Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
PEMBUATAN PREPARAT POLLEN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 BIO E:


PUTRI SETYAWATI NIM. 16308141017
ANNAS EMMA A N NIM. 16308141021
SHARA KHAIRUNISA NIM. 16308141029
TITHA MONIKA R NIM. 16308144008

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
A. JUDUL
Pembuatan preparat serbuk sari bunga sepatu dan mengukur panjang atau
lebar polen bunga spider lily (Hymenocallis speciosa).

B. TUJUAN
1. Mengetahui cara preparasi serbuk sari bunga spider lily (Hymenocallis
speciosa)
2. Mengukur panjang atau lebar polen bunga spider lily (Hymenocallis speciosa)

C. METODE
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas benda dan gelas
penutup, waterbath, gelas beker, lampu spiritus, botol flacon, tusuk gigi, mikroskop,
mikrometri, dan alat dokumentasi. Sedangkan Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah serbuk sari bunga spider lily (Hymenocallis speciosa), asam
asetat glacial, asam sulfat pekat, aquades, gliserin jelly, potongan parafin, dan
safranin.
Cara kerja pada praktikum ini adalah praktikum ini adalah bunga spider lily
(Hymenocallis speciosa). disiapkan. Kemudian benang sari bunga sepatu dimasukkan
dalam Asam Asetat Glasial (AAG) yang berada dalam botol flacon. Polen yang telah
didapatkan (berada dalam larutan AAG pada botol flacon) didiamkan hingga waktu
praktikum dimulai. Setelah fiksasi (minimal 24 jam), selanjutnya adalah serbuk sari
dipindah kedalam tabung centrifuge kemudian melakukan centrifuge serbuk sari dan
larutan fiksatif tersebut dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Asam asetat
kemudian dibuang, sehingga didapatkan serbuk sari yang mengendap di dasar tabung
centrifuge saja. Selanjutnya larutan H2SO4 dan asam asetat glasial ditambahkan
dengan perbandingan 1:9 kemudian diikuti dengan pemanasan campuran larutan
tersebut di dalam. Serbuk sari dan larutan yang dipanaskan ini kemudian didinginkan
sejenak. Setelah dingin, langkah selanjutnya adalah dilakukan centrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan serbuk sari yang telah
terasetolisis dan memisahkannya dari larutan asam asetat glasial dan H 2SO4 pekat.
Supernatan kemudian dibuang secara hati-hati agar serbuk sari yang sudah
mengendap tidak menyebar kembali kedalam larutan dan ikut terbuang.
Langkah berikutnya adalah serbuk sari dicuci dengan aquadest kemudian
dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Setelah proses pencucian
selesai maka proses berikutnya adalah pewarnaan atau staining dengan menggunakan
pewarna safranin. Pewarnaan dilakukan dengan memberikan beberapa tetes safranin
dalam tabung centrifuge kemudian melakukan centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm
selama tiga meni. Selanjutnya adalah mounting atau penutupan, gliserin jely
dimasukkan secukupnya kedalam tabung centrifuge yang berisi serbuk sari yang telah
terwarnai safranin kemudian mengaduknya hingga merata. Serbuk sari diambil dari
dasar tabung centrifuge kemudian diletakkan pada salah satu sisi object glass.
Kemudian, di masing-masing sisi dari serbuk sari yang diletakkan ini diberi empat
potongan kecil parafin. Selanjutnya di ditutup dengan menggunakan gelas penutup
dan melakukan pemanasan diatas lampu bunsen.
Cara kerja pengukuran diameter polen pada praktikum ini adalah Setelah
mengetahui nilai skala okuler mikrometer maka mengambil objek mikrometer dan
menggantinya dengan preparat awetan serbuk sari yang akan diukur.
Okuler mikrometer tetap di tempatnya semula. Mencari bayangan preparat awetan
serbuk sari. Lensa objektif yang akan digunakan pada waktu mengukur preparat
awetan serbuk sari harus sama dengan lensa objektif yang digunakan saat menghitung
nilai skala okuler mikrometer. Menempatkan bayangan skala okuler mikrometer pada
bayangan preparat awetan serbuk sari sedemikian rupa sehingga arah bayangan skala
itu sesuai dengan arah diameter preparat awetan serbuk sari yang diukur. Jumlah
bagian skala dikalikan dengan nilai skala okuler adalah diameter yang dicari.

D. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan di laboratorium biologi FMIPA
UNY pada hari Jumat, 14 Desember 2018 menghasilkan data sebagai berikut :
Gamba1 1. Preparat Polen Bunga Hymenocallis sp.
Preparat serbuk sari tersebut menggunakan serbuk sari bunga Lily Spider
(Hymenocallis sp.) yang dibuat berdasarkan beberapa tahapan melalui metode asetolisis.
Asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari yang menggunakan
prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan asam asetat glasial serta asam sulfat pekat
sebagai bahan kimia fiksatif. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil pengamatan
morfologi dinding serbuk sari ornamentasi dari serbuk sari tersebut. Serbuk sari yang
digunakan dalam pembuatan preparat haruslah merupakan serbuk sari yang matang. Serbuk
sari yang matang dapat ditandai dengan sudah tidak ada air dalam serbuk sari tersebut, jika
serbuk sari dipatahkan maka hanya akan seperti tepung saja. (Handari, 2011:13). Langkah-
langkah dari proses asetolisis ini antara lain adalah fiksasi, pemanasan, pencucian, pewarnaan
(staining), penutupan (mounting), dan labelling. (Suntoro, 1983:23).
Langkah yang pertama dengan melakukan fiksasi dengan larutan asam asetat glasial
(AAG) selama 24 jam. Asam asetat glasial ini berfungsi untuk mengendapkan nukleoprotein,
tetapi melarutkan histon dalam nukleus. Langkah selanjutnya yaitu sentifuge dengan 3000
rpm yang berfungsi untuk memisahkan serbuk sari dan asam asetat glasial. Larutan campuran
antara H2SO4 pekat dan asam asetat glasial dengan perbandingan 1:9 pada tabung sentrifuge
yang berisi endapan serbuk sari. Penambahan larutan kemudian diikuti dengan pemanasan
campuran larutan tersebut di dalam waterbath (penangas air) di atas lampu spiritus.
Pemanasan ini dilakukan hingga air dalam penangas mendidih. Pemanasan larutan ini
bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi yang terjadi pada serbuk sari. Sedangkan
penambahan H2SO4 dan asam asetat glasial dengan perbandingan 1:9 ini berfungsi untuk
untuk melisiskan selulosa pada dinding serbuk sari (asetolisis), sehingga setelah dibuat
preparat, morfologi exine serbuk sari akan terlihat lebih jelas dibandingkan dengan sebelum
asetolisis. Selain itu, asetolisis ini juga berfungsi seperti proses fiksasi, yaitu memelihara atau
mempertahankan struktur dari serbuk sari (Anonim, 2010:21).
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan waterbath sampai airnya mendidih.
Pencucian serbuk sari dengan aquades sebanyak dua kali. Pencucian dilakukan dengan
penambahan aquadesh ke dalam tabung sentrifuge yang berisi serbuk sari kemudian
melakukan sentrifuge untuk mendapatkan serbuk sari yang sudah bersih. Perlakuan tersebut
dilakukan dua kali untuk mendapatkan serbuk sari yang bersih tanpa ada sisa zat kimia
seperti fiksatif dalam serbuk sari yang akan dibuat preparat (Anonim, 2010:22). Pewarnaan
dilakukan dengan pewarna safranin dan langkah yang terakhir yaitu mounting. mounting
adalah penutupan susunan tersebut dengan cover glass. Pemanasan ditujukan untuk
mencairkan parafin dan gliserin jelli agar dapat menutup serbuk sari, sehingga dihasilkanlah
preparat serbuk sari yang tahan dalam selang beberapa waktu (Anonim, 2010:23).
Hasil praktikum ini menunjukkan bahwa preparat pollen yang dihasilkan nampak dari
luarnya bagus. Hal ini terlihat dalam preparat tersebut tidak terdapat gelembung, kemudian
dilengkapi dengan langkah mounting yang pas, mulai dari pembakaran parafin hingga
menutupnya dengan gelas benda, sehingga tidak ada yang cacat sama sekali. Pewarnaan yang
telah dilakukan juga menghasilkan warna yang bagus untuk preparat ini. Preparatnya juga
membentuk lingkaran di bagian tengah gelas benda, hal ini menunjukkan langkah-langkah
praktikum telah dilakukan sebagaimana mestinya, sehingga menghasilkan preparat yang
bagus ini.
Berdasarkan pengamatan pada mikroskop, pollen bunga Lily Spider (Hymenocallis
sp.) seperti berikut :

Exine

Intine

Gambar 2. Pollen bunga Lily Spider (Hymenocallis sp.)


Bunga Lily Spider (Hymenocallis sp.) termasuk ke dalam kelas Liliopsida, dari
gambar tersebut terlihat bahwa pewarnaan dalam pembuatan preparat ini sempurna, selain itu
bentuk pollennya juga tidak rusak. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan preparat pollen ini
telah berhasil dilakukan dan menghasilkan hasil yang bagus. Berdasarkan jurnal
Contributions to the pollen morphology and taxonomy of the Liliaceae rincian pollen pada
Hymenocallis sp.) adalah monosulcate, berbentuk perahu, heteropolar, dan memiliki bentuk
elips pada potongan membujur, 1-3-porate, hampir bulat dengan panjang diameter
khatulistiwa melebihi 100 mm). Sulcus sering lebih sempit di tengah-tengah, luas dan
mendalam dengan ujung bulat, atau jarang sempit. Terdapat pori dengan dengan batas yang
berbeda. Exine pada Lilium sp ini tectate-columellate atau semitectate. Permukaan exine
berupa macroreticulate. Tipe ornamen psilate.

Hasil Perhitungan Mikrometri


Tabel Hasil Pengukuran Mikrometri Polen Spider Lyly

Hasil Pengukuran Ukuran polen


No. Gambar
lensa okuler (skala) sebenarnya (µm)

1 12 125.04

2 12 125.04

3 13 135.46

4 12 125.04
5 13 135.46

6 12 125.04

7 13 135.46

8 13 135.46

Rata-rata
12.5 130.25

Perhitungan

Diketahui:

a. 50 skala objektif berhimpitan dengan 48 skala lensa okuler.


b. 1 skala objektif = 10 µm

Ditanya :

a. 1 skala okuler berapa µm?


b. Ukuran polen sesungguhnya?

Jawab :
a. 1 skala okuler dalam micron

A.B = C.D

Keterangan:
A= Skala Objektif yang berhimpitan dengan skala lensa okuler
B= 1 skala objektif dalam µm
C= Skala Okuler yang berhimpitan dengan skala lensa objektif
D=1 skala okuler dalam µm

Maka

50 Skala Objektif X 1 skala Objektif (µm) = 48 skala okuler X 1 Skala Okuler

50 x 10 µm = 48 Skala okuler x 1 skala okuler

1 skala okuler = 500 mikron/48

1 skala okuler = 10,42 µm

b. Ukuran polen sesungguhnya

Ukuran polen sesungguhnya = ukuran skala okuler x 10,42 µm

Maka,
1) Polen 1 = 12 skala okuler
Ukuran sebenarnya = 12 x 10,42 = 125, 4 µm
2) Polen 2 = 12 skala okuler
Ukuran sebenarnya = 12 x 10,42 = 125, 4 µm
3) Polen 2 = 13 skala okuler
Ukuran sebenarnya = 13 x 10,42 = 135,46 µm
4) Polen 2 = 12 skala okuler
Ukuran sebenarnya = 12 x 10,42 = 125, 4 µm
5) Polen 2 = 13 skala okuler
Ukuran sebenarnya = 13 x 10,42 = 135,46 µm
6) Polen 2 = 12 skala okuler
Ukuran sebenarnya = 12 x 10,42 = 125, 4 µm
7) Polen 2 = 12 skala okuler
Ukuran sebenarnya = 13 x 10,42 = 135,46 µm
8) Polen 2 = 12 skala okuler
Ukuran sebenarnya = 13 x 10,42 = 135,46 µm

Berdasarkan hasil perhitungan ukuran 8 polen Spider lyly, diketahui ukuran


polen pada lensa okuler adalah pada 12 skala dan 13 skala, dengan rata-rata 12, 5
skala okuler. Kemudian , untuk mengetahui ukuran polen sebenarnya dilakukan
perhitungan mikrometri dengan membandingkan antara skala mikrometer pada lensa
okuler dengan skala micrometer pada lensa objektif yang berhimpitan. Kemudian
dilakukan perhitungan untuk 1 skala okuler dalam µm.
Ukuran polen sesungguhnya pada 12 skala okuler adalah 125,4 µm dan
Ukuran polen sesungguhnya pada 13 skala okuler adalah 135,46 µm. Rata-rata
ukuran sesungguhnya polen Spider lyly adalah 130, 25 µm.
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pembuatan preparat pollen, dapat diketahui bahwa
pembuatan preparat serbuk sari bunga spider lily (Hymenocallis speciosa) dilakukan
dengan metode asetolisis, yang merupakan salah satu metode pembuatan preparat
serbuk sari yang menggunakan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan
asam asetat glasial serta asam sulfat pekat sebagai bahan kimia fiksatif. Sedangkan
untuk pengukuran pollen dapat dilakukan dengan mikrometri dan perhitungan
kalibrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pewarnaan Histologi. Yogyakarta: Cendekia Muda.

Bibi, N.,Hussain, M. and Aktar, N. (2008). Contributions to the pollen morphology and
taxonomy of the Liliaceae. Pak. J. Bot. 40(4): 1561-1569.

Handari. 2011. Tinjauan Taksonomi Famili Asteraceae Berdasarkan Sifat dan Ciri Morfologi
Serbuk Sari. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Suntoro. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai