Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL INSIDENCE REPORT

CIR
“PENGAMBILAN DARAH VENA”

Oleh
Kelompok 6:

Alim Nur Pattaah C12116523


Bulkis Wulandari R01118731

Gresyia Winona Sumbung C12116315


Haslinda Maya Sari C051171726
Lusiana R01118726
Siti Hardiyanti Basri C12115518
Veronica Law Wenigaty R01118724

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
1. Pendahuluan
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan penunjang atau diagnostik yang
dilakukan untuk mengetahui informasi tentang penyakit atau kondisi medis tertentu
(Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Istilah proses mengeluarkan darah berasal dari
bahasa Yunani kuno, dan secara harfiah berarti "lancing (tomia dari témno) vena
(fléba dari flés)" yaitu suatu kegiatan yang menyebabkan kehilangan darah
(pertumpahan darah) bertujuan untuk terapi (Simundic et al., 2019). Kemudian
muncul istilah “venipuncture” yang jauh lebih baru, karena mengacu pada praktik
pengambilan darah dengan menembus dinding vena dengan jarum. Sekalipun
demikian, istilah phlebotomist cocok untuk menunjuk operator dalam penusukan vena
dan pengambilan darah dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang kemudian
darah akan di analisa untuk keperluan pemeriksaan (Simundic et al., 2019).
Secara umum tahap pengambilan darah terdiri dari tahap preanalitik, analitik
dan post analitik. Fase preanalitik menjadi perhatian utama karena proses
mengeluarkan darah dilakukan difase ini, selanjutnya akan mempengaruhi fase
analitik dan post analitik sehingga fase preanalitik ini sangat berperan penting dalam
keselamatan pasien (Ialongo & Bernardini, 2017). Potensial terjadi kesalahan dalam
tahap preanalitik sebesar 46 % - 68,2% dimana pengambilan darah vena tidak sesuai
dengan urutan tabung sehingga terjadi kotaminasi sisa bahan adiktif (Jacobsen et al.,
2018).
Pengambilan darah vena termasuk prosedur invasif yang sering dilakukan
pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan karena menjadi salah satu dasar dalam
menentukan diagnosis penyakit dan pengobatan. Kesalahan pada tahap pra analitik
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan seperti ketidaktepatan diagnosa dan
memberikan obat yang tidak sesuai dengan penyakit pasien (Armal, Khasanah, &
Marlina, 2019).

2. Tindakan Keperawatan
 Pengambilan darah vena
3. Definisi tindakan
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah flebotomi atau proses

mengeluarkan darah dengan cara venipuncture, skinpuncture dan tusukan arteri.

Venipuncture merupakan cara yang paling umum dilakukan dirumah sakit untuk
mengambil sampel darah, oleh karena itu istilah flebotomi selalu dikaitkan dengan

venipuncture (Cunha et al., 2018; Iskandar, 2015). Venipuncture adalah mengambil

darah untuk sampel menggunakan jarum yang dimasukkan ke pembuluh darah vena

(Astari & Triana, 2018). Ada 3 vena utama sebagai pilihan untuk mengambil sampel

darah dengan urutan yang pertama vena medianacubiti, kedua vena cephalica dan

yang ketiga adalah vena basilica (Kahar et al., 2019).

4. Rasional

Tindakan ini dilakukan untuk mengambil sampel darah untuk pemeriksaan

laboratorium dengan tujuan untuk menegakkan diagnosis, memantau pengobatan dan

untuk terapi penyakit tertentu (Kahar et al., 2019).

a. Indikasi Pengambilan Darah (Flebotomi)


Indikasi flebotomi umumnya adalah sebagai tindakan diagnostik untuk

pemeriksaan penunjang laboratorium sampel darah. Selain itu, flebotomi juga

memiliki indikasi terapeutik seperti pada pasien polisitemia vera atau sebagai

sarana administrasi obat.

1) Indikasi Diagnostik

Indikasi flebotomi yang paling umum adalah pengambilan sampel darah

yang akan diproses untuk analisis hematologi, biokimia, atau kultur darah.

Pemeriksaan hematologi dapat berupa pemeriksaan darah lengkap yang

meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, platelet, studi

koagulasi, crossmatch darah.

Hasil analisis sampel darah akan membantu kajian diagnosis dan tata

laksana pasien secara klinis. Selain untuk analisis komponen darah,

pengambilan darah melalui flebotomi juga dapat digunakan sebagai akses

donor darah. Untuk donor darah, flebotomi direkomendasikan dilakukan pada


vena yang besar seperti pada area fossa antecubiti dan menggunakan jarum

yang lebih besar.

Indikasi lain flebotomi adalah pengambilan darah vena untuk analisis gas

darah seperti yang biasa dilakukan pada pasien gagal napas. Pada umumnya,

sampel untuk analisis gas darah diambil dari arteri. Namun, dalam

kasus pungsi arteri tidak dapat dilakukan, maka flebotomi dapat dilakukan.

Sampel vena memiliki validitas yang cukup baik dalam menilai pH, PCO 2,

dan HCO3. Hasil dari pemeriksaan penunjang ini dapat memperlihatkan

kondisi ketidakseimbangan asam dan basa dalam tubuh.

2) Indikasi Terapeutik

Tidak hanya untuk penunjang diagnosis, flebotomi juga dapat dilakukan

sebagai penunjang terapi. Flebotomi dapat berfungsi untuk administrasi obat.

Administrasi obat secara intravena dapat menggunakan jarum suntik

atau winged needle (untuk mengadministrasikan obat melalui infus dalam

jangka pendek).

Selain itu, flebotomi merupakan tindakan terapeutik pada beberapa

penyakit seperti polisitemia vera, hemokromatosis, porphyria cutanea

tarda, sickle cell, dan non-alcoholic fatty liver disease dengan

hiperferitinemia. Pada penyakit-penyakit tersebut, flebotomi memungkinkan

pengeluaran sel darah merah dan besi serum berlebih, sehingga gejala dan

komplikasi penyakit dapat dikontrol

b. Kontra Indikasi

Walaupun flebotomi tergolong tindakan medis yang sederhana, terdapat

kontraindikasi yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan ini, antara

lain :
 Selulitis atau abses

 Fibrosis vena pada palpasi

 Hematoma

 Vascular shunt atau graft

 Terpasang akses vaskuler lainnya

 Pengambilan darah pada lengan yang sisinya sama dengan bagian masektomi

 Terdapat phlebitis atau trombosis vena

c. Komplikasi Pengambilan Darah Vena

1) HEMATOMA

Komplikasi minor yang paling sering terjadi setelah prosedur

phlebotomy adalah terbentuknya hematoma. Hematoma yang terbentuk

dibawah kulit terjadi akibat gagalnya penetrasi jarum ke dalam vena secara

sempurna, sehingga darah bocor ke jaringan sekitar area injeksi dan

menimbulkan pembengkakan. Hematoma dapat muncul selama atau setelah

prosedur phlebotomy. Jika komplikasi ini terjadi, lepaskan tourniket, tarik

jarum dan berikan penekanan pada daerah hematoma.

2) PHLEBITIS

Phlebitis merupakan peradangan yang terjadi pada lapisan intima

pembuluh darah. Phlebitis dapat terjdi akibat tindakan asepsis yang tidak

adekuat. Infeksi ini dapat di cegah dengan menerapkan teknik asepsis yang

baik dan mempertahankan kassa dan plester yang menutup area injeksi selama

mkinimal 15 menit.

3) HEMOKONSENTRASI

Hemokonsentrasi dapat terjadi akibat pemasangan torniket yang tgerlalu

lama. Akibatnya plasma akan keluar ke jaringan sekitar dan menyebabkan sel-
sel dalam darah terkonsentrasi. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan

jumlah sel darah merah, besi, dan kalsium. Melalui mekanisme ini, kadar

kalium dan asam laktat akan terlihat meningkat. Hal ini dapat di cegah dengan

melepaskan torniket secapatnya setelah darah mengalir ke dalam jarum suntik

atau tabung sampel.

4) SINKOP

Sinkop dapat dialami selama atau setelah prosedur berlangsung akibat

reaksi vasovagal . hal ini di sebabkan oleh penurunan tekanan darah secara

tiba – tiba. Selain itu reaksi vasovagal juga dapat menimbulkan bradikardia,

muntah, dan berkeringat. Reaksi ini dapat dipicu oleh kondisi psikologis

seperti ketakutan berlebih terhadap prolsedur.

5) CEDERA SARAF

Suatu komlpikasi phlebotomy yang jarang terjadi. Pasien dapat

merasakan nyeri dan sensasi seperti tersetrum listrik jika jarum mencedrai

saraf. Apabila ini terjadi, jarum harus segera ditarik dan phlebotomy harus

dihentikan. Pengambilan darah dapat dilakukan pada area yang berbeda atau

lengna yang berbeda.

5. Prosedur

a. Persiapan alat dan bahan :

1. Sarung tangan
2. Tourniquet
3. Alkohol swab
4. Alas
5. Spoit disposable
6. Kasa steril
7. Tabung sampel
8. Label untuk identitas
9. Formulir permintaan jenis tes

b. Prinsip pengambilan darah vena


1. Pertahankan sterilisasi
2. Pertahankan integritas kulit dan jaringan
3. Beberapa test memerlukan kondisi khusus untuk mendapatkan hasil yang
akurat, misal: puasa
4. Memilih pembuluh darah vena dengan tepat.
c. Standar Operasional Prosedur
No Tindakan Keperawatan Rasionalisasi
1. Mengidentifikasi klien. Mendapatkan data dasar mengenai
Mengecek nama, usia dan tanggal lahir atau kondisi pasien dan untuk mencegah
mengecek gelang dan berkas rekam medis pasien risiko kesalahan tindakan maupun
untuk memastikan ketepatan pasien pasien akibat kelalaian perawat

2. Perawat yang bertugas di ruang perawatan Mengecek instruksi kembali untuk


mengecek format permintaan pemeriksaan memastikan tidak adanya
laboratorium atau format transfusi darah, yang kesalahan
ditulis dan ditandatangani oleh dokter
penanggung jawab.
3. Mengucapkan salam terapeutik Perkenalan antara perawat dan
klien, bertujuan untuk dapat
terjalin kepercayaan antara klien
kepada perawat.

4. Melakukan persiapan pasien :


Untuk mengurangi kecemasan dan
Menjelasakan kepada pasien tindakan yang akan membantu kerjasama klien.
dilakukan serta meminta persetujuan pasien
tentang tindakan yang akan dilakukan.
5. Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) Memudahkan perawat apabila
ingin melakukan rencana tindakan
selanjutnya kepada klien.

6. Mencuci tangan Mencegah terjadinya infeksi silang

7. Mempersiapkan alat Mempermudah dalam proses


pengambilan sampel darah Vena

8. Perawat menggunakan gaun pelindung, memakai Mengurangi penyebaran


masker dan menggunakan sarung tangan mikroorganisme
9. Pasang tourniqet 5-15cm di atas vena yang akan Pemasangan torniqet akan
ditusuk meningkatkan tekanan vena
sehingga vena lebih mudah terlihat
dan mudah ditusuk

Dilakukan disinfeksi daerah pengambilan sampel Mencegah infeksi silang


darah sebelum dilakukan penusukan dalam
proses pengambilan sampel darah.
Tusukkan jarum dan tarik pendorong spoit Isap darah secara perlahan untuk
dengan perlahan untuk mengambil sample darah. mencegah terjadinya hemolisis dan
Lepaskan tourniket dan lepas jarum setelah kolaps pada vena
sample darah didapatkan.
10. Luka bekas pengambilan sampel dilakukan Mengurangi risiko kontaminasi
desinfeksi dan ditutup dengan plester steril dari lingkungan yang kotor dan
tetap mejaga kenyamanan pasien
11. Merapikan kembali peralatan

12. Mengevaluasi respon klien Mengetahui perasaan pasien


setelah dilakukan pengambilan
sampel darah

13. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

14. Sampel darah yang sudah diambil diberikan lebel Mencegah terjadinya darah tertukar
sesuai dengan identitas pasien, Nama, Rekam dengan pasien lainnya
medik dan Tanggal lahir.
15. Sampel darah yang telah diambil dimasukkan ke Untuk mengajukan surat
dalam plastik rekat bersama dengan pengantar permohonan uji laboratorium
pemeriksaan laboratorium
16. Sampel darah dikirim ke Laboratorium Patologi Bahan darah harus sampai di
Klinik/PK laboratorium sesegera mungkin
dengan penundaan minimal untuk
hasil yang optimal
17. Mencuci tangan Mencegah terjadinya penyebaran
mikroorganisme

18. Melakukan dokumentasi tindakan Sebagai pertangguang jawaban


atau bukti perawat telah
mealakukan tindakan.
ANALISIS VIDEO

Link Video : https://youtu.be/ITYCTbeSKiM

1. Kesenjangan antara teori dan video

Vena adalah pembuluh darah yang menghantar darah untuk menuju ke jantung.

Pembuluh vena terbentuk dari penyatuan kapiler. Dinding vena terdiri dari tiga lapisan

yaitu lapisan terluar terdiri atas jaringan ikat fibrus yang disebut tunika adventisia, lapisan

tengah berotot lebih tipis, lebih mudah kempes dan kurang elastis dari pada arteri, lapisan

dalam yang endothelial disebut dengan tunika intima. Prosedur pengambilan darah vena

menggunakan turniquet yang dimana tindakan ini biasa dilakukan dengan dua cara, yaitu

turniquet dilepaskan sesaat setelah darah masuk kedalam jarum spuit dan turniquet yang

dilepas pada saat darah telah masuk spuit atau darah yang didapatkan telah mencapai

jumlah yang diinginkan. Perlakuan dalam menentukan waktu pelepasan turniquet yang

diikatkan ke lengan berpengaruh kepada hasil pemeriksaan kadar kalium dalam sampel

serum darah yang mana jika turniquet yang diikatkan tidak dilepaskan atau dikendorkan

akan meningkatkan kadar kalium dalam serum. Selain itu, waktu pelepasan turniquet juga

dikaitkan dengan adanya perubahan hemorheologi yang berperan secara signifikan dalam

beberapa penyakit.

Pemeriksaan kadar kalium didalam darah tubuh berfungsi untuk mengetahui kadar

kalium yang ada di dalam tubuh. Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut

sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia.

Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat.

Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia jantung dan bila

terjadi konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan henti jantung. Oleh karena

itu pemeriksaan elektrolit darah terutama kalium sangat perlu dilakukan untuk memantau

kondisi atau keadaan keseimbangan asam basa dalam tubuh dan pemeriksaan.
Perfusi jaringan yang baik dapat terjadi hanya bila darah berada pada tingkat

tertentu. Perubahan sifat ini dikatakan berperan penting dalam proses terjadinya penyakit

yang dimana disebutkan perubahan hemorheologi memiliki peran yang sangat signifikan

dalam beberapa penyakit. Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu kondisi klinis

yang sering berhubungan dengan hemorheologi.

Pada video diatas dapat dilihat turniquet dilepas pada saat darah telah masuk spuit

atau darah yang didapatkan telah mencapai jumlah yang diinginkan. Sedangkan tindakan

tersebut tidak sesuai dengan teori yang telah dijelaskan diatas.

2. Analisa berdasarkan Evidence Based Practice

Pengambilan sampel darah vena dilakukan menggunakan turniquet yang bertujuan

untuk membantu dalam menentukan lokasi dan menentukan vena perifer dalam mencapai

pungsi vena yang berhasil dan aman. Meskipun penggunaan turniquet untuk venipuncture

digunakan secara luas oleh para medis dan laboratorium, akan tetapi sedikit yang

mengetahui efek dari aplikasi turniquet pada parameter laboratorium. Pengambilan darah

vena dengan penggunakan turniquet selama 30 detik dapat menyebabkan adanya

perubahan hemorheologi yang berperan penting dalam beberapa penyakit dimana terjadi

perubahan pembentukan sel darah merah, leukosit dan trombosit sehingga disarankan

penggunaan turniquet harus dihindari selama pengambilan darah untuk mengetahui

parameter hemorheologi. Akan tetapi, jika tidak memungkinkan prosedur harus

distandarisasi dan rincian metode pengambilan sampel harus dilaporkan (Cengiz M,

2009). Saat melakukan pengambilan darah vena dengan membiarkan turniquet dalam

waktu yang lama pada saat pemasangan juga dapat mengakibatkan hemo-konsentrasi dan

mempengaruhi hasil test. Turniquet harus dilepas segera setelah darah mengalir ke selang

pertama jika diaplikasikan untuk jangka waktu yang lama (lebih dari 1 menit), turniquet

menginduksi variasi komposisi darah yang substansial (Simundic, Ana Maria; Bolenius,
Karin; Cadamuro, Janne; Church, Stephen; Cornes, Michael P; Lases, Edmee ; Eker,

Pinar; Erdeljanovic, Tanja;, 2017). Semakin lama terjadi pembendungan turniquet

dilengan akan mengakibatkan semakin tingginya kadar kalium dalam darah. Hal ini

dkarenakan semakin banyak cairan ekstraseluler yang masuk ke dalam serum yang

memungkinkan semakin tingginya kadar kalium dalam darah (Armal, Hadits Lissentiya;

Khasanah, Heti Rais; Marlina, Leni;, 2019).


Daftar Pustaka

Armal, Hadits Lissentiya; Khasanah, Heti Rais; Marlina, Leni;. (2019). Pengaruh Waktu
Pelepasan Tourniquet Terhadap Kadar Kalium Pada Pengambilan Darah Vena.
Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, 13.
Astari, R., & Triana, W. (2018). Kamus Kesehatan Indonesia-Arab. Yogyakarta: Trussmedia
Grafika.

Astuti, Dyah Dwi, Yeni Rustina, and Fajar Tri Waluyanti. "“Empeng” Efektif Pengambilan
Darah Vena." Jurnal Keperawatan Indonesia 19.2 (2016): 78-84
Barret, K., Brooks, H., Barman, S., & Boitano, S. (2010). Ganong’s Review of Medical
Physiologi 23rd edition. United States: The Mc-Graw Hill Companies.
Cengiz M, Ulker P, Meiselman HJ, Baskurt OK (2009). Influence of Tourniquet Application
on Venous Blood Sampling for Serum Chemistry, Hematological Parameters, Leukocyte
Activation and Erythrocyte Mechanical Properties. Clin Chem Lab Med, 47 (6):769-
776.
Chandra, Parakrama; Taylor, Clive R, 2005, Ringkasan Patologi Anantomi, Edisi 1,
diterjemahkan oleh Soedoko, Roem, EGC, Jakarta.
Cunha, M. L. da R., Brandi, S., Bonfim, G. F. T., Severino, K. G., Almeida, G. C. de F.,
Campos, P. C., & Toyama, A. de M. (2018). Application program to prepare
child/family for venipuncture: experience report. Revista Brasileira de Enfermagem,
71(suppl 3), 1474–1478. https://doi.org/10.1590/0034-7167-2017-0386

Freund, Mathias, 2013, Hecker Atlas Hematologi, diterjemahkan oleh Dany Frans, EGC,
Jakarta.

Iskandar. (2015). Pengambilan Sampel Darah. Semarang: Universitas Muhammadiyah


Semarang
Kahar, H., Widyastuti, R., & Tunjung, E. (2019). Laboratium patologi klinik fakultas ilmu
kesehatan universitas muhammadiyah surabaya 2019. Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Simundic, Ana Maria; Bolenius, Karin; Cadamuro, Janne; Church, Stephen; Cornes, Michael
P; Lases, Edmee ; Eker, Pinar; Erdeljanovic, Tanja;. (2017). EFLM Recommendation
for venous bood sampling. Europian Federation Of Clinical Chemistry And Laboratory
Medicine, 1.
Tim Penyusun SOP Keperawatan RS Wahidin Sudirohusodo. (2019). Standar operasional
prosedur keperawatan. Makassar: PT.Isam Cahaya Indonesia

Anda mungkin juga menyukai