Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT POLLEN DENGAN

METODE ASETOLISIS
Kurnia Rahma Rumakat
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Malang
E-mail: kurniarumakat22@gmail.com
Abstrak
Metode asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari
yang menggunakan prinsip melisikan dinding sel serbuk sari dengan asam asetat glacial
serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan. Tujuan dari praktikum ini adalah
(Membandingkan metode praktikum dengan metode dari jurnal yang lain/sumber yang
lain) dan (untuk mengamati macam-macam bentuk pollen dengan prinsip meliliskan
dinding sel dari pollen dengan bantuan larutan asam asetat glasial serta asam sulfat
pekat). Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa teknik pewarnaan
mempengaruhi keberhasilan preparat pollen, Variasi ukuran serbuk sari dipengaruhi
oleh faktor luar dan dalam. Faktor dalam meliputi jumlah kromosom, karakter bunga
dan kondisi air. Hasil preparat serbuk sari yang mengalami kegagalan atau tidak bagus
disebabkan oleh beberapa kesalahan selama prosedur pembuatan preparat yaitu terjadi
kegagalan dalam proses penutupan preparat akibat parafin yang tidak menutup
sempurna, selain itu menyebabkan adanya gelombang udara di dalam preparat. Saat
proses sentrifugasi pollen tidak terpisah secara sempurna sehingga pollen saling
melekat bahkan menggumpal dan saat pencucian masih ada larutan zat kimia yang
masih tertinggal.

Kata kunci: Asetolisis, Pollen, Serbuk Sari, Ukuran

PENDAHULUAN

Pollen merupakan gametofit jantan pada tumbuhan Gymnospermae dan


Angiospermae, sedangkan spora biasanya dihasilkan tumbuhan non vaskuler seperti alga,
jamur, lumut serta tumbuhan vaskuler tingkat rendah yaitu paku-pakuan. Melalui
pembelahan meiosis, sel induk mikrospora membelah manjadi empat sel haploid yang
disebut mikrospora atau sering disebut sebagai butir pollen (serbuk sari) dan spora
(Aftab, 2006).

Butir pollen yang masak dikelilingi oleh dinding sari pektuselulosa yang tipis yakni
intin. Di luar intin terdapat lapisan lain yang disebut eksin. Komponen utama eksin
disebut sporopolenin. Suatu substansi yang keras yang memberikan daya tahan yang
hebat kepada butir pollen. Sifat kimia dari sporopolenin belum jelas, namun telah
dikemukakan bahwa zat kimia itu polimer-polimer oksidatif dari karetenoid atau este
ester karetenoid (Tjitrosoepomo, 2001)
Ilmu yang mempelajari tentang pollen dan spora disebut palinologi yang umumnya
lebih terfokus pada struktur dinding (Erdtman, 1969).Selain sebagai tempat
gametofit jantan danalat penyerbukan pada tumbuhan berbunga,serbuk sari memiliki
fungsi dan pentingdalam beberapa bidang meliputi morfologiserbuk sari
dan kaitannya dalam taksonomi,filogeni dan palinologi fosil.Beberapa karakter dari
morfologi serbuksari adalah: simetri, ukuran dan bentuk,struktur dinding serbuk sari
(pollen wall),stratifikasi exine, ornamentasi exine,kerutan/alurdan lubang. (Agashe dan
Caulton, 2009).
Metode yang biasa digunakan dalam mengamati preparat pollen ialah dengan
metode asetolisis. Asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari
yang menggunakan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan asam
asetat glasial serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil amatan morfologi dinding serbuk sari ornamentasi dari serbuk sari
tersebut. Serbuk sari yang digunakan dalam pembuatan preparat haruslah merupakan
serbuk sari yang matang. Serbuk sari yang matang dapat ditandai dengan sudah tidak ada
air dalam serbuk sari tersebut, jika serbuk sari dipatahkan maka hanya akan seperti
tepung saja (Anonim, 2009 dalam Zahra, 2017).
Morfologi serbuk sari yang dapat diamati meliputi bentuk serbuk sari, unit serbuk
sari, ukuran serbuk sari, tipe apertura, dan tipe skulptur atau ornamentasi eksin
(Kumaladita, 2014 Zahra, 2017). Serbuk sari memiliki kaitan dalam taksonomi, filogeni,
dan palinologi fosil. Morfologi serbuk sari dapat digunakan untuk mengidentifikasi
takson di tingkat familia, genus, spesies dan di bawah spesies, penempatan taksa yang
diragukan, penyusunan kembali, penggabungan dan pemisahan, serta sebagai penguat
bukti yang lain. Variasi yang diperlihatkan serbuk sari antara lain jumlah, letak alur, dan
lubang (apertura) di permukaan serbuk sari, bentuk, ukuran, dan ukiran eksinnya dapat
menjadi sumber bukti taksonomi yang penting (Mikaf, 2013 dalam Zahra, 2017).
Berbagai variasi polen juga dapat digunakan untuk mengetahui arah evolusi suatu
tumbuhan. Sifat polen yang mudah melekat pada berbagai benda membantu dalam
penyelidikan kriminal. Analisis kadar serbuk sari dalam madu dapat memberikan
informasi sumber bunga yang digunakan oleh lebah dan informasi ini penting ketika
menilai kualitas madu (Moore and Webb, 1978 Zahra, 2017).

Tujuan dari praktikum ini adalah (Membandingkan metode praktikum dengan


metode dari jurnal yang lain/sumber yang lain) dan (untuk mengamati macam-macam
bentuk pollen dengan prinsip meliliskan dinding sel dari pollen dengan bantuan larutan
asam asetat glasial serta asam sulfat pekat).

METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan secara daring di Laboratorium Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung sentrifuge, water bath,
kaca benda, kaca penutup, mikroskop, pipet tetes, gelas arloji, botol flakon, tabung
reaksi, aluminium foil, karet gelang, tissu. Bahan yang digunakan adalah pollen, bunga,
larutan FAA (formalin: Alkohol : Asam Asetat)=6:3:1, larutan assama asetat:asam sulfat
(18:2), Aquades, alkohol 70%, 80%,96%, xylol murni, dan entellen.

Prosedur Kerja
Mengambil benang sari dari flos specimen, memasukkan benang sari dalam botol
flakon., Menetesi dengan FAA dan mendiamkan selama 1x24 jam., Memindahkan pollen
ke tabung sentrifuge untuk di sentrifige (mengendapkan agar mudah diambil bahannya)
selama 30 menit, 3000 rpm, Mengganti cairan dengan campuran asam asetat dibanding
asam sulfat (18:2) atau 9 tetes dibanding 1 tetes, Memanaskan di waterbath pada suhu
60° selama 15 menit., Mendinginkan dan mengganti cairan dengan aquades dan
melakukan sentrifuge 3000 rpm selama 15 menit, Memindahkan bahan pollen ke gelas
arloji untuk di dehidrasi alkohol 70%, 80%, 96% masing-masing selama 5 menit,
Menetesi alkohol:xylol 3:1, 1:1, 1:3 masing-masing selama 5 menit, Menetesi xylol 1
selama 5 menit lalu menetesi xylol 2selama 5 menit, langsung diamati, Mmberi zat
entilen dan langsung ditutup dengan kaca penutup. Metode apush dibuat dengan cara
melisiskan dinding sel serbuk sari.

………………………………………………………………………………………………

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu terdapat
macam-macam bentuk pollen. Preparat yang diamati adalah Amarilys sp, Marinda
citrifloria 1, dan Marinda cintrifloria 2. Terdapat perbedaan metode acetolisis yang kami
gunakan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakhrizal. Pada penelitian (Fakhrizal,
2017) menggunakan pewarna cat atau kutex, KOH, minyak silikon, tertier butanol,
sedangkan pewarnaan yang kami gunakan adalah xylol murni dan entellen. Hasil yang
diperoleh dari penelitian kami jauh lebih bagus karena semua bagian yang diteliti dapat
dilihat dengan jelas.
PREPARAT SUMBER LAIN PREPARAT PRAKTIKUM

A. Serbuk sari dari Andropogon


A. Preparat Marinda citrifloria 1
acicutus

B.Preparat Marinda citrifloria


2
B.

C.Preparat Amarily sp

C.
Gambar 1 Perbandingan Preparat
Pollen
Berdasarkan gambar tersebut pada metode Asetolisis dari sumber lain terlihat
pewarnaannya terlalu tipis namun bentuk dan ukurannya dapat terlihat dengan jelas
seperti pada gambar A terdapat unit serbuk sari monad, bentuk subsperoidal, ukuran
media tipe aperture tricopolpate, sculpture psilate. Pada bagian B unit serbuk sari monad,
bentuk subspreoidal, ukuran media tipe aperture tricolpate, sculpture Scabrate. Pada
bagian C unit serbuk sari monad, bentuk subsperoidal, ukuran minuta + tipe aperture
monoporate, sculpture psilate. Identifikasi serbuk sari dilakukan dengan mengamati
dinding luar meliputi ukuran, bentuk, aperture, dan ornamentasi (sculptura) serbuk sari.
Ciri morfologi yang digunakan untuk serbuk sari mencakup struktur dinding serbuk sari,
polaritas, simetri, bentuk dan ukuran serbuk sari (Aprianty & Kriswiyanti, 2008)

Sebagian besar serbuk sari Angiospermae merupakan serbuk sari yang soliter dan
tunggal (monad). Monad adalah butir serbuk sari yang tersebar secara tunggal atau satu
persatu dari tetradnya (Hesse et al., 2009 dalam Zahrina, Hasanuddin, & Wardiah, 2017).

Variasi ukuran serbuk sari dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam. Faktor dalam
meliputi jumlah kromosom, karakter bunga dan kondisi air. Perlakuan kimia dan media
penutup juga mempengaruhi ukurannya. Faktor luarnya meliputi temperatur, unsur
mineral dan persediaan air di dalam tanah tempat tumbuhan tersebut berada (Fakhrizal,
2017).
Secara morfologi apertura adalah tempat pembukaan atau tempat tipis dari eksin
dimana lapisan intin biasanya tebal. Secara fisiologi, apertura berfungsi sebagai
perlindung, perubahan ion, dan tempat terjadinya perkecambahan serbuk sari (Blackmore
dan Ferguson, 1986 dalam Zahrina, Hasanuddin, & Wardiah, 2017). Apertura serbuk sari
tidak benar-benar terbuka tetapi ditutupi oleh lapisan tipis dan halus dari materi eksin.
Apertura sebagai tempat munculnya tabung serbuk sari pada perkecambahan pada stigma
yang cocok. (Moore dan Webb, 1978 dalam Zahrina et al., 2017). Ada tiga tipe apertura
dasar yaitu kolpus, porus, dan kolporus. Kolpus adalah alur germinal memanjang atau
daerah tipis memanjang dari eksin. Porus adalah pembukaan bulat atau bagian tipis dari
eksin. Kolporus terdiri dari kolpus dan porus (Colinvaux et al., 2005 dalam Zahrina et al.,
2017).(Zahrina et al., 2017)
Tricolporate adalah tipe apertura serbuk sari yang paling umum atau paling
banyak ditemukan diantara tumbuhan dikotil. Monocolpate adalah tipe apertura yang
memiliki satu colpus. Skulptur atau ornamentasi merupakan pahatan-pahatan yang
terdapat pada dinding luar serbuk sari dan khas bagi setiap spesies tumbuhan. Skulptur
atau ornamentasi serbuk sari dapat ditentukan dengan mengamati bagian luar permukaan
eksin.

Sedangkan pada preparat praktikum A,B,C bagian-bagiannya terlihat dengan jelas


dan juga ada yang tidak jelas, tetapi pewarnaannya juga bagus dibandingkan dengan
gambar preparat dari sumber lain. Bagian-bagian yang terlihat dari dari preparat
praktikum adalah terdapat sentripetal dan sentrifugal, namun pada preparat bagian B dan
C terlihat tidak bagus hal ini dikarenakan pollen saling tumpang tindih tidak memisah
satu dengan lainnya. Hasil preparat serbuk sari yang mengalami kegagalan atau tidak
bagus disebabkan oleh beberapa kesalahan selama prosedur pembuatan preparat yaitu
terjadi kegagalan dalam proses penutupan preparat akibat parafin yang tidak menutup
sempurna, selain itu menyebabkan adanya gelombang udara di dalam preparat. Saat
proses sentrifugasi pollen tidak terpisah secara sempurna sehingga pollen saling melekat
bahkan menggumpal dan saat pencucian masih ada larutan zat kimia yang masih
tertinggal.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa teknik pewarnaan
mempengaruhi keberhasilan preparat pollen, Variasi ukuran serbuk sari dipengaruhi
oleh faktor luar dan dalam. Faktor dalam meliputi jumlah kromosom, karakter bunga
dan kondisi air. Hasil preparat serbuk sari yang mengalami kegagalan atau tidak bagus
disebabkan oleh beberapa kesalahan selama prosedur pembuatan preparat yaitu terjadi
kegagalan dalam proses penutupan preparat akibat parafin yang tidak menutup
sempurna, selain itu menyebabkan adanya gelombang udara di dalam preparat. Saat
proses sentrifugasi pollen tidak terpisah secara sempurna sehingga pollen saling melekat
bahkan menggumpal dan saat pencucian masih ada larutan zat kimia yang masih
tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Aftab, RukhshindaAnd Anjum Perveen. 2006. A Palynological Study Of Some
CultivatedTrees From Karachi. Pak. J. Bot., 38(1): 15-28
Aprianty, N. Ma. D., & Kriswiyanti, E. (2008). INTISARI ’ Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui variasi ukuran panjang aksis polar, diameter bidang ekuatorial,
dan indek P/E serbuk sari Kembang Sepatu. Journal of Biology Udayana University,
9(1), 14–18.
Fakhrizal, T. (2017). Morfologi Serbuk Sari Familia Poacea di Kampus Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi Dan Kependidikan,
3(2), 116. https://doi.org/10.22373/biotik.v3i2.1001
Zahra, L. A. (2017). studi-mengenai-bentuk-dari-pollen-bunga (pp. 1–9). pp. 1–9.
Zahrina, Hasanuddin, & Wardiah. (2017). STUDI MORFOLOGI SERBUK SARI
ENAM ANGGOTA FAMILIA RUBIACEAE Zahrina 1 * , Hasanuddin 2 , Wardiah
2 1. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Unsyiah,
2(1), 114–123. Retrieved from http://www.jim.unsyiah.ac.id/pendidikan-
biologi/article/view/2127

Anda mungkin juga menyukai