Anda di halaman 1dari 67

MAKALAH BIOLOGI

DASAR DASAR
FISIOLOGI PADA HEWAN

Di Susun Oleh :
KELOMPOK 6
Pradana Rega Kencana
Dwi Angga Apriyanto
Vivi Aprilia Kenedy
Annisa Primadya Gita P
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap hewan dan mahluk hidup harus menyelenggarakan
fungsi kehidupan, antara lain makan, bernapas, bergerak, dan
berkembang biak. Untuk itu, mereka membutuhkan lingkungan
tertentu.
Setiap hewan meiliki lingkungan yang memberikan tantangan
berbeda terhadap hewan.
Setiap faktor lingkungan merupakan rangsang bagi hewan
yang akan ditanggapi dengan cara tertentu atau khusus. Setiap
fungsi hidup harus diatur dan dikendalikan dengan cara tertentu agar
hewan dapat tetap hidup.
Mekanisme kerja fungsi kehidupan dan segala sesuatu yang
dilakukan hewan merupakan inti kajian dalam fisiologi hewan.
Dengan demikian, fisiologi hewan merupakan ilmu yang
mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang ada
pada sisitem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem
tersebut.
Setiap individu hewan akan memilih tempat hidup yang sesuai
dengan kondisi fisiologisnya. Kondisi lingkungan luar tubuh hewan
sering kali mengalami perubahan, dan hal ini dapat menyebabkan
perubahan pada lingkungan dalam tubuhnya. Selain itu, perubahan
aktivitas hewan tersebut juga dapat menyebabkan perubahan pada
lingkungan dalam tubuhnya. Apabila kondisi lingkungan di dalam
tubuhnya berubah, hewan harus berupaya agar perubahan tersebut
tidak berlanjut, dengan cara mempertahankan diri atau beradaptasi
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Sistem Hormon Hewan
2. Sistem Reproduksi Hewan
3. Sistem Saraf Hewan
4. Sistem Indera Pada Hewan
5. Sistem Eksresi Pada Hewan
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dari makalah ini
yaitu :
 Untuk mendiskripsikan dasar-dasar fisiologi pada hewan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fisiologi Hewan
Pada dasarnya setiap mahluk hidup harus menyelenggarakan fungsi
kehidupannya baik mencari makan, bernafas, memperbanyak
keturunan, dan bergerak seperti halnya hewan agar mereka tetap hidup.
Mekanisme kerja fungsi kehidupan dan segala sesuatu yang dilakukan
hewan adalah inti dari fisiologi hewan.

Fisiologi itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari fungsi tubuh


mahluk hidup dengan berbagai aspek yang ada pada kehidupannya itu
sendiri, segala sesuatu yang terjadi pada sistem hidup adalah fungsi
hidup. (Handayani, 2021)

Fisiologi hewan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan
fenomena yang terjadi pada kondisi tubuh normal hewan dan fisiologi
hewan juga mempelajari bagaimana proses hewan dapat hidup dan
beraktivitas (BIOPROSES).
Dalam cakupannya, Fisiologi hewan akan mempelajari tentang
bagaimanna proses kehidupan hewan berlangsung.
Berikut ini adalah aspek yang akan dibahas :

1) Hormon
2) Reproduksi
3) Syaraf
4) Sistem Indra
5) Ekskresi
1) Hormon

“hormon” sendiri berasal (dari bahasa Yunani,


artinya yaitu untuk membangunkan atau menjadi
bergerak). Hormon dibentuk oleh jaringan glandular
endokrin yang ada dalam satu organ atau bagian dari
tubuh (Hipotalamus, Tiroid, Pankreas).lalu Endokrin
berasal dari bahasa Yunani “endon” (dalam) dan
“krino” (berpisah). Jadi endokrin adalah organ tanpa
saluran (pembuluh) yang sekresinya yaitu hormon
diserap secara langsung ke aliran darah daripada
dimasukkan ke sistem pembuluh sebelum ke peredaran
darah.

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu,


merupakan suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran
pelepasan (ductless) untuk mengeluarkan hasil sekresi/
penggetahannya ke luar dari tubuh kelenjar.
Sekret/getah yang diproduksi oleh kelenjar yang
demikian ini disebut hormon. Karena tidak memiliki
saluran pelepasan maka hormon ini langsung
merembes ke peredaran darah, lymphe atau cairan
tubuh dari organ sampai ke organ target/sasaran. dalam
hal ini hanya jaringan tertentu saja yang mampu
memberikan tanggapan/respons terhadap hormon-
honnon yang tertentu pula. Kelenjar endokrin
merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini
terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan
sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak
mengandung pembuluh kapiler.
Hormon juga berfungsi mengatur
pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku,
keseimbangan dan metabolisme. Hormon masuk ke
dalam peredaran darah menuju organ target. Jumlah
yang dibutuhkan sedikit namun mempunyai
kemampuan kerja yang besar dan lama pengaruhnya
karena hormon mempengaruhi kerja organ dan sel.

Klasifikasi Hormon

 Hormon perkembangan/Growth hormone adalah


hormon yang memegang peranan di dalam
perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini
dihasilkan oleh kelenjar gonad

 Hormon metabolisme mengatur proses homeostasis


glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacam-macam
hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan
katekolamin

 Hormon tropik – dihasilkan oleh struktur khusus dalam


pengaturan fungsi endokrin yakni kelenjar hipofise
sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH)
pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH)

 Hormon pengatur metabolisme air dan mineral –


kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk
mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
Adapun sifat-sifat Hormon yaitu : Diproduksi dan di
sekresikan oleh kelenjar endokrin ke dalam darah dalam
jumlah yang sangat sedikit, Diangkut oleh darah menuju
sel/jaringan target, Mempunyai pengaruh mengaktifkan
enzim khusus. (Muhammad Hanafi, 2017)

SISTEM HORMON PADA HEWAN

Sistem Endokrin Pada Vertebrata

a) Sistem Endokrin pada Amphibia

Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang


menghasilkan sekresi intern disebut hormon.
Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas
tubuh, merangsang, baik yang bersifat mengaktifkan
atau mengerem pertubuhan, mengaktifkan bermacam-
macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah
laku makhluk hidup.

Pada dasar otak terdapat glandulae pituitaria


atau glandula hypophysa. Bagian anterior kelenjar ini
menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini
mengontrol pertumbuhan tubuh terutama pada panjang
tulang. Juga merangsang gonad untuk menghasilkan
sel kelamin.

Bagian tengah glandula .pituitaria menghasilkan


hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam
pengaturan cromatophora dalam kulit.

Bagian posterior glandula Pituitaria


menghasilkan hormon yang mengatur pengambilan air.

Hormon tyroid yang mengatur metabolisme.


Kelenjar ini menjadi besar pada berudu sebelum
metamorphose menjadi katak.

Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan


hormon insulin yang mengatur meteabolisme zat gula.
b) Sistem Endokrin pada Aves

Kelenjar endokrin terdiri atas glandulae pituitaria


atau hypophysa terletak didasar otak pada ujung
infundibulum, glandulae thyroidea yang terletak di
bawah pena jugularis dekat cabang arteri subclavia dan
arteri carotis.

Glandulae pancreaticus menghasilkan hormon


insulin. Glandulae sub renalis atau glandula andrenalis
terletak pada permukaan ventral dan Ren, Glandulae
sexualis menghasilkan hormon yang mempengaruhi
tanda kelamin sekunder terutama terletak pada warna
bulu.

c) Sel-sel neurosekresi terdapat pada terutama hewan rendah


kecuali hewan bersel satu.

Pada Coelenterata dan annelida tidak terdapat


kelenjar endokrin tapi mekanisme neurosekresi
mengatur pertumbuhan dan reproduksi. Demikian juga
pada cacing pipih dan nematoda hanya mempunyai
mekanisme neurosekresi. Hewan rendah yang
mempunyai kelenjar endokrin ialah Cephalopoda,
Arthropoda dan hewan yang lebih kompleks lainya.

 Crustacea
Terdapat kelenjar sinus pada insekta ada
korpus kardiakum.kedua kelenjar tersebut sama
dengan neurohipofisis (hipofisis bagaian belakang)
pada vertebrata. Jadi pada dasarnya hewan rendah
maupun vertebrata terdapat suatu hubungan antara
sistem syaraf dengan kelenjar endokrin. Hipotisis
pada vertebrata disebut kelenjar neuroendokrin
 Coelenterata
Pada Coelenterata selurah sistem syaraf
bekerja sebagai sistem neurosekresi. Misalnya pada
ubur-ubur syaraf cincin sirkum oral dengan serabut
radialnya mempunyai sel-sel neurosekresi.
Neurohormon belum diketahui strukturnya tapi
mempunyai fungsi penting misalnya untuk proses
melepaskan gamet.
Platyhelminthes Pada cacing pipih sel-sel
neurosekresi terdapat pada ganglion otak.
Fungsinya belum diketahui tapi diduga belum
mempunyai peranan dalam proses regenerasi.

 Annelida
Sel-sel neurosekresi pada annelida terdapat
pada ganglion supraoesofagus, ganglion
suboesufagus dan ganglion ventral. Neuro hormon
pada cacing tanah banyak diselidiki peran
neurohormon pada annelida ialah dalam fungsi:

Tumbuh dan regenerasi


Transformasi somatik berkenaan dengan
reproduksi
Pemotongan ganda dan perkembangan
seksual Menentukan ciri-ciri kelamin luar
(sekunder) Penyembuhan luka

 Mollusca
Sel neurosekresi terdapat pada gangloin otak
molluska. Pada molluska terdapat pula kelenjar
endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar tersebut
misalnya kelenjar optik pada Octopus. Pada sejenis
siput jika tentakel dibuang hasilnya
pembentukan telur pada ovotestis dipercepat. Jika
ekstrak tentakel disuntikkan merangsang produksi
sperma. Ekstrak ganglion otak merangsang
produksi telur. Dari contoh diatas menunjukkan
bahwa baik otak maupun tentakel berisi sel-sel
neurosekresi yang menghasilkan hormon
(neurohormon). Neurohormon dari tentakel
merangsang produksi sperma sedang dari otak
merangsang perkembangan telur. Pada octopus
proses kedewasaan juga diatur oleh sel-sel
neurosekresi yang mempengaruhi pertumbuhan
ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak-
kelenjar optik- gonade pada octopus sama seperti
hubungan hipotalamus-hipofisisgonade pada
vertebrata.

 Crustacea (udang-udangan)
Mekanisme neurosekresi pada udang-udangan
sangat kompleks dan sangat erat hubungannya dengan
sistem saraf dan ganglionnya. Diantaranya hormon
yang penting adalah:
Beberapa Neurohormon Tangkai Mata
Terdapat beberapa neurohormon yang berasal dari
ganglia optik yang letaknya pada tangkai mata:

Hormon Pigmen Retina


Kromatorotrofin

 Hormon Hiperglikemik
Hormon Inhibitor Ovarium
Hormon Inhibitor Pengelupasan (Moulting)
Organ Y
Kelenjar Androgen Pada Jantan
Ovarium Insecta
Hampir semua hormon dihasilkan sel
neurosekresi dari ganglion otak dan ganglia lainnya
yang dapat ditemukan pada protoserebrum,
tritoserebrum, ganglion suboesofagus dan ganglia
ventral.
Hewan ini diketahui juga menghasilkan sejumlah hormon
yaitu:
 Juvenil hormone(JH), merangsang
perubahan serangga dari bentuk
ulat ke larva. Hormon ini tidak
dihasilkan ketika serangga
mencapai bentuk dewasanya.
 Ecdysone, merangsang
perubahan atau pergantian kulit
serangga. Hormon ini bekerja
antagonis dengan JH.

 Octopamine, menaikkan
kadar penggunaan glukosa
oleh otot. Adipokinetic
Hormone, mempercepat
perubahan lemak menjadi
energi.

 Bovine
Somatotropin(BST),meningkatkan
produksi susu pada ternak.
Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang
utama, sebagai berikut:

 Sel neurosekretori medialis : memiliki


akson yang membentang hingga ke
korpora kardiaka, yakni sepasng organ
yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan dan pelepasan
neurohormon.
 Sel neurosekretori lateralis : memiliki
akson yang membentang hingga ke
korpora kardiaka.
 Sel neurosekretori subesofageal :
terdapat di bawah kerongkongan dan
memiliki akson yang membentang ke
korpora alata yang merupakan organ
endokrin klasik.

Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan


berbagai aktivitas pertumbuhan dan pengelupasan
rangka luar (kulit luar).
KELENJAR PITUITARI

Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja


dari semua kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol
kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari
ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim.

a) Hipofisis anterior:
 Hormon Somatotropin (untuk pembelahan
sel,pertumbuhan)
 Hormon tirotropin (sintesis hormon tiroksin dan
pengambilan unsur yodium)
 Hormon Adrenokortikotropin (merangsang kelenjar
korteks membentuk hormon)
 Hormon Laktogenik(sekresi ASI)
 Hormon Gonadotropin( FSH pada wanita pemasakan
folikel, pada pria pembentukan spermatogonium; LH
pada wanita pembentukan korpus luteum,pada pria
merangsang sel interstitial membentuk hormon
testosteron).

b) Hipofisis Medula (membentuk hormon pengatur melanosit)

c) Hipofisis posterior
 Hormon oksitosin(merangsang kontraksi kelahiran)
 Hormon Vasopresin( merangsang reabsorpsi air
ginjal).

ORGAN ENDOKRIN TEPI

Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin di luar


hipotalamus dan pituitari. Saat ini telah diketahui bahwa jantung
juga menghasilkan hormon yaitu atrial naturetic peptide (ANP).

Hampir semua aktivas tubuh hewan dipengaruhi oleh


hormon. Aktivitas tersebut meliputi proses pengenceran,
peredaran darah (yang melibatkan jantung dan pembuluh darah),
pengeluaran, osmoregulasi, termoregulasi dan reproduksi. Dalam
mengatur aktivitas tubuh, sistem endokrin biasanya bekerjasama
dengan sistem saraf.

Keseimbangan kadar kalsium dalam darah manusia dapat


dicapai melalui kerja sama antar hormon paratiroid dan kalsitonin.
Keseimbangan kadar kalsium yang normal sangat penting karena
akan memengaruhi kemampuan saraf otak untuk menerima
rangsang, pembekuan darah, permeabilitas membran sel, serta
fungsi normal enzim tertentu. Peningkatan kadar kalsium darah
akibat kerja hormon paratiroid.

Sama seperti kadar kalsium, kadar dalam darah juga


dikendalikan oleh hormon, terutama insulin dan glukagon.
Peningkatan kadar gula dalam darah juga disebabkan oleh adanya
hormon epineprin dan glukokortikoid. Hormon lain juga
memengaruhi kadar gula dalam darah yaitu hormon pertumbuhan
(growth hormon, GH), hormon pemacu tiroid (TSH), dan hormon
tiroid. GH menyebabakan peningkatan kadar gula darah, sedangkan
TSH dan hormon tiroid memiliki pengaruh yang bersifat kompleks
(dapat menurunkan dan meningkatkan kadar gula darah).

KELENJAR PINEAL

Terdapat pada permukaan atas talamus diantara hemisfer


serebrum. Kelenjar ini mensekresi melatonin. Melatonin dan
serotonin telah diidentifikasi pada pineal burung dan amfibi.
Enzim yang responsibel untuk pembentukan hormon ini adalah
Hydroxyndol-o-methyl transferase.

FEROMON PADA HEWAN

Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin


dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis,
individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi.
Berbeda dengan hormon, feromon menyebar keluar tubuh dan hanya
memengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu
spesies).

 Feromon pada Kupu-Kupu


Ketika kupu-kupu jantan atau betina memgepakkan
sayapnya, saat itulah feromon tersebar di udara dan
mengundang lawan jenisnya untuk mendekat secara
seksual. Feromon seks memiliki sifat yang spesifik untuk
aktivitas biologis dimana jantan atau betina dari spesies
yang lain tidak akan merespon terhadap feromon yang
dikeluarkan jantan atau betina dari spesies yang berbeda.

 Feromon pada Rayap


Untuk dapat mendeteksi jalur yang di jelajahinya,
individu rayap yang berada di depan mengeluarkan
feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang
keluar dari kelenjar stenum (sternal gland di bagian
bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh
rayap yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi
feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau
makanannya sehingga rayap mampu mendeteksi obyek
makanannya.
Disamping feromon penanada jejak , para pakar
etologi (perilaku) rayap juga menganggap bahwa
pengaturan koloni berada di bawah kendali feromon
dasar (primer pheromone).

 Feromon pada Ngengat


Ngengat gipsi betina dapat memengaruhi ngengat
jantan beberapa kilometer jauhnya dengan memproduksi
feromon yang disebut “disparlur”.
Karena ngengat jantan mampu mengindra beberapa
ratus molekul dari betina yang mengeluarkan isyarat
dalam hanya satu mililiter udara, disparlur tersebut
efektif saat disebarkan di wilayah yang saat besar
sekalipun.

 Feromon pada Semut dan Lebah Madu


Semut menggunakan feromon sebagai penjejak
untuk menunjukkan jalan menuju sumber makanan.
Bila lebah madu menyengat, ia tak hanya
meninggalkan sengat pada kulit korbannya, tetapi juga
meninggalakan zat kimia yang memanggil lebah madu
lain untuk menyerang.
Demikian pula, semut pekerja dari berbagai spesies
mensekresi feromon sebagai zat tanda bahaya, yang
digunakan ketika terancam musuh. Feromon disebar di
udara dan mengumpulkan pekerja lain. Bila semut-
semut ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi
feromon sehingga isyaratnya bertambah atau
berkurang, bergantung pada sifat bahayanya.
(Muhammad Hanafi, 2017)
2) Reproduksi

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup


untuk menghasilkan individu baru yang sifat induknya
sama atau menyerupai induk.
Reproduksi itu sendiri terbagi menjadi dua jenis
yaitu reproduksi Aseksual dan reproduksi Seksual.
Secara garis besar reproduksi seksual adalah
reproduksi yang berlangsung di dalam sel telur sang
induk, dan aseksual adalah reproduksi yang
berlangsung diluar sel telur sang induk.

 Reproduksi aseksual Reproduksi


aseksual dihasilkan individu baru
tanpa pelebaran sel kelamin jantan
dan sel kelamin betina. Pada
umumnya reproduksi tersebut terjadi
pada hewan tidak bertulang belakang
(invertebrata) dan sebagian kecil
hewan bertulang belakang
(vertebrata).

Ada beberapa cara pada reproduksi


aseksual, yakni: Membelah diri (pembelahan
biner) pada cara tersebut adalah pembelahan
diri dari satu sel menjadi dua sel baru. Itu
seperti terjadi pada protozoa. Protozoa adalah
hewan pertama atau hewan tingkat rendah
yang hanya bersel satu.
Fragmentasi Fragmentasi adalah
pemisahan sebagian sel dari suatu koloni dan
selanjutnya membentuk koloni sel baru.
Pada beberapa jenis vertebrata juga
mampu melakukan reproduksi seksual dan
akseksual secara parthenogenesis.
Parthenogenesis merupakan pertumbuhan dan
perkembangan embrio atau biji tanpa fertilisasi
oleh penjantan. Pada Mei 2007, para ilmuan
menemukan bahwa hiu martil dapat
menyuburkan telur mereka sendiri hingga
menjadi individu baru.

 Reproduksi seksual Pada reproduksi


tersebut melibatkan organ kelamin
jantan dan betina serta ditandai dengan
peristiwa pembuahan (fertilisasi).
Pembuahan bisa terjadi di luar tubuh
maupun di dalam tubuh.

 Fertilisasi pada hewan dibagai menjadi


dua berdasarkan tempat terjadinya,
yakni: Fertilisasi eksternal Fertilisasi
internal Berikut penjelasanya:
Fertilisasi eksternal Fertilisasi
eksternal terjadi di luar tubuh induk
betina. Hewan yang fertilisasinya di
luar tubuh induk akan menghasilkan
sel telur dan sel sperma dalam jumlah
banyak. Hal itu terjadi karena
kemungkinan terjadinya pembuahan
sangat kecil. Sehingga dengan
menghasilkan sel telur dan sel sperma
dalam jumlah banyak dapat
memperbesar keberhasilan proses
fertilisasi. Kemungkinan adanya
gangguan terhadap sel telur, sel
sperma dan zogot hasil fertilisasi
sangat besar. Seperti keadaan alam
yang tidak menguntungkan atau
dimakan hewan lain.
Fertilisasi eksternal biasanya
dialami oleh hewan yang hidup di air,
seperti ikan dan katak. Fertilisasi
internal Fertilisasi internal apabila
terjadi di dalam tubuh induk betina.
Biasanya terjadi pada hewan
generative, seperti kura-kura (reptile),
ayam (aves), dan singa (mamalia).
 Kopulasi adalah tindakan dalam
reproduksi seksual yang dilakukan
oleh sepasang hewan dengan
menyatukan organ sel untuk
memasukan sperma agar terjadi
fertilisasi.
Peran dari reproduksi adalah
untuk memberi kelanjutan
keberadaan suatu spesies. Karena
hewan bersaing dengan individu
lain di lingkungan untuk
mempertahankan diri. Itu untuk
jangka waktu yang cukup
memungkinkan menghasilkan
jaringan bagi keberlangsungan
hidup mereka sendiri.

Adapun Reproduksi buatan pada hewan yang biasa


disebut Inseminasi buatan, yang artinya proses memasukkan
cairan sperma (semen) dari hewan jantan ke dalam saluran
reproduksi hewan betina dengan bantuan manusia. Cairan
sperma dimasukkan dengan cara disuntik. Dengan cara ini,
sangat memudahkan hewan untuk bisa menghasilkan anak
karena hewan jantan tidak harus kawin dengan hewan betina
secara langsung. Sehingga, hewan betina bisa menghasilkan
anak tanpa bertemu dengan hewan jantan.

Dalam melaksanakan inseminasi buatan, dibutuhkan


semen dari hewan jantan yang memiliki kualitas unggul.
Semen tersebut kemudian disimpan pada suhu rendah,
yaitu ?800C hingga ?200C. Hal ini bertujuan agar semen
tidak mengalami kerusakan dan mati, karena sel sperma
sangat rentan terhadap suhu panas. Inseminasi buatan telah
diterapkan pada beberapa hewan, antara lain pada sapi,
bebek, itik, domba, dan hewan lainnya. (Ari welianto, 2020)
3) Syaraf

Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan


yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel
saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi
sensoris indrawi, cara motorik volunter dan involunter
organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis beragam
anggota fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan
jaringan paling berbelit dan paling penting karena terdiri
dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling terhubung dan
vital untuk perkembangan bahasa, tipu daya dan ingatan.
Satuan kerja utama dalam sistem saraf adalah neuron
yang diikat oleh sel-sel glia.

Pada tingkatan seluler, sistem saraf diartikan


dengan keberadaan jenis sel khusus, yang dinamakan
neuron, yang juga dikenal sebagai sel saraf. Neuron
memiliki struktur khusus yang mengijinkan neuron
untuk mengirim sinyal secara cepat dan presisi ke sel
lain. Neuron mengirimkan sinyal dalam bentuk
gelombang elektrokimia yang berlanjut sepanjang
serabut tipis yang dinamakan akson, yang mana akan
menyebabkan bahan kimia yang dinamakan
neurotransmitter dilepaskan di pertautan yang
dinamakan sinaps. Sebuah sel yang menerima sinyal
sinaptik dari sebuah neuron bisa tereksitasi, terhambat,
atau termodulasi. Hubungan selang neuron membentuk
sirkuit neural yang mengenerasikan persepsi
organisme dari dunia dan menentukan tingkah
lakunya. Bersamaan dengan neuron, sistem saraf
mengangung sel khusus lain yang dinamakan sel glia
(atau sederhananya glia), yang menyediakan dukungan
struktural dan metabolik.

Fungsi jaringan saraf pada hewan adalah


menerima dan menganggapi sinyal- sinyal dari dalam
tubuh dan lingkungan. Jaringan saraf terdapat di
hampir semua bagian tubuh pada hewansaraf pada
hewan dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan
fungsinya. Yaitu :
Saraf Sensorik (Neuron Aferen).
Saraf sensorik bertugas
mengantarkan rangsang dari organ
penerima rangsang (reseptor) ke pusat
susunan saraf, yaitu otak dan sumsum
tulang belakang.

Saraf Motorik (Neuron Eferen).


Saraf motorik bertugas
menghantarkan rangsang dari pusat susunan
saraf ke bagian efektor berupa otot dan
kelenjar yang selanjutnya akan direspon
oleh tubuh.

Saraf Konektor (Asosiasi).


Saraf konektor bertugas
menghubungkan antara saraf sensorik dan
motorik.

STRUKTUR SEL SYARAF


 Neuron
Sel saraf diartikan oleh keberadaan sebuah
jenis sel khusus— neuron (kadang- kadang
dinamakan "neurone" atau "sel saraf"). Neuron
bisa dibedakan dari sel lain dalam sebanyak cara,
tapi sifat yang paling mendasar adalah bahwa
mereka bisa mengadakan komunikasi dengan sel
lain menempuh sinaps, adalah pertautan
membran-ke-membran yang mengandung mesin
molekular dan mengizinkan transmisi sinyal
cepat, sama berat elektrik maupun kimiawi. Setiap
neuron terdiri dari satu badan sel yang di
dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari
badan sel keluar dua jenis serabut saraf, adalah
dendrit dan akson.
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke
badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi
mengirimkan impuls dari badan sel ke sel saraf
yang lain atau ke jaringan lain. Akson biasanya
sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.
Setiap neuron hanya memiliki satu akson dan
minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini
berisi plasma sel. Pada anggota luar akson
terdapat lapisan lemak dinamakan mielin yang
diwujudkan oleh sel Schwann yang menempel
pada akson. Sel Schwann merupakan sel glia
utama pada sistem saraf perifer yang berfungsi
membentuk selubung mielin. Fungsi mielin
adalah melindungi akson dan memberi nutrisi.
Anggota dari akson yang tidak terbungkus mielin
dinamakan nodus Ranvier, yang bisa
mempercepat penghantaran impuls.
Bahkan dalam sistem saraf spesies tunggal
seperti manusia, terdapat beratus- ratus jenis
neuron yang tidak sama, dengan bentuk,
morfologi, dan fungsi yang beragam. Ragam
tersebut meliputi neuron sensoris yang
mentransmutasikan stimuli fisik seperti cahaya
dan suara dijadikan sinyal saraf, dan neuron
motorik yang mentransmutasikan sinyal saraf
dijadikan aktivasi otot atau kelenjar; namun dalam
kebanyakan spesies kebanyakan neuron menerima
semua masukan mereka dari neuron lain dan
mengirim keluaran mereka pada neuron lain.

 Sel Glia
Sel glia (berasal dari bahasa Yunani yang
artiannya "lem") adalah sel non-neuron yang
menyediakan dukungan dan nutrisi,
mempertahankan homeostasis, membentuk
mielin, dan berpartisipasi dalam transmisi sinyal
dalam sistem saraf.Dalam otak, diperkirakan
bahwa jumlah total glia kasarnya hampir setara
dengan jumlah neuron, walaupun
perbandingannya bervariasi dalam kawasan otak
yang tidak sama. Di selang fungsi paling penting
dari sel glia adalah untuk mendukung neuron dan
menahan mereka di tempatnya; untuk
menyediakan nutrisi ke neuron; untuk insulasi
neuron secara elektrik; untuk menghancurkan
patogen dan menghilangkan neuron mati; dan
untuk menyediakan segala sesuatu yang
diajarkan pengarahan akson dari neuron ke
tujuannya.Sebuah jenis sel glia penting
(oligodendrosit dalam susunan saraf pusat, dan
sel schwann dalam sistem saraf tepi)
menggenerasikan lapisan sebuah substansi lemak
yang dinamakan mielin yang membungkus
akson dan menyediakan insulasi elektrik yang
mengijinkan mereka untuk mentransmisikan
potensial gerakan bertambah cepat dan
bertambah efisien.(Silmi Nurul Utami, 2022)

SISTEM SYARAF VETEBRATA

Hewan vertebrata memiliki sistem saraf pusat dan sistem


saraf tepi.
 Amfibi
Katak merupakan salah satu contoh
hewan amfibi yang memiliki sistem saraf tepi
dan saraf pusat. Amfibi memiliki bagian otak
depan, otak tengah, otak belakang, dan sumsum
lanjutan yang membentuk sistem saraf pusat,
sedangkan serabut saraf dan sela-sela ruas tulang
belakang membentuk sistem saraf tepi.
Otak besar berkembang memanjang
berbentuk oval. Bagian ujung otak besar
berhubungan dengan indra penciuman.
Otak tengah berkembang cukup baik dan
terhubung dengan indra penglihatan (lobus
optikus).
Otak kecil memiliki bentuk lengkung
mendatar menuju arah sumsum lanjutan dan
kurang berkembang dengan baik.

 Aves (Burung)
Aves memiliki sistem saraf tepi dan
saraf pusat yang terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi
terdiri dari serabut-serabut saraf yang berasal
dari otak dan berasal dari sela-sela ruas
tulang belakang.
Otak burung (aves) terdiri dari otak
depan, otak tengak otak belakang, dan
sumsum lanjutan.
Otak besar aves merupakan bagian
utama dan otak depan terbagi menjadi 2
yaitu belahan kanan dan belahan kiri dengan
permukaan tidak berlipat-lipat sehingga
tidak menampung banyak sel saraf.
Otak tengah aves merupakan pusat
saraf penglihat yang berkembang baik
dengan gelembung yang membuat indra
penglihatan aves berkembang dengan baik.
Pada bagian permukaan otak kecil
aves terdapat lipatan-lipatan untuk
menampung sel-sel saraf lebih banyak.
Semakin banyak sel saraf pada otak kecil
maka menunjukkan bahwa pusat
keseimbangan burung saat terbang
berkembang dengan baik.

 Ikan
Ikan memiliki sistem saraf tepi dan saraf
pusat yang terdiri dari otak dan sumsum
lanjutan. Sistem saraf tepi terdiri dari serabut
saraf otak dari sumsum tulang belakang.
Otak ikan terdiri dari otak depan, otak
tengah, otak kecil dan sumsum lanjutan. Otak
depan berhubungan dengan saraf penciuman dan
hidung. Otak tengah berhubungan berhubungan
dengan saraf penglihatan. Namun, kedua bagian
otak tersebut kurang berkembang dengan baik
sehingga membuat indra penglihatan dan indra
penciuman ikan tidak berkembang dengan baik.
Sedangkan bagian otak kecil berkembang
dengan baik dan berfungsi sebagai pusat
keseimbangan dan pusat pengaturan gerak otot
pada saat ikan berenang. Dengan adanya pusat
keseimbangan tersebut membuat ikan mampu
bergerak cepat dalam air.

 Mamalia (Hewan Menyusui)


Sistem saraf pada hewan mamalia terdiri
atas otak depan, otak tengah, dan otak belakang
yang berkembang dengan baik. Hewan mamalia
memiliki sumsum lanjutan dan sumsum tulang
belakang (sumsum spinal).
Beberapa jenis hewan mamalia memiliki
lebih karena saraf-saraf pusatnya mengalami
perkembangan yang lebih menonjol, contoh
kemampuan hewan untuk mencari mangsa,
kemampuan pada indra penglihatan dan indra
pendengar pada kucing, indra pendengar yang
tajam pada kelelawar, indra pencium yang tajam
pada anjing.

 Reptilia
Reptilia memiliki sistem saraf tepi dan
saraf pusat. Pada bagian otak besar yaitu lobus
olfaktorius adalah pusat pencium yang
berkembang baik sehingga membuat indra
penciuman menjadi lebih tajam.
Namun perkembangan otak tengah pada
hewan reptil terdesak oleh otak besar sehingga
membuat otak tengah menjadi kurang
berkembang sehingga menyebabkan indra
penglihatan hewan reptil menjadi kurang tajam
atau buram.

SISTEM SYARAF INVETEBRATA

Susunan saraf pada hewan invertebrata (tidak


bertulang belakang) tentu berbeda dengan hewan Vertebrata
(bertulang belakang). Hewan invertebrata memiliki sistem
saraf seperti tangga tali, bahkan ada beberapa jenis hewan
invertebrata yang tidak memiliki sistem saraf contohnya
hewan bersel satu atau protozoa.
 Cacing (Vermes)
Cacing memiliki sistem saraf dengan
bentuk seperti tangga tali memanjang dan arah
kepala ke arah belakang atau bagian ekor. Pada
bagian sistem saraf tangga tali terdapat berkas
saraf yang membentuk simpul-simpul saraf yang
disebut dengan ganglion atau ganglia (jamak).
Sebagai contoh pada cacing pipih seperti
planaria memiliki susunan saraf yaitu dua buab
ganglia di bagian kepala dan ditiap ganglion
terdapat berkas saraf memanjang (longitudinal) ke
bagian ekor. Serta disetiap berkas saraf memiliki
cabang-cabang lebih kecil sehingga mampu
menjangkau seluruh bagian tubuh.
Sedangkan cacing tanah memiliki sistem
saraf yang terdiri dari ganglion kepala, ganglion
bawah kerongkongan dan ganglion ruas badan.
Ganglion kepala adalah kumpulan badan sel saraf
yang terletak di ujung depan tubuh di ruas ketiga.
Sedangkan ganglion kerongkongan dan ganglion
ruas badan berada dibagian bawah saluran
pencernaan.
Diantara bagian ganglion kepala dan bagian
ganglion bawah kerongkongan terdapat dua buah
saraf penghubung. Sedangkan diantara bagian
ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas
badan terdapat sebuah saraf penghubung.
Lalu pada setiap ruas tubuh terdapat
ganglion yang membentuk cabang-cabang halus.
Sistem saraf pada ruas berfungsi untuk mengatur
gerakan tubuh cacing tanah.
 Hewan bersel satu (Protozoa)
Hewan bersel satu (Protozoa) misalnya seperti
Amoeba sp. dan Paramaeciurn sp., tidak memiliki
sistem saraf. Namun protozoa memiliki kemampuan
untuk menerima dan mereaksi sebuah rangsangan.
Sebagai contoh jika Amoeba sp. mendapat
rangsangan cahaya yang kuat maka Amoeba sp.
akan bergerak menjauh. Sedangkan ketika Amoeba
sp. mendapat rangsangan cahaya lembut maka
Amoeba sp. akan bergerak mendekat.
Paramaecium sp. merupakan hewan berambut
getar dan memiliki serabut saraf yang berakhir pada
tumpukan rambut getar atau silia. Serabut tersebut
berfungsi untuk mengatur gerakan silia.Sedangkan
pada Ubur-ubur Hydra sp., dan hewan bersel satu
lainnya belum memiliki sistem saraf khusus.

 Serangga
Belalang merupakan salah satu contoh
serangga yang memiliki sistem saraf tangga tali dan
mirip dengan sistem saraf pada cacing tanah.
Belalang memiliki sistem saraf yang terdiri dari
ganglion kepala, ganglion bawah kerongkongan, dan
ganglion ruas badan.
Ganglion kepala terdiri dari dua buah
ganglion terbesar yang ada dibagian kepala atas.
Dalam ganglion kepala terdapat saraf penglihatan
mata, saraf peraba dan antena.
Sedangkan bagian ganglion bawah
kerongkongan berhubungan dengan ganglion kepala
melalui dua buah serabut saraf yang ada di sebelah
kanan dan sebelah kiri kerongkongan. Ganglion
bawah kerongkongan dihubungkan melalui ganglion
ruas badan oleh dua buah serabut saraf.
Antara ganglion ruas badan satu dengan ruas
badan lainnya dihubungkan oleh dua buah serabut
saraf. Setiap ganglion ruas badan membentuk
cabang-cabang serabut yang bercabang lagi ke
bagian tubuh yang saling berdekatan.

 Ubur-Ubur dan Hydra sp.


Ubur-Ubur dan Hydra sp. belum memiliki
sistem saraf dan sel-sel saraf Ubur- Ubur dan Hydra
sp. menyebar keseluruh tubuh secara merata dan
berhubungan satu dengan lainnya dan membentuk
suatu anyaman.
Sel-sel saraf motorik berakhir pada serabut
otot dan sel saraf sensorik berakhir pada permukaan
tubuh. Hubungan sel-sel saraf dan otot
memungkinkan hewan dapat memberikan reaksi
terhadap berbagai rangsangan dan luar tubuh, seperti
sentuhan, cahaya ataupun keberadaan makanan.
(Mama Muda, 2022)

4) Indera

1. Pengertian Sistem Indera


Sistem indera adalah bagian dari
sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indera.
Di dalam sistem indera, terdapat
reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indera.
Umumnya, sistem indera
yang dikenal
adalah penglihatan,
pendengaran,penciuman,
pengecapan dan peraba.
1. Pengertian Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari
sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indera.
Di dalam sistem indera, terdapat
reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indera.
Umumnya, sistem indera
yang dikenal
adalah penglihatan,
pendengaran,penciuman,
pengecapan dan peraba.
1. Pengertian Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari
sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indera.
Di dalam sistem indera, terdapat
reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indera.
Umumnya, sistem indera
yang dikenal
adalah penglihatan,
pendengaran,penciuman,
pengecapan dan peraba.
1. Pengertian Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari
sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indera.
Di dalam sistem indera, terdapat
reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indera.
Umumnya, sistem indera
yang dikenal
adalah penglihatan,
pendengaran,penciuman,
pengecapan dan peraba.
1. Pengertian Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari
sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indera.
Di dalam sistem indera, terdapat
reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indera.
Umumnya, sistem indera
yang dikenal
adalah penglihatan,
pendengaran,penciuman,
pengecapan dan peraba.
1. Pengertian Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari
sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indera.
Di dalam sistem indera, terdapat
reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indera.
Umumnya, sistem indera
yang dikenal
adalah penglihatan,
pendengaran,penciuman,
pengecapan dan peraba.
1. Pengertian Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari
sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indera.
Di dalam sistem indera, terdapat
reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indera.
Umumnya, sistem indera
yang dikenal
adalah penglihatan,
pendengaran,penciuman,
pengecapan dan peraba.
1. Pengertian Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari
sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indera.
Di dalam sistem indera, terdapat
reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indera.
Umumnya, sistem indera
yang dikenal
adalah penglihatan,
pendengaran,penciuman,
pengecapan dan peraba.
Sistem Indera adalah bagian dari sistem syaraf yang
berfungsi untuk proses untuk informasi indera. Indera adalah
kumpulan reseptor yang khas untukk menyadari suatu
bentuk perubahan lingkungan. (Anonim, 2014)
SISTEM INDERA VETEBRATA

Pada hewan vetebrata mereka memiliki sistem koodinasi


atau alat indera yang sempurna. Hewan- hewan ini menggunakan
mata untuk melihat, hidung yang berfungsi sebagai indra
pencium, tangan atau kulit sebagai indra peraba dan telinga yang
berfungsi sebagai indra pendengar.

Indra pada Mamalia

Pada umumnya semua jenis indra yang


dimiliki oleh manusia juga dimiliki oleh
mamalia. Mamalia memiliki lima macam alat
indra. Masing-masing alat indra tersebut juga
berkembang dan berfungsi dengan baik.
Beberapa jenis mamalia, bahkan memiliki alat
indra dengan kepekaan yang sangat kuat
terhadap rangsangan.

Kucing memiliki tiga macam indra


istimewa, yaitu indra penglihat, pendengar, dan
peraba. Mata kucing dapat melihat dengan baik
meskipun pencahayaan di lingkungan redup
atau agak gelap pada malam hari. Dalam
keadaan demikian, sinar matanya berwarna
kehijauan. Warna hijau itu berasal dari pantulan
suatu lapisan di bagian belakang matanya.
Pendengaran kucing sangat tajam karena
daun telinganya mampu menangkap getaran
bunyi sebanyak-banyaknya. Kucing
juga memiliki kumis yang panjang dan kaku
sebagai indra peraba yang sangat peka.

Anjing memiliki indra pencium dan


pendengar yang sangat baik. Daya
penciumannya yang tajam membuat anjing
mampu mengikuti bau mangsanya sampai
beberapa kilometer. Anjing pelacak dapat
menemukan persembunyian seorang penjahat
dengan mencium jejaknya. Telinga anjing juga
dapat digerakkan dan ditegakkan sehiñgga
mampu menangkap getaran bunyi dengan
sangat baik.

Kelelawar memliki indera


pendengaran sangat baik, namun indra
penglihatnya kurang berkembang. Ketika
terbang di malam han, kelelawar mengeluarkan
bunyi berfrekuensi lebih tinggi daripada 20.000
getaran tiap detik (ultrasonik) yang tidak dapat
didengar oleh manusia. Gelombang bunyi yang
dikeluarkan akan mengenai mangsa atau
rintangan di sekitamya dan dipantulkan kembali
kepadanya. Pantulan gelombang bunyi tersebut
diterima telinga kelelawar yang berukuran besar
kemudian disampaikan ke pusat pendengaran di
otak. Melalui cara inilah kelelawar mengetahui
keberadaan mangsa atau rintangan di
sekitamya. Prinsip semacam ini juga dipakai
oleh manusia dalam membuat radar.

Kesimpulan : 

Beberapa jenis. mamalia memiliki indra yang sangat peka.


Indra kucing yang sangat peka ialah indra peraba, penglihat, dan
pendengar Indra anjing yang sangat peka ialah indra pencium dan
pendengar Indra kelelawar yang sangat peka ialah indra pendengar.
Indra pada Burung

Indra penglihat dan indra keseimbangan


burung berkembang dengan baik. Kedua
macam indra tersebut memungkinkan burung
dapat terbang lurus, menukik, atau membelok
dengan cepat. Indra keseimbangan burung
terletak di dalam rongga telinga dan
berhubungan dengan otak kecil.

Otak kecil burung berukuran besar karena


berkembang dengan baik sebagai pusat
keseimbangan tubuh burung pada saat terbang.
Sebagian besar burung memiliki indra penglihat
yang sangat membantu burung untuk
mendapatkan makanan, untuk menemukan
musuh, maupun untuk terbang. Mata burung
mampu berakomodasi dengan cara mengubah
bentuk lensa matanya. Pada saat burung melihat
benda yang jauh, lensa mata burung akan
memipih. Sebaliknya, pada saat burung melihat
benda yang dekat, lensa mata burung akan
mencembung.

Pada umumnya mata burung terletak di


sisi kin dan kanan kepalanya agar dapat melihat
keadaan di sekelilingnya tanpa harus memutar
kepala. Beberapa jenis burung pemangsa,
misalnya burung hantu, memiliki mata yang
menghadap ke depan. Pandangan binokuler ini
memungkinkan burung hantu untuk melihat
benda-benda yang dekat dan jauh sehingga
mampu memperkirakan jarak suatu benda. Hal
itu penting bagi burung-burung pemangsa untuk
rnengintai dan menangkap mangsa. Aktivitas
burung hantu banyak dilakukan di malam hari.
Oleh karena itu, retina matanya lebih banyak

mengandung sel-sel batang dibanding


retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut
peka atau sensitif terhadap cahaya redup.
Burung yang banyak beraktivitas pada siang
hari. memiliki retina mata yang lebih banyak
mengandung sel-sel kerucut. Sel kerucut
tersebut peka terhadap cahaya yang kuat. Pada
retina burung juga terdapat pektin yang
merupakan kelanjutan dari saraf mata ke bola
mata. membentuk lipatan, dan di dalamnya
terkandung banyak pigmen. Fungsi
pektin tersebut belum diketahui secara pasti,
diduga berhubungan dengan indra penentu arah.
Pektin pada burung yang biasa terbang tinggi.
misalnya merpati, berkembang dengan baik.

Pada umumnya burung lebih


mengandalkan indra penglihat untuk mencari
makan karena indra pencium tidak berkembang
dengan baik. Akan tetapi, burung kiwi
merupakan pengecualian. Indra penglihat
burung kiwi kurang berkembang dengan baik,
tetapi indra pencium yang berupa lubang
hidung di ujung paruhnya berkembang dengan
baik dan digunakan untuk mencium bau
makanan yang terdapat di dalam tanah.

Kesimpulan : 

o Keunggulan mata burung hantu ialah memiliki pandangan


binokuler yang dapat memperkirakan jarak,
o Lebih banyak memiliki sel-sel batang sehingga dapat tetap
melihat dalam keadaan sedikit cahaya.
Gambar 4.1 mata pada burung

Indra pada Reptilia

Indra pada reptilia yang berkembang


dengan baik adalah indra pencium. Kadal,
komodo, dan ular memiliki indra pencium yang
disebut organ Jacobson. Organ Jacobson
ditemukan pertama kali pada abad ke-19 oleh
seorang ilmuwan Denmark yang bernama L.L.
Jacobson. Indra tersebut terletak di langit-
langit rongga mulut.

Kadal, ular, dan komodo sering


menjulurkan lidahnya untuk mencium bau
mangsa dengan cara mengambil bau yang telah
ditinggalkan mangsanya di udara dan di tanah.
Lidah itu kemudian ditarik dan ditempelkan
pada organ Jacobson untuk menyampaikan bau.
Sebagai pemakan bangkai, kornodo memiliki
indra pencium yang sangat tajam. Hewan ini
dapat mencium darah segar dari jarak empat
kilometer.
Namun, indra reptilia yang lain belum
berkembang dengan baik. Beberapajenis ular,
misalnya ular derik, memiliki indra yang peka
terhadap rangsang panas. Indra itu begitu peka
sehingga dapat membedakan dua benda dengan
suhu yang hanya berbeda sepersepuluh

ribü derajat celsius. Dengan indra


tersebut, ular dapat berburu mangsa pada waktu
gelap.

Gambar 4.2 indera pada reptilia

Indra pada Amfibi

Pada amfibi, misalnya katak, indra yang


berkembang dengan cukup baik ialah indra
penglihat dan pendengar. Mata katak berbentuk
bulat serta dilindungi oleh kelopak mata atas
dan bawah. Bagian sebelah dalam mata
terdapat membran niktitans, yaitu suatu
selaput tipis yang tembus cahaya. 

Membran niktitans berfungsi untuk


menjaga agar komea mata tetap lembap ketika
berada di darat dan menghindari gesekan ketika
katak menyelam dalam air. Hal itu merupakan
bentuk penyesuaian sifat katak sebagai hewan
amfibi.

Lensa mata katak tidak dapat


berakomodasi. Oleh karena itu, katak hanya
dapat melihat benda dengan jarak tertentu saja.
Indra pendengar katak adalah teliñga yang
terdiri atas telinga luar dan telinga dalam.
Telinga luar berupa sepasang selaput pendengar
di sebelah kanan dan kiri kepala. Selaput
pendengar berbentuk segitiga yang melebar di
bagian luarnya.

Apabila terkena getaran atau bunyi,


selaput pendengar akan bergetar. Getaran dan
selaput pendengar diteruskan oleh tulang
pendengar ketingkap jorong. Selanjutnya,
getaran dari tingkap jorong akan diteruskan
oleh cairan limfa ke saraf pendengar. Akhirnya,
getaran oleh saraf pendengar diteruskan ke otak
dalam bentuk impuls saraf.

Gambar 4.3 mata pada katak

Indra pada Ikan

Indra ikan yang berkembang dengan baik


adalah indra penglihat, pencium, dan
pendengar. Indra penglihat ikan terletak di
kedua sisi kepalanya. Bola mata ikan tidak
dilindungi oleh kelopak, tetapi dilindungi oleh
selaput tipis yang tembus cahaya.

Ikan dapat melihat dengan jelas di dalam


air karena baik air maupun kornea ikan
membiaskan cahaya pada sudut yang sama. Sel-
sel saraf penglihat pada ikan terdiri atas sel-sel
batang dan sel-sel kerucut. Sel- sel batang
menyebabkan ikan dapat melihat dengan jelas
di tempat yang kurang menerima cahaya. Ikan
juga dapat melihat warna walaupun hanya
sampai tahap tertentu. Ikan mudah melihat
warna merah dan kuning, tetapi lebih sulit
membedakan warna hijau, biru, dan hitam.

Mata ikan dapat berakomodasi dengan


cara mengubah kedudukan lensa mata ke
belakang (mundur) dan ke depan (maju).
Gerakan itu dilakukan oleh otot kecil yang
disebut retraktor lentis. Ketika melihat benda
dekat, otot retraktor lentis berelaksasi
(mengendur) sehingga lensa bergerak ke depan.
Sebaliknya, ketika melihat benda jauh, retraktor
lentis berkontraksi (mengerut) sehingga lensa
tertarik ke belakang. Indra pencium ikan juga
berkembang dengan baik. Indra pencium
tersebut terletak di ruang kecil tepat di depan
mata.

Ikan menggunakan indra tersebut untuk


mencari makanan, menghindari musuh, dan
menemukan pasangan untuk kawin. Indra
pendengar ikan mirip dengan telinga dalam
manusia dan tidak terlihat dari luar karena
terletak di dalam tengkorak. Telinga ikan
membantu mendeteksi bunyi, menjaga
keseimbangan tubuh ikan, serta membantu ikan
merasakan perubahan kecepatan dan arah
sewaktu berenang.

Ikan mempunyai indra tambahan yang


disebut gurat sisi. Gurat sisi juga disebut indra
keenam. Fungsi gurat sisi adalah untuk
mengetahui tekanan air. Selain itu, alat ini dapat
mendeteksi gangguan sekecil apa pun
dilingkungannya. Gurat sisi secara tepat dapat
menentukan arah gangguan itu dan memberi
peringatan kalau ikan hampir menabrak karang
atau benda lain.

Ketika baru dilempar ke dalam air akan


menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan.
Perubahan tersebut terdeteksi oleh gurat sisi
ikan yang terdapat disamping kanan dan kiri
tubuh ikan. Ikan menganggap isyarat perubahan
itu sebagai tanda bahaya.

Gambar 4.4 mata pada ikan Gambar 4.5 mata pada ikan
Gambar 4.6 mata indera pada ikan

SISTEM INDERA INVETEBRATA

Sistem indera invetebrata masih sangat sederhana.


Berikut inio dijelaskan sistem indera protozoa. Coulenterata,
Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan serangga.

Indra pada Serangga

Jumlah dan jenis serangga sangat banyak,


bahkan paling banyak dibanding hewan lain di
dunia ini. Sebagian besar serangga memiliki
indra penglihat, pendengar, dan peraba yang
berkembang dengan baik.

Pada umumnya, serangga memiliki mata


majemuk (faset) sebagai indra penglihatnya.
Mata majemuk ini terdiri atas ribuan unit-unit
visual atau alat penerima rangsang cahaya yang
disebut omatidium (jamak: omatidia). Tiap-
tiap omatidium memiliki satu lensa yang hanya
mampu menerima rangsang cahaya yang jatuh
tegak lurus padanya. Mata majemuk ini
memungkinkan serangga untuk melihat objek
yang bergerak dengan cepat. Itulah sebabnya
kita sulit menangkap lalat atau serangga yang
lain.

Selain mata majemuk, serangga juga


memiliki matatunggal yang disebut oselus.
(jamak: oseli). Oselus tidak dapat mengindra
bayangan sejati. Oselus berfungsi untuk
menangkap perubahan intensitas cahaya
kemudian serangga menanggapi dengan
meningkatkan atau mengurangi aktivitasnya.
Rangsang cahaya yang jatuh di oselus akan
meningkatkan kecepatan berjalan atau terbang
serangga.

Mata serangga dapat membedakan wama


dan bentuk benda.Indra pendengar pada
beberapa jenis serangga, misalnya jangkrik dan
belalang, terdapat di kedua kaki depannya,
sedangkan indra pendengar serangga jenis
ngengat terletak di bagian antarruas dada. Indra
pendengar tersebut berupa selaput mirip
gendang telinga.Kemampuan mendengar pada
serangga sangat bervariasi. Misalnya, kupu-
kupu mampu mendengar suara yang
berfrekuensi lebih rendah daripada frekuensi
suara yang dapat didengar manusia. Lebah
dapat mendengar suara dengan frekuensi 250
getaran per detik, belalang bahkan dapat
mendengar bunyi yang berfrekuensi antara
2.000-1.000.000 getaran per detik. Semua
serangga dilengkapi dengan sepasang antena
sebagai indra peraba. Antena pada beberapa
serangga juga berfungsi sebagai indra pencium.
Bahkan, antena pada beberapa jenis lalat dan
beberapa jenis kupu-kupu dapat menerima
gelombang bunyi. Antena membantu serangga
menemukan makanan, membedakan kawan atau
lawan, dan mencari pasangan untuk kawin.

Kesimpulan :  Indra penglihat serangga terdiri atas mata majemuk


dan mata tunggal. Indra pendengar serangga berupa selaput mirip
gendang telinga. Indra peraba (dan juga indra pencium,) serangga adalah
sepasang antena.
Gambar 4.7 indera pada serangga

Indra pada Cacing Tanah

Cacing tanah memiliki indera penerima


rangsangan yang cukup baik. Indera tersebut
berada di permukaan tubuhnya dan hanya
mampu membedakan gelap terang. Sel- sel
yang sesitif terhadap rangsangan cahaya
tersebut di lapisan kulit bagian dorsal,(atas),
terutama pada bagian anterior (depan). Cacing
tanah cenderung bergerak menjauhi cahaya.
Cacing tanah juga peka terhadap rangsangan-
rangsangan sentuhan, zat- zat kimia, dan suhu.

Indra pada Cacing Pipih

Cacing pipih, contohnya planaria


memiliki sepasang bintik mata pada bagian
interior tubuhnya. Bintik mata tersebut sangat
peka terhadap rangsangan cahaya. Planaria
cenderung bergerak menjahui cahaya.

Indra pada Protozoa

Pada umumnya tidak memiliki indera,


tetapi peka terhadap rangsangan cahaya. Bila
ada cahaya kuat, amoeba dan paramaecium
akan menjauh. Englena hanya memiliki alat
menerima rangsang cahaya berupa bintik mata
berwarna merah didekat flagelnya. Bila ada
cahaya tersebut.

Indra pada Coelenterata


Hewan berongga seperti ubur- ubur
memiliki sel- sel pigmen dan sel sensori yang
peka tehadap cahay serta sejumlah tentakel
sebagai alat peraba.

Indra pada Mollusca

Bekicot mempunyai dua pasang antena.


Pada sepasang antenna yang panjang,
diujungnya terdapat mata sebagai indra
penglihatan, sedangkan sepasang antena yang
pendek berfungsi sebagai indera peraba.

5) Eksresi

Sistem ekskresi pada hewan merupakan hal pokok


dalam homeostasis, hal itu dikarenakan sistem ekskresi
membuang limbah metabolisme dan merespon terhadap
ketidakseimbangan cairan tubuh dengan cara
mengekskresikan ion-ion tertentu.

Sebagian besar sistem menghasilkan urin dengan cara


menyaring filtrat yang diperoleh dari cairan tubuh. Setiap
jenis hewan memiliki sistem ekskresi yang beraneka ragam,
tetapi semuanya mempunyai fungsi yang hampir sama.

Sistem ekskresi pada hewan terbagi dua, yaitu sistem


ekskresi hewan vertebrata dan sistem ekskresi hewan
avertebrata atau invertebrata. 

Dalam kelompok alat indera, maka dapat kita bagi kedalam tiga grup
kelompok

 Kemoreseptor
Alat indera yang merespon terhadap
rangsangan zat kimia yaitu indera pembau
(hidung) dan indera pengecap(lidah). Perasaan
bau ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi
pada rongga hidung vertebrata, dan dengan
analogi, sel sensor pada antena invertebrata.

Contohnya Organisme yang hidup di air,


seperti ikan atau krustasea, zat kimia
terkandung pada medium air di sekitarnya.
Penciuman, seperti halnya pengecapan, adalah
suatu bentuk kemosensor. Zat kimia yang
olfaktori, biasanya dalam konsentrasi yang
sangat kecil, disebut dengan bau.

 Mekanoreseptor

Alat indera yang merespon terhadap


rangsangan gaya berat, tegangan suara dan
tekanan yakni indera peraba (kulit) dan indera
pendengaran (telinga). Pendengaran adalah
untuk mengenali kemampuan suara. hal ini
dilakukan terutama oleh sistem pendengaran
yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan
otak.

 Photoreseptor/ Fotoreseptor

Alat indera yang merespon terhadap


rangsangan cahaya seperti indera penglihatan
adalah kemampuan untuk mengenali
menafsirkannya, salah satu dari indra
digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak
binatang yang indra nya terlalu tajam dan
menggunakan indra lain untuk mengenali
lingkungannya, misalnya pendengaran untuk
kelelawar. (Zaenuddin, 2021)
SISTEM EKSRESI VETEBRATA
Hewan vertebrata adalah hewan yang bertulang
belakang. vertebrata dibagi menjadi 5, yaitu mamalia,
pisces, aves, amfibi, dan reptil. Kelimanya memiliki sistem
ekskresi yang berbeda. (Anonim, 2020)

Eksresi pada Mamalia

Ekskresi pada mamalia umumnya sama


seperti yang dimiliki manusia. Alat ekskresi
pada mamalia adalah kulit, paru-paru, ginjal,
dan hati. Kulit mengeluarkan keringat, ginjal
mengeluarkan urin, hati mengeluarkan urea, dan
paru-paru mengeluarkan karbon dioksida.

Setiap mamalia pasti mengalami yang


namanya pembuangan urine. Urine terjadi
dalam 3 proses, yang pertama adalah proses
filtrasi (penyaringan). Filtrasi terjadi di badan
malpighi yang terdiri dari kapsula bowman dan
glomerulus.

Glomerulus berfungsi menyaring air,


garam, glukosa, asam amino, urea dan limbah
lainnya. Proses yang kedua adalah proses
reabsorpsi (penyaringan kembali). Reabsorbsi
terjadi di tubulus proksimal nefron, lengkung
henle (loop of henle), tubulus kontortus distal,
dan tubulus kolektivus.
Pada proses ini biasanya semua glukosa
diserap kembali. Namun, pada penderita
diabetes, kelebihan glukosa tetap bertahan
dalam filtrat. Natrium dan ion-ion diserap
kembali secara tidak lengkap. Dan dengan
proporsi yang lebih besar tersisa dalam filtrat
ketika lebih banyak dikonsumsi dalam
makanan, menghasilkan konsentrasi darah yang
lebih tinggi.

Ion seperti natrium dan fosfor diserap


kembali oleh hormon pengatur proses transport
aktif. Proses yang ketiga adalah proses
augmentasi. Urine yang dibuat pada proses
augmentasi, selanjutnya akan mengalir ke
bagian tengah ginjal yang disebut pelvis ginjal.
Setelah itu terus mengalir ke ureter dan
tersimpan di kandung kemih.
Dari kandung kemih, kemudian urine
akan mengalir ke uretra dan dibuang keluar saat
buang air kecil.
Fungsi ginjal dalam sistem ekskresi ini adalah sebagai
berikut.

 Mengeluarkan (ekskresi) limbah metabolisme


dari dalam tubuh.
 Menyaring zat-zat sisa dari dalam darah
 Mengekskresikan gula darah yang melebihi
kadar normal
 Menyeimbangkan kadar cairan dan elektrolit.
 Mengatur tekanan darah.
 Regulasi sel darah merah.
 Membantu penyerapan kalsium dan menjaga
kesehatan tulang
 Mengatur kadar asam, basa, dan garam dalam
tubuh
Gambar 5.1 eksresi pada mamalia

Eksresi pada Ikan

Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya


terdapat dua jenis ikan, yaitu ikan laut dan ikan
air tawar. Perbedaan salinitas lingkungan
tempat hidup ikan itu menyebabkan perbedaan
pada kerja ginjal dari masing-masing ikan. Pada
ikan air tawar, lingkungan hipotonik
menyebabkan air masuk terus-menerus ke
dalam tubuh. Agar terhindar dari pengenceran
cairan tubuh, ginjal ikan harus bekerja keras
mengeluarkan air ini dalam bentuk urin. Darah
yang membawa air dan garam-garam akan
memasuki kapsula Bowman melalui
glomerulus. Pada kapsul bowman akan terjadi
filtrasi. Zat-zat yang masih dibutuhkan diserap
kembali oleh arteri oeritubuler yang
mengelilingi tubulus.

Ikan mempunyai system ekskresi berupa


ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang
disebut urogenital. Lubang urogenital ialah
lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan
saluran kelamin yang berada tepat dibelakang
anus. Pada ikan, eksresi tidak hanya berfungsi
untuk mengeluarkan zat sisa, tetapi untuk
mengatur juga keseimbangan cairan tubuh atau
osmoregulasi. Osmoregulasi ikan air tawar
berbeda dengan ikan air laut.

Ikan air tawar hidup di lingkungan


hipotonis (konsentrasi air di dalam tubuh lebih
rendah daripada konsentrasi air di luar tubuh).
Oleh sebab itu, ikan air tawar banyak
mengekskresikan urin. Sebaliknya, ikan air laut
hidup di lingkungan hipertonis (konsentrasi air
di dalam tubuh lebih tinggi daripada konsentrasi
air di luar tubuh) sehingga ikan laut sedikit
mengekspresikan urin.

Setelah penyerapan garam-garam tubuh


selesai, terbentuklah urin yang pada
kenyataannya tidak lebih daripada air saja,
sebab sebagian besar limbah nitrogen dibuang
secara difusi melalui insang. Bagi ikan air
tawar, ginjal merupakan alat keseimbangan air,
selain sebagai alat ekskresi. Dari ginjal, urin
akan dialirkan ke saluran urin menuju kloaka
atau bahkan langsung ke luar melalui
pori/lubang urinaria, bersebelahan dengan
lubang kotorannya.

Ginjal pada ikan yang hidup di air tawar


dilengkapi sejumlah glomelurus yang
jumlahnya lebih banyak. Sedangkan ikan yang
hidup di air laut memiliki sedikit glomelurus
sehingga penyaringan sisa hasil metabolisme
berjalan lambat. Salinitas yang tinggi
menyebabkan cairan tubuhnya tersedot ke luar
terus-menerus.

Pada ikan bertulang rawan, seperti ikan


hiu, ginjalnya lebih banyak menyerap urea
kembali ke dalam darahnya. Ini dilakukan agar
tekanan osmosis darah sama dengan tekanan
osmosis air laut. Keadaan isotonis ini dapat
mencegah mengalirnya cairan tubuh ke luar.

Kadar urea dalam darah hiu hampir 80


kali lipat kadar urea pada vertebrata lainnya.
Fungsi ginjal ikan laut sama dengan ginjal
vertebrata darat, yaitu menyaring limbah
nitrogen, garam-garam, dan sedikit sekali air.
Pebedaan hanya terdapat pada kadar ureanya.

Ikan laut yang bertulang keras seperti


bandeng contohnya mengatasi kehilangan air
dengan meminum air secara terus-menerus,
sedangkan garam yang ikut tertelan akan
dikembalikan ke laut melalui transpor aktif oleh
insang. Sementara itu, ginjal akan sesedikit
mungkin membentuk urin. Agar pembentukan
urin tidak terlalu banyak, ikan laut memiliki
glomerulus yang sangat kecil. Namun, ada
beberapa jenis ikan laut yang tidak memiliki
glomerulus. Garam-garam dan limbah nitrogen
dikeluarkan melalui tubulus dan sistem portal
renal yang baik.
Gambar 5.2 eksresi pada ikan

Eksresi pada Amfibi

Hal yang sangat identik pada amfibi


adalah dapat hidup di dua alam, salah satu
contohnya adalah katak. Ginjal katak
berhubungan dengan ureter dan urinaria,
sedangkan keluar melalui kloaka. Saat katak
mengalami metamorfosis, hasil ekskresinya
juga mengalami perubahan.

Pada saat larva, mengeluarkan amonia.


Setelah berkembang jadi berudu dan dewasa,
mengekskresikan urea. Alat ekskresi pada katak
adalah ginjal opistonefros yang dihubungkan
dengan ureter saat di vesika urinaria.

Berwarna merah kecoklatan serta terletak


di kanan dan kiri tulang belakang. Alat ekskresi
lainnya ialah kulit, paru-paru, dan insang. Pada
katak jantan memiliki saluran ginjal dan saluran
kelamin yang menyatu, sedangkan katak betina
tidak menyatu.

Saat berada pada fase metamorfosis,


amfibi mengubah ekskresi amonia menjadi
urea. Hal ini terjadi saat larva berubah jadi
berudu dan hewan darat dewasa. Seperti halnya
ikan, ginjal pada katak juga berperan dalam
pengaturan kadar air dalam tubuh.

Ginjal amfibi sama dengan ginjal ikan air


tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air
yang berlebih. Karena kulit katak bersifat
menyerap air, maka pada saat ia berada di air
banyak air yang masuk ke tubuh katak secara
osmosis.

Pada saat ia berada di darat katak harus


melakukan konservasi air dan tidak
membuangnya.

Katak menyesuaikan dirinya terhadap


kandungan air dengan cara mengatur laju
filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus. Sistem
portal renal berfungsi untuk membuang bahan-
bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama
masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi.
Katak juga menggunakan kantong kemih untuk
konservasi air.

Apabila sedang berada di air, kantung


terisi urine yang encer. Pada saat berada di
darat, air diserap kembali ke dalam darah
menggantikan air yang hilang melalui evaporasi
kulit. Hormon yang mengatur adalah hormon
yang sama dengan ADH. Katak dapat mengatur
laju filtrasi dengan bantuan hormon, sesuai
dengan air di sekitarnya.

Ketika berada di dalam air dengan jangka


waktu yang lama, katak berada dalam air
dengan jangka waktu yang lama, katak
mengeluarkan urine dalam volume yang besar.
Namun, kandung kemih katak mudah terisi air.
Air tersebut dapat diserap oleh dinding kandung
kemihnya sebagai cadangan air ketika katak
berada di darat untuk waktu yang lama.

Alat ekskresi utama katak berupa ginjal


mesonefros. Ginjal pada katak berjumlah
sepasang. Terletak di kanan dan di kiri tulang
belakang.

Pada katak jantan, saluran ginjal bersatu


dengan saluran kelamin, sedangkan pada katak
betina terpisah.

Gambar 5.3 eksresi pada katak

Eksresi pada Reptil

Ekskresi dilakukan terutama oleh dua


ginjal kecil. Dalam buaya, ular, kadal, dan
tuatara, asam urat adalah produk limbah yang
mengandung nitrogen. Kura-kura berekskresi
seperti mamalia, yaitu dengan cara
mengeluarkan urea.

Berbeda dengan ginjal mamalia dan


burung, ginjal reptil tidak dapat menghasilkan
urin cair yang lebih terkonsentrasi daripada
cairan tubuh mereka. Ini karena mereka tidak
memiliki struktur khusus yang ada di nefron
burung dan mamalia yang disebut Loop of
Henle.

Karena itu, banyak reptil menggunakan


usus besar untuk membantu penyerapan
kembali air. Beberapa juga dapat mengambil air
yang disimpan di kandung kemih. Garam
berlebih juga diekskresikan oleh kelenjar garam
yang ditemukan di saluran hidung dan lidah
beberapa reptil.

Eksresi pada Burung

Aves atau burung identik dengan


keunikan pada struktur paruh dan kaki yang
berhubungan langsung dengan kebiasaan
mereka. Alat ekskresi pada aves berupa
sepasang ginjal metanefros. Ginjal dihubungkan
oleh ureter ke kloaka, karena burung tidak
memiliki vesika urinaria. Burung memiliki
jumlah tabung ginjal yang lebih banyak
daripada mamalia karena kecepatan
metabolisme burung sangat tinggi.

Sampah nitrogen dibuang sebagai asam


urat yang dikeluarkan melalui kloaka menjadi
kristal putih yang bercampur feses. Pada burung
laut, selain mengekskresikan asam urat juga
mengekskresikan garam. Hal ini disebabkan
burung laut meminum air garam dan makan
ikan laut yang mengandung garam.

Burung laut mempunyai kelenjar yang


berguna sebagai ekskresi pada garam di atas
mata. Larutan garam mengalir ke rongga hidung
kemudian keluar melalui nares luar dan
akhirnya garam menetes dari ujung paruh.

Gambar 5.4 eksresi pada burung

SISTEM EKSRESI INVETEBRATA


Hewan vertebrata adalah hewan yang bertulang belakang.
yang termasuk hewan avertebrata adalah cacing, insecta,
protozoa, coelenterata, porifera. Kelimanya memiliki sistem
ekskresi yang berbeda.

Eksresi pada Cacing

Cacing dibagi menjadi 3, yaitu


platyhelminthes, nemathelminthes, dan
annelida. Secara umum, ketiganya mempunyai
sistem ekskresi yang mirip. Berikut merupakan
penjelasan mengenai sistem ekskresi pada
ketiganya.

Sistem Ekskresi Pada Platyhelminthes dan Nemathelminthes

Gambar 55 eksresi pada Platyhelminthes dan Nemathelminthes

Platyhelminthes mempunyai alat ekskresi


yang sangat sederhana. Misalnya saja planaria.
Planaria memiliki alat ekskresi berupa sel api yang
terletak di bagian kanan dan kiri tubuhnya. Setiap
sel api memiliki rambut getar (silia). Saluran yang
berperan dalam proses ekskresi. contohnya adalah
cacing pipih

Planaria dinamakan protonefridium.


Perhatikan gambar di bawah, Pergerakan rambut
getar akan menarik air dan zat terlarut ke dalam sel
api untuk disaring. Getaran silia akan membawa
sisa metabolisme keluar tubuh melalui suatu
lubang pengeluaran yang disebut nefridiopori.
Nemathelminthes mempunyai alat ekskresi
yang terdiri atas 2 saluran lateral yang bermuara di
sebuah lubang di bagian ventral.

Sistem Ekskresi Pada Annelida

Gambar 5,6 eksresi pada Annelida


Annelida mempunyai alat ekskresi khusus,
yaitu berupa nefridia yang terletak di setiap
segmen tubuh Annelida. Setiap segmen terdapat
sepasang nefridia, Nefridia yang berpasangan
disebut dengan metanefridia. Nefridia dilengkapi
dengan corong terbuka dan bersilia yang disebut
dengan nefrostom yang terletak pada setiap sekat
pemisah segmen.
Nefrostom berfungsi mengambil dan
menarik cairan tubuh. Saat cairan tersebut melalui
nefridia, zat zat yang berguna diserap darah dan zat
sisa, seperti air, senyawa nitrogen, dan garam-
garam yang tidak diperlukan oleh tubuh ditampung
di dalam kantong kemih.
Selanjutnya zat sisa tersebut dikeluarkan
melalui nefridiofor (lubang nefridium). Contoh
annelida adalah cacing tanah. Cacing tanah
mengeluarkan urine per hari sebanyak 60% dari
berat tubuh.

Eksresi pada Insect

Alat pengeluaran pada serangga


dinamakan pembuluh malpighi yang merupakan
pembuluh-pembuluh halus berwarna putih
kekuningan yang terletak diantara usus tengah
dan usus belakang.

Pembuluh malpighi merupakan alat


pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal.
selain pembuluh malpighi, Serangga juga
mempunyai  sistem ekskresi yang bernama
trakea. Trakea berfungsi mengeluarkan zat sisa
hasil proses oksidasi berupa karbon dioksida.
Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru.
Nitrogen merupakan zat sisa metabolisme
yang sebagian digunakan kembali dalam
pembuatan zat kitin. Nitrogen yang sebagian
lagi dibuang dalam bentuk urat kering.

Gambar 5,7 eksresi pada Insect

Eksresi pada Protozoa

Hewan uniseluler belum mempunyai alat


ekskresi khusus. Zat-zat sisa dikeluarkan oleh
rongga berdenyut (vakuola kontraktil) secara
difusi. Fungsi utama vakuola kontraktil adalah
sebagai pengatur keseimbangan cairan plasma
dengan lingkungan (osmoregulator). Contoh
protozoa yang menggunakan vakuola kontraktil
adalah paramecium.
Gambar 5,8 eksresi pada Protozoa

Eksresi pada Coenlenterata

Coelenterata adalah hewan yang tidak


memiliki sistem ekskresi. Sehingga
mengeluarkan zat sisa metabolisme secara
difusi melalui sel-sel epitel pada rongga
gastrovaskular. Limbah metabolisme yang
terlarut dalam cairan tubuh gastrovaskular
(rongga perut) akan dikeluarkan melalui mulut
ke lingkungan.

Gambar 5,9 eksresi pada Coenlenterata

Eksresi pada Porifera

Sama seperti coelenterata, Porifera


juga tidak memiliki sistem ekskresi.
Sistem ekskresi pada porifera dikeluarkan
melalui proses difusi sel-sel penyusun
dinding spongosol. Kemudian akan 
dikeluarkan bersama-sama melalui
oskulum (lubang besar pada bagian atas
permukaan tubuh porifera) ke perairan.
(zaenuddin, 2021)

Gambar 5,10 eksresi pada Porifera


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setiap individu hewan akan memilih tempat hidup yang sesuai


dengan kondisi fisiologisnya. Kondisi lingkungan luar tubuh hewan
sering kali mengalami perubahan, dan hal ini dapat menyebabkan
perubahan pada lingkungan dalam tubuhnya. Selain itu, perubahan
aktivitas hewan tersebut juga dapat menyebabkan perubahan pada
lingkungan dalam tubuhnya. Apabila kondisi lingkungan di dalam
tubuhnya berubah, hewan harus berupaya agar perubahan tersebut
tidak berlanjut, dengan cara mempertahankan diri atau beradaptasi
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Hewan dibagi menjadi dua kategori yaitu hewan vetebrata dan
juga invetebrata. Hewan vetebrata dan invebrata memiki perbedaan
baik dalam sistem saraf, reproduksi, indera dan juga siste eksresi.
Pada dasarnya keadaan fisiologi hewan berbeda-beda biasanya
hewan akan menyesuaikan keadaan fisiologi mereka dengan
lingkungan yang mereka tempati.

B. Saran

Makalah ini belum sempurna dan masih kurang lengkap, untuk


mengetahu jauh lebih dalam kalian dapat mencari informasi
tambahan mengenai fisiologi hewan di jurnal ataupun buku.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. “Sistem Indera pada hewan”,


https://kelompok4biologi.blogspot.com/2014/04/sistem-indera-pada-
hewan.html, diakses pada 12 September 2022 pukul 10.00

Anonim, 2020. “Bagaimana Sistem Eksresi pada Hewan?”,


https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/bagaimana-sistem-eksresi-pada-
hewan/, diakses pada 10 September 2022, pukul 09.47

Hanafi, Muhammad,dkk. 2017. Makalah Fisiologi


Hewan Konsep-Konsep Fisiologi Hewan"
https://pdfcoffee.com/makalah-konsep-konsep-
fisiologi-hewan-pdf-free.html, diakses pada 10
September 2022 pada pukul 11.23

Handayani, Handayani.2021."Fisiologi
Hewan",https://repository.penerbitwidina.com/publicati
ons/333641/fisiologi-hewan, diakses pada 09 september
2022 pukul 17.45

Muda, Mama. 2022. Sistem Saraf Pada Hewan


(Vertebrata dan Avertebrata) dengan Penjelasan dan
Contohnya
Terlengkap",https://ipa.pelajaran.co.id/sistem-saraf-
pada-hewan/, diakses pada 10 September 2022 pukul
16.25

Utami, Silmi Nurul.2022. Jaringan Saraf : Neuron dan


Neuroglia",https://www.kompas.com/skola/read/2022/0
3/22/143612469/jaringan-saraf-neuron-dan-neuroglia?
page=all&jxconn=1*dqv0sz*other_jxampid*Rkh4QkF
VLXZlWENaU1dfWjhHTDhvYzBYZFBsczlDbm91Sj
Z4TVpMTnFzRVpnRWZxMUhoX0o0bXE2Q01pSGc
yNg..#page2, diakses pada 10 September 2022 pukul
13.16
Welianto, ari. 2020. "Reproduksi pada Hewan : Cara
dan Fungsinya",
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/01/20000
0169/reproduksi-pada-hewan-cara-dan-fungsinya?
page=all, diakses pada 09 September 2022 pukul 16.00

Zaenuddin. 2021. “Sistem Indra pada Hewan”.


https://artikelsiana.com/sistem-indra-hewan-enis-jenis-macam-macam/,
diakses pada 11 September 2022 pukul 08.00

Zaenuddin. 2021. “Sistem eksresi hewan (vetebrata dan invetebrata)”.


https://artikelsiana.com/Sistem-Ekskresi-Hewan-Vertebrata-Avertebrata/,
diakses pada 11 September 2022 pukul 21.00

Anda mungkin juga menyukai