Anda di halaman 1dari 5

Annas Emma Afiyatun Nur Aini

NIM 1630841021

Biologi E 2016

RESUME FILM
LIFE OFMAMMALS

Kera dan monyet merupakan keluarga terdekat manusia. Mereka memiliki kehidupan
sosial yang paling kaya dari semua mamalia. Waktu mereka digunakan untuk membentuk
hubungan satu sama lain. Menaiki tangga sosial, itu mempunyai akibat yang luar biasa.

The social climbers atau pemanjat sosial. Di Amerika Selatan, terdapat kera Capuchin
yang paling mirip dengan kera dilihat dari fosilnya. Cengkraman tangan dan ekornya
menyebabkan Capuchin dapat berlari di hutan dengan cepat dan lincah. Capuchin memiliki
otak yang besar dan menguntungkan bagi mereka. Selain itu, dapat melihat kesempatan dan
memanfaatkannya. Kera, termasuk capuchin ini, dapat mengambil buah matang jika terligat
dan kemudian menyelidiki hal apa pun yang mereka jumpai. Sedikit yang lolos dari
pengawasannya, karena kera ini memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi. Capuchin
mencari makan dimana-mana, dengan kemampuannya untuk melihat warna yang luar biasa.
Namun, penciumannya tidak lenih baik dari manusia. Jadi, untuk mencari makanan yang tidak
terlihat, capuchin tidak menggunakan hidung, tetapi menggunakan otaknya. Capuchin
menebak dan membayangkan apa-apa saja yang tidak terlihat, seperti sesuatu yang berada di
balik dedaunan kering. Capuchin dapat mempelajari dan selalu mengingat apa yang pernah
mereka lakukan, atau dengan kata lain mereka belajar berdasar pengalaman sebelumnya.

Di hutan bakau, kebanyakan mamalia tidak dapat memperolej sumber makanan. Akan
tetapi, tidak pada kera. Otak kera yang besar tadi memungkinkan mereka menemukan sesuatu
yang tidak ditemukan oleh makhluk lainnya. Kera berani berburu kepiting yang memiliki capit
yang tajam dengan tangannya yang halus serta mampu mendapatkan kerang. Namun
kesulitannya ada pada bagaimana kera membuka cangkang kerang yang sangat kuat. Namun
dengan otak besar yang dimilikinya pula, kera dapat membuka kerang tersebut dengan cara
memukulkan cangkang kerang pada pohon. Sepuluh menit kemudian, perilaku ini diikuti oleh
kera-kera yang lain. Kera muda akan memperhatikan dengan baik dan mempelajari, sehingga
perilaku tersebut tersampaikan pada generasi selanjutnya. Capuchin seperti manusia, memiliki
kepribadian dan kemampuannya masing-masing. Ada yang mudah mempelajari sesuatu, ada
pula yang tidak. Capuchin belajar teknik. Apabila tekniknya bagus dan capuchin giat berlatih,
maka capuchin dapat memahami teknik itu dan pada penerapannya dapat membuka cangkang
kerang serta menikmati hasilnya. Ketika dilakukan suatu percobaan dengan menyediakan dua
jenis daun, yaitu daun yang mengandung antiseptik dan satu lagi daun yang tidak ada
khasiatnya. Hasilnya, kera mengambil daun pipa yang bergetah dan dapat digunakan untuk
mengusir serangga. Daun ini sulit dicari, sehingga kera akan sangat senang dan menggunakan
daun tersebut untuk mengusap tubuhnya, bersama-sama dengan kera lainnya. Disini terlihat
peristiwa sosial. Tadinya, tidak semua kera menggunakan daun pipa, tetapi setelah satu oknum
menemukan sifat tanaman itu, pengetahuan akan cepat menyebar sehingga kera yang lain
mengikuti dan akhirnya menjadi tradisi kelompok. Capuchin memakan hampir segala hal, akan
tetapi punya makanan khasnya.

Uakaris, pemakan buah dari jenis yang tidak lazim. Warna wajah uakaris menunjukkan
posisi sosial mereka. Semakin cerah warna merah di wajahnya, maka semakin senior
kedudukannya. Uakaris memiliki penglihatan warna yang baik, sehingga uakaris tau betul
dimana kedudukan sosial mereka. Selain itu, bermanfaat pada saat berburu makanan,
membanty untuk memilih buah. Namun anehnya, uakaris memakan buah yang berwarna hijau
dan belum terlalu matang. Kera-kera memakan makanan yang berbeda, sehingga mereka yang
beda spesies dapat saling hidup berdampingan.

Saki, memiliki gigi khusus yang berfungsi untuk memakan kacang yang tidak bisa
dibuka kera lainnya. Kemudian kera laba-laba, memiliki kaki panjang dan ekor yang bisa
memegang, sehingga dapat mempermudah ketika mengambil buah yang sangat masak dengan
bergelantungan dengan ekornya. Namun, masih ada tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau.

Hutan merupakan penyedia sumber makanan. Di ketinggian tertentu (120 kaki), ranting
pepohonan tipis sehingga tidak memungkinkan kera untuk memanjat. Padahal, disana terdapat
sumber makanan yang sangat banyak; serangga, ulat, kepompong, dll. Namun, Pygmy
marmoset bisa menjangkaunya. Pygmy marmoset adalah kera yang paling kecil sehingga dapat
memegang ranting yang kecil. Cakarnya setajam jarum sehingga dapat mencegah tergelincir
ketika berjalan di atas ranting kecil.

Semua kera memiliki mata ke depan, yang memungkinkan untuk menilai jarak.
Kemampuan itu digunakan untuk berjalan di atas ranting dan juga untuk menyerang mangsa.
Makanan utama pygmy marmoset adalah getah pohon yang diperoleh dengan menggigit kulit
pohon. Kemudian ia akan kembali lagi membuka luka pohon yang sudah sembuh karena
mereka tahu, getah itu akan terus ada. Gigitan kulit pohon ini menyebabkan struktur unik
berupa gundukan-gundukan menyerupai bukit-bukit. Beberapa generasi pygmy marmoset
telah melakukan hal itu, khusus pada pohon yang sama. Namun, kadang kala datang saingan
atau penyerbu ke pohon tersebut, kemudian meninggalkan tanda bau pada pohon di dekatnya.

Douracoulis, satu-satunya kera di dunia yang merupakan makhluk malam dan mencari
makan pada malam hari. Oleh sebab itu, Douracoulis disebut juga kera burung hantu.
Douracoulis memiliki mata yang besar tapi sebenarnya penglihatan malamnya tidak begitu
bagus. Di siang hari, bunga yang kaya jus (nektar) yang mereka makan dijaga oleh kera lain
secara agresif . sehingga Douracoulis keluar malam untuk menghindari perkelahian dan
mendapat makanan dengan damai.

Tamarin, hidup dalam kelompok kecil. Betina dari tamarin selalu beranak kembar, yang
berjalan bersama keluarga yang mencari makan. Tamarin betina memiliki dua pasangan
(jantan). Tamarin akan menjulurkan lidahnya ketika memberi tanda bahwa salah satu harus
menjaga anak kembarnya. Akan tetapi, anak tamarin ingin bersama ibunya karena memerlukan
susu. Maka, ibu tamarin harus makan lebih dari biasanya dan akan sulit mencari makan apabila
dibebani anak-anaknya. Apalagi, terdapat tamarin-tamarin lain; tamarin sadel. Kera biasa
menjaga makanannya dengan amat buas. Namun, kedia tamarin ini sering makan dengan
berdampingan, dan bila satu pergi maka yang lain mengikuti. Kaisar pegi jauh, sadel akan
mengejar. Keduanya memiliki musuh yang sama, sehingga mereka dapat mengeluarkan
teriakan bahaya dan dapat dimengerti oleh keduanya. Musuhnya yaitu Tayra, sejenis musang
raksasa tetapi bukan pemangsa paling berbagaya di hutan tersebut.

Kera melolong, 10x lebih besar dari Tamarin. Kera melolong memakan bunga jika ada,
namun biasa memakan daun karena daun akan selalu ada di hutan tropis sepanjang tahun. Daun
terbaik yang menjadi makananya ada di tepi kerimbunan pohon. Jadi, kera melolong ini akan
banyak ditemui di sana. Kera melolong dapat membedakan daun yang enak/tidak, dan
beracun/tidak. Kera melolong melihat berdasarkan warna. Daun berwarna merah adalah daun
muda, banyak mengandung air, dan rasanya enak akan tetapi mengandung racun. Sedangkan
daun berwarna hijau adalah daun yang sudah masak, racunnya sudah berkurang, akan tetapi
sangat berserat dan berkayu sehingga tidak enak dimakan. Maka yang dimakan oleh pemakan
daun adalah yang ada di antara keduanya. Daun terbaik sekalipun tidak mudah dicerna, jadi
kera melolong butuh waktu yang lebih lama untuk mencernanya. mereka mengabiskan waktu
setengah hari mereka hanya untuk berbaring. Karena daun tersebut tidak enak, kera melolong
tidak akan membuang tenaganya hanya untuk mengusir saingannya di puncak pohon. Mereka
akan menghemat tenaga, mengusir dengan cara mengeluarkan suara yang sangat bising. Kera
melolong bisa menghasilkan suara yang sangat bising karena memiliki tulang besar di
kerongkongan. Sebenarnya, dengan melakukan hal itu, saingannya pun sebenarnya tidak
kemana-mana. Jadi, sulit menyatakan siapa yang menang.

Di Hutan Tai, Afrika Barat, terdapat colobus hitam putih, yang memiliki suara mirip
sekali dengan kera melolong. Colobus merah mempunyai perut khusus, yang memungkinkan
mereka memakan buah mentah dan daun mentah. Kemudian Mangabey hitam, seperti kera
saki. Mangabey hitam memiliki rahang yang kuat dan dapat membuka makanan yang amat
keras.

Kera-kera di Afrika makanannya lebih umum, agak mirip Capuchin dan mereka dari
kelompok guenom. Semua guenom memakan buah dan serangga, masing-masing mencari
makanan di ketinggiannya sendiri. Ada 11 jenis guenom di Afrika, semuanya memiliki bentuk
tubuh yang sama, tetapi, memiliki warna dan pola yang berbeda, yang menjadi penanda sosial,
serta membedakan teman dan saingan.

Kera-kera ini sangat peka dan waspada terhadap bahaya atau ancaman, baik dari tanah
mau pun dari angkasa. Jarak penglihatan terkadang sangat buruk karena rimbunnya semak dan
pepohonan, sehingga kera berkomunikasi dengan suara. Kera Diana, mencari makan dekat
puncak sehingga mereka biasanya yang pertama kali melihat bahaya dari angkasa. Bahaya
tersebut dalah pemangsa, elang bermahkota. Elang bermahkota selalu berada di sekitar sana,
lalu bila jarak elang terlalu dekta, maka kera akan membunyikan tanda bahaya. Semua kera
mempunyai tanda bahaya yang berbeda untuk pemangsa yang berbeda pula. Uniknya, semua
spesies kera saling mengenal teriakan dan tau apa musuhnya.

Di Kota Purba Polonnarwua di Sri Lanka, terdapat Toque macaques, dan sudah berada
di sana selama berabad-abad. Ada sistim kelas yang mengerikan terjadi dalam masyarakat kera
di sana. Emelda, salah satu kera berdarah kelas atas. Ketika semua kera telah makan buah beri
dan emelda terlambat, maka dia berhak mengambil makanan dari Poppain bahkan langsung
dari mulutnya, walaupun Poppain lebih tua dan tubuhnya lebih besar. Akan tetapi, Poppain
berasal dari kelas yang lebih rendah. Jika Poppain terlalu menolak dan mempersulit Emelda,
maka beresiko untuk diserang oleh semua kelompok.
Booster, berasal dari kelas yang lebih rendah lagi. Hal ini dapa mencegah kawin secara
terbuka dengan betina yang subur. Kemungkinan terbaik yang mungkin adalah sebagi
simpanan. Jadi, kelas-kelas ini juga mempengaruhi bagaimana urusan sex mereka.

Sepuluh juta tahun yang laalu, iklim mulai berubah, tempat menjadi lebih kering, hutan
hujan tropis berkurang, berganti semak dan padang rumput. Kera-kera turun dari pohon ke
tempat yang terbuka. Baboon, dulunya memakan bunga dan daun, tapi sekarang memakan
segala jenis; umbi, kaktus, bahkan kelinci, belatung, dan serangga. Baru-baru ini (5 tahun),
baboon mulai memangsa flamingo yang hidup di sana.

Besar kelompok mempengaruhi besar otak. Sehingga jika peneliti yang meneliti kera
diberikan tengkorak, mereka tidak tau jenis kera apa, namun mereka dapatmenebak dengan
tepat besar kelompok tempat ia hidup. 500 mill dari daratan tinggi Ethiopia, hidup kelompok
kera terbesar.

Gelada, merupakan satu-satunya kera pemakan rumput. Gelada tidak memiliki gigi
penggigit seperti halnya domba dan kelinci, sehingga Gelada menggunakan tangannya untuk
mencabuti rumput yang akan dimakan. Pada Gelada, dada merupakan lambang atau penanda
kejantanan. Selain itu juga untuk menilai status yang lain. Untuk yang memiliki status rendah,
maka mereka akan berkelahi, hanya saja, perkelahian itu biasanya tidak berakhir celaka, hanya
untuk pamer semata.

Kunci dari kehidupan kera yang jumlahnya banyak di alam terbuka adalah obrolan.
Mereka mengobrol meski kita tidak tahu informasi apa yang mereka pertukarkan. Kebutuhan
mengkomunikasikan informasi sosial yang rinci antara banyak indivisu yang membawa pada
evolusi bahasa pada spesies kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai