Anda di halaman 1dari 13

Nama : Siti Rafa Amirah

NPM : 260110190029 Praktikum Farmakognosi Ganjil 2020/2021


Shift :A
Tgl Praktikum : 17 September 2020

IDENTIFIKASI DAN PEWARNAAN PATI

I. Tujuan
Melakukan identifikasi dan pewarnaan pati dari sampel secara mikroskopik.

II. Prinsip
2.1 Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik yaitu meliputi anatomi simplisia yang memiliki
karakteristik serta merupakan pemeriksaan spesifik penyusun suatu simplisia
ataupun haksel (Soegiharjo, 2013).
2.2 Metode Pewarnaan Pati
Metode pewarnaan untuk pati merupakan salah satu cara untuk membuat
analisis komparatif butiran pati lebih mudah diakses, tergantung pada jenis
pewarnaan yang secara khusus digunakan (Jaromír & Jaromír, 2018).

III. Teori Dasar


Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik, yang banyak
terdapat pada tumbuhan terutama pada biji-bijian dan umbi-umbian. Sifat berbagai
macam pati tergantung dari panjang rantai serta lurus atau bercabangnya atom
karbon. Dalam bentuk aslinya, pati merupakan butiran-butiran kecil yang disebut
granula. Bentuk dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati,
sehingga dapat digunakan untuk identifikasi (Hill & Kelley, 1942).
Pati mengandung tiga komponen utama yaitu, 15–30% amilosa, 70–85%
amilopektin dan 5–10% material antara. Struktur dan jenis material antara tiap
sumber pati berbeda tergantung sifat botani. Secara umum pati biji-bijian
mengandung bahan antara lebih besar dibandingkan pati batang dan pati umbi
(Greenwood & Munro, 1979).
Butir pati biasanya diidentifikasi secara mikroskopis dengan mikroskop optik
atau mikroskop elektron. Butir pati bisa menjadi lebih jernih jika diwarnai dengan
warna yang lebih gelap dengan pewarna iodin. Lugol yodium merupakan salah satu
yang digunakan untuk pewarnaan pati karena reagen yodium mudah mengikat pati,
tetapi sulit untuk mengikat bahan lain. Karakteristik yang memungkinkan
identifikasi butir pati meliputi: keberadaan hilum (inti butir), lamellae (atau lapisan
pertumbuhan), birefringence, dan extinction cross (bentuk silang, terlihat pada
butir di bawah cahaya revolving terpolarisasi) (Torrence, 2006).
Metode pewarnaan adalah salah satu cara analisis komparatif butiran pati yang
lebih mudah dilakukan, tergantung pada jenis pewarnaan khusus yang
digunakan. Misalnya, larutan lugol menodai butiran pati dengan warna biru tua,
untuk membedakan butiran pati dari struktur umum lainnya yang dapat terlihat
serupa dalam ukuran dan bentuk. Selain teknik ini, penggunaan pewarna
CongoRed dapat menandai kerusakan, sehingga lebih mudah untuk mempelajari,
membandingkan, dan menganalisis perbedaan kerusakan taksa tertentu. Secara
khusus, intensitas warna merah tergantung pada seberapa rusak butirannya.
Terakhir, tripan biru adalah cara lain untuk menodai kerusakan granul di dalam
butiran pati, hanya menodai granul yang rusak, bukan yang tidak rusak. Secara
khusus, penting untuk memasukkan proses pewarnaan ke dalam analisis karena ada
beberapa struktur lain yang ditemukan secara alami yang memiliki karakteristik
serupa dengan pati jika dibandingkan di bawah mikroskop (Jaromír & Jaromír,
2018).
Tanaman dengan kandungan amilum yang biasa digunakan dalam bidang
farmasi yaitu jagung (Zea mays), beras (Oryza sativa), kentang (Solanum
tuberosum), ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot utilissima),
dan lain-lain. Granul amilum jagung berbentuk polygonal, membulat atau sferoidal
dan memiliki garis tengah 35 mm. Amilum gandum dan kentang mempunyai
komposisi yang kurang seragam, masing-masing mempunyai 2 tipe granul yang
berbeda (Gunawan & Mulyani, 2004).
Dalam pembuatan sediaan farmasi, amilum digunakan sebagai bahan penyusun
dalam serbuk atau sebagai bahan pembantu seperti bahan pengisi tablet, bahan
pengikat, serta bahan penghancur. Suspensi amilum berkhasiat sebagai antidotum
terhadap keracunan iodium, sedangkan amilum gliserin biasa digunakan sebagai
emolien atau sebagai basis untuk supositoria. Amilum hidroksi-etil merupakan
bahan semisintetik yang digunakan sebagai pengencer plasma (dalam larutan 6%).
Ini merupakan pengobatan tambahan untuk kejutan yang disebabkan oleh
pendarahan, luka terbakar, pembedahan, sepsis, dan trauma lain. Sediaan amilum
yang terdapat di pasaran contohnya yaitu Volex (Gunawan & Mulyani, 2004).
Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur atau
pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu penghancuran tablet setelah
ditelan (Syamsuni, 2007). Analisis butir pati dapat berguna sebagai pelengkap
untuk bentuk studi lain dalam memahami penggunaan alat, kegiatan pertanian,
serta strategi subsisten nabati lainnya (Eubanks, 2018).

Gambar 3.1. Reaksi antara amilum dan yodium (Dai, et al., 2014)
IV. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Cover glass 2. Mikroskop cahaya

3. Object glass 4. Spatel

b. Bahan
1. Akuades
2. Iodin
3. Pati Beras
4. Pati Gandum
5. Pati Kentang
6. Pati Singkong
7. Serbuk Kunyit
8. Serbuk Pati Jagung

V. Prosedur Kerja
5.1 Identifikasi Pati

Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Meletakkan serbuk pati diatas objek glass

Menetesi serbuk pati dengan air, kemudian menutupnya dengan cover


glass
Memasukkan preparat, lalu menentukan perbesaran yang dikehendaki dan
melihat bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop

Mengubah-ubah perbesaran untuk mendapatkan hasil yang optimal

Menggambar bentuk fragmen dari hasil pengamatan


5.2 Pewarnaan Pati
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Meletakkan serbuk pati diatas objek glass

Menetesi serbuk pati dengan iodin, kemudian menutupnya dengan cover


glass

Memasukkan preparat, lalu menentukan perbesaran yang dikehendaki dan


melihat bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop

Mengubah-ubah perbesaran untuk mendapatkan hasil yang optimal

Menggambar bentuk fragmen dari hasil pengamatan

VI. Data Pengamatan


Nama Pati Perbesaran Gambar
Amylum Maydis 100 x
Amylum Maydis 400 x

Amylum Maydis 1000 x

Amylum Oryzae 100 x

Amylum Oryzae 400 x


Amylum Oryzae 1000 x

Amylum Manihot 100 x

Amylum Manihot 400 x

Amylum Manihot 1000 x


Amylum Tritici 100 x

Amylum Tritici 400 x

Amylum Tritici 1000 x

Amylum Solani 100 x


Amylum Solani 400 x

Amylum Solani 1000 x

Pati Kunyit 100 x

Pati Kunyit 400 x


Pati Kunyit 1000 x

Amylum Maydis + Iodine 100 x

Amylum Maydis + Iodine 400 x

Amylum Maydis + Iodine 1000 x


Amylum Oryzae + Iodine 100 x

Amylum Oryzae + Iodine 400 x

Amylum Oryzae + Iodine 1000 x

Amylum Solani + Iodine 100 x


Amylum Solani + Iodine 400 x

Amylum Solani + Iodine 1000 x

Amylum Tritici + Iodine 100 x

Amylum Tritici + Iodine 400 x


Amylum Tritici + Iodine 1000 x

Amylum Manihot + Iodine 100 x

Amylum Manihot + Iodine 400 x

Amylum Manihot + Iodine 1000 x

Pati Kunyit + Iodine 100 x


Pati Kunyit + Iodine 400 x

Pati Kunyit + Iodine 1000 x

VII. Perhitungan
-

VIII. Daftar Pustaka


Dai, H., Sang, M., Wang, Y., Dua, R., Yuan, W., Jia, Z., dan Chen, X. 2014.
Determination of trace glyphosate in water with a prism couplingoptical
waveguide configuration. Sensors and Actuators A: Physical, Vol 218: 88–93.
Eubanks, J. 2018. Experimental Ground Stone Tools, Resource Processing and Starch
Grain Analysis: Preliminary Results. SCA Proceedings: Far Western
Anthropological Research Group Inc, Vol 32: 287-294.
Greenwood, C. T., dan Munro, D. N. 1979. Carbohydrates. London: Applied Science
Publ. Ltd.
Gunawan, D., dan Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Hill, dan Kelley. 1942. Organic Chemistry. Philadelphia, Toronto: The Blakistan Co.
Jaromír, K., dan Jaromír, B. 2018. Microscopic Analysis of Starch Grains and its
Application in the Archaeology of the Stone Age. Interdisciplinaria
Archaeologica. Vol 9 (1):83-93.
Soegiharjo, C. J. 2013. Farmakognosi. Yogyakarta: Citra Aji Parama.
Syamsuni, H. A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Torrence, R. 2006. Ancient Starch Research. Walnut Creek, CA: Left Coast Press Inc.

Anda mungkin juga menyukai