Anda di halaman 1dari 19

Gangguan System Endokrin

disusun oleh :
1. Igusti ayu nitia putri manik (06)
2. Komang Dea Agesta (12)
3. naylova Ameliya Putri (17)
4. Igusti putu Yudia Almania (24)

SMK KARYA USADHA SERIRIT


TAHUN 2023/2024

KATA PENGANTAR
Om swastiastu
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai, tidak lupa kami juga mengucapkan
terimakasih atas bantuan kepada pihak yang bersangkutan dalam mengerjakan
tugas ini dan juga terima kasih atas waktu yang diberikan kepada kelompok kami.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang
“Pemeriksaan Penyakit System Endokrin”. Makalah ini disusun berdasarkan data
yang diperoleh dari berbagai sumber di internet serta teori yang didapat di bangku
sekolah. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena terbatasnya pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki.
Dalam melaksanakan penyusunan makalah, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, saran-saran, tata cara penulisan makalah baik dari pihak Sekolah
maupun dari sumber internet. Karena masih banyak keterbatasan dan
pengetahuan kami, Kami yakin banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini.
Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PEMBAHASAN .............................................................................. 1
1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan penulis ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2
2.1 Pengertian System Endokrin ................................................................... 2
2.2 Fungsi Utama Dari Sistem Endokrin ...................................................... 3
2.3 Macam – Macam System Endokrin ........................................................ 3
2.4 Manifestasi System Endokrin ................................................................. 10
BAB 3 PENUTUP........................................................................................ 15
3.1 kesimpulan .............................................................................................. 15
3.2 Saran........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar
endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan
senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh.

Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan pulau langerhans pada pankreas.
Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain struktur, yang
membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan fungsinya. Untuk
mengetahui tentang struktur histologis dan fungsi kelenjar endokrin dari sistem endokrin,
maka disusun makalah yang berjudul “Sistem Endokrin”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


➢ Apa itu system endokrin ?
➢ Apa saja fungsi-fungsi system endokrin ?
➢ Apa saja macam-macam system endokrin ?
➢ Bagaimana manifestasi dari system endokrin ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum:
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memperoleh pengetahuan mengenai
“Pemeriksaan Penyakit System Endokrin”
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui pengertian system endokrin
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi system endokrin
3. Untuk mengetahui macam-macam system endokrin
4. Untuk mengetahui manifestasi dari system endokrin

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian System Endokrin


Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai
saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan
hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh
hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan
integrasi serta koordinasi tubuh. Sistem endokrin hamper selalu bekerja sama dengan
sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari
sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua
perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih nanyak bekerja melalui
transmisi kimia.
2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf.
Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5
milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu
yang sangat bervariasi,

berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya
dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat
lama. Di bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses
pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat
pertumbuhan yang sempurna.

Dasar dari sistem endokrin adalah hormin dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa
kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel
lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing
tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.

Sel-sel Penyusun Organ Endokrin


Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi
sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada
hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga
disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat
menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf
seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang
benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti
sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara
langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan
pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi,

2
baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek
studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar
ensokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.

2.2 Fungsi Utama Dari Sistem Endokrin


Sistem endokrin ini berfungsi untuk membantu mengatur dan menjaga berbagai
fungsi tubuh dengan melepaskan hormon yang sering disebut sebagai pesan kimia.
Hormon-hormon ini diproduksi dan disekresi oleh apa yang dikenal sebagai kelenjar
endokrin.

Kelenjar endokrin ini membentuk sistem endokrin. Hormon yang mereka


hasilkan dan membantu mensekresikan untuk mengatur perkembangan generatif,
pencernaan, pertumbuhan, reproduksi dan fungsi jaringan. Kelenjar ini termasuk tiroid,
pankreas, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, badan pineal dan kelenjar reproduksi.

Sistem endokrin tidak bekerja sendiri, bekerja sama dengan sistem saraf dan
sistem kekebalan tubuh untuk dapat membentu fungsi tubuh dengan cara yang benar.
Kelenjar ialah sekelompok sel yang memproduksi dan mengeluarkan atau melepaskan
bahan kimia. Menyeleksi kelenjar dan menghilangkan bahan dari darah ialah proses yang
mereka lakukan dan mengeluarkan produk kimia untuk digunakan di suatu tempat di
tubuh.

Beberapa jenis kelenjar yang melepaskan sekresinya di daerah tertentu,


misalnya kelenjar eksokrin seperti kelenjar keringat dan ludah, melepaskan sekresi pada
kulit atau di dalam mulut. Kelenjar endokrin di sisi lain, melepaskan lebih dari 20 hormon
utama langsung ke dalam aliran darah dimana mereka dapat diangkut ke sel-sel di bagian
lain dari tubuh.

2.3 Macam – Macam System Endokrin


1. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar)
karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari

3
kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari
dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.

1. Hipofisis anterior:

• Hormon Somatotropin(untuk pembelahan sel,pertumbuhan)


• Hormon tirotropin(sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur yodium)
• Hormon Adrenokortikotropin(merangsang kelenjar korteks membentuk
hormon)
• Hormon Laktogenik(sekresi ASI)
• Hormon Gonadotropin( FSH pada wanita pemasakan folikel, pada pria
pembentukan spermatogonium; LH pada wanita pembentukan korpus
luteum,pada pria merangsang sel interstitial membentuk hormon testosteron)

Hipofisis Medula(membentuk hormon pengatur melanosit)


2. Hipofisis posterior

• Hormon oksitosin(merangsang kontraksi kelahiran)


• Hormon Vasopresin( merangsang reabsorpsi air ginjal)

2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan
tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap
hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh
epoprostenol. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis,
dibawah kendali hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan
balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan
TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.

Kelenjar tiroid berada pada regio servikal di sebelah anterior laring yang terdiri dari
dua lobus yang disatukan oleh isthmus (gambar 6). Pada masa awal embrionik, tiroid
berkembang dari endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal lidah. Kelenjar tiroid
berfungsi untuk membuat hormon tiroid yaitu tiroksin (tetraiodotironin atau T4) dan
triiodotironin (T3) yang penting untuk pertumbuhan, diferensiasi sel, pengaturan laju
metabolisme basal dan konsumsi oksigen sel di seluruh tubuh.

4
Junqueira et al, et al (2012) menjelaskan bahwa parenkim tiroid terdiri dari jutaan
epitel kubus yang disebut folikel tiroid. Folikel tiroid ini dilapisi oleh selapis epitel
kubus dengan lumen sentral yang terisi dengan suatu substansi gelatinosa yang disebut
koloid (gambar 7) yang mengandung glikoprotein besar yaitu tiroglobulin. Tiroid
adalah satu-satunya kelenjar dengan jumlah besar simpanan produk sekretorisnya.

Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa, dari capsula ini septa terjulur ke
dalam parenkim dan membaginya menjadi lobulus dan membawa pembuluh darah,
saraf, dan pembuluh limfe. Folikel terkemas secara rapat yang terpisah satu sama lain
dan tersebar pada jaringan ikat retikuler. Sel folikel memiliki bentuk yang berfariasi
sesuai aktivitas fungsional, yaitu kerika kelenjar aktif memiliki lebih banyak folikel
yang terdiri atas epitel kolumnar rendah sedangkan kelenjar dengan sebagian besar sel
folikular skuamosa dianggap hipoaktif.

Jenis sel lain yaitu sel parafolikel atau sel C yang juga terdapat pada lamina basal
epitel folikel membentuk kelompok sendiri diantara folikel-folikel (gambar 8). Sel C
ini menyintesis dan mensekresi kalsitonin yang berfungsi menekan reabsopsi tulang
oleh osteoklas (Junqueira et al 2012).

Hampir semua kedua hormon tiroid dibawa dalam darah dengan berikatan erat dengan
protein plasma. Tiroksin (tetraiodotironin atau T4) adalah senyawa yang lebih banyak
dijumpai, dan membentuk 90% hormon tiroid yang beredar.

3. Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat
dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat
darah dan sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.

5
• Sruktur Kelenjar Paratiroid

Kelenjar paratiroid terdiri atas empat massa oval kecil, terletak di belakang kelenjar
tiroid, satu pada masing-masing kutub atas dan bawah, umumnya terbenam dalam
simpai kelenjar yang besar. Setiap kelenjar terdapat dalam simpai yang menjulurkan
septa ke dalam kelenjar yang berbaur dengan serat retikular yang menyangga
kelompok sel sekretoris yang berderet memanjang.

Kelenjar ini memiliki jenis sel prinsipal (utama/chief cell) dan sel oksifil. Sel utama
merupakan sel poligonal kecil dengan inti bulat dan sitoplasma sedikit asidofilik dan
bergranula sekretoris yang di dalamnya terdapat polipeptida hormon paratiroid (PTH)
yaitu suatu regulator utama kadar kalsium darah. Sel oksifil berukuran lebih besar dan
berjumlah lebih sedikit daripada sel utama. Sel ini merupakan derivat transisional dari
sel utama.

Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid dan kalsitonin yang memiliki


efek yang berlawanan yang menciptakan mekanisme ganda pengaturan kadar
Ca2+ darah yang merupakan faktor penting dalam homeostatis. Hormon paratiroid
menargetkan osteoblas yang merespon dengan menghasilkan suatu faktor
penstimulasi-osteoklas untuk meningkatkan jumlah dan aktivitas osteoklas.

Hal ini meningkatkan resorpsi matriks tulang berkapur dan pelepasan Ca2+ sehingga
meningkatkan kadar Ca2+ dalam darah yang mengakibatkan produksi hormon
paratiroid menurun. Kalsitonin dari kelenjar tiroid menghambat aktivitas osteoklas
sehingga menurunkan kadar Ca2+ darah dan meningkatkan osteogenesis.

Hormon paratiroid juga meningkatkan penyerapan Ca2+ dari saluran cerna dengan
menstimulasi sintesis vitamin D. Hormon ini juga berperan dalam menurunkan kadar
fosfat darah ysng merupakan efek dari sel tubulus ginjal yang mengurangi penyerapan
fosfatnya dan memungkinkan lebih banyak ekskresi fosfat dalam urin. Kekurangan
hormon ini menyebabkan ketidaknormalan tulang dan gigi. Adapun aktivitas partiroid
dikendalikan oleh kadar kalsium darah dan tidak dipengaruhi langsung oleh kelnjar
endokrin lain maupun sistem saraf (Tenzer, 1998).

6
4. Kelenjar Adrenalin
Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal
(gambar 1), dan terbenam dalam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar adrenal
dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke bagian
dalam kelenjar sebagai trabekula. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapisan konsentris,
yaitu korteks adrenal dan medula adrenalis

Korteks dan medula dapat dibedakan berdasarkan asal, fungsi, dan ciri morfologi
selama masa perkembangan embrional. Kedua struktur tersebut berasal dari lapisan
germinal yang berbeda, korteks berasal dari mesoderm dan medula terdiri dari sel-sel
yang berasal dari krista neuralis. Secara morfologi korteks adrenal berada pada lapisan
perifer dan berwarna kekuningan, sedangkan medula adrenalis berada di tengah dan
berwarna coklat-kemerahan (Junqueira et al 2012).

Junqueira et al, et al (2012) menyebutkan bahwa kelenjar adrenal disuplai oleh


sejumlah arteri yang masuk di berbagai tempat di sekitar tepinya. Sel medula adrenalis
menerima darah arteri dan arteri medula serta darah vena yang berasal dari kapiler
korteks. Kapiler korteks dan medula membentuk vena medularis di sentral yang
bergabung dan meninggalkan kelenjar sebagai vena adrenalis.

Pada korteks adrenal, memiliki sel-sel khas yaitu sel penyekresi steroid. Sel
penyekresi hormon tersebut tidak menyimpan produknya di dalam granul, namun
steroid berdifusi bebas melalui membran plasma dan tidak memerlukan eksositosis
yang akan dilepaskan dari sel. Korteks adrenal memiliki tiga zona konsentris dengan
seretan sel epitel yang tersusun agak berbeda.

• Zona glomerulosa

Lapisan ini berada tepat di dalam simpai jaringan ikat dengan deretan sel-sel
kolumnar atau piramidal yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar atau
melengkung, yang dikelilingi kapiler. Sel-sel zona glomerulosa
mensekresikan mineralocorticoids, senyawa yang berfungsi dalam pengaturan
natrium, kalium, dan air. Produk utama adalah aldosteron, bekerja pada tubulus
kontortus distal nefron dalam ginjal, mukosa lambung, dan ludah dan kelenjar
keringat untuk merangsang reabsorpsi natrium (Ross, 2011).

• Zona fasciculata

Zona ini terdiri dari deretan panjang setebal satu atau dua sel polihedral panjang
yang dipisahkan oleh kapiler sinusoid. Sel pada zona ini mensekresikan
glukokortilois, terutama kortisol yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat.

7
Kortisol menginduksi mobilisasi lemak di jaringan adiposa subkutan dan
pemecahan protein di otot.

• Zona retikularis

Lapisan ini merupakan lapisan yang berbatasan dengan medula dan terdiri dari sel
kecil yang tersebar disuatu jalinan korda irregular dengan kapiler yang lebar. Sel
zona ini juga mensekresi kortisol, tetapi yang utama adalah mensekresi androgen
lemah yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA) yang diubah menjadi testosteron
pada beberapa jaringan lain.

Medula adrenalis terdiri dari sel-sel polihedral besar, tersusun berupa deretan atau
kelompok dan ditunjang oleh serabut retikuler. Sebagian besar kapiler sinusoid
berada bersebelahan dan terdapat juga sejumlah sel ganglion parasimpatis. Sel
parenkim medula yang dikenal sebagai sel kromafin memiliki banyak granula
untuk sekresi dan penyimpanan hormon. Granula tersebut mengandung salah satu
dari dua katekolamin, epinefrin atau norepinefrin.

8
Sel kromafin medula dipersyarafi oleh ujung syaraf kolinergik dari neuron simpatis
praganglionik yang memicu pelepasan hormon melalui eksositosis. Epinefrin dan
norepinefrin dilepaskan ke darah dalam jumlah besar selama reaksi emosional yang
intens (Junqueira et al 2012).

5. Kelenjar Pineal
Ross (2011) menjelaskan bahwa kelenjar pineal merupakan kelenjar endokrin atau
neuroendokrin yang mengatur irama harian aktivitas tubuh. Pada manusia, kelenjar
ini terletak di dinding posterior ventrikel ketiga yang melekat pada otak dan berbentuk
kerucut yang sangat kecil.

Kelenjar pineal dibungkus oleh jaringan ikat pia meter dan terjulur septa yang
mengandung pembuluh darah kecil membagi berbagai kelompok sel sekretoris yang
mencolok dan berjumlah banyak yaitu pinealosit. Sel-sel ini menghasilkan melatonin
yang merupakan suatu derivat triptofan.

Serabut saraf simpatis tidak bermielin memasuki kelenjar pineal dan berakhir di antara
pinealosit. Selain sel pinealosit juga terdapat sel glia interstisial yang menyerupai
astrosit. Sel tersebut memiliki inti panjang yang terpulas lebih kuat daripada inti
pinealosit. Jumlah atrosit pineal ini hanya sekitar 5% (Junqueira, et al, 2012).

9
Melatonin yang dilepaskan dari pinealosit bertambah pada kegelapan dan menurun
selama terang. Pada manusia perubahan jumlah sekresi melatonin ini berperan penting
dalam pengaturan irama harian aktivitas tubuh. Melatonin yang dilepaskan saat
kegelapan mengatur fungsi reproduksi untuk menghalangi aktivitas steroidogenik
pada gonad (Ross, 2011).

6. Pankreas
Pankreas : Kelenjar ini menghasilkan hormon insulin

7. Testis
Testis : Menghasilkan hormon testosteron

8. Ovum
Ovum :Menghasilkan hormon estrogen yang berfungsi untuk menebalkan dinding
rahim dan progesteron yang berfungsi untuk menjaga ketebalan dinding rahim.

2.4 Manifestasi System Endokrin


Penyebab Gangguan Endokrin
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:

• Penyakit endokrin yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu banyak atau
terlalu sedikit hormon endokrin. Kondisi ini disebut ketidakseimbangan hormon.
• Penyakit endokrin karena perkembangan lesi dalam sistem endokrin, yang bisa saja
mempengaruhi kadar hormon.

Sistem umpan balik endokrin dapat membantu mengontrol keseimbangan hormon dalam
aliran darah. Jika tubuh memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon tertentu, sistem
umpan balik memberi sinyal pada kelenjar yang tepat untuk memperbaiki masalah
tersebut.

Ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem umpan balik ini mengalami kesulitan
menjaga tingkat hormon yang tepat dalam aliran darah, atau jika tubuh tidak mampu
membersihkannya dari aliran darah. Peningkatan atau penurunan kadar hormon endokrin
dapat disebabkan oleh:

10
• Masalah dengan sistem umpan balik endokrin.
• Penyakit tertentu.
• Kegagalan kelenjar untuk merangsang kelenjar lain untuk melepaskan hormon.
• Kelainan genetik, seperti Multiple Endokrin Neoplasia (MEN) atau hipotiroidisme
kongenital.
• Infeksi.
• Cedera pada kelenjar endokrin.
• Tumor kelenjar endokrin.

Kebanyakan tumor endokrin dan nodul (benjolan) tidak bersifat kanker. Mereka biasanya
tidak menyebar ke bagian lain dalam tubuh. Namun, tumor atau nodul pada kelenjar dapat
mengganggu produksi hormon dalam kelenjar yang ditumbuhinya.

Faktor Risiko Gangguan Sistem Endokrin


Selain penyebab yang mendasari, gangguan sistem endokrin juga dapat dipicu oleh
beberapa faktor risiko berikut ini:

• Peningkatan kadar kolesterol yang signifikan.


• Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama.
• Memiliki riwayat penyakit autoimun.
• Menjalani pola makan tidak sehat.
• Ibu hamil dengan kasus hipotiroid.
• Pernah menjalani operasi.
• Pernah mengalami trauma, infeksi, atau cedera serius.

▪ Gejala Gangguan Sistem Endokrin


Ada banyak jenis gangguan sistem endokrin. Gejalanya sendiri dibedakan dari
penyakit
yang mendasari. Berikut ini beberapa gejala berdasarkan penyakitnya:

➢ Diabetes
Diabetes adalah kondisi yang menyebabkan tingginya kadar glukosa darah. Hal
tersebut terjadi akibat tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin
untuk mengatur glukosa. Diabetes memicu munculnya gejala berupa:

• Peningkatan rasa haus.


• Peningkatan frekuensi buang air kecil.
• Peningkatan rasa lapar.
• Perubahan berat yang tidak terduga.
• Luka yang sulit sembuh.
• Mati rasa atau kesemutan di tangan atau kaki.
• Rasa lelah berlebihan.
• Pandangan kabur.

11
➢ Hipertiroidisme
Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon.
Hormon yang diproduksi berfungsi untuk mengatur penggunaan energi di seluruh
tubuh. Hipertiroidisme memicu munculnya gejala berupa:

• Perubahan detak jantung.


• Kesulitan tidur.
• Cepat marah.
• Rasa lelah berlebihan.
• Pengaturan suhu yang buruk.
• Peningkatan frekuensi buang air besar.
• Penurunan berat badan dengan peningkatan nafsu makan.
• Penyakit gondok.

➢ Hipotiroidisme
Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon,
sehingga fungsi organ dalam tubuh menjadi lambat. Hipotiroidisme memicu
munculnya gejala berupa:

• Kelelahan.
• Sensitif terhadap udara dingin.
• Bicara lambat.
• Kelopak mata turun.
• Pembengkakan wajah.
• Kulit kering.
• Melambatnya detak jantung.
• Kram otot.
• Kebingungan.
• Sembelit.
• Penambahan berat badan.
• Kesemutan di tangan.

➢ Sindrom Cushing
Sindrom Cushing terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon kortisol.
Kortisol adalah hormon yang membantu tubuh merespon stres, mengatur proses
metabolisme, dan menjaga tekanan darah. Sindrom Cushing memicu munculnya
gejala berupa:

• Penambahan berat badan.


• Lengan dan kaki tampak kurus.
• Wajah bulat.
• Benjolan lemak di antara bahu.
• Pertumbuhan rambut berlebihan.
• Kelemahan otot.
• Pandangan kabur.

12
• Penurunan kesuburan dan gairah seksual.
• Rasa lelah berlebihan.
• Mudah memar dan muncul stretch mark.

➢ Akromegali
Akromegali terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon pertumbuhan.
Kondisi tersebut mengakibatkan pertumbuhan tulang, organ, dan jaringan lain yang
tidak biasa. Akromegali memicu munculnya gejala berupa:

• Pembengkakan tangan dan kaki.


• Pertumbuhan fitur wajah.
• Perubahan tulang, seperti rahang yang menonjol.
• Kulit tebal dan kering.
• Keringat dan bau badan.
• Suara terdengar lebih dalam.

➢ PCOS
PCOS terjadi ketika ketidakseimbangan hormon reproduksi menyebabkan masalah
pada ovarium. PCOS memicu munculnya gejala berupa:

• Siklus haid tidak teratur.


• Rambut berlebihan.
• Jerawat.
• Penipisan rambut.
• Penambahan berat badan.
• Kesulitan menurunkan berat badan.
• Kulit menggelap.

▪ Diagnosis untuk Gangguan Sistem Endokrin


Jika kamu memiliki gangguan sistem endokrin, dokter akan merujuk ke spesialis yang
disebut ahli endokrin. Seorang ahli endokrin secara khusus terlatih dalam mengatasi
masalah gangguan sistem endokrin. Gejala gangguan endokrin sangat bervariasi,
tergantung pada kelenjar spesifik yang terlibat.

Namun, kebanyakan pengidap selalu mengeluh memiliki rasa lelah berlebihan.


Setelah melakukan wawancara, dokter akan melakukan beberapa langkah
pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosis pada pengidap. Berikut ini
beberapa prosedur yang dilakukan:

• Tes urine, yaitu pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi dan mengelola
berbagai gangguan, seperti infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, dan diabetes.
• MRI, yaitu teknik pencitraan medis yang dilakukan dengan menggunakan medan
magnet dan gelombang radio untuk menampilkan gambar detail organ dan
jaringan dalam tubuh.

13
• Tes genetik, yaitu pemeriksaan yang mengidentifikasi perubahan gen, kromosom,
atau protein. Hasilnya membantu menentukan peluang seseorang untuk
mengembangkan atau meneruskan kelainan genetik.
• Tes hormon, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi dan
mengevaluasi ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.
• Tes darah, yaitu pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur atau memeriksa
sel, bahan kimia, protein, atau zat lain dalam darah.

▪ Pengobatan Gangguan Sistem Endokrin


Gangguan sistem endokrin adalah kumpulan kondisi yang terkait dengan bagian dari
keseluruhan sistem endokrin. Proses identifikasi dan pengobatan bukan hal yang
mudah, mengingat kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai penyakit. Jika
mengalami sejumlah gejalanya, diperlukan langkah perawatan yang tepat.

Pengobatannya sendiri akan tergantung pada gejala dari penyakit yang mendasari.
Prosesnya bisa menjadi sangat rumit, karena perubahan dalam satu tingkat hormon
dapat menyebabkan gangguan lain. Dokter mungkin menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan darah rutin untuk menyesuaikan langkah pengobatan.

Komplikasi Gangguan Sistem Endokrin


Jika sejumlah gejala yang muncul dibiarkan tanpa langkah penanganan, terdapat
beberapa komplikasi gangguan endokrin yang bisa saja terjadi. Berikut ini beberapa
di antaranya:

• Kegelisahan atau insomnia pada pengidap penyakit tiroid.


• Koma pada pengidap hipotiroidisme.
• Depresi pada pengidap penyakit tiroid.
• Penyakit jantung.
• Kerusakan saraf.
• Kerusakan atau gagal pada organ.
• Penurunan kualitas hidup seseorang.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin adalah control kelenjar tanpa saluran ( ductiess ) yang menghasilkan
hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ
lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan di bawah oleh aliran darah ke
berbagai sel dalam tubuh yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi
suatu tindakan. Organ endokrin yang terdapat berikut:

• Kelenjar Hipofisis, lobus anterior dan posterior.


• Kelenjar Tiroid dan Paratiroid,
• Kelenjar Suprarenal,kortek dan medula, dan
• Kelenjar timus dan barang kali juga badan Pineal.

Macam-macam penyakit endokrin :

1. Insufisiensi adrenal
2. Penyakit Cushing
3. Gigantisme (akromegali) dan masalah hormon pertumbuhan lainnya
4. Hipertiroidisme
5. Hipotiroidisme
6. Hipopituitarisme
7. Multiple Neoplasia Endokrin I dan II (MEN I dan II MEN)
8. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
9. Pubertas prekoks (dini)

3.2 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan.
Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/sistem-endokrin/
https://www.ruangguru.com/blog/sistem-endokrin
https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-sistem-endokrin
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/640991/mod_resource/content/2/MAKALA
H%20KEL.%201%20SISTEM%20ENDOKRIN.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai