yang tidak terjadi pada vertebrata , jelas bahwa
sistem endokrin dari invertebrata jauh lebih beragam dari yang ditemukan pada vertebrata.
Invertebrata menggunakan steroid, terpenoid dan hormon peptida, tetapi ini adalah yang
paling umum di antara filum ini. Struktur sekretori pada invertebrata sering kali berasal dari
neuronal sehingga disebut sebagai organ atau sel neurosekretori. Steroid seperti ecdysone dan
steroid jenis vertebrata, khususnya terpenoid berbeda dari hormon peptida pada sifat fisik dan
kimia serta kelarutan dan ketahanan terhadap degradasi (Oehlmann, 2003).
Secara umum, sistem endokrin invertebrata belum didokumentasikan dalam rincian yang
sama seperti vertebrata. Meskipun terdapat keragaman endokrinologi pada invertebrata, beberapa
generalisasi dasar dapat dibuat.
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan
hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan,
antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta
koordinasi tubuh. Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara
kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf.

K. Sistem Endokrin pada Vertebrata


Gambar : Sistem Endokrin pada Vertebrata
Berbeda dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata terutama sekali tersusun
atas berbagai organ endokrin klasik. Sistem endokrin vertebrata dapat dibedakan menjadi 3
kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari, dan kelenjar endokrin tepi.
Pada vertebrata, sistem syaraf memberikan pengaruh yang sangat jelas terhadap sistem endokrin.
Berbagai organ endokrin tepi pada vertebrata bekerja di bawah kendali kelenjar pituitari bagian
depan (anterior) yang merupakan salah satu organ endokrin pusat. Pituitari anterior bekerja
dibawah pengaruh hipotalamus, yang kerjanya dipengaruhi oleh syaraf.
1. Hipotalamus dan Pituitari
Hipotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang dimilki hewan
vertebrata. Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata yang terletak di bawah talamus dan
berperan dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin. Talamus adalah kumpulan sel syaraf
yang terletak di bagian tengah otak vertebrata. Hipotalamus berfungsi untuk mengendalikan
kelenjar pituitari, sementara pituitari juga berfungsi mengendalikan kelenjar endokrin lainnya.
Oleh karena itu hipotalamus disebut sebagai kelenjar induk. Hormon yang dikeluarkan oleh
hipotalamus akan dibawa ke pituitari ada dua jenis hormon dari hipotalamus yaitu hormon yang
dilepaskan ke pituitari depan dan hormon yang dilepas ke pituitari belakang. Hormon yang
dilepas ke pituitari belakang akan dilepas melalui akson plasma yang membentang dari
hipotalamus hingga ke bagian tersebut . Kelenjar pituitari belakang disebut daerah
neurondokrinal karena pada daerah ini banyak ditemukan juluran saraf dari sel neurosekretori,
yang badan selnya terletak di hipotalamus. Oleh karena itu pituitari belakang disebut juga
neurohipofisis. Dari neurohipofisis hormon dari hipotalamus akan langsung dilepas ke sirkulasi
melalui ujung akson. Hormon hipotalamus yang dilepas di pituitari belakang ialah hormon ADH
dan oksitosin. ADH sangat penting untuk mengendalikan penyerapan air di saluran ginjal
sedangkan oksitosin berperan merangsang kontraksi otot polos pada dinding rahim dan kelenjar
susu. ADH dan oksitosin merupakan hormon dari golongan peptida. Pada semua vertebrata dapat
ditemukan peptida yang memiliki efek hayati serupa dengan ADH dan oksitosin tetapi susunan
asam aminonya berbeda. Hormon penting lain yang dikeluarkan oleh hipotalamu yaitu hormon
pelepas ( releasing hormon, RH ) dan hormon penghambat (Release inhibiting hormon, RIH .
Kedua jenis hormon tersebut dilepas dari ujung akson sel neurosekretori di hipotalamus ke
kapiler darah di dekatnya. Dari hipotalamus, RH, RIH dibawa oleh darah ke pituitari depan yang
juga disebut adenohipofisis.
RH bekerja untuk mempengaruhi pelepasan hormon dari pituitari depan. Hormon dari
pituitari depan selanjutnya akan mempengaruhi pengeluaran hormon dari kelenjar lain yang
merupakan kelenjat tepi, sebaliknya RIH menghambat pelepasan hormon dari pituitari depan.
Hormon pertumbuhan merangsang pertumbuhan tubuh pada semua hewan dan
berpengaruh pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein. Hormon ini juga merangsang hati
untuk melepaskan somatomedin, yang dapat merangsang mitosis dalam jaringan tulang. TRH
merangsang kelenjar tiroid untuk menyekresikan hormon tiroksin dan tirodotiromin yang dapat
mengendalikan laju metabolisme pada mamalia dan metamorfosis pada amfibi.
2. Organ Endokrin Tepi
Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin diluar hipotalamus dan pituitari.
Semakin hari semakin banyak ditemukan organ endokrin baru pada vertebrata. Saat ini banyak
diketahui jantung juga mampu menghasilkan hormon yang disebut ANP. Hormon tersebut
berkaitan erat dengan pengaturan ion natrium di ginjal.
Hampir semua aktivitas dalam tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon. Aktivitas tersebut
meliputi proses pencernaan, peredaran darah, pengeluaran, osmoregulasi. Dalam mengatur
aktivitas tubuh sistem endokrin biasanya bekerjasama dengan sistem saraf
Contoh kerja hormon dalam mengatur kadar kalsium dan gula darah manusia.
Keseimbangan kalsium dalam darah manusia dapat dicapai melalui kerjasama antara hormon
paratiroid dan kalsitonin. Keseimbangan kadar kalsium yang normal sangat penting karena akan
mempengaruhi kemamapuan saraf dan otot untuk menerima rangsang, pembekuan darah,
permeabilitas membran sel, serta fungsi normal enzim tertentu. Sebagai contoh hipokalsemia
(keadaan yang ditandai dengan kadar kalsium dalam darah yang rendah) akan meningkatkan
kepekaan saraf beberapa kali lipat sehingga dapat menimbulkan kejang otot.
L. Feromon pada Hewan
Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk
hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses
reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar keluar tubuh dan hanya memengaruhi
dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies).
a. Feromon pada Kupu-Kupu
Ketika kupu-kupu jantan atau betina memgepakkan sayapnya, saat itulah feromon tersebar di
udara dan mengundang lawan jenisnya untuk mendekat secara seksual. Feromon seks memiliki
sifat yang spesifik untuk aktivitas biologis dimana jantan atau betina dari spesies yang lain tidak
akan merespon terhadap feromon yang dikeluarkan jantan atau betina dari spesies yang berbeda.
b. Feromon pada Rayap
Untuk dapat mendeteksi jalur yang di jelajahinya, individu rayap yang berada di depan
mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar dari kelenjar
stenum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap
yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau
makanannya sehingga rayap mampu mendeteksi obyek makanannya.
Disamping feromon penanada jejak , para pakar etologi (perilaku) rayap juga menganggap
bahwa pengaturan koloni berada di bawah kendali feromon dasar (primer pheromone).
c. Feromon pada Ngengat
Ngengat gipsi betina dapat memengaruhi ngengat jantan beberapa kilometer jauhnya dengan
memproduksi feromon yang disebut disparlur. Karena ngengat jantan mmampu mengindra
beberapa ratus molekul dari betina yang mengeluarkan isyarat dalam hanya satu mililiter udara,
disparlur tersebut efektif saat disebarkan di wilayah yang saat besar sekalipun.
d. Feromon pada Semut dan Lebah Madu
Semut menggunakan feromon sebagai penjejak untuk menunjukkan jalan menuju sumber
makanan. Bila lebah madu menyengat, ia tak hanya meninggalkan sengat pada kulit korbannya,
tetapi juga meninggalakan zat kimia yang memanggil lebah madu lain untuk menyerang.
Demikian pula, semut pekerja dari berbagai spesies mensekresi feromon sebagai zat tanda
bahaya, yang digunakan ketika terancam musuh. Feromon disebar di udara dan mengumpulkan
pekerja lain. Bila semut-semut ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi feromon sehingga
isyaratnya bertambah atau berkurang, bergantung pada sifat bahayanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini antara lain:
1. Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja sama secara kooperatif untuk mengatur aktivitas dalam
tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang kan mempengaruhi sel sasaran. Hormon
dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati atapun oleh neurosekretori. Hormon dapat
diklasifikasi menjadi 3 yaitu steroid, peptida, dan turunan tirosin.
2. Timbulnya tanggapan hayati pada sel target akibat rangsang hormon relatif lebih lambat jika
dibandingkan dengan tanggapan yang timbul akibat rangsang saraf. Hormon mempengaruhi sel
target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erat dengan adanya reseptor hormon pada sel
target yang sesuai dengan hormon tetentu. Reseptor hormon ada yang terdapat di membran sel.
3. Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ endokrin yang dimiliknya pada
umunya berupa organ neuroendokrin. Sedangkan sistem endokrin pada vertebrata sangat
kompleks. Organ endokrin yang dimiliki vertebrata pada umumnya berupa organ endokrin klasik
terdiri atas organ endokrin pusat dan tepi.

B. Saran
Tidak ada kata sempurna yang pantas untuk segala hal di dunia, begitu juga dengan
makalah yang telah kami susun, oleh karena itu bagi pihak terkait kami mengharapkan kritik dan
saran guna perbaikan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Bond, C. E. 1979. Biology of Fishes. W. B. Saunders, Philadelphia.

Fujaya, Yushita., Ir., M.Si. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Helfman, G. S.., B. C. Collete dan D. E. Facey. 1997. The Diversity of Fishes. Blackwell Science, UK.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Jogyakarta

Syahraini, 2012. Sistem Endokrin pada Hewan. http://syahraini-ritz.blogspot.com/. Diakses pada tanggal
24 Maret 2013 pukul 15.00.

Anonim, 2013. Hormon dan Sistem Endokrin. http://sehat-enak.blogspot.com/ diakses pada tanggal 26
Maret 2013 pukul 14.14 WITA, Makassar.

Ulfhitha, Desi, 2012. Sistem Endokrin. http://desyyulfitha.blogspot.com/ diakses pada tanggal 26 Maret
2013 pukul 14.20 WITA, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai