Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor adalah proliferasi sel yang abnormal tanpa terkendali dan bisa

merupakan kelainan yang benigna atau maligna. (Brooker C. , 2001). Tumor dapat

terjadi di semua sistem dalam tubuh, misalnya sistem pencernaan, sistem

pernafasan, sistem perkemihan, sistem pengindraan dan berbagai sistem lainnya.

Sitstem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan

melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme dalam tubuh. Tumor merupakan

salah satu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada organ sistem perkemihan,

misalnya tumor ginjal dan tumor vessika urinaria.

Tumor ginjal ada dua yaitu tumor ginjal padat jinak dan tumor ginjal ganas.

Tumor ginjal padat ialah adenoma, onkositoma, leiomioma, lipoma, hemangioma,

dan hamartoma. Sedangkan tumor ginjal ganas biasanya berupa tumor padat yang

berasal dari urotelium, yaitu karsinoma sel transional atau yang berasal dari sel

epitel ginjal (Sjamsuhidajat, 2004).

Tumor renal karsinoma maligna terutama adenocarcinoma menduduki 2%

dari semua kanker. Tumor renal maligna yang kecil (adenoma) bisa  timbul tanpa

membawa kerusakan yang jelas atau menimbulkan berbagai gejala. Carcinoma sel-

sel ginjal jarang timbul sebelum orang berusia 40 tahun, lebih sering berjangkit pada
usia 50 tahun samapi 70 tahun, terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita

(Admin, 2011)

Selain tumor ginjal yang berbahaya pada sistem perkemihan, tumor vessika

urinaria juga merupakan tumor yang paling sering dijangkiti kanker dari alat

perkemihan. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria

dibandingkan dengan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-

kira 25% pasien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.

(Admin, 2011).

Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat

lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi

yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia

betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan merokok.

Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma

maligna yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena

saluran kemih dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma,

karena itu setiap papiloma dari kandung kemih dianggap pramalignansi dan

diangkat bila diketahui.

Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk.

Neoplasma yang lain adalah adenocarcinoma. (Admin, 2011). Maka dari itu

perlunya kita untuk menjaga kesehatan dalam organ perkemihan kita agar terhindar

dari penyakit atau gangguan pada sistem perkemihan.


B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan: tumor ginjal

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum              

Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem perkemihan : tumor ginjal dan tumor vessika urinaria

2. Tujuan Khusus

          Tujuan khusus dalam makalah ini, adalah mahasiswa mengetahui:

a. Pengertian tumor ginjal

b. Etiologi tumor ginjal.

c. Patofisiologi dan patoflow tumor ginjal

d. Manifestasi klinis tumor ginjal.

e. Komplikasi tumor ginjal

f. Diagnose banding tumor ginjal

g. Pemeriksaan penunjang tumor ginjal

h. Penatalaksanaan tumor ginjal.


BAB II

KONSEP MEDIS

A. Tumor Ginjal

1. Pengertian

Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transmformasi dan tumbuh

secara autosom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini

berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya (Sjamsuhidajat R, 2004).

Tumor adalah proliferasi sel yang abnormal tanpa terkendali dan bisa

merupakan kelainan yang benigna atau maligna. (Brooker C. , 2001) Tumor

ginjal terbagi menjadi 2 , yaitu tumor ginjal padat jinak dan tumor ginjal ganas.

Tumor ginjal padat jinak ialah adenoma, onkositoma, leiomioma, lipoma,

hemangioma, hamartoma. Sedangkan Tumor ginjal ganas biasanya berupa

tumar padat yang berasal dari urotelium yaitu karsinoma , sel transional , atau

yang berasal dari sel epitel ginjal (Sjamsuhidajat R, 2004).

2. Etiologi

Menurut Muttaqin dan Sari (2011) penyebab pasti masih belum

diketahui, tetapi ada beberapa faktor lingkungan dan genetik yg menjadi

predisposisi terbetuknya karsinoma sel ginjal, meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Merokok

b. Obesitas. Menjadi faktor risiko, terutama pada wanita, berat badan yang

meningkat memiliki hubungan liner  dengan meningkat kan risiko

c. Hipertensi. Dikaitkan dengan peningkatan insiden carcinoma sel ginjal


d. Penyakit kritis ginjal pada pasien yang menjalani dialisis ginjal jangka

panjang. Hal ini predisposisi untuk kanker sel ginjal

e. Transplantasi ginjal. Predisposisi pada penerima transplantasi ginjal

f. Penyakit sindrom von Hippel-Lindau (VHL) merupakan penyakit bawaan

terkait dengan karsinoma ginjal

3. Patofisiologi

Tumor ini berasal dari sel tubulus ginjal yang dapat dimulai dari korteks

maupun daerah medulla. Tumor dari daerah korteks cenderung meluas kedarah

sekitar ginjal. Tumor ini mempunyai pseudo kapsul yang terdiri dari jaringan

parenkim yang tertekan serta jaringan fibrous dan sel-sel inflamasi.

Infiltrasi tumor ke daerah luar menyebabkan tonjolan yang dapat

digunakan sebagai tanda diagnostik pada pemeriksaan USG atau CT scan.

Ukuran sangat bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran 8-9

cm. Secara makroskopik akan terlihat pewarnaan kekuningan atau orange oleh

karena mengandung banyak lemak. Permukaan tumor yang lebih kecil tampak

homogen sedang yang besar biasanya disertai kista sekunder di dalamnya

dengan daerah perdarahan dan daerah nekrosis serta kadang ditemukan

kalsifikasi didaerah perifer. (Afif, 2011)

Salah satu penyebab utama tumor ginjal adalah merokok, karena didalam

rokok terdapat zat karsinogen. Karsinogen itu akan menyebabkan kerusakan

sistem pada DNA atau mutasi DNA yang ada pada inti sel. Unit fungsional

DNA disebut gen yang terkenal sebagai pembawa sifat keturunan. Sebenarnya
fungsi DNA ini adalah pengatur semua kehidupan sel. DNA yang menentukan

struktur dan fungsi sel juga pembelahannya. Kerusakan-kerusakan sistem pada

DNA akan diperbaiki oleh yang namanya DNA repair mechanism, bila repair

ini gagal maka sel akan mengalami Apoptosis. Apoptosis ini adalah kematian sel

dengan cara bunuh diri akibat terpapar asap rokok. (Erna. 2008)

Mutasi ini dapat mengaktivasi gen-gen yang diberi nama oncogenes

(dinamakan demikian karena aktivasi berlebihan dari gen ini menyebabkan sel

akan terus membelah dan menjadi kanker) seperti gen RAS atau menginkativasi

tumoursuppressor genes (gen yang menekan timbulnya tumor jadi kerjanya

berlawanan dengan oncogene). Nah banyak bukti telah didapatkan bahwa

carcinogen dapat secara langsung bereaksi dan menyebabkan perubahan pada

RAS. (Erna. 2008)

Karena oncogen seperti RAS teraktivasi akhirnya sel-sel jadi membelah

gak karu-karuan, dan membentuk sel-sel dengan struktur yang lebih primitif,

semaunya sendiri (otonom), tidak mematuhi aturan-aturan yang berlaku secara

alami, bahkan dengan gampang terlepas. Sel-sel yang terlepas paling sering

masuk aliran limfe dalam pembuluh limfe, juga darah dan kemudian bila dia

berhenti pada suatu tempat dia akan berkembang biak disitu menimbulkan yang

disebut dengan anak sebar (metastases). (Erna. 2008)


4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejalanya menurut Nursalam, 2008 yaitu:

Tumor tanpa disertai gejala dan ditemukan pada pemeriksaan fisik secara

teratur. Saat melakukan palpasi ditemukan massa di daerah abdomen.

a. Lemah, anemia, BB menurun, dan demam akibat efek sistemik kanker

ginjal.

b. Classical triad (gejala lambat).

c. Hematuria : intermitten atau terus – menerus pada pemeriksaan   

mikroskopis dan kasat mata.

d. Nyeri pinggul : distensi kapsul ginjal dan invasi sekitar struktur ginjal.

5. Komplikasi

Metastase yang luas ke berbagai organ (Nursalam, 2008)

6. Diagnosa Banding

Menurut (Sjamsuhidajat,2004) diagnosa banding tumor ginjal adalah:

a. Tumor jinak ginjal: pembesaran ginjal karna hidronefrosis bilateral dengan

tanda gagal ginjal dapat mirip dengan ginjal  polikistik, tetapi pada

pemeriksaan ultrasonografi dapat dibedakan dengan mudah.

b. Tumor ganas ginjal: Diagnosa banding meliputi hidronefrosis, kista ginjal.

c. neurobllastoma intrarenal. Pada neurostoma, yang juga biasanya ditemukan

juga pada anak, tidak kelihat kelainan bentuk pielum dan kaliks pada

pielogram intravena, dan kadar ketekolami meninggi


7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nursalam , 2008:

a. USG membantu membedakan kista dari tumor ginjal dan digunakan sebagai

komplemen untuk IVP

b. MRI bermanfaat sebagai  mendeteksi , kategori dan tahap massa ginjal

( bentuk , berat , kondisi)

Menurut Sjamsuhidajat (2004)

a. Pemeriksaan urin biasanya menunjukan proteinuria, hematuria,

leukosituria,dan kadang bakteriuria

b. Pemeriksaan darah menunjukan uremi, anemia, karna hematuria kronik

c. Foto polos perut dan pielografi biasanya ditemukan pembesaran bayangan

ginjal dan pendesakan sistem pelviokalis sehingga bentuk kaliks menjadi

mendatar dan influndibulum seperti memanjang.

8. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan

komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi

pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat

diharapkan hasil yang memuaskan.Jika secara klinis tumor masih berada dalam

stadium dini dan ginjal disebelah kontra lateral normal, dilakukan nefrektomi

radikal.
a. Pembedahan,

nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan

belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe

retroperitoneall total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah

hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu

diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup

tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut

harus diangkat.

b. Radioterapi

tumor Wilms di kenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi

dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung,

hati dan paru.Karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan

tumor yang termasuk golongan patologi prognosis buruk atau stadium III

dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga di berikan

radioterapi.Radioterapi dapat juga di gunakan untuk metastase ke paru, otak,

hepar serta tulang.

c. Kemoterapi

Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi.

Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang

berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping

yang rendah terhadap sel yang normal.Terapi sitostatika dapat diberikan pra

maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang
mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi,

tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko rupture

intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih mudah di reseksi

total.

Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan

tumor Wilms, yaitu : Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan

Siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa

DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya

sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak

terjadi. (Gitayulia, 2011)


BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Meliputi dampak gangguan terhadap pasien, menjaga kesehatan pasien secara

umum, melaksanakan Activity Daily Living secara mandiri, penanganan modalitas

pengobatannya. Homeostatik sistemik dipastikan baik, asupan nutrisi yang optimal,

pencegahan komplikasi immobilitas.

1. Anamnesis

a. Keluhan Utama

1) Keadaan Umum

Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran

kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.

2) Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan:

a) Tekanan darah: pada tumor yang telah lanjut, awitan nyeri yang

timbul dapat meningkatkan tekanan darah (>120/80 mmHg).

b) Pulse rate: biasanya meningkat akibat nyeri yang dirasakan (di

atas 100x/menit pada orang dewasa, dan di atas 120x/menit pada

anak kecil).
c) Respiratory rate: biasanya meningkat (di atas 20x/menit), perubahan

RR dapat terjadi jika adanya metastase sel tumor yang mencapai

paru-paru.

d) Suhu: biasanya normal (36-37,5°C), dapat terjadi peningkatan suhu

yang mengindikasikan terjadinya infeksi sistemik.

3) Riwayat penyakit sebelumnya

Ditanyakan sebelumnya apakah klien pernah menderita tumor atau

keganasan lainnya. Ditanyakan apakah pasanganya menderita Ca servix

karena dapat menjadi risiko untuk meningkatkan kejadian tumor ginjal

4) Anamnesa dan observasi

a) Aktivitas dan istirahat

- Klien mengatakan mengalami nyeri sehingga mengganggu

aktivitasnya.

- Klien tampak meringis ketika menggerakkan tubuhnya (daerah

perineal sampai ke paha).

- Klien mengatakan mengalami kelemahan dan/keletihan.

- Klien tampak lemah.

- Klien mengatakan apabila merasa nyeri istirahatnya menjadi

sedikit terganggu.

- Klien mengatakan aktivitas di luar rumah berkurang karena klien

merasa malu dengan penyakitnya.


b) Sirkulasi

- Tekanan darah dapat meningkat (>120/80 mmHg) akibat nyeri

yang dirasakan.

- Takikardi.

- Akral dingin.

- Klien dapat mengalami perdarahan akibat tumor ginjal

- Terjadi peningkatan leukosit (leukositosis)

c) Integritas ego

- Masalah tentang perubahan dalam penampilan dan kondisi fisik.

- Menyangkal, menarik diri.

d) Eliminasi

- Klien bisa mengalami gangguan eliminasi seperti nyeri berkemih

dan kesulitan dalam berkemih. Peningkatan kadar ureum dan

kreatinin

e) Makan/cairan

- Nafsu makan klien dapat normal atau berkurang terkait

psikologis klien, dan perkembangan tumor.

- Berat badan klien menurun.

- Kadar albumin klien menurun (<3,4 g/dL).

f) Sensori/neural

- Klien tidak mengalami gangguan neural, persepsi, maupun

sensori.
g) Nyeri

 Provoking Incident : pencetus atau penyebab nyeri

 Quality of Pain : rasa nyeri atau gambaran nyeri yang dirasakan

 Region : menentukan lokasi atau area nyeri dan penyebarannya

 Severity (Scale) : seberapa sakit nyeri yang dirasakan

 Time : kapan nyeri timbul

h) Respirasi

- Tidak adanya sesak

- Tidak tampak adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan.

- Frekuensi pernapasan klien normal/meningkat.

i) Keamanan

- Klien mengatakan cemas.

- Klien mengatakan merasa malu terhadap penyakitnya.

j) Seksualitas

- Klien mengatakan mengalami masalah seksual dalam melakukan

coitus karena penyakit yang dideritanya.

k) Interaksi sosial

- Klien mengalami masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran

dalam memenuhi kebutuhan biologis (seksualitas) dengan

pasangannya.
l) Bio-psiko-sosio-spiritual

Meliputi dimensi yang memungkinkan didapatkannya data tentang

persepsi, status emosi, kognitif dan perilaku pasien. Pengkajian

dilakukan dengan memasukkan unsure penampilan, perilaku,afek,

suasana hati dan kognitif. Tingkat kesadaran, penggunaan bahasa,

memori dan tingkat pengetahuan pasien dan keluarga juga

merupakan hal yang harus dikaji.

5) Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi :

- Tampak adanya bengkak pada daerah punggung

- Tampak adanya perubahan warna urine

- Tampak adanya tonjolan massa, ulceration, suppuration, atau

perdarahan (hemorrhage) karena nodal metastases.

- Klien tampak meringis akibat nyeri

- Apabila tumor sampai metastase jauh maka klien tampak kurus

dan lemah.

b. Palpasi :

- Adanya massa pada daerah region abdomen kiri

6) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium:

a. Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan kimia

dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function tests), dan
penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal, sangat

membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga.

b. Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis, dengan leukocytosis dan

hypoalbuminemia.

c. Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan penyebaran

(absence of metastases).

Prosedur diagnostik:

a. Biopsi

Biopsi diperlukan untuk menentukan perluasan tumor sehingga dapat

direncanakan pengobatannya. Biopsi adalah pengangkatan dalam jumlah

kecil jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop.

b. Imaging Modalitas

Direkomendasikan untuk:

 Mengetahui staging dari penyakit

 Untuk menentukan tindak lanjut pasien

 Untuk menilai penyebaran (metastase) sel tumor

c. USG

USG dilakukan untuk:

 Menilai keadaan, luas dan resectability tumor

 Penilaian terhadap kelenjar getah bening.

 Mendeteksi adanya metastase


d. CT SCAN

CT SCAN dilakukan untuk:

 Penilaian kelenjar getah bening

 Limited utilitas di lesi primer

e. MRI

Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI

menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar

rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh darah

pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.

f. Tomography Emisi Positron (PET) scan

PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam

tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Zat

ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang menggunakan energi.

Karena kanker cenderung untuk menggunakan energi secara aktif, menyerap

lebih dari zat radioaktif. Scanner kemudian mendeteksi zat ini untuk

menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh.


Zat kimia
B. Penyimpangan KDM
Karsinogen
Riwayat keluarga Radiasi sinar X Menekan fungsi superoksida katalase superoksida di Trauma ginjal
mutase sel
Genom sel kanker, genotip Menghancurkan untaian Mitosis sel u/ mengganti sel rusak
menurun kualitas DNA Gangguan permeabilitas membrane sel
Trauma ginjal berulang
antionkogen & hipaktivitas
onkogen Gen Ca melekat di MRNA sel
Trauma ginjal berulang
Mengganggu system DNA dikorteks saat bermitosis

Genotip diturunkan Mutasi gen


kegenerasi selanjutnya
Karsinoma sel korteks ginjal

Sel membentuk, jaringan vaskularisasi yang rapuh

Beresiko rupture jika tegangan didinding vascular tinggi

Rupture nefron

Hematuri
Kehilangan eritrosit
Penurunan HB
Penurunan metabolism
Kelemahan umum
Pusing, bila beraktivitas
Intoleransi aktivitas
C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan ruang ketiga.

2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan

penurunan intake.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan

4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam kehidupan

D. Rencana Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan ruang ketiga.

Tujuan :
1. Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan atau akumulasi
cairan yang ditujukan pasien minimum
2. Pasien mendapat volume cairan yang tepat
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein

dan penurunan intake.

Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi


Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output makanan Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
secara akurat
2. Kaji adanya tanda-tanda Gangguan nutrisi dapat terjadi secara
perubahan nutrisi : Anoreksi, berlahan. Diare sebagai reaksi oedema
Letargi, hipoproteinemia. intestine dapat memperburuk status
nutrisi
3. Beri diet yang bergizi Mencegah status nutrisi menjadi lebih
buruk
4. Beri makanan dalam porsi kecil Membantu dalam proses metabolisme.
tapi sering
5. Beri suplemen vitamin dan besi
sesuai instruksi

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditujukan
pasien minimum atau tidak ada
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam Bukti fisik defisit cairan.
2. Laporkan adanya penyimpangan Sehingga pengobatan segra dilakukan
dari normal
3. Berikan albumin bergaram rendah Meningkatkan tekanan osmotik koloid
sesui indikasi sehingga mempertahangkan cairan
dalam vaskuler

4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia

Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima anak.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri Menentukan tindakan selanjutnya
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri Sebagai analgesik tambahan
nonfarmakologis
3. Berikan analgesik sesuai Mengurangi rasa sakit
ketentuan
4. berikan obat dengan jadwal Untuk mencegah kambuhnya nyeri
preventif
5. hindari aspirin atau senyawanya Karena aspirin meningkatkan
kecenderungan pendarahan

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut


Intervensi Rasional
1. Pertahangkan tirah baring bilah Mengurangi pengeluaran energi.
terjadi edema berat
2. seimbangkan istrahat dan aktivitas Mengurangi kelelahan pada pasien
bila ambulasi
3. intrusikan pada anak untuk Untuk mmenghemat energi
istrahat bila ia merasa lelah

6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam kehidupan

Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang prosedur


diagnostik/terapi
Intervensi Rasional
1. Jelaskan alasan setiap tes dan Memberikan pengertian pada keluarga
prosedur
2. Jelaskan prosedur operatif dengan Memberikan pengetahuan pada
jujur keluarga
3. Jelaskan tentang proses penyakit Memberikan pengetahuan pada
keluarga
4. Bantu keluarga merencanakan Meringangkan beban pada keluarganya
masa depan khususnya dalam
membatu anak menjalani
kehidupan yang normal

Anda mungkin juga menyukai