Anda di halaman 1dari 28

BAB III PEMBAHASAN

Hormon adalah suatu zat yang bertugas sebagai pembawa pesan (chemical messenger) disekresikan oleh sejenis jaringan dalam jumlah yang sang kecil dan dibawa oleh darh menuju target jaringan di bagian lain tubuh untuk merangsang aktivitas atau fisiologi yang khusus. Istilah hormone dulunya adalah hormone endokrin. Kini pengertian hormone adalah hormon-hormon lokal : parakrin, autokrin dan juxtakrin.
Endokrin merujuk pada molekul kimia yang disekresi ke dalam darah dan

sel targetnya terletak jauh dari sel sekretori. Hormone parakrin memiliki target sel di sekitar sel sekretori, beberapa sitokin dan neurotransmitter berefek parakrin. Hormon autokrin disekresi suatu sel dan aksinya mempengaruhi sel itu sendiri.
Juxtakrin adalah jenis komunikasi interselular yang melibatkan sel-sel

yang letaknya berdempetan Fungsi system endokrin: 1. Mengatur beberapa aspek metabolisme 2. Mengatur pertumbuhan sel dan jaringan
3. Mengatur denyut jantung

4. Mengatur tekanan darah 5. Mengatur fungsi ginjal 6. Sekresi Enzim-enzim pencernaan

7. Pergerakan saluran gastro Intestinal


8. Laktasi dan sistem endokrin

9.

Mengatur metabolisme organik dan H2O serta keseimbangan elektrolit.

10. Menyebabkan perubahan adaptasi untuk membantu tubuh menghadapi tekanan stress 11. Mengatur pertumbuhan dan perkembangan tubuh 12. Mengontrol reproduksi 13. Mengatur produksi sel darah merah 14. Bersama dengan system saraf otonom, mengontrol dan menyatukan baik sirkulasi dan pencernaan serta absorbs makanan

3.1 Klasifikasi Hormon Ada tiga golongan umum dari hormon 1. Protein dan polipeptida, mencakup hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas (insulin dan glukagon), kelenjar paratiroid (hormon paratiroid) , dan lain-lain. Terikat pada reseptor membran akan menginduksi serangkaian kejadian yang menyebabkan pembentukan molekul-molekul second messenger (hormon adalah first messenger) yang kemudian membangkitkan signal yang mengatur berbagai fungsi selular, seringkali dengan cara mengubah aktivitas enzim 2. Steroid yg disekresikan korteks adrenal (kortisol dan aldosteron), ovarium (Estrogen dan progesteron), Testis (testosteron), dan plasenta (estrogen dan progesteron). Berinteraksi dengan reseptor intraselular, dan kompleks ini membangkitkan signal yang mengatur ekspresi gen. 3. Turunan asam amino tirosin, yang disekreskan oleh kelenjar tiroid (tiroksin dan triiodotironin) dan medul adrenal (epinefrin dan norepinefrin) 3.1.1 Klasifikasi Hormon Berdasarkan struktur kimianya Protein. Terdiri atas polimer asam amino yang tidak larut dalam lemak. Hormon ini dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari jaringan alat pencernaan. Hormon tumbuh atau grwoth hormone termasuk hormon protein yang terbesar yang mengandung 191 asam amino (pada manusia). Jumlah asam amino pada hormon tumbuh bervariasi tergantung pada species. Hormon parathyroid mempunyai sekitar 80-85 asam amino, sedangkan insulin yang terdiri dari rantai A dan rantai B mengandung asam amino sebanyak 49-52. Susunan asam amino pada

insulin ini adalah 20-21 asam amino pada rantai A dan sejumlah 29-31 asam amino pada rantai B. Peptida. Yang termasuk peptida antaranya adalah beberapa hormon yang dihasilkan oleh hipothalamus yaitu TRF dalam bentuk tripeptida, vasopressin dan oxytocin yang secara struktur kimianya termasuk octapeptida. Hormon gastrin 8 mempunyai komponen asam amino sebanyak 17 buah. Hormon perangsang alpha-melanosit (Alphamelanocyte-stimulating hormone) mempunyai komponen asam amino sejumlah 13 buah, sedangkan yang beta (Beta- melanocyte-stimulating hormone) mengandung 18 atau 22 asam amino. Glucagon mempunyai komponen asam amino sebanyak 29 buah, calcitonin 32 buah dan ACTH 39 buah. Asam amino. Yang termasuk kelompok ini adalah hormonhormon amine, yaitu yang berasal dari asam amino yang mengalami modifikasi. Di antara yang termasuk ke dalam hormon amine adalah epinephrine dan norepinephrine yang merupakan hasil modifikasi dari asam amino tyrosine. Modifikasi dari asam amino tryptophan dapat menghasilkan serotonin dan melatonin. Hormon thyroxin (T4) juga termasuk hormon amine, sebagai hasil yodanisasi dan kondensasi dari dua molekul asam amino tyrosine. Steroid. Hormon steroid dihasilkan dari metabolisme dan proses konversi dari kolesterol yang mengandung 27 buah atom karbon (C-27). Hormon steroid larut dalam lemak dan dihasilkan oleh kelenjar adrenal, testes, ovarium, dan plasenta. Hormon-hormon itu diantaranya adalan estrogen (C-18), androgen (C-19), corticoid (C-12) dan progesteron (C-21). Asam lemak. Hormon prostaglandin adalah satu-satunya hormon yang masuk katagori ini. Prostaglandin dihasilkan oleh beragam sel hewan yang merupakan biosintesis dari dua asam lemak yaitu asam

lemak arachidonic dan di-homo-gamma-linolenic (arachidonic acid; dihomo--linolenic acid). 3.1.2 Klasifikasi Hormon Berdasarkan Fungsinya Hormon Perkembangan Adalah hormon-hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan dan pertumbuhan serta peranannya dalam biologi reproduksi baik ketika individu masih dalam kandungan (intrauterine) maupun setelah berada di luar kandungan (extrauterine) sampai mencapai usia remaja (pubertas) pada manusia atau dewasa kelamin pada hewan. Termasuk dalam hormon-hormon ini diantaranya hormonhormon yang dihasilkan oleh kelenjar gonad. GH (growth hormone) , FSH (follicle stimulating hormone). Hormon Metabolisme Konservas atau proses homeostasis gula (glukosa) dalam tubuh diatur oleh beragam hormon, di antaranya glucocorticoid, glucagon dan katekolamin. Sebaliknya insulin, somatomedin dan nonsuppressible insuline-like activity (NSILA) mempunyai efek yang berlawanan dengan glucocorticoid maupun dengan glucagon ataupun dengan catecholamin. Hormon tumbuh (Growth Hormone) ddan thyroxin memegang peranan pula di dalam metabolisme, disamping peranan kedua macam hormon dalam proses pertumbuhan. Hormon-hormon androgen, estrogen dan progesteron meskipun mempunyai peranan utama dalam perkembangan individu atau hewan, ketiga macam hormon ini juga mempunyai peranan dalam proses metabolisme dan pertumbuhan. Hormon Trofik (Trophic Hormone) Di dalam proses evolusi dan perkembangan species sampai mencapai peringkat vertebrata terbentuklah suatu struktur dari organ

tubuh yang mempunyai peranan yang khusus. Di dalam pengaturan fungsi kelenjar endokrin terbentuk suatu sistem yang menghasilkan hormon yang merangsang kelenjar endokrin agar pada gilirannya kelenjar endokrin ini menghasilkan hormon pula. Hormon yang dhasilkan oleh struktur yang khusus ini, yaitu hipofisa adalah hormonhormon tersebut adalah hormon perangsang kelenjar thyroid (TSH); hormon-hormon perangsang folikel (FSH) yang merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan proses spermatogenesis; hormon penguning (Luteinizing Hormone; LH) yang mengatur produksi progesteron pada hewan betina dan testosteron pada hewan jantan; hormon adrenokortikotrofik (ACTH) yang merangsang korteks kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon glucocorticoid dan hormonhormon yang dihasilkan oleh hipothalamus (hyphotalamic releasing hormone atau hypothalamic releasing factor). Dua hormon lain yang bersifat trofik tetapi dihasilkan diluar hipofisa adalah chorionic gonadotropin manusia (human Chorionic Thyrotropin) yang dihasilkan oleh plasenta. HCG mempunyai fungsi atau efek yang sama dengan LH sedangkan HHCG mempunyai peranan yang mirip dengan TSH dari hipofisa. Meskipun belum umum diterima, telah bertahun-tahun (Sejak 1975) disarankan bahwa plasenta juga menghasilkan hormon ACTH (Human Chorionic Corticotrophin; HCC) Renin meskipun zat ini tidak dpaat kita katagorikan sebagai hormon berdasarkan batasan yang kita pakai, mampu menghasilkan angiotensin dan selanjutnya angiotensin berperan dalam produksi hormon mineralocorticoid yang kita jumpai pembentukan hormonhormon dengan fungsi dan peranan spesifik. Hormon-hormon tersebut adalah hormon perangsang pigmen (melanocyte stimulating hormone ; MSH) dan oxytocin yang berperan pada proses kelahiran dan ekskresi air susu. Hormon Pengatur Metabolisme Air dan Mineral

Calcitonin yang dihasilkan oleh kelenjar thyroid (sel C atau sel-sel parafolikuler) mempunyai peranan untuk mengatur metabolisme calcium dan fosfor. Meningkatnya produksi calcitonin akan menyebabkan menurunnya calcium dan fosfor dalam darag dan meningkatkan ekskresi calcium, fosfor, natrium, kalium dan magnesium melalui ginjal. Hormon parathyroid yang dihasilkan oleh kelenjar parathyroid mengatur homeostasis mineral terutama calcium dan fosfor. Peningkatan produksi hormon parathyroid akan berakibat meningkatnya calcium di dalam serum dan meningkatnya ekskresi fosfor melalui air seni. Aldosteron adalah mineralocorticoid yang dihasilkan oleh zona glomerulosa dari kelenjar adrenal. Hormon ini berperan di dalam pengaturan metabolisme natrium dan kalium. Peningkatan produksi aldosteron akan mengakibatkan meningkatnya reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dan hydrogen (dalam bentuk ammonium) di kawasan tubuli pengumpul bagian kortikal (cortical collecting tubules) pada ginjal. Vasopressin dihasilkan oleh sel-sel dari nucleus supraoptik dan para ventrikuler (supraoptic and paraventricular nuclei) yang kemudian disimpan di dalam hipofisa pars nervosa (neurohypophysis) menunggu sampai diperlukan oleh tubuh untuk disekresikan ke dalam aliran darah. Peranan vasopressin (yang disebut juga anti-diuretic hormone; ADH) ialah melakukan konservasi air tubuh dengan jalan mengurangi ekskresi air seni. Hormon Pengatur Sistem Kardiovaskuler Epinephrine dihasilkan oleh bagian medula dari kelenjar adrenal. Efek dari hormon ini tergantung dari reseptor dari setiap organ tujuannya (target organ), yaitu adrenergic receptor (alpha atau beta). Pada jantung yang mempunyai beta reseptor epinephrine akan mengakibatkan peningkatan konduksi dan kontraksi dari jantung. Pada arteriol yang mempunyai reseptor beta epinephrine akan menyebabkan vasolidasi sedangkan arteriol yang mempunyai reseptor alpha

epinephrine akan menyebabkan vasokonstriksi. Dengan jalan demikian keseimbangan hemodinamika oleh epinephrine dicoba untuk diserasikan. Selain terhadap sistem kardiovaskuler, epinephrine juga mempunyai peranan terhadap sistem pernapasan yaitu menyebabkan dilatasi pada saluran pernapasan (bronchus) dan menyebabkan menurunnya gerakan atau kontraksis usus. Namun demikian kerja ketiga sistem tersebut (kardiovaskuler, pernapasan dan usus) lebih didominasi parasimpatis. 3.1.3 Klasifikasi Hormon Berdasarkan Lokasi Reseptornya 1. Di dalam permukaan atau pada permukaan membran oleh katecholamin dan acetylkolin (catecholamin, acetylcholine) yang dihasilkan oleh ujung-ujung syaraf simpatis dan

sel. Reeseptor membran sebagian besar spesifik untuk protein, peptida, dan hormon katekolamin 2. Di dalam sitoplasma sel. Reseptor utama berbagai hormon

steroid terutama ditemukan dalam sitoplasma. 3. Didalam Nukleus sel. Reseptor untuk hormon tiroid

dijumpai di nukleus dan lokasinya diyakini berhubungan erat dengan satu atau lebih kromosom. 3.2 Kelenjar-kelenjar endokrin 3.2.1 Kelenjar Pankreas (Langerhans) Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mensenterika superior dan splenikus. Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau

Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang menghasilkan glukoagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel deltha yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui. Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada pankreas, sehingga dikenal dengan pulau pulau langerhans. Kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Insulin mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju ke sel sel tubuh menembus membrane sel. Di dalam otot glukosa dimetabolisasi dan disimpan dalam bentuk cadangan. Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen (glikogenesis) dan pembentukan lemak (lipogenesis). Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk mensekresikan insulin. Sebaliknya glukogen bekerja secara berlawanan terhadap insulin. Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukoagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan gula karbohidrat). darah, insulin Dalam sebagai metabolisme hormon lemak, glukagon akan meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak).Dalam menurunkan kadar anabolik terutama meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan.

3.2.2 Testis Dua buah testis ada dalam skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Testis akan menghasilkan hormon testosteron dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis sementara FSH diperlukan untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis. Estrogen mempunyai efek menurunkan konsentrasi testosteron melalaui umpan balik negatif terhadap FSH sementara kadar testosteron dan estradiol menjadi umpan balik negatif terhadap LH. Sebagai hormon anabolik, ia akan merangsang pertumbuhan dan penutupan epifise tulang. 3.2.3 Ovarium Seperti halnya testis, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta mempertahankan proses laktasi. Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum. Sementara untuk hormone progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum. Pengelompokan hormon berdasarkan tempat diproduksinya Hormon(H), Sumber Pelepasan Hormon Bentuk (RH),atau Kimia Penghambat Hormon (IH) Sasaran Aksi

Hipotalamus GHRH RH hormone PP Pituitary anterior Menghambat

pertumbuhan GHIH IH hormone pertumbuhan (somatostatin) TRH RH tirotrofin PP Pituitary anterior PP Pituitary anterior

pelepasan hGH Merangsang pelepasan hGH

Merangsang pelepasan TSH dan hGH Merangsang pelepasan LH dan FSH Merangsang pelepasan PRL Menghambat pelepasan PRL Merangsang pelepasan ACTH

GnRH

RH gonadotrofin

PP

Pituitary anterior

PRH PIH

RH prolaktin IH prolaktin (dopamin)

PP PP

Pituitary anterior Pituitary anterior

CRH

RH kortikotrofin

PP

Pituitary anterior

Pituitari anterior (hormon tropik) TSH H perangsang tiroid (tirotrofin) ACTH FSH LH Hormone PP adrenokortikotrofik Hormone GP perangsang folikel Hormone peluteinan GP Korteks adrenal Indung telur (ovari),testis Indung telur,testis Merangsang sekresi glukokortikoid Pengaturan oogenesis dan spermatogenesis Pengaturan oogenesis dan spermatogenesis GP Tiroid Merangsang sekresi T3,T4

Pituitari anterior (hormon) PRL hGH prolaktin Hormone pertumbuhan PR PR Kelenjar susu Merangsang produksi air susu

Berbagai tulang dan Merangsang otot pertumbuhan

manusia (somatotrofin) Pituitari Posterior OT ADH Oksitosin Hormone antidiuretik (vasopresin) PP PP Rahim (uterus) dan Kontraksi rahim dan kelenjar susu pelepasan air susu Ginjal,kelenjar keringat Kelenjar Tiroid T4 Tiroksin AA Kebanyakan sel tubuh Tulang Tulang Meningkatkan kecepatan metabolisme sel Meningkatkan metabolisme sel Menurunkan Ca2+ darah Meningkatkan retensi air

T3

triodotironina kalsitonin

AA PP

Kelenjar paratiroid PTH Hormone paratiroid PP Tulang,ginjal,usus Medula Adrenal NE Epinefrin (adrenalin) AA Pembuluh darah,jantung,hati Menaikkan gula darah,penyempitan pembuluh darah (tanggapan kabur) Menikkan gula darah, penyempitan pembuluh darah (tanggapan berkelahi atau kabur) Meningkatkan Ca2+ darah

NE

Norepinefrin (noradrenalin)

AA

Pembuluh darah,hati dan jantung

Korteks adrenal Mineralokortikoid S (contoh: Aldosteron) Ginjal Meningkatkan penyerapan Na+,ekskresi K+

Glukokortikoid (contoh: kortisol)

Kebanyakan sel tubuh Umum

Menikkan gula darah Merangsang permulaan pubertas,gairah seksual wanita

Androgen (contoh : S DHEA)

Pangkreas Glukagon PP (disekresi oleh sel alfa) Insulin (disekresi oleh sel beta) PP Hati Menaikkan glukosa darah Menurunkan glukosa darah

Hati,otot,dan sel adipose

Somatostatin PP (disekresi oleh sel delta) Polipeptida PP pangkreas dari sel F)

Sel alfa dan sel beta Menghambat pelepasan insulin dan glukagon Sel delta Menghambat somatostatin dan enzim pangkreas

Indung telur Estrogen S Rahim,umum Siklus menstruasi,cirri-ciri seksual sekunder Mengatur siklus menstruasi dan kehamilan Pembukaan serviks dan saluran kelahiran Menghambat pelepasan FSH

Progesterone

Rahim

Relksin inhibin

PP PR

Penggul,serviks Pituitary anterior Testis

Testosterone

Testis,umum

Spermatogenesis,cirri-

ciri seksual sekunder inhibin PR Pituitari anterior Pineal melatonin AA bervariasi Ginjal eritropoietin GP Sumsum tulang usus Plasenta Estrogen S Rahim Mempertahankan kehamilan, kelenjar susu Mempertahankan kehamilan,kelenjar susu Merangsang pelepasan estrogen dan progesterone Mempersiapkan kelenjar susu untuk menyusui Menaikkan produksi sel darah Menaikkan penyerapan Ca2+ Mengatur jam biologis Menghambat pelepasan FSH

Calcitriol (Vitamin S D)

Progesterone

Rahim

hCG

GP

Indung telur

hCS

PR

Kelenjar susu

Saluran lambung dan usus (gastrointestinal tract) Gastrin GIP Gastrin inhibitory peptide PP PP Lambung Merangsang pelepasan HCl

Lambung,pangkreas Menghambat pelepasan getah lambung,menaikkan insulin Pangkreas,hati Merangsang pelepasan enzim dan

sekretin

PP

empedu CCK Kolesistokinin PP Pangkreas,hati Merangsang pelepasan enzim dan empedu Merangsang kontraksi otot lambung

serotonin

AA

lambung Jantung

ANP

Atrial natriuretic peptide

PP

Ginjal,korteks adrenal Kebanyakan sel

PG LT

Prostalgladin leukotriena

E E

Semua sel kecuali sel darah merah Semua sel kecuali sel darah merah

Bervariasi Bervariasi

3.3 Mekanisme kerja hormon Mekanisme kerja hormone secara umum

1.

Aktivasi enzim, melibatkan system reseptor terikat membran

(pembawa pesan kedua) a. Molekul-molekul dari berbagai hormon protein dan polipeptida (pembawa pesan pertama) berikatan dengan reseptor tetap pada permukaan sel yang spesifik untuk hormone tersebut. b. Kompleks hormon reseptor menstimulasi pembentukan adenosin 3,5-monofosfat siklik (cAMP) sebagai pengantar pesan kedua, yang dapat menyampaikan pesan pertama dari berbagai hormone. (1) Sintesis cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat

membran, yang termasuk keluarga protein regulator pengikat nukleotida guanin (2) G-protein mengalami perubahan bentuk, sehingga

guanosin difosfat (GDP) yang tidak aktif dapat diganti dengan enzi m pengaktivasi, guanosin trifosfat (GTP)

(3)

Kompleks G-protein-GTP mengaktivasi enzim adenilat

siklase, untuk memproduksi cAMP. c. Setiap molekul cAMP mengaktivasi berbagai molekul cAMPdependen protein kinase yang sesuai. (1) Enzim protein kinase mengakatalis reaksi fosforilasi khusus (transfer gugus fosfat) untuk enzim kunci dalam sitoplasma. (2) Setiap molekul protein kinase mengaktivasi berbagai molekul yang sesuai dengan enzimnya. Dengan demikian, suatu konsentrasi rendah dari hormon yang bersirkulasi dapat diperkuat sehingga mengakibatkan aktivitas enzim intraselular utama. d. Aktivasi enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek fisiologis dan reaksi kimia, bergantung pada sifat bawaan sel. e. cAMP terurai dengan cepat oleh enzim intraselular fosfodisterase. Ini akan membatasi durasi efek cAMP.
2. Senyawa selain cAMP yang berperan sebagai pembawa pesan kedua untuk

hormon tertentu telah ditemukan. Senyawa ini meliputi inositol trifosfat (IP3), guanosin monofosfat siklik (GMP), dan kompleks kalsium yang terikat dengan kalmodulin, suatu protein regulator intraselular.
3.

Aktivasi gen, melibatkan system resptor intraselular. a. Hormon tiroid, steroid, dan beberapa jenis hormon polipeptida menembus membrane untuk masuk ke dalam sel. Hormon tersebut berikatan dengan reseptor internal bergerak dalam sitoplasma atau nucleus sel. b. Kompleks reseptor hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat gen yang transkripsinya distimulasi hormon. Di sisi ini kompleks akan berikatan dengan reseptor DNA spesifik untuk hormone.

c. Gen kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk transkripsi mRNA, yang akan berdifusi ke dalam sitoplasma.
d. mRNA kemudian ditranslasi menjadi protein dan enzim yang

memicu respons selular terhadap hormon Aksi Hormon Aksi hormone pada tingkat selular dimulai dengan pengikatan hormon pada reseptor. Semua reseptor (apakah itu reseptor untuk hormon polipeptida atau steroid) adalah protein yang berukuran besar, memiliki paling tidak 2 (dua) domain fungsional, yaitu domain pengenalan yang berfungsi mengikat hormon dan domain pembangkit signal yang akan merangkaikan (coupling) pengenalan hormon dengan fungsi intraselular. Keseluruhan proses signaling mulai dari pengikatan hormon sampai terjadinya perubahan fungsi selular disebut dengan istilah transduksi signal. Ketika Hormon berikatan dengan reseptor maka akan terjadinya inisiasi terhadap terjadinya serangkaian reaksi di dalam sel, dengan setiap tahap reaksi yang semakin teraktivasi sehingga sejumlah kecil konsentrasi hormon bahkan dapat berpengaruh besar. Setiap reseptor hormon biasanya sangat spesifik untuk sebuah hormon, Hal ini menentukan jenis hormon yang akan bekerja pada jaringan tertentu. Jaringan target yang dipengaruhi oleh suatu hormon adalah jaringan yang memiliki reseptor spesifiknya. Reseptor Hormon diatur Jumlah dan Sensitivitasnya Jumlah reseptor tidak konstan dari hari ke hari. Reseptor protein itu sendiri dalam fungsinya sering dinonaktifkan atau dihancurkan, dan pada waktu yang lain, reseptor tersebut diaktifkan kembali atau reseptor yang baru dibuat, karna adanya mekanisme pembentukan protein. Contohnya adalah saat terjadinya peningkatan kadar hormon, dan penambahan

ikatan hormon dengan sel targetnya terkadang dapat menimbulkan pengurangan jumlah reseptor yang aktif. Namun sejumlah hormon menimbulkan up-regulation reseptor dan protein pemberi signal intra sel. Yaitu berupa hormon penstimulasi yang memacu pembentukan reseptor atau molekul sinyal intrasel oleh perangkat pembentukan protein sel target dalm jumlah yang melebihi normal. Bila hal tersebut terjadi maka jaringan target akan menjadi semakin sensitif terhadap efek stimulasi hormon terkait. Setelah Aktivasi Reseptor hormon terjadi, penghantaran sinyal intra sel pun terjadi. Suatu hormon memengaruhi jaringan targetnya dengan terlebih dahulu membentuk kompleks reseptor-hormon hampir tanpa ada pengecualian. Hal ini mengubah fungsi reseptor itu sendiri, dan berakibat pada reseptor yang teraktivasi akan mengawali terjadinya efek hormonal. Jenis Hormon menurut reseptornya Hormon yang berikatan dengan reseptor intraselular Androgen; Kalsitriol Estrogen; Mineralokortikoid Glukokortikoid; Progestin Asam retionat; Hormon Tiroid (T3 dan T4) Hormon yang berikatan dengan reseptor pada permukaan membran plasma A. Second messenger cAMP 2 adrenergic catecolamines; -adrenergik catecolamines Adrenocorticotropic hormone (ACTH); Angiotensin II

Antidiuretic hormone (ADH); Kalsitonin Corionicgonadotropin, human (hCG); Corticotropin-releasing hormone (CRH) Follicle stimulating hormone (FSH); Glucagon Lipotropin LPH); Luteinizing hormone (LH) Melanocyte-stimulating hormone (MSH); Parathyroid

hormone (PTH) Somatostatin; Thyroid-stimulating hormone (TSH)

B. Second messenger cGMP Atrial natriuretic factor (ANF) Nitric oxide (NO)

C. Second messenger kalsium atau fosfatidilinositol atau keduanya

Acetylcholin (muscarinic); 1 adrenergic catecholamine Angiotensin II; Antidiuretic hormone (ADH, vasopressin) Cholecystokinin; Gastrin Gonadotropin releasing hormone (GnRH); Oxytocin Platelet-derived growth factor (PDGF); Substance P Thyrotropin-realising hormone (TRH)

D. Second messenger kaskade kinase atau fosfatase Chorionic somatotropin (CS); Epidermal growth factor (EGF)

Erythropoetin (EPO); Fibroblast growth factor (FGF) Groth hormone (GH); Insulin Insulin-like growth factor (IGF-I. IGF-II); Nerve growth factor (NGF) Platelet-derived growth factor (PDGF); Prolactin (PRL)

Hormon dengan reseptor pada membran Hormone dengan reseptor pada permukaan sel merupakan protein integral, memiliki tiga domain: 1) Domain ekstraselular: terdiri dari beberapa residu asam amino terpapar ke permukaan luar sel, domain ini berinteraksi dengan dan mengikat hormon, istilah lain untuk domain ini adalah ligand-binding domain. 2) Domain transmembran: merupakan bagian rantai peptid hidrofobik sehingga dapat berinteraksi dengan lipid bilayer membran, dan berperan menancapkan reseptor pada membran. 3) Domain sitoplasmik atau intraselular: bagian ekor reseptor yang berinteraksi dengan molekul lain untuk membentuk second messenger. Bagian ini merupakan regio efektor dari molekul reseptor Hormon dengan reseptor intraselular Reseptor hormon steroid dan tiroid berada di dalam sel target, pada sitoplasma atau nukleus, dan berfungsi sebagai ligand-dependent transcription factors. Jadi kompleks hormone-reseptor berikatan dengan regio promoter pada gen dan menstimuli atau menghambat ekspresi gen, yang menghasilkan perubahan fenotipik pada ekspresi protein.

Reseptor intrasel tersusun atas rantai polipeptida tunggal yang terdiri dari tiga domain. 1) Domain amino terminus: regio ini berperan pada aktivasi dan

stimulasi transkripsi dengan cara berinteraksi dengan komponen transkripsional yang lain. Sekuen domain ini berbeda-beda pada berbagai jenis reseptor. 2) Domain pengikatan DNA: asam amino pada regio ini berperan

pada pengikatan reseptor pada urutan spesifik pada DNA. 3) Domain karboksi terminus atau ligand-binding domain: region ini

mengikat hormone

3.4

Hormon Insulin
Hormon insulin disekresikan oleh pulau pankreas. Gen insulin manusia terdapat pada lengan pendek dari kromosom 11. Insulin disekresikan sebagai preproinsulin. Preproinsulin suatu peptida rantai panjang dengan BM 11.500. Rangkaian pemandu yang bersifat hydrofobik berfungsi untuk signal mengarahkan molekul ini ke endoplasma retikulum dan kemudian dikeluarkan. Disini terjadi proses pembelahan molekul preproinsulin oleh enzim-enzim mikrosomal menghasilkan molekul proinsulin (BM kira-kira 9000). Proinsulin diangkut ke badan golgi dimana berlangsung proses pengemasan menjadi granula-granula sekretorik berlapis klatrin. Granulagranula ini matang, mengandung insulin yang terdiri dari 51 asam amino, terkandung dalam rantai A 21 asam amino dan rantai B 30 asam amino serta C-Peptida. Insulin disekresikan dari pankreas 40-50 unit/hari (15-20% dari penyimpanan). Sekresi insulin dapat berlangsung : - Sekresi insulin basal : terjadi tanpa adanya rangsangan eksogen. Ini merupakan jumlah insulin yang disekresikan dalam keadaan puasa.
- Sekresi insulin yang dirangsang : sekresi insulin karena adanya respon

terhadap rangsang eksogen. Sejumlah zat yang terlibat dalam pelepasan insulin disini adalah :

1.

Glukosa rangsang pelepasan insulin paling poten. Glukosa dapat masuk kedalam sel pankreas secara difusi pasif yang diperantarai

protein membran yang spesifik disebut Glukosa Transpoter 2 -> rangsang sekresi insulin.

2.

Asam Amino, Asam lemak, dan Badan keton.

3.

Faktor hormonal. Preparat adrenergik merangsang pelepasa insulin yang mungkin dengan cara peningkatan cAMP intrasel. Paparan yang terus menerus dengan hormon pertumbuhan, kortisol,laktogen plasenta, estrogen, progestin dalam jumlah yang berlebihan juga meningkatkan sekresi insulin.

4.

Preparat farmalologik : Senyawa Sulfonilurea

Tolbutamid 3.4.1 Mekanisme Kerja Hormon Insulin Dimulai dengan berikatnya insulin dengan reseptor glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2 subunit yaitu:
1. Subunit yang besar dengan BM 130.000 yang meluas

ekstraseluler terlibat pada pengikatan molekul insulin.


2. Subunit yang lebih kecil dengan BM 90.000 yang dominan di

dalam sitoplasma mengandung suatu kinase yang akan teraktivasi

pada pengikatan insulin dengan akibat fosforilasi terhadap subunit itu sendiri (autofosforilasi). Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi terhadap substrat reseptor insulin ( IRS -1). IRS-1 yang terfosforilasi akan terikat dengan domain SH2 pada sejumlah protein yang terlibat langsung dalam pengantara berbagai efek insulin yang berbeda.

Pada dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu otot lurik dan jaringan adiposa, serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi tersebut akan merangsang protein-protein intraseluler, termasuk Glukosa Transpoter 4 untuk berpindah ke permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada saat pemberian makan, maka akan mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam jaringan-jaringan sasaran insulin tersebut.

Kelainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas ataupun keduanya akan berpengaruh terhadap kerja insulin. Down regulation adalah fenomena dimana jumlah ikatan reseptor insulin jadi berkurang sebagai respon terhadap kadar insulin dalam sirkulasi yang meninggi kronik, contohnya pada keadaan adanya kortisol dalam jumlah berlebihan. Sebaliknya jika kadar insulin rendah, maka ikatan reseptor akan mengalami peningkatan. Kondisi ini terlihat pada keadaan latihan fisik dan puasa. Efek Insulin

Efek pada hati - membantu glikogenesis - meningkatkan sintesis trigliserida, kolesterol, VLDL - meningkatkan sintesis protein - menghambat glikogenolisis - menghambat ketogenesis - menghambat glukoneogenesis

Efek pada otot - membantu sintesis protein dengan : * meningkatkan transport asam amino * merangsang sintesis protein ribosomal - membantu sintesis glikogen

Efek pada lemak - membantu penyimpanan triglserida - meningkatkan transport glukosa ke dalam sel lemak - menghambat lipolisis intraseluler

3.5 Mekanisme Kerja Hormon Estrogen


Terdapat dua tipe utama reseptor edtrogen di nukleus sel yaitu reseptor estrogen (ER) yang dikode oleh sebuah gen di kromosom 6 dan reseptor estrogen (ER), yang dikode oleh sebuah gen di kromosom 14. Setelah mengikat estrogen,reseptor ini membentuk homoditer lalu berikatan dengan DNA, dan mengubah transkripsinya. Sebagian besar efek estrogen bersifat genomik, yakni disebabkan oleh efek pada nukleus. Efek tersebut meliputi efek pelepasan implus neuron di otak

dan , mungkin, efek umpan balik pada sekresi gonadotropin. Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa efek-efek ini diperantarai oleh reseptor di membran sel yang tampaknya secara struktural berkaitan dengan reseptor di nukleus dan menimbulkan efek melalui jalur protein kinase intrasel yang diaktifkan oleh mitogen. Efek cepatn ini dijumpai pada progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron, dan 1,25 di hidroksikolekalsiferol mungkin juga ditimbulkan oleh reseptron membran. 3.6 Mekanisme Kerja Progesteron Efek Progesteron , seperti steroid lain, terjadi melalui efek pada DNA sehingga tercetus sintesis nRNA baru. Seperti yang dinyatakan bahwa reseptor perogesteron terikat ke suatu heat shock protein tanpa adanya steroid, dan pengikatan progesteron menyebabkan pelepasan heat shock protein sehingga ranah pengikatan DNA pada reseptor menjadi terpajan. Steroid sintetik mifepriston (RU 486) brikatan dengan reseptor , tetapi tidak menyebabkan pelepasan heat shock protein, dan obat ini menghambat pengikatan progesteron. Karena kelangsungan kehamilan muda tergantung pada efek stimulasi progesteron terhadap pertumbuhan endometrium dan inhibisinya terhadap kontraksi uterus, mifepriston menyebabkan abortus. Si beberapa negara, mifepriston yang dikombinasikan dengan prostaglandin digunakan untuk menimbulakan abortus efektif . Terdapat dua isoform reseptor progesteron - PRA dan PRB - yang dihasilkan dari satu gen yang diolah secara berbeda. PRA merupakan reseptor yang berbentuk buntung (truncated), tetapi besar kemungkinannya bahwa kedua isoform tersebut memperantarai efek-efek khususprogesteron. Zat-zat yang kerjanya mirip dengan progesteron kadang-kadang disebut obat progestasional, gestagen, atau progestin. Zat-zat ini digunakan bersama estrogen sintetik sebagai obat kontrasepsi oral.

Anda mungkin juga menyukai