Anda di halaman 1dari 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tonjol Carabelli Simon Hilson (1996) menyatakan tonjol carabelli pertama kali digambarkan oleh Georg Carabelli pada tahun 1842, seorang dokter gigi asal Austria.2,9 Semenjak itu, banyak penelitian yang diadakan untuk melihat keberadaan tonjol ini guna kepentingan antropologi, model heriditer dan forensik. Insiden dan derajat perbedaan bentuk tipe diantara populasi bisa digunakan untuk menentukan, membandingkan perbedaan karakteristik gigi antar populasi yang ada.9

2.1.1 Pengertian Tonjol Carabelli Menurut Georg Carabelli (1842 cit. Simon Hilson, 1996), tonjol carabelli adalah tonjol tambahan kecil pada mesiolingual dari molar permanen pertama rahang atas.2 Alvesolo (1975 cit. Mavrodisz K et al, 2007) mengemukakan bahwa tonjol carabelli adalah bentuk morfologi gigi yang khas terdapat pada permukaan

mesiopalatal molar permanen pertama rahang atas, jarang terdapat pada molar permanen kedua dan ketiga rahang atas atau pada molar decidui kedua rahang atas.9

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Tonjol carabelli2

2.1.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Tonjol Carabelli Dari literatur yang ada didapat faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan tonjol carabelli pada gigi molar pertama rahang atas adalah: a. Genetik Mavrodisz K et al (2007) menyatakan karakteristik gigi seperti ukuran, bentuk dan jumlah tonjol ditentukan oleh genetik. Oleh karena itu karakteristik tersebut berbeda antar ras yang ada. Menurut Dietz (1991 cit. Mavrodisz K et al, 2007) ada gen yang dominan yang bertanggung jawab terhadap munculnya tonjol carabelli.9 Gen homozigot bertanggung jawab terhadap pronounced tubercle dan gen heterozigot bertanggung jawab terhadap slight, groove, pit dan tubercle (Kraus, cit. Lahdesmaki, 2006). Portin (cit. Lahdesmaki, 2006) menyatakan keberadaan tonjol carabelli dikontrol oleh banyak gen. Model sederhana dari penurunan sistem Mendel sulit untuk diterapkan pada penurunan karakteristik tonjol carabelli karena variasi bentuk yang ditemui terus berubah-ubah (Lee; Goose, cit. Lahdesmaki, 2006).12

Universitas Sumatera Utara

b. Evolusi Pada mulanya tonjol ini ditemukan pada Austrapithecus, manusia

Neanderthal, hanya dalam bentuk sederhana, groove. Sekarang tonjol carabelli dapat dijumpai dalam beberapa bentuk yaitu pronounced tubercle, slight tubercle, dan pit. Hal ini memberikan arti bahwa telah ada evolusi pada tonjol carabelli dari bentuk yang sederhana menjadi tonjol yang berkembang baik. 9 Keberadaan tonjol carabelli bersifat diturunkan dan seringkali bilateral, namun karena adanya proses evolusi bisa keberadaannya unilateral (Hsu JW, cit. Juniastuti M, Tyas C 2006).3 c. Lingkungan Faktor lingkungan seperti faktor mekanik (mastikasi), nutrisi dan beberapa penyakit gigi mempengaruhi proses pembentukan dan tumbuh kembang tonjol carabelli. Keberadaan tonjol carabelli seringkali bilateral tetapi karena adanya sistem mastikasi bisa keberadaannya unilateral (Hsu JW, cit. Juniastuti M, Tyas C, 2006). Gigi molar yang mempunyai tonjol carabelli rentan terkena karies.3 d. Pertumbuhan dan perkembangan gigi Selama perkembangan gigi dapat terjadi kelainan/gangguan yang melibatkan struktur, bentuk, jumlah dan ukuran gigi. Susunan lapisan epitel bagian dalam enamel khususnya regio protocon bisa memodifikasi perkembangan tonjol carabelIi (Kondo, cit. Lahdesmaki, 2006). Gigi yang tumbuh dan berkembang dengan normal akan memungkinkan untuk munculnya tonjol carabelli daripada gigi yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak normal. Ukuran mahkota gigi dengan tonjol carabelli lebih besar daripada gigi yang tidak mempunyai tonjol carabelli. Ukuran mahkota

Universitas Sumatera Utara

yang besarnya normal lebih memungkinkan untuk munculnya tonjol carabelli sedangkan ukuran mahkota gigi yang kecil (mikrodonsia) akan mengurangi kemungkinan untuk munculnya tonjol carabelli.12

2.1.3 Tipe Tonjol Carabelli Ada beberapa klasifikasi yang telah dibentuk untuk menggambarkan tipe tonjol carabelli. Diantaranya ada yang membagi tonjol carabelli kedalam lima tipe (Kraus, 1951 cit. Tomkom S, 1994), kedalam tiga tipe (Jorgensen, 1956 cit. Tomkom S, 1994), kedalam delapan tipe (Hanihara, 1961; Dahlberg, 1963 cit. Tomkom S, 1994). Klasifikasi yang paling sederhana dan mudah untuk diamati dibandingkan klasifikasi lainnya adalah klasifikasi dari Kraus.7 Tipe tonjol carabelli menurut klasifikasi Kraus ( cit. Juniastuti M, Tyas C, 2006) yaitu:3 1. Tipe I (Pronounced tubercle) adalah peninggian enamel disisi palatal tonjol mesiopalatal M1 rahang atas dibatasi oleh dua groove yang berbentuk panah dengan puncak jelas terpisah dari sisi palatal tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas.

Gambar 2. (a) Tonjol carabelli tipe I dilihat dari palatal,

(b) Tonjol carabelli tipe I dilihat dari mesial13

Universitas Sumatera Utara

2. Tipe II (Slight tubercle) adalah peninggian enamel disisi palatal tonjol mesiopalatal M1 rahang atas dibatasi oleh dua groove yang berbentuk panah dengan puncak menempel disisi palatal tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas.

Gambar 3. (c) Tonjol carabelli tipe II dilihat dari palatal, (d) Tonjol carabelli tipe II dilihat dari mesial13 3. Tipe III (Groove) adalah cekungan memanjang yang tidak memisahkan tonjol gigi. Dengan jumlah satu atau lebih disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas.

Gambar 4. (e) Tonjol carabelli tipe III dilihat dari palatal (satu groove), (f) Tonjol carabelli tipe III dilihat dari palatal (dua groove)13

Universitas Sumatera Utara

4. Tipe IV (Pit) adalah adanya cekungan kecil berupa titik/pertemuan tiga groove tipis yang mengarah ke satu titik disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas.

Gambar 5. Tonjol carabelli tipe IV13 5. Tipe V (Absent) adalah tidak ditemukan peninggian enamel maupun cekungan disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas.

2.2 Bentuk Shovel Gigi Insisivus Istilah shovel pertama kali diperkenal oleh Miihlreiter pada tahun 1870.7 Herdlicka pada tahun 1920 dianggap sebagai pelopor terhadap penelitian bentuk shovel gigi insisivus, istilah shovel digunakannya untuk menggambarkan gigi insisivus rahang atas populasi ras Mongoloid seperti orang Indian Amerika, Malaya, Mongolia, Cina dan Jepang dan jarang dijumpai pada populasi lain.14 Sciulli (1990 cit. Tongkom S, 1994) menyatakan bentuk shovel gigi insisivus muncul sebagai karakteristik yang khas pada populasi Asia Timur.7

2.2.1 Pengertian Bentuk Shovel Gigi Insisivus Herdlicka (1921 cit. John W Hsu et al, 1999) menyatakan bentuk shovel gigi insisivus adalah karakteristik yang khas pada gigi insisivus pertama rahang atas

Universitas Sumatera Utara

berupa cekungan pada permukaan palatal dan bagian lateral dibatasi oleh penonjolan enamel.6 Karakteristik gigi ini mirip dengan bentuk sekop. Penonjolan marginal ridges dari bentuk shovel gigi insisivus tidak hanya pada enamel tetapi juga melibatkan dentin (Tratman, 1950 cit. Tongkom S, 1994). Bentuk shovel ini tidak hanya dijumpai pada gigi insisivus tetapi juga pada gigi caninus rahang atas (Hanihara, 1961 cit. Tongkom S, 1994).7

Marginal ridge

Gambar 6. Gigi insisivus RA dengan bentuk shovel 15

Tanpa marginal ridge

Gambar 7. Gigi insisivus RA tanpa bentuk shovel

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Bentuk Shovel a. Genetik Seperti tonjol carabelli keberadaan bentuk shovel pada gigi insisivus juga dipengaruhi oleh gen (diturunkan), karena itu bentuk shovel ini tidak dijumpai pada semua ras. Ras Mongoloid mempunyai prevalensi tinggi bentuk shovel gigi insisivus

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan ras-ras lainnya. Yacoob (1996) menyatakan prevalensi bentuk shovel gigi insisivus rahang atas pada ras mongoloid mendekati 90%.8 Varsha Pilbrow (2004 cit. Mizoguchi, 1985) menyatakan variasi bentuk shovel ini sering ditemukan pada populasi lokal.14 b. Oklusi Kikuchi (1954 cit. Mizoguchi Y, 1985) meneliti hubungan antara bentuk shovel gigi insisivus dengan oklusi pada orang Jepang. Sampel dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: kelompok oklusi normal, maloklusi, kelompok yang diambil secara acak. Insiden bentuk shovel pada oklusi normal didapat setengah dari dua kelompok lainnya. Bentuk shovel berkembang baik pada oklusi edge to edge.14 c. Adaptasi dalam pertumbuhan dan perkembangan Mizoguchi Y 1985 menyatakan bentuk shovel erat hubungannya dengan kekuatan gigitan, sebagai respon terhadap gigitan yang kuat pada gigi anterior. Gigi dengan bentuk shovel lebih kokoh daripada gigi tanpa bentuk shovel. Dahlberg (1963 cit. Mizoguchi Y, 1985) menyatakan frekuensi fraktur pada gigi insisivus rahang atas tinggi pada anak-anak Eropa dan Amerika yang gigi insisivusnya jarang dijumpai mempunyai bentuk shovel dari pada anak-anak Jepang yang mempunyai bentuk shovel pada gigi insisivus.14

2.2.3 Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus Banyak peneliti yang meneliti variasi bentuk shovel gigi insisivus dalam suatu populasi dengan menggunakan skor subjektif yang diajukan oleh Herdlicka (1920), yang mengkategorikan variasi bentuk shovel gigi insisivus kedalam empat skor yaitu:

Universitas Sumatera Utara

(1) Skor 0 /tidak ada bentuk shovel adalah untuk semua gigi insisivus pertama rahang atas yang tidak mempunyai bentuk shovel pada permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas; (2) Skor 1/shovel samar-samar adalah untuk semua gigi insisivus pertama rahang atas yang bentuk shovelnya samar-samar atau tidak jelas pada permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas; (3) Skor 2/semi shovel adalah untuk semua gigi insisivus pertama rahang atas yang penonjolan marginal rigdes jelas tetapi fossa centralnya dangkal pada permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas; (4) Skor 3/shovel adalah bentuk permukaan lingual yang konkaf dan penonjolan marginal rigdes yang mengelilingi fossa central yang dalam pada permukaan palatal gigi insisivus pertama rahang atas.6,7,14

2.3 Penentuan Ras Teknik penentuan ras terbagi atas metrik dan non metrik. Dari kedua teknik diatas, non metrik merupakan cara yang paling banyak dilakukan oleh karena mudah serta cepat. Penentuan ras secara non metrik disebut juga osteoskopi, didasarkan atas pengamatan dan deskripsi. Identifikasi ras manusia dengan teknik non metrik bisa dilihat dari profil wajah, profil dagu, tulang tengkorak (kontur sagital, sutura metopik, bentuk cavitas nasal, bentuk tulang nasal, spina nasalis anterior, inion, bentuk orbita, sutura zygomatikomaksilaris, arcus zygomatikus, oval window, bentuk ramus ascending, bentuk palatum, sutura palatina) dan gigi geligi (oklusi gigi geligi, lengkung gigi, jarak tonjol pada gigi premolar ada/tidaknya tonjol carabelli pada gigi molar permanen pertama dan bentuk shovel gigi insisivus permanen pertama dan rahang atas). Tonjol carabelli merupakan karakteristik pada gigi molar ras Kaukasoid,

Universitas Sumatera Utara

sedangkan bentuk shovel merupakan karaktristik pada gigi insisivus ras Mongoloid. Tonjol carabelli dan bentuk shovel ini bisa digunakan untuk membedakan ras Kaukasoid dan Mongoloid.10

2.4 Ras Manusia Ras merupakan suatu konsep yang penting untuk memudahkan pemikiran dalam mempelajari variasi manusia, bahwa manusia yang hidup di dunia berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan itu bisa tampak pada warna kulit, warna rambut atau bentuk rambut, bentuk muka dan bentuk gigi-geliginya.5,16 Berdasarkan perbedaan fisik yang diturunkan dan terus berkembang, manusia dibagi dalam kelompokkelompok ras.16,17,18 Keanekaragaman ciri-ciri fisik masing-masing ras ini bukan suatu hal yang mutlak tetapi merupakan kombinasi sifat fisik antar ras yang dipengaruhi oleh genetic drift, ekologi dan kebudayaan yang kadang-kadang lebih menonjol hasilnya meskipun berasal dari ras yang sama.16 Ciri-ciri ras berbeda satu sama lain disebabkan oleh komponen masyarakat sekitarnya, perkawinan, genetik, ciri-ciri fisik, gigi dan mulut (Hoebel, cit. Lukman D, 2006).5 Memang terdapat tumpang-tindih dalam ciri-ciri berbagai ras, tetapi satu ras mempunyai cukup banyak ciri dibandingkan dengan ras lain sehingga dapat digunakan sebagai sarana identifikasi.10

Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Pengertian Ras Manusia Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang pengertian ras. Gross (cit. Daldjoeni, 1991) mengemukakan ras adalah segolongan manusia yang merupakan satu kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan, sehingga dapat dibedakan satu dengan yang lain. Kohlbrugge (cit. Daldjoeni, 1991) menyatakan ras adalah segolongan manusia yang memiliki kesamaan ciri-ciri jasmani karena diturunkan, dimana ciri-ciri rohani tidak diperhitungkan. Haldane (cit. Daldjoeni, 1991) menyatakan bahwa ras adalah sekelompok manusia yang memiliki satu kesatuan karakter fisik dan asal geografis dalam area tertentu.17 Chainur Arrasjid (1972) dosen fakustas Hukum USU menyatakan bahwa ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat lahir tertentu yang dilanjutkan kepada keturunannya.18

2.4.2 Klasifikasi Ras Manusia Ada banyak sistem klasifikasi ras manusia dari berbagai sarjana terkenal, dikarenakan oleh tiap-tiap sarjana ini memakai salah satu ciri sebagai dasar

klasifikasinya. Misalnya: klasifikasi yang mengkombinasikan ciri-ciri morfologis dengan geografis dalam sistemnya (Blumenbach, 1755 cit. Koentjaraningrat, 1968). Klasifikasi yang memakai warna rambut dan bentuk rambut sebagai ciri-ciri terpenting dalam sistemnya (Deniker, 1889 cit. Koentjaraningrat, 1968). Semua klasifikasi itu masih berdasarkan metode-metode morfologis.16 Secara tradisional ras manusia oleh para pakar dibedakan atas tiga ras utama yaitu: (1) ras Kaukasoid; (2)

Universitas Sumatera Utara

ras Mongoloid dan (3) ras Negroid.5,10,13,17 Namun setelah diteliti lebih lanjut ternyata pembagian ras manusia bisa lebih rinci lagi menjadi ras Khoisan, ras Australoid, ras Kaukasoid, ras Mongoloid dan ras Negroid.5

2.4.2.1 Ras Kaukasoid Ras kaukasoid tersebar luas di dunia, terbagi atas subras yaitu: (1) Nordic mendiami Eropa Utara sekitar Laut Baltik; (2) Alpine mendiami Eropa Tengah dan Timur; (3) Mediterranean mendiami sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia dan Irania; (4) Indic (India).16,18 Secara umum ras ini memiliki ciri fisik dengan berkulit putih, tekstur bibir tipis, memiliki bulu yang tebal, rambut lurus atau bergelombang (cymtorikh), dan bermata biru atau hijau. Bentuk kepala ras Kaukasoid adalah mesosephali, profil wajah lurus, appertura nasal yang sempit, tepi atas rongga orbita miring ke lateral, sutura metopik jelas, dagu melekuk ke dalam, spina nasalis menonjol, batang hidung curam (mancung), jendela telinga (oval window) terlihat, dan meatus auditry external membulat.5,10 Jika dilihat dari gigi-geligi ras Kaukasoid mempunyai ciri lengkung rahang sempit dan berbentuk paraboloid, gigi-geligi sering crowded, permukaan lingual gigi insisive permanen pertama dan kedua rahang atas (1.2 1.1, 2.1 2.2) rata (Kiernberger, 1955 ; Pederson, 1949 cit. Lukman D, 2006), gigi molar permanen rahang pertama bawah (3.6, 4.6) lebih panjang dan bentuk lebih tapered, mesio-distal gigi premolar permanen kedua rahang atas (1.5, 2.5) lebih besar dari buko-palatal dan sering dijumpai adanya tonjol carabelli (70-90%) di sisi palatal dari tonjol mesiopalatal gigi molar permanen pertama rahang atas.5

Universitas Sumatera Utara

2.4.2.2 Ras Mongoloid Ras Mongoloid terbagi menjadi subras yaitu: (1) Asiatic Mongoloid mendiami Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur (Cina); (2) Malayan Mongoloid mendiami Asia Tenggara, kepulaun Indonesia, Malaya dan Filipina; (3) American Mongoloid terdiri atas orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Tera del Fuego di Amerika Selatan.16,18 Secara umum ras ini memiliki ciri fisik kulit kuning, kelopak mata terdapat plica marginalis, mata berwarna coklat sampai hitam, rambut lurus (lisotrikh), dahi kecil dan tegak. Bentuk kepala ras ini adalah brachicephali, profil wajah prognatis sedang, rongga orbita membulat, puncak kepala tinggi seperti kubah (keeling of skull vault), apertura nasal membulat dan jendela telinga (oval window) tidak terlihat.5,10 Jika dilihat dari gigi-geligi ras Mongoloid mempunyai ciri lengkung gigi berbentuk elipsoid, gigi insisive rahang atas (1.1, 1.2, 2.1, 2.2) mempunyai perkembangan penuh pada permukaan palatal bahkan lingual sehingga shovel shaped incisor, cingulumnya dominan (Herdlicka, 1921 cit. Lukman D, 2006). Bentuk gigi molar lebih dominan segiempat dan mempunyai fissur-fissur.5 Prevalensi tonjol carabelli yang rendah.9

2.4.2.3 Ras Negroid Ras Negroid terdiri atas: (1) African Negroid memdiami benua Afrika; (2) Negrito mendiami Afrika Tengah, Malaya dan Filipina; (3) Melanesia mendiami Irian dan Malenesia.16,18 Ciri-ciri ras ini adalah pigmentasi kulit yang kuat (kulit hitam), bibir dan hidung lebar dan tebal, rambut keriting (ulotrikh), mata berwarna coklat sampai hitam. Bentuk kepala ras Negroid adalah dolicochepali, profil wajah

Universitas Sumatera Utara

prognasi tulang pipi tegak, rongga orbita berbentuk rektangular, apertura nasal yang lebar, jendela telinga (oval window) terlihat.5,10 Jika dilihat dari gigi-geligi ras Negroid mempunyai ciri rahang yang cendrung bimaxillary protrusion, lengkung gigi berbentuk U, gigi insisive rahang atas tidak terdapat cingulum hanya lekuk sedikit saja, premolar permanen pertama rahang bawah (1.4, 2.4) terdapat dua atau tiga tonjol, akar premolar rahang atas (1.4, 1.5, 2.4, 2.5) terdapat tiga akar (trifurkasi) (Biggersstaf, cit. Lukman D, 2006), gigi molar ke empat sering (banyak) ditemukan, bentuk gigi molar pertama segiempat dan mempunyai fissur seperti sarang laba-laba.5 Selain ketiga ras utama tadi, ada yang dipisahkan menjadi dua ras yang lain, yaitu ras Khoisan dan ras Australoid.13 Ras Khoisan (orang Bushmen, Hottentot), ras yang tergolong khusus ini memperlihatkan lengkung rahang berbentuk U yang sangat nyata dengan gigi insisive kecil-kecil. Sedangkan ras Australoid (suku aborigin dan suku-suku di kepulauan kecil Pasifik) yang hidup di Asia Tenggara, Pasifik dan Australia, memperlihatkan lengkung rahang berbentuk paraboloid yang lebar dengan gigi insisive yang besar-besar.5

2.4.3 Ras Manusia Indonesia Manusia Indonesia tersusun atas berbagai macam ras yang saling berintegrasi secara turun temurun membentuk variasi suku-suku dengan ciri-ciri yang ada pada tiap suku. Menurut ahli antropologi, manusia Indonesia berasal dari orang-orang Afrika yang menyebar ke berbagai penjuru salah satunya ke utara, kemudian menjadi nenek moyang bangsa-bangsa sepanjang Afrika Timur, Semenanjung Arab Bagian

Universitas Sumatera Utara

timur, Afganistan lalu ke Asia Tengah ada yang menyebar ke arah timur menuju Tionghoa, Asia Tenggara termasuk Indonesia.17 Mengenai keberadaan orang Melayu di Indonesia diperkirakan berasal dari benua Asia. Kelompok pertama dikenal sebagai rumpun ras Melayu Proto (Melayu Tua) dan kelompok kedua dikenal sebagai rumpun ras Melayu Deutro (Melayu Muda).1,18,19 Ciri-ciri ras Melayu sebagai keseluruhan adalah badan ramping, wajah bundar, bibir tebal, hidung lebar, rambut lurus, kulit kuning kecoklatan/sawo matang, wajah mirip orang Mongol karena punya tulang pipi yang menonjol dan kadangkadang masih sipit pelupuk matanya.17,18 Ciri-ciri jasmani yang berlainan antara kelompok Proto Melayu dan Deutro Melayu terdapat pada bentuk kepala. Orang Melayu tua kepalanya panjang (dolichocephali) sedangkan orang Melayu muda kepalanya pendek (bracycephali).17

2.4.3.1 Ras Proto Melayu Rumpun ras Proto Melayu berasal dari daratan benua Asia, daerah Yunan di Cina Selatan.17 Merupakan kelompok migrasi yang pertama datang ke Indonesia sekitar 2500-1500 SM.19 Masuk ke Sumatera melalui Semenanjung Melayu, mulamula migran pendahulu itu menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat, tetapi setelah itu karena terdesak oleh kelompok Melayu muda yang datang kemudian, kelompok Melayu tua masuk lanjut ke pedalaman dan hidup terisolasi.17,18 Kelompok pertama ini lebih murni dari kelompok kedua.18 Mereka ini adalah suku-suku Batak, Nias, Talang Mamak, Kubu, Mentawai,

Universitas Sumatera Utara

Enggano yang semuanya berada di pulau Sumatera dan sekitarnya, Dayak di Kalimantan, Toraja di Sulawesi, Badui dan Tengger di Pulau Jawa.17,19

2.4.3.2 Ras Deutro Melayu Rumpun ras Deutro Melayu juga berasal dari daratan benua Asia, daerah Dongson di Vietnam Utara.17 Merupakan kelompok migrasi yang kedua datang ke Indonesia sekitar 1500 SM.19 Masuk ke Indonesia melalui Semenanjung Melayu dan Filipina. Suku bangsa yang termasuk Melayu muda ini antara lain orang Aceh, Melayu, Minangkabau, Minahasa, Bugis, Makasar, Sasak, Bali dan Jawa.17,19 Sebelum kedatangan kelompok Melayu tua dan muda, negeri kita sudah terlebih dulu kemasukan orang-orang Negrito dan Weddid misalnya di Palembang dan Jambi (suku Kubu), di Siak (suku Sakai) dan Sulawesi pojok Tenggara (suku Toala, Tokea dan Tomuna). Suku-suku terasing ini sekarang sudah makin lepas dari isolasi mereka, sehingga banyak budaya mereka dipengaruhi oleh suku-suku Melayu disekelilingnya.17 Jadi dapat disimpulkan bahwa orang Indonesia memperlihatkan ciri-ciri yang berasal dari sedikitnya dua dari tiga kelompok manusia yaitu kelompok yang berasal dari Asia Tengah (Mongoloid) dengan Austramelanesid (Australoid dan Negrito). Jelaslah bagaimana sulitnya membedakan subras dalam satu ras, apalagi pada individu migrasi dan kawin campur menyebabkan terjadi berbagai subras yang ada sekarang.

Universitas Sumatera Utara

2.4.3.3 Etnis Cina di Indonesia Etnis Cina adalah seluruh imigran Cina dan keturunannya yang tinggal dalam ruang lingkup budaya Indonesia dan tidak tergantung dari kewarganegaraan, bahasa yang melingkupi budaya Cina, mereka yang memandang dirinya sebagai Cina atau dianggap demikian oleh lingkungannya (Purcell, 1965 cit. Lien Y, 2000). Istilah Cina-Indonesia merujuk kepada etnis Cina di Indonesia yang memiliki nama keluarga/marga, tanpa memandang kewarganegaraannya (Leo Suryadinata, 1981 cit. Lien Y, 2000).20

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai