Anda di halaman 1dari 2

Desain Grafis vs Desain Gratis

Sebagian orang menjadikan desain grafis sebagai pemasukan pundi-pundi kehidupannya.


Sebagiannya lagi menjadikan desain grafis hanya sekedar hobi atau tuntutan profesionalisme dalam
bekerja atau perkuliahan. Bagiku? Desain adalah amal.

Skill desain grafisku memang jauh sekali dari kata profesional. Tetapi setidaknya bisa untuk
membuat berbagai desain seperti poster, spanduk, undangan, booklet, koran, majalah, post card,
jaket, kaos dan kawan-kawan serupanya.

Awal mempelajari desain grafis dimulai ketika aku berada di bangku SMA. Semoga pahala
dari amal jariyah, yaitu ilmu yang bermanfaat selalu mengalir untuk guruku, Bpk S yang telah
mengajarkan basic aplikasi coreldraw dan photosop. Bekal tersebutlah yang kubawa sampai ke
bangku perkuliahan.

Suatu hari, ketika masih menjadi mahasiswa baru dan baru bergabung di suatu organisasi di
kampus, terlontarlah sebuah pertanyaan, "Siapa disini yang bisa buat poster?". Dengan perbekalan
seadanya dan pengalaman yang minim, aku mengajukan diri. Toh hanya sebuah poster.

Tapi siapa sangka? Desain poster tersebut adalah awal dari desain-desain yang akan
mengalirkan pahala yang tidak akan pernah putus bagi yang mengajarkannya. Karena minimnya
sumber daya manusia yang bisa membuat desain saat itu, akhirnya menjadi alasan mengapa
pengalamanku di organisasi selama kuliah, didominasi dengan Pers, Publikasi dan Dokumentasi
ataupun Infokom. Dunianya desain.

Bagiku, dari desainlah setidaknya aku bisa berkontribusi sedikit untuk menjadi pribadi yang
bermanfaat. Oh ada kajian? Buka puasa bareng? Seminar? Buka laptop, buat sebentar, lalu sebar!
Biarlah Allah yang menggerakkan hati mereka yang melihat poster tersebut yang mengambil alih
peran. Karena Allah-lah yang maha membolak-balikkan hati hambaNya. Yang penting, usaha dulu.
Dari sinilah, aku mulai berazzam bahwa tidak akan menjual desain-desainku. Desain tersebut
insyaAlllah akan menjadi saksi-saksi di akhirat kelak, untuk kontribusiku yang tidak seberapa ini.

Beberapa kali, aku pernah tergoda untuk mencoba menjual desain. Pengalaman pertama,
aku dan seorang temanku dikampus berencana untuk membuat usaha flashdisk card custom. Aku
yang membuat desain customnya, temenku yang mengurus produksinya. Sudah ada permintaan
yang masuk untuk puluhan flashdisk tersebut. Tetapi Allah lah yang berkehendak. Sebelum kuterima
orderan tersebut, usaha tersebut tidak dilanjutkan karena partnerku yang mengurusi bagian
produksi tidak ada waktu. Mungkin itu adalah wasilah bahwa azzam awalku untuk tidak menjual
desain harus dipertahankan.

Pengalaman kedua, ketika aku di semester 8 dan banyak sekali waktu kosong, aku mencoba
untuk melamar menjadi desainer di toko kaos yang cukup terkenal di Banda Aceh. Dengan modal
nekat dan hanya berniat untuk bekerja sebulan, mulailah aku mendatangi toko tersebut. Aku
diminta untuk membuat sebuah maskot dengan menggunakan aplikasi yang sering kugunakan.
Maskot tersebut berhasil kubuat dengan waktu lebih dari 1 jam. Iya-iya.. Aku tau aku memang lama
sekali membuatnya. Bahkan sang empunya toko sempat beberapa kali bertanya kesanggupanku
untuk membuatnya. Pasalnya, desain yang dibuat dalam sehari lumayan banyak, kalau
mengerjakannya 1 desain saja sampai satu jam lebih, lalu kapan produksinya? Akhirnya, keesokan
harinya aku tidak kembali lagi ke toko tersebut karena sang empunya toko menyuruhku untuk
kembali membuat 1 logo lagi yang lebih susah dari sebelumnya. Yaaah, rasanya waktuku yang
kuhabiskan 1 jam lebih tersebut *demi rupiah* jauuuuh lebih bermanfaat jika aku membuat sebuah
poster sederhana untuk mengajak orang-orang hadir ke kajian. Sesimpel itu saja.

Berjalannya waktu, aku mulai mempelajari aplikasi lain secara otodidak seperti, SAI Paint
Tool dan Autodesk Skecthbook Pro. Dari aplikasi ini aku belajar membuat sketch wajah dan kartun
atau ornamen-oranamen lainnya. Belajar suatu hal yang baru itu sangat menyenangkan dan
membuat ketagihan. Aku tidak akan berhenti sampai aku bisa menggunakannya. Sayangnya, setelah
aku bisa menggunakannya aku sudah tidak tertarik lagi. Aneh ya? Iya! Selama belajar membuat
sketch wajah, aku menggambar wajah teman-teman terdekatku yang kebetulan akan milad.
Setidaknya sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Niatnya belajar, tapi setelah sketchnya jadi,
gambarnya kuberikan sebagai hadiah. Teman senang, akupun puas berhasil membuat skecth.
Alhamdulillah.. Kadang aku juga membuat skecth diri sendiri atau keluarga terdekatku. Banyak orang
yang request untuk dibuatkan sketch juga (berbayar), tetapi aku mohon maaf yang sebesar-besarnya
karena tidak bisa menerima tawaran tersebut.

Tetapi jika kamu tidak memintanya dan tiba-tiba aku mengirimkan sebuah sketch untukmu,
itulah hadiah agar dirimu senang. Dan selagi aku ada waktu luang, jika kamu ingin meminta tolong
untuk dibuatkan desain, undangan pernikahan misalnya *ehem* atau apapun itu yang akan
“bermanfaat untuk aku, kamu dan orang banyak” kamu boleh kok meminta desain gratisku. Karena
bagiku desain adalah amal.  InsyaAllah.

Anda mungkin juga menyukai