BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang sangat potensial
masyarakat. Sampai saat ini telah banyak ditemukan berbagai jenis tumbuhan
tradisional.
obat tradisional maupun jamu adalah tumbuhan anggota suku Zingiberaceae. Suku
Indonesia, yaitu: jahe merah, jahe gajah dan jahe emprit. Masyarakat secara awam
dapat membedakan ketiga varietas melalui bentuk fisik dan rasa pedas masing-
masing rimpang setelah panen yaitu umur 9-10 bulan. Jahe merah memiliki
rimpang berwarna merah dan ruas yang kecil, jahe emprit memiliki rimpang
berwarna putih atau kuning dengan ruas yang kecil, sedangkan untuk jahe gajah
1
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
rimpangnya berwarna putih atau kuning dengan ruas yang lebih besar. Jahe merah
dan jahe emprit lebih pedas daripada jahe gajah (Santoso, 1992).
senyawa pada rimpang jahe akan berkorelasi dengan aktivitas biologi yang
dari tiap varietas jahe menjadi tidak sama. Di pasar tradisional Indonesia, jahe
merah mempunyai harga jual yang lebih tinggi daripada jahe gajah dan jahe
emprit. Keadaan seperti ini akan memicu timbulnya substitusi jahe merah oleh
jahe gajah maupun jahe emprit pada produk-produk yang berbahan baku jahe
merah.
dengan analisis makroskopi simplisia, mikroskopi rimpang segar dan serbuk jahe,
(Sutrisno, 1986).
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan makroskopi dan mikroskopi dari rimpang jahe merah,
2. Apakah dapat ditentukan bercak khas dari jahe merah, jahe gajah, dan jahe
C. Tujuan Penelitian
1. Menentukan ciri makroskopi dan mikroskopi dari jahe merah, jahe gajah, dan
jahe emprit.
2. Menentukan bercak khas jahe merah, jahe gajah, dan jahe emprit dari profil
D. Manfaat Penelitian
khas yang dapat membedakan jahe merah, jahe gajah dan jahe emprit.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengumpulan Bahan
dengan tanah yang mengandung banyak bahan organik seperti karbon, nitrogen,
lignin, dan selulosa. Bahan-bahan organik ini berasal dari sisa tumbuhan maupun
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
cocok untuk pertumbuhan jahe. Tumbuhan ini mampu bertahan hidup dengan baik
pada wilayah dengan ketinggian 900 m atau lebih di atas permukaan laut
tegantung pada varietas. Rimpang jahe dipanen pada saat batang tumbuhan mulai
layu yaitu umur 9-10 bulan saat akhir musim hujan. Rimpang yang dikumpulkan
kemudian dicuci dengan air untuk menghilangkan tanah-tanah yang melekat dan
ditiriskan sampai dapat dibedakan dari sisa-sisa cucian (Sukarman dan Melati,
2011).
2. Identifikasi Bahan
identitas atau jati diri suatu tumbuhan. Identitas yang dimaksud adalah nama yang
benar dan tempat yang tepat dalam sistem klasifikasi. Istilah identifikasi sering
(Tjitrosoepomo, 1998):
3. Analisis Makroskopik
simplisia (apabila berupa campuran) sesuai dengan ciri – ciri morfologinya serta
ciri lainnya (bau, warna, ukuran, dan tekstur) kemudian simplisia tersebut diamati
Menurut Claus dkk. (1988) ciri organoleptik suatu tanaman obat meliputi
karakter makroskopiknya yang terbagi dalam 4 bagian, yaitu bentuk dan ukuran;
warna dan tanda bagian luar; patahan dan warna bagian dalam; serta bau dan rasa.
dipatahkan.
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
4. Analisis Mikroskopik
merupakan bentuk sel, isi sel, maupun jaringan tanaman (Sutrisno, 1986).
kertas saring, ditambahkan asam klorida. Objek ditutup dengan gelas penutup
dan minyak mudah menguap. Sel yang mengerut akan mengembang ketika
direaksikan dengan kloralhidrat LP. Larutan ini digunakan sebagai agen penjernih
identitas.
bagian lain dari tumbuhan. Secara mikroskopis floem terdiri atas sel tapis
tumbuhan tersebut.
f. Idioblas. Sel dengan isi yang berbeda dari sel sekelilingnya, misal
g. Jaringan sekresi. Kumpulan sel khas yang tersebar, meliputi sel sekresi,
h. Korteks. Jaringan yang terletak antara epidermis dan silinder pusat pada
batang dan antara epidermis dan endodermis pada akar. Sebagian besar
beragam, sering kali bersegi banyak. Fungsi parenkim antara lain dalam
j. Periderm. Jaringan komplek yang terdiri dari jaringan gabus atau felem,
kambium gabus atau felogen dan feloderm (sel hidup yang dibentuk
k. Sel gabus yaitu sel dari jaringan gabus, berbentuk lempeng, tersusun
berlignin.
5. Penyiapan Simplisia
a. Sortasi basah
memisahkan kotoran dan atau bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
(Katno, 2008).
b. Pencucian
Bahan asing atau kotoran yang tidak bisa hilang dengan sortasi basah
itu proses ini juga dilakukan untuk memperbaiki penampilan fisik bahan.
menempel tanah, misalnya akar, umbi, rimpang, dan batang atau daun yang
kotoran yang terlepas dari bahan tidak akan menempel kembali. Bahan
air bertekanan tinggi maupun dengan sikat. Bahan yang telah dicuci segera
Penirisan yang baik dilakukan di tempat teduh dan terlindung dari sinar
matahari langsung serta mendapat aliran udara yang cukup (Katno, 2008).
c. Perajangan
atau pengirisan dapat menggunakan pisau atau alat perajang khusus agar
bau, dan rasa yang diinginkan (Katno, 2008). Rimpang jahe diiris dengan
d. Pengeringan
rusak dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Bahan segar biasa
dengan bantuan sinar matahari langsung dan tidak langsung (di tempat
plastik, tikar, anyaman bambu, dan lantai dari semen/ubin yang bersih dari
dalam suatu ruangan yang terlindung dari sinar matahari dan hujan. Cara ini
berupa minyak atsiri atau senyawa kimia lain yang bersifat termolabil
(Katno, 2008).
memanfaatkan energi panas, listrik, atau api. Alat tersebut dapat digunakan
tanpa bergantung pada keadaan cuaca dan suhu dapat dikontrol sesuai
Salah satu alat yang sering digunakan untuk pengeringan adalah oven.
Bahan simplisa pada umumnya dapat dikeringkan pada sahu kurang dari
atau sama dengan 60oC. Sedangkan bahan yang mengandung minyak atsiri
atau senyawa lain yang bersifat termolabil sebaiknya dikeringkan pada suhu
e. Pengemasan
luar yang dapat mempengaruhi daya simpan. Bahan kemasan dapat berasal
dari daun, kertas, plastik, kayu, karton, kaleng, aluminum foil, dan bambu.
f. Penyimpanan
ruang dengan suhu, cahaya, dan kelembaban udara sesuai sifat dan
g. Penepungan
jaringan hewan dari komponen tidak aktif menggunakan pelarut tertentu yang
mengikuti standar prosedur ekstraksi (Handa dkk., 2008). Prinsip dasar ekstraksi
adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar
Handa dkk (2008) menyebutkan metode ekstraksi tanaman obat yang sering
perendaman sampel dengan pelarut tertentu dalam wadah tertutup pada suhu
ruang selama setidaknya 3 hari dengan pengadukan setiap jangka waktu tertentu.
cukup dengan metode ekstraksi. Salah satu cara yang digunakan untuk
ini dilakukan untuk memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari
(Harborne, 1996).
salah satu cara untuk fraksinasi. Metode ini merupakan salah satu cara klasik
analisis. Prosedur ECC melibatkan ekstraksi analit dari fase air ke dalam pelarut
organik yang bersifat nonpolar atau agak polar seperti heksana, metil benzene atau
pelarut organik nonpolar ke dalam air) juga mungkin terjadi. Analit-analit yang
berikatan secara kovalen dengan substituen yang bersifat nonpolar atau agak
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
mudah mengalami ionisasi akan tertahan dalam fase air (Rohman, 2014).
untuk analisis obat diantara teknik kromatografi lainnya karena beberapa alasan,
Fase diam berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang
didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Fase gerak yang
dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Penjerap paling sering digunakan
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
adalah silika dan serbuk selulosa. Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka,
tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya
sebentar. Sistem yang sering digunakan ialah campuran 2 pelarut organik karena
daya elusi campuran 2 pelarut ini mudah diatur untuk menghasilkan pemisahan
yang optimal (Gandjar dan Rohman, 2007). Pelarut yang umum digunakan adalah
kloroform, eter, etil asetat, n-heksana, siklo-heksana, metanol, etanol dan alkohol
penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama 254 nm) atau jika
dan atau gelombang panjang. Pelat KLT diamati dengan sinar tampak, sinar UV
254 nm dan UV 366 nm. Jika tidak bisa dengan cara demikian, maka harus
kuantitatif. Pada analisis kualitatif, digunakan parameter harga Rf. Dua senyawa
dikatakan sama jika mempunyai Rf yang sama dengan pembanding serta warna
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
yang sama jika dideteksi dengan sinar UV 366 nm dan pereaksi semprot. Analisis
dikatakan sebagai jarak bercak, yaitu jarak antara penutulan dengan suatu bercak
dibandingkan dengan jarak rambat. Harga Rf biasanya tidak tetap bila percobaan
diulang kembali. Oleh karena itu, biasanya jarak bercak dihitung terhadap zat
tertentu. Istilah yang biasa digunakan dalam hal ini adalah Rx bukan Rf. Rx
dihitung dengan membandingkan antara jarak bercak sampel dengan jarak bercak
pembanding. Harga Rf tertinggi adalah 1. Harga ini dicapai bila bercak berada di
atas batas rambat. Oleh karena harga Rf merupakan bilangan pecahan, maka saat
ini lebih umum digunakan harga Rf yang dikalikan 100. Harga ini biasa disebut
Banyak senyawa organik dan anorganik menguap pada suhu yang dinaikkan
diidentifikasi berdasarkan parameter kristalografi, titik leleh, dan atau sifat kimia.
Beberapa milligram serbuk obat dipanaskan pada kaca objek dan sublimatnya
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
dikumpulkan pada kaca objek kedua yang terdapat di atas kaca objek pertama
menggunakan suatu alat berupa tanur TAS (Gambar 1). Komponen alat ini
dirancang agar dapat saling bergabung dengan pelat KLT (Stahl, 1985).
daun
bunga
batang semu
rimpang
Gambar 2. Tanaman jahe
(Rukmana, 2009)
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
a. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
b. Nama Daerah
Jahe dikenal dengan nama umum (Inggris) ginger atau garden ginger.
Jawa, jahe dikenal dengan jahe (Sunda); jae (Jawa); jhai (Madura); dan jae
(Makassar); dan pace (Bugis). Di Nusa Tenggara, disebut jae (Bali); reja
(Bima); alia (Sumba); dan lea (Flores). Di Kalimantan (Dayak), jahe dikenal
hairalo (Amahai); pusu, seeia, sehi (Ambon); sehi (Hila); sehil (Nusalaut);
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
siwew (Buns); garaka (Ternate); gora (Tidore); dan laian (Aru). Di Papua,
jahe disebut tali (Kalanapat) dan marman (Kapaur). Adanya nama daerah
c. Deskripsi Tanaman
daun, bunga dan buah. Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi
30-100 cm. Rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun
berbentuk tongkat atau bulat telur yang sempit, berukuran 2,75 sampai 3
kali lebarnya, sangat tajam, panjang mulai 3,5 cm sampai 5 cm, lebar 1,5 cm
sampai 1,75 cm, gagang bunga hampir tidak berambut, panjang 25 cm, sisik
cm. Daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bulat pada ujungnya,
tidak berambut, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 cm sampai
1,75 cm. Mahkota bunga berbentuk tabung, panjang tabung 2 cm sampai 2,5
panjang 1,5 mm sampai 2,5 mm, lebar 3 mm sampai 3,5 mm, bibir berwarna
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
sampai 15 mm, lebar 13 mm, kepala sari berwarna violet, panjang 9 mm,
d. Rimpang Jahe
atsiri tidak kurang dari 0,7% v/b. Rimpang jahe berbau aromatik dan
memiliki rasa pedas. Secara makroskopik, rimpang agak pipih, bagian ujung
bercabang, cabang pendek, pipih, bentuk bulat telur dan terbalik, pada setiap
bebas. Bekas patahan pendek dan berserat menonjol. Pada irisan melintang
gabus. Korteks terdiri dari parenkim isodiametrik, dinding sel tipis, berkas
cokelat kemerahan. Endodermis terdiri dari sel dengan radial agak menebal,
sama lain, umumnya tanpa serabut. Stele terdiri dari sel parenkim
minyak seperti pada korteks. Xilem terdiri dari sedikit pembuluh spiral dan
pembuluh jala, tidak berlignin, garis tengah kurang lebih 70 µm. Floem
kurang 600 µm, lebar sampai lebih kurang 30 µm, bernoktah berbentuk
celah miring. Idioblas berbentuk prisma, panjang sampai lebih kurang 130
µm, lebar 8 µm sampai 20 µm, tunggal atau dalam deretan sejajar dengan
sumbu semua berkas pembuluh, berisi zat berwarna cokelat kemerahan tua.
Butir pati memenuhi parenkim korteks dan parenkim stele, butir tunggal,
bentuk bulat pipih telur sampai hampir segiempat, hilus terdapat pada
didampingi sel zat warna, sel damar minyak, damar minyak berbentuk
banyak sekali butir pati, dan fragmen periderm. Berikut ini fragmen-
1978):
e. Kandungan Kimia
dan musilago. Minyak atsiri jahe tersusun atas lebih dari 50 senyawa yang
zingiberol (Evans, 2002). Senyawa yang bertanggung jawab atas rasa pedas
[12]- gingerol serta senyawa hasil dehidrasinya, yang dikenal dengan nama
[6]-,[8]- dan [10]- shogaol (WHO, 1999). Shogaol dan zingeron merupakan
f. Manfaat Jahe
Jahe biasanya aman sebagai obat herbal (Weidner dan Sigwart, 2001).
Secara tradisional, jahe banyak digunakan sebagai obat batuk, masuk angin,
asma (Harmono dan Andoko, 2005). Simplisia jahe biasa digunakan sebagai
antioksidan alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam
g. Varietas Jahe
yaitu jahe merah, jahe gajah, dan jahe emprit. Varietas merupakan suatu
masalah distribusinya.
Kajian Makroskopi dan Mikroskopi serta Profil Kromatogram Tiga Varietas Jahe
RISKA SUCI PRATIWI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
25
yang sama.
jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua. Jahe ini memiliki
kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil (Harmono dan
Andoko, 2005).
sehingga agak keras. Tinggi tanaman sekitar 55,88 – 88,38 cm. Daun
(Putri, 2014). Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah
atau jahe badak memiliki rimpang yang lebih besar dan gemuk dengan
diameter berkisar 8,47 – 8,50 cm. Jahe ini biasa dikonsumsi baik saat
berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun
berkisar antar 0,5 – 0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang kecil – kecil dan
cm dan diameternya berkisar antara 3,91 – 5,90 cm. Akar yang banyak
Analisis kimia terhadap serbuk dilakukan dengan uji mikroskopis dan uji
secara KLT. Uji dengan KLT tidak dapat dirumuskan secara umum. Perbedaan
simplisia yang sama (Sutrisno, 1986). Bercak khas disebabkan oleh adanya zat
identitas. Bercak khas tidak selalu bisa ditemukan dengan suatu teknik KLT. Oleh
karena itu harus dilakukan cara lain dalam ekstraksi simplisianya, diubah
komposisi cairan eluasi dan dicoba penggunaan larutan deteksi yang lain. Bila
dengan suatu teknik KLT tertentu dapat ditemukan bercak khas, maka langkah
tujuan isolasi zat-zat yang menimbulkan bercak khas tersebut. Zat-zat ini yang
F. Keterangan Empiris
1. Dapat ditemukan perbedaan makroskopi dan mikroskopi dari jahe merah, jahe
gajah dan jahe emprit yang dapat digunakan sebagai identitas masing-masing
varietas.