Anda di halaman 1dari 80

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES BAWANG MERAH

TERHADAP PENURUNAN DEMAM PADA BALITA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAJITU TAHUN 2022

Oleh :

YETTI INDRIANI. M
NPM : 2020206203344P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022
PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES BAWANG MERAH
TERHADAP PENURUNAN DEMAM PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAJITU TAHUN 2022

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


sarjana keperawatan

Oleh :

YETTI INDRIANI. M
NPM : 2020206203344P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022

ii
PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES BAWANG MERAH TERHADAP
PENURUNAN DEMAM PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAWAJITU TAHUN 2022

Nama : Yetti Indriani. M

ABSTRAK

Kata kunci :
Referensi :

iii
ONION COMPRESSES EFFECT AGAINST A FEVER DECREASED IN
TODDLER AT PUSKESMAS RAWAJITU TIMUR 2022

Name : Yetti Indriani. M

ABSTRACT

Keyword :
Reference :

iv
HALAMAN PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES BAWANG MERAH TERHADAP


PENURUNAN DEMAM PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAWAJITU TAHUN 2022

Oleh :

YETTI INDRIANI. M
NPM : 2020206203344P

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Siti Indarti, S.Kep.,M.Kes Ns. Arena Lestari, M.Kep., Sp.Kep.J


NBM. 961835 NBM. 965246

Ketua Program Studi

Ns. Rita Sari, M.Kep.


NBM. 927021

v
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES BAWANG MERAH TERHADAP


PENURUNAN DEMAM PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAWAJITU TAHUN 2022

1. Tim Penguji

Ketua : ……………………..

Sekretaris : ……………………..

Anggota : ……………………..

2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UMPRI

Elmi Nuryati, SKM.,M.Epid


NBM. 927024

Tanggal Lulus Ujian : …………………………..

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah


Pringsewu Lampung, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Yetti Indriani. M
NPM : 2020206203344P
Fakultas : Fakultas Ilmu Kesehatan
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan
kepada Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti
rugi berupa materi atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan demam pada


balita di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu tahun 2022

Dengan pernyataan ini Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung berhak


menyimpan, mengalihmediakan dalam bentuk format yang lain, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik hak atas karya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di :
Pada tanggal :

Yang menyatakan

Yetti Indriani. M.

vii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:


1. Ibunda dan Ayahanda yang selalu menyayangi, membimbing, dan
mendoakan untuk keberhasilan dalam studi anaknya.
2. Kakakku, adak-adikku dan saudara-saudaraku yang selalu menanti dan siap
menerima keberhasilan studiku
3. Rekan-rekan mahasiswi seperjuangan yang selalu membantu dan memberikan
motivasi kepada penulis
4. Almamater Fakultas Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang sangat
penulis cintai

viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Yetti Indriani. M. lahir didesa Podosari pada tanggal 13 Juli 2003, anak pertama
dari pasangan Bapak Rizal Ardianto dan Ibu Reyna Fatimah.
Pendidikan yang pernah ditempuh:
1. SD Negeri 1 Podosari lulus pada tahun 2010
2. SMP Negeri 1 Podosari lulus pada tahun 2013
3. SMK Negeri 1 Podosari lulus pada tahun 2016
4. Pada tahun 2016 hingga tahun 2020 tercatat sebagai Mahasiswi Program
Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Semasa menjalani pendidikan dibangku sekolah lanjutan tingkat pertama penulis
aktif diberbagai kegiatan, antara lain, ketua OSIS dari tahun 2014 sampai dengan
2015 serta sebagai Pradana (PRAMUKA) dari tahun 2016 sampai dengan 2018.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh
pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan demam pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Rawajitu tahun 2022”. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. H. Wanawir AM., MM., M.Pd., selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
2. Elmi Nuryati, M.Epid, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhamadiyah Pringsewu Lampung.
3. Ns. Rita Sari, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Universitas Muhamadiyah Pringsewu
4. Ns. Siti Indarti, S.Kep., M.Kes. selaku pembimbing I pembuatan proposal
yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan serta dukungan agar tugas ini
dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ns. Arena Lestari, M.Kep, Sp.Kep.J., selaku pembimbing II dalam penulisan
proposal ini
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Peneliti berharap skripsi ini bermanfaat di kemudian hari dan semoga Allah SWT
senantiasa melindungi kita semua.

Pringsewu, Juni 2022

Penulis

Yetti Indriyani

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN …………………………………….. i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ……………………. ii
ABSTRAK …………………………………………………………... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN ………………………. v
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN ……………………….. vi
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ………………………… vii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………….. viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ……………………………………… ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………. x
DAFTAR ISI ………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………….…………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………. 5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….. 5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Demam ….…..……………………………………………...... 7
B. Kompres ……………………..………………………………. 13
C. Balita ………………………………………………………..... 22
D. Kerangka Teori …….………………………………………… 31
E. Kerangka Konsep……………………..……………………… 31
F. Hipotesis Penelitian ……………………………………….…. 32

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian …………………………………………….. 33
B. Variabel Penelitian …………………………………………... 33
C. Definisi Operasional …………………………………………. 34
D. Populasi dan Sampel ………………………………………… 35
E. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………….. 36
F. Etika Penelitian ………………………………………………. 37
G. Instrumen dan Pengumpulan Data …………………………… 39
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ……………………….. 39
I. Jalannya Penelitian ………………………………………..…. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………….…. 45
B. Pembahasan …..…………………………………………….. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

xi
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 54
B. Saran …………………………………………………..……. 54

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Definisi Operasional …………………………………………………….. 34

Tabel 4.1 Nilai mean median usia anak responden diwilayah kerja 45
Puskesmas Rawajitu Timur Tahun 2022 ……………………………..

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin anak di 46


Puskesmas Rawajitu Timur Tahun 2022 ………………………………

Tabel 4.3 Rata-rata subu tubuh balita sebelum diberikan kompres 46


bawang merah saat demam di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu Timur
Tahun 2022 ……………………………………………………………..

Tabel 4.4 Rata-rata suhu tubuh balita sebelum diberikan kompres 47


bawang merah saat demam di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu Timur
Tahun 2022 ……………………………………………………………..

Tabel 4.5 Perbedaan rata-rata suhu tubuh balita demam sebelum dan 47
setelah dilakukan kompres bawang merah di wilayah kerja Puskesmas
Rawajitu Timur Tahun 2022 …………………………………………….

xiii
DAFTAR GAMBAR

Kerangka Teori …………………………………………………………… 31


Kerangka Konsep ………………………………………………………….31

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Consent


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Lolos Kaji Etik
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 : Lembar Konsul
Lampiran 7 : Hasil Pengolahan Data

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam merupakan suatu keadaan peningkatan suhu tubuh diatas normal.

Demam juga merupakan salah satu tanda bahwa didalam tubuh seseorang

sedang mengalami gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Demam dapat

dialami oleh setiap orang. Pada anak sebagian besar demam akibat dari

perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di dalam hipotalamus. Demam

juga berperan dalam meningkatkan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam

membantu pemulihan atau pertahanan tubuh terhadap infeksi (Sodikin, 2012).

Berdasarkan World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah

kasus deman di seluruh dunia mencapai 16 - 33 juta 500 – 600 ribu kematian

tiap tahunya (Setyowati, 2013). Data kunjungan ke fasilitas kesehatan

pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena

menderita demam. Di Indonesia dilaporkan bahwa angka kejadian demam 3-

5% dari anak berusia 6 bulan-5 tahun pada tahun 2017-2018, angka tersebut

bertambah menjadi 6% pada taun 2019 (Sulistyowati, 2019). Data dari Dinas

Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2018 menyebutkan bahwa demam pada

anak usia 1-14 tahun mencapai 4.074 anak dengan klasifikasi 1.837 (45%)

pada usia 1-4 tahun, 1.192 anak (29,25%) pada usia 5-9 tahun dan 1.045 anak

(25,65%) pada usia 10-14 tahun. Berdasarkan survey pendahuluan di

Puskesmas Rawajitu, pada bulan Januari-November 2021 angka kejadian

demam pada anak sebanyak 102 pasien.

1
2

Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang

berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila

tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam

dapat membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan

tepat akan menimbulkan komplikasi lain seperti, hipertermi, kejang dan

penurunan kesadaran (Maharani, 2011). Manajemen penanganan demam

oleh ibu menjadi sesuatu yang penting untuk dipahami dalam mengatasi

kejadian demam pada anak, manajemen penanganan ibu yang dapat

dilakukan dirumah yaitu dengan self management.

Penanganan secara self management merupakan penanganan demam yang

dapat dilakukan sendiri oleh ibu tanpa menggunakan jasa tenaga kesehatan.

Penanganan self management yang dapat dilakukan yaitu dengan terapi fisik,

terapi obat ataupun kombinasi keduanya. Bentuk terapi fisik yang dapat

dilakukan adalah pemberian cairan yang banyak disesuaikan dengan

kebutuhan cairan menurut umur, mengusahakan untuk tidur dan istirahat

dengan cukup, menggunakan pakaian yang tipis yang dapat menyerap

keringat, memberikan aliran udara atau pertahankan sirkulasi ruangan yang

baik juga memberikan kompres (IDAI, 2014). Selain itu Terdapat beberapa

cara untuk menurunkan atau mengendalikan demam pada anak yaitu dengan

cara farmakologi (antipiretik) serta nonfarmakologi (Tiara, 2017). Beberapa

orang tua bila mendapati suhu tubuh anaknya diatas normal langsung

memberikan obat antipiretik yang berbahan dasar kimia seperti golongan


3

paracetamol, asam siliat, ibuprofen, dan lain-lain. Namun penggunaan

antipiretik memiliki efek samping yaitu spasme bronkus, peredaran saluran

cerna, penurunan fungsi ginjal serta menghalangi supresi respons antibodi

serum (Arisandi & Andriani, 2012). Penanganan demam menggunakan

metode nonfarmakologi ada beberapa metode yaitu kompres hangat yang

sudah sering dilakukan pada orang tua sebagai terapi pendukung untuk

menurunkan demam pada anak (Susanti, 2012). Metode kompres tepid

sponge juga efektif untuk menurunkan demam pada anak (Hamid, 2011).

Kemudian penggunaan obat tradisional yaitu menggunakan kompres bawang

merah untuk menurunkan demam pada anak (Christianto, 2012). Bawang

merah ini yang sudah turun temurun telah diwariskan dan sudah diuji

keefektifannya yaitu kompres menggunakan bawang merah (Allium Cepa

var. Ascalonicum) (Cahyaningrum & Putri, 2017).

Bawang merah merupakan obat tradisional yang mudah didapatkan karena

jumlahnya yang melimpah (Utami & Mardiana, 2013). Bawang merah

mengandung senyawa sulfur organic yaitu Allylcyteine sulfoxide (Allin).

Dalam bawang merah terdapat kandungan minyak atsiri yang berfungsi

memperlancar peredaran darah. Sedangkan kandungan lain dari bawang

merah yang dapat menurunkan suhu tubuh yaitu florogusin, sikloaliin,

metialiin, dan kamferol. Penggunaan kompres bawang merah tidak memiliki

efek samping yang membahayakan jika dilakukan dan diberikan sesuai

dengan aturan yang ada (Tiara, 2017).


4

Penelitian yang dilakukan oleh Medhyana dan Putri (2020) menyatakan

bahwa dari 22 orang responden, didapatkan rerata suhu tubuh sebelum

dilakukan kompres bawang merah. Hasil uji statistik didapatkan p value

0,000 artinya adanya pengaruh kompres bawang merah terhadap penurunan

suhu tubuh bayi saat demam pasca imunisasi di wilayah kerja Polindes Pagar

Ayu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hayuni (2017) menunjukkan suhu

tubuh sebelum perlakuan rata-rata responden memiliki suhu tubuh 37,8 –

39,40C. Hasil uji Wilcoxon didapatkan bahwa nilai p value 0,0001 lebih kecil

dari nilai (p < 0,05). Sehingga dapat disumpulkan pemberian kompres

bawang merah efektif terhadap penurunan suhu tubuh anak.

Menurunkan demam pada anak dengan menggunakan metode kompres

bawang merah merupakan tindakan dan sebagai upaya untuk mencegah

berlanjutnya suatu gejala penyakit yang dialami balita. Berdasarkan survey

pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara pada lima orang warga di

wilayah kerja Puskesmas Rawajitu, didapatkan hasil bahwa ketika anak

mereka mengalami demam, hanya satu orang yang pernah mengompres

anaknya dengan menggunakan bawang merah, mereka cenderung

memberikan obat penurun panas, menurut para orang tua tersebut

menggunakan bawang merah membuat mata menjadi terasa perih. Dari

fenomena diatas penelti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pemberian

kompres bawang merah terhadap penurunan demam pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Rawajitu.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh pemberian kompres

bawang merah terhadap penurunan demam pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Rawajitu tahun 2022 ?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap

penurunan demam pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin) di wilayah

kerja Puskesmas Rawajitu.

b. Diketahui rata-rata suhu tubuh responden sebelum diberikan kompres

bawang merah di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu.

c. Diketahui rata-rata suhu tubuh responden setelah diberikan kompres

bawang merah di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu.

d. Diketahui pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap

penurunan demam pada responden di wilayah kerja Puskesmas

Rawajitu.
6

D. Manfaat Penelitian

1. Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi

orang tua yang memiliki anak balita yang sedang demam untuk dapat

memberikan kompres bawang merah sebagai penanganan

nonfarmakologik sebelum membawa ke fasilitas pelayanan kesehatan

sebagai upaya mandiri awal menurunkan demam pada anaknya.

2. Institusi

Peneltian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan tambahan

materi untuk pemberlajaran khususnya asuhan keperawatan anak dengan

demam, dan hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan

pemberian intervensi kompres bawang merah pada balita yang mengalami

demam.

3. Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber acuan ilmiah untuk penelitian

berikutnya dan dapat dikembangkan menjadi penelitian lain terkait

dengan penatalaksanaan demam pada balita secara mandiri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam

1. Pengertian

Demam adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal

tubuh (SDKI, 2016). Demam merupakan keadaan dimana individu

mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,5ºC per

oral atau 38,0ºC per rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal

(Carpenito, 2012). Demam merupakan keadaan peningkatan suhu tubuh

yang berhubungan dengan ketidak mampuan tubuh untuk menghilangkan

panas ataupun mengurangi produksi panas (Perry & potter, 2010).

Demam adalah kondisi dimana terjadinya peningkatan suhu tubuh

sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan

pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas (Perry & potter,

2010).

Menurut SDKI (2016) penyebab demam yaitu dehidrasi, terpapar

lingkungan panas, proses penyakit (mis, infeksi, kanker), ketidaksesuaian

pakaian dengan lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon

trauma, aktivitas berlebihan, dan penggunaan inkubator.

7
8

2. Etiologi

Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita anak

yaitu demam non-infeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2012).

a. Demam Non-infeksi

Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh

masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang diderita

oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam noninfeksi timbul

karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak

ditangani dengan baik. Contoh demam noninfeksi antara lain demam

yang disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif atau kelainan

bawaan pada jantung, demam karena stres, atau demam yang

disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat misalnya leukimia

dan kanker.

b. Demam Infeksi

Demam infeksi merupakan demam yang disebabkan oleh masukan

patogen, contonya: kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang

kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk

ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui

makanan, udara, atau persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan

penyebab demam infeksi karena saat melalukan imunisasi berarti

seseorang telah dengan sengaja memasukan bakteri, kuman atau virus

yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan tujuan membuat

balita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit

yang dapat menyebabkan infeksi dan akhirnya menyebabkan demam


9

pada anak antara lain yaitu tetanus, mumps atau parotitis epidemik,

morbili atau measles atau rubella, demam berdarah, TBC, tifus dan

radang paru-paru (Widjaja, 2012).

3. Mekanisme demam

Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan

langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi

berbagai rangsang. Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka

monosit, makrofag, dan sel kupfer mengeluarkan sitokin yang berperan

sebagai pirogen endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon) yang bekerja

pada pusat thermoregulasi hipotalamus. Sebagai respon terhadap sitokin

tersebut maka terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2

melalui metabolisme asam arakidonat jalur siklooksigenase-2 (COX-2)

dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh. Hipotalamus akan

mempertahankan suhu sesuai patokan yang baru dan bukan suhu normal

(Fida & Maya, 2012).

Mekanisme demam dapat terjadi juga melalui jalur non prostaglandin

melalui sinyal afferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk local

Macrophage Inflammatory Protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang

bekerja langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam

dari jalur prostaglandin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat dihambat

oleh antipiretik. Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan

produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk

dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut


10

mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai

respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang dialami dan

bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi

(Sherwood,2014).

4. Mekanisme penurunan temperatur

Tubuh akan memiliki mekanisme penurunan temperatur bila suhu terlalu

panas. Sistem pengaturan temperatur menggunakan tiga mekanisme

penting untuk menurunkan panas tubuh yaitu :

a. Vasodilatasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah

mengalami dilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan

dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan

vasokonstriksi. Vasokontriksi penuh akan meningkatkan kecepatan

pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat.

b. Berkeringat. Efek dari peningkatan temperatur yang menyebabkan

berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1°C menyebabkan keringat

yang cukup banyak untuk membuang 10 kali lebih besar kecepatan

metabolisme basal dari pembentukan panas tubuh.

c. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan

pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil dan thermogenesis

kimia, dihambat dengan kuat (Sherwood, 2014).

5. Penatalaksanaan demam

Menurut Pujiati & Rahardiantini (2015) menuliskan bahwa peningkatan

suhu tubuh pada anak akan sangat berpengaruh terhadap fisiologis

tubuhnya. Hal ini dikarenakan luas permukaan tubuh anak relatif kecil
11

dibandingkan pada orang dewasa yang kemudian menyebabkan

ketidakseimbangan pada organ tubuhnya. Selain itu pada anak belum

terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi

perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Sehingga dalam

mengontrol dan menangani suhu tubuh anak harus dilakukan secara tepat

dan tanggap. Dalam mengontrol dan menangani demam pada anak dapat

dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:

a. Secara farmakologik

Penanganan demam dengan secara farmakologik dapat dilakukan

dengan memberikan terapi obat antipiretik yang bekerja secara

sentral menurunkan temperature atau suhu tubuh penderita demam.

Beberapa obat yang termasuk dalam golongan ini adalah

acetaminophen atau paracetamol, ibunoprofen dan aspirin

(Widyastuti, 2016). Namun, obat antipiretik jenis aspirin tidak dapat

diberikan kepada anak-anak (Ariastuti, 2011). Adapun prinsip kerja

dari obat ini adalah menghambat sintesis PGE2 pada siklus

siklooksigenase, sehingga memungkinkan demam tidak bertambah

parah dan memungkinkan tubuh untuk segera melakukan

penormalan suhu tubuh sehingga suhu tubuh anak dapat kembali

normal.

Menurut Sumarno yang dikutip dalam Cahyaningrum, Anies, dan

Julianti (2014) bahwa penggunaan antipiretik sebagai alternatif

penurun suhu tubuh anak yang mengalami demam tidak harus


12

digunakan secara rutin. Selain itu Jurnalis, Sayoeti & Moriska (2015)

juga menghimbau bahwa dalam menggunakan obat antipiretik ini

juga harus dalam jumlah dan dosis yang tepat. Hal ini dikarenakan

penggunaan yang tidak tepat justru dapat memberikan dampak

negatif seperti mual dan muntah, spasme bronkus, penurunan fungsi

ginjal, serta dapat menghalangi supresi respon antibodi serum.

Pemberian terapi antibiotik pada anak dilakukan apabila suhu anak

memiliki riwayat kejang demam walaupun suhu tubuh baru

mencapai 37,5°C (Febry & Marendra, 2010).

b. Secara non-farmakologi

Selain penanganan secara farmakologik tersebut diatas, penanganan

demam pada anak juga dapat dilakukan dengan penanganan secara

non-farmakologi. Menurut Saito (2013) penanganan demam anak

secara nonfarmologik dapat dilakukan dengan cara seperti

menempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi yang baik,

mengganti pakean anak dengan pakaian tipis dan menyerap keringat,

memberikan cairan yang adekuat, dan memberikan kompres.

Kompres dapat didefinisikan sebagai salah satu alternatif yang

memanfaatkan media atau alat tertentu yang terbukti mampu

memberikan manfaat terhadap penurunan suhu tubuh anak yang

mengalami demam. Pada prinsipnya, kompres merupakan upaya

penanganan demam yang memanfaatkan metode perpindahan panas

secara konduksi dan evaporasi. Konduksi dapat didefinisikan sebagai


13

perpindahan panas dari tubuh kepada suatu objek yang memiliki

perbedaan suhu dengan tubuh. Sedangkan evaporasi dapat

didefinisikan sebagai pelepasan panas tubuh melalui keringat pada

kulit ke udara (Cahyaningrum, Anies, & Julianti, 2014). Beberapa

jenis kompres non-farmakologi dan tradisional yang telah diketahui

memiliki efektifitas terhadap penurunan suhu tubuh anak yang

mengalami demam adalah kompres bawang merah.

6. Dampak demam

Demam diatas 41°C dapat menyebabkan hiperpireksia yang sangat

berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme,

fisiologi, dan akhirnya berdampak pada kerusakan susunan saraf pusat.

Pada awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing,

kejang, serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >43°C

dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 43°C sampai 45°C

(Plipat, Hakim & Ahrens, 2012).

B. Kompres Bawang Merah

1. Definisi bawang merah

Bawang merah merupakan tanaman komoditas sayuran yang termasuk

dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang dapat berfungsi sebagai

bumbu penyedap makanan serta obat tradisional (Wiryawan, 2014).

2. Klasifikasi bawang merah

Bawang merah (shallot) merupakan tanaman semusim bersiung memiliki


14

umbi lapis dan sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan.

Menurut ilmu tumbuhan atau botani dalam Wiryawan (2014), klasifikasi

tanaman bawang merah berada pada family Liliceae dengan genus Allium,

sedangkan spesies untuk bawang merah adalah Allium ascalonium L. atau

Allium cepa var. Ascalonium

3. Morfologi bawang merah

Menurut Hidayat & Napitupulu (2015) tanaman bawang merah memiliki

morfologi sebagai tanaman semusim yang berbentuk seperti rumput,

berbatang pendek, berakar serabut, memiliki tinggi sekitar 25 cm dan

membentuk rumpun. Selain itu, Hidayatullah (2019) juga menambahkan

bahwa akar pada tanaman umbi ini berjumlah 20-200 yang tersebar pada

kedalaman 15-20 cm di dalam dan tanaman ini juga memiliki tankai yang

tumbuh keluar dari dasar umbi.

Sedangkan pada bagian daun, tanaman ini memiliki daun yang berbentuk

seperti pipa, bulat kecil dan memanjang hingga 50-70 cm, berongga dan

meruncing pada ujung, memiliki warna hijau muda hingga hijau tua.

Batang tanaman ini merupakan batang semu yang berada didalam tanah

dan dapat bermodifikasi menjadi umbi lapis. Tanaman ini juga memiliki

bunga majemuk berbentuk tandan yang terdiri dari 50-200 kuntum bunga.

Sedangkan pada buah tanaman ini berbentuk bulat dengan ujung tumpul

yang membungkus biji dan berbentuk agak pipih (Hidayat & Napitupulu,

2015).
15

4. Kandungan gizi dalam bawang merah

Menurut Aryanta (2019) tanaman herbal bawang merah memiliki

berbagai macam kandungan gizi yang dapat memberikan manfaat bagi

tubuh seperti mineral kalium yang cukup tinggi (401 mg). Kandungan

mineral kalsium ini dapat berperan penting dalam proses metabolisme,

menjaga keseimbangan tekanan darah, mencegah pengerasan pembuluh

darah, membersihkan pembuluh darah dari endapan kolestrol jahat, dan

berperan penting dalam fungsi kerja syaraf maupun otak. Selain mineral

Kalium, bawang merah juga memiliki kandungan zat lain sepertizat besi

(1,7 mg), Magnesium (25 mg), Fofor (153 mg), Kalsium (181 mg),

Natrium/Sodium (17 mg), Seng (1,16 mg) dan Selenium (14,2 ug). Selain

itu Jaelani dalam Wiryawan (2014: 18-20) juga menjelaskan bahwa

tanaman bawang merah ini mengandung beberapa zat gizi lain yang

memiliki manfaat dalam dunia kesehatan. Adapun zat-zat gizi yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Allisin dan Aliin

Senyawa bersifat hipolipedemik, mengonsumsi satu suing bawang

merah segar dapat meningkatkan kadar kolestrol baik (HDL/high

density lipoprotein) sebesar 30%. Senyawa ini juga berperan sebagai

antiseptik dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam

tubuh. Kedua senyawa ini diubah oleh enzim allisin liase atau alinase

untuk kemudian menjadi asam piruvat, ammonia, allisin antimikroba

yang bersifat bakterisidal (dapat membunuh bakteri).


16

b. Flavonoid

Sebagai anti inflamasi atau anti radang, biasa digunakan untuk

menyembuhkan penyakit hepatitis, artritis, tonsillitis, bronchitis, dan

otitis media. Selain itu senyawa ini juga berperan sebagai bahan

antioksidan alamiah sebagai bakterisida dan mampu menurunkan

kolestrol jahat (LDL/low density lipoprotein) dalam darah secara

efektif.

c. Alil profil disulfide

Seperti senyawa flavonoid, senyawa ini juga memiliki sifat sebagai

senyawa hipolipidemik atau mampu menurunkan kadar lemak darah.

Selain itu, kandungan sulfur dalam bawang merah sangat baik untuk

mengatasi rekaksi radang pada penderita bronchitis, maupun kongesti

bronchial.

d. Fitosterol

Merupakan golongan lemak yang hanya bisa diperoleh dari minyak

tumbuhan. Senyawa ini juga dikenal sebagai minyak nabati dan cukup

aman jika dikonsumsi termasuk oleh penderita penyakit kardiovasklar,

karena dapat menyehatkan jantung.

e. Flanovol

Merupakan senyawa yang mengambil peranan penting sebagai

antibiotik alami, dikarenakan kemampuannya dalam menghambat

pertumbuhan virus, bakteri, maupun cendawan.Selain itu, kandungan

senyawa ini juga mampu bertindak sebagai antikoagulan dan

antikanker.
17

f. Kalium

Merupakan unsur penting dalam kandungan bawang merah dan

terdapat dalam jumlah yang relatif besar. Senyawa ini memilikiperan

yang besar dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit tubuh dan

menjaga fungsi saraf dan otot.

g. Pektin

Merupakan senyawa golongan polisakarida yang sukar dicerna dan

bersifat menurunkan kadar kolestrol darah serta mampu

mengendalikan pertumbuhan bakteri.

h. Saponin

Merupakan senyawa yang memiliki cukup banyak khasiat seperti

dianta antikoagulan untuk memcegah penggumpalan darah dan

sebagai ekspektoran yaitu mengencerkan dahak.

i. Tripopanol sulfoksida

Merupakan gas yang dikeluarkan oleh bawang merah ketika dilukai

atau diiris dan mampu menyebabkan keluarnya air mata (lakromator).

Selain itu, bawang merah juga akan mengeluarkan bau yang khas

melalui senyawa propil disulfide dan propil-metil disulfide. Ketiga

senyawa ini dapat berperan sebagai stimulansia atau perangsang

aktifitas fungsi organ-organ tubuh.Sehingga senyawa- senyawa ini

sangat berguna untuk merangsang fungsi kepekaan saraf maupun kerja

enzim pencernaan.
18

5. Pemanfaatan bawang merah sebagai kompres

Bawang merah dapat digunakan sebagai salah satu alternatif kompres

dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam, tidak

terlepas dari peranan senyawa yang terkandung didalam umbi herbal

tersebut. Menurut Rachmad (2013) bawang merah dapat digunakan

sebagai kompres karena mengandung senyawa sulfur organik yang

bernama Allylcysteine sulfoxide (Alliin) yang bereaksi dengan enzim

alliinase (enzim katalisator yang dihasilkan oleh bawang merah sendiri

apabila bawang merah digerus).

Menurut Utami (2013) reaksi yang terjadi diantara senyawa Alliin dan

enzim alliinase ini selanjunya akan berkerja dengan beberapa senyawa

lain untuk menghancurkan pembentukan pembekuan darah, sehingga

memungkinkan peredaran darah menjadi lancar. Dengan hancurnya

pembekuan darah dan lancarnya peredaran darah tersebut kemudian akan

menyebabkan panas dari dalam tubuh lebih mudah disalurkan ke

pembuluh darah tepi/perifer untuk kemudian diekresikan melalui keringat.

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Potter & Perry dalam

Cahyaningrum, Anies dan Julianti (2014) yang menuliskan bahwa

gerusan bawang merah dipermukaan kulit akan merangsang pembuluh

darah vena mengalami perubahan ukuran yang diatur oleh hipotalamus

untuk mengontrol pengeluaran panas. Untuk memberikan respon

vasodilatasi pembuluh darah, sehingga memungkinkan untuk terjadi


19

pengeluaran panas melalui kulit meningkat, pori-pori mulai membuka,

dan terjadilah pelepasan panas secara evaporasi (berkeringat) sehingga

pada akhirnya suhu tubuh akan kembali normal.

Menurut Rachmad (2012) juga menuliskan bahwa senyawa Allin

diketahui memiliki sifat mudah menguap dalam suhu 200C hingga 400C

dan bereaksi dalam kurun waktu 10 – 60 detik. Sehingga agar reaksi ini

tidak terlalu cepat terjadi, maka pada gerusan bawang dapat ditambahkan

minyak. Oleh karena itu, Heriani (2017) juga menambahkan bahwa

minyak yang dapat dipadukan dalam gerusan bawang merah untuk teknik

kompres bawang merah adalah minyak kelapa, jeruk nipis dan minyak

kayu putih.

Selain itu, Wijayanti & Rosyid (2018) juga menambahkan bahwa

pemanfaatan bawang merah sebagai alternatif kompres dilakukan karena

bawang merah memiliki kandungan senyawa flavonoid. Senyawa ini akan

berperan sebagai antioksidan alami serta inhibitor pada siklus COX.

Senyawa flavonoid akan bekerja secara sentral meninhibisi dan

menghambat enzim siklooksigenase-2 seperti yang dilakukan oleh

antipiretik. Enzim siklooksigenase-2 merupakan enzim yang berperan

penting dalam biosintesis PGE2 (Wijayanti & Rosyid, 2018).


20

Menurut Heriani (2017) pemanfaatan bawang merah sebagai kompres

dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam dapat

dilakukan dengan cara mengambil dan mencuci bersih bawang merah

sesuai kebutuhan, kemudian diiris atau dicincang kasar dan dicampurkan

dengan air perasan jeruk nipis dan minyak kayu putih hingga merata.

Bahan-bahan yang telah dicampurkan kemudian dibalurkan atau

digosokkan pada area aksila, karena pada bagian tersebut memiliki

banyak pembuluh darah besar dan memiliki banyak kelenjar apokrin yang

mempunyai vaskuler, sehingga akan memperluas daerah yang mengalami

vasodilatasi dan memungkinkan perpindahan panas tubuh ke lingkungan

delapan kali lebih banyak.

Namun, Septiani (2017) menuliskan bahwa pemanfaatan kompres bawang

merah tidak hanya dilakukan pada area aksila (ketiak) saja, melainkan

juga dapat dilakukan pada area tubuh laninnya seperti perut, punggung,

ubun-ubun, lipatan dan paha anak. Menurut Septiani (2017) kompres

bawang merah dapat dilakukan dengan menggerus bawang merah dan

mencampurkannya dengan 2 sdm minyak kayu putih dan selanjutnya

menggosokkan pada area punggung, perut, lipatan paha, ubun-ubun,

maupun lipatan ketiak anak. Namun, penggunan ini harus disesuaikan

dengan kondisi anak.

6. Prosedur kompres bawang merah

Adapun tata cara atau prosedur pengaplikasian kompres bawang merah

dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam dapat


21

dilakukan dalam dua tahapan, yakni tahap periapan dan tahap pelaksanaan

sebagai berikut :

a. Tahap persiapan

1) Jelaskan dan demonstrasikan prosedur kompres bawang merah

kepada keluarga anak.

2) Perisiapkan alat dan bahan yang meliputi 4 siung bawang merah, 2

mangkuk/piring, 1 buah pisau, 1 sendok teh, minyak kayu putih,

pakaian tipis, termometer digital, stopwatch, balpoin dan lembar

observasi.

b. Tahap pelaksanaan

1) Memberikan peluang kepada anak untuk berada pada posisi yang

nyaman

2) Mencuci bersih 4 siung bawang merah hingga bersih

3) Menggerus bawang merah yang telah dicuci dengan menggunakan

pisau pada mangkuk.

4) Campukan gerusan bawang merah dengan 2 sdm minyak kayu

putih dan aduk rata.

5) Melakukan pengukuran dan pencatatan suhu tubuh anak sebelum

tindakan kompres pada anak.

6) Gosokkan gerusan bawang merah pada bagian tubuh anak seperti

ubun-ubun, punggung, perut, lipatan paha dan aksila anak selama

15 menit.

7) Kenakan anak dengan baju yang tipis dan mudah menyerap

keringat.
22

8) Tetap perhatikan kenyamanan anak selama tindakan berlangsung

9) Melakukan pengukuran kembali terhadap suhu tubuh anak setiap

15 menit setelah tindakan kompres diberikan.

10) Bersihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.

c. Tahap evaluasi

1) Perhatikan reaksi atau respon anak, segera hentikan tindakan

apabila anak menunjukan reaksi kejang atau menggigil.

2) Dokumentasikan hasil pengukuran suhu tubuh anak pada lembar

observasi.

C. Balita

1. Pengertian

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari sautu penduduk

yang berada dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan

menjadi tiga golongan (0-2 tahun), golongan balita (2-3 tahun) dan

golongan pra sekolah (>3-5 tahun) (Andriani & Wirjatmadi, 2017). Anak

memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak

konsepsi sampaiberakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak

dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil.Anak menunjukkan ciri-ciri

pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Sedangkan

balita adalah anak dengan rentang usia 12-59 bulan (Kemenkes, 2016).

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh


23

sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang

dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara

dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara

simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,

perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat

dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan system

neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua

fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

2. Periode tumbuh kembang anak balita

Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan

berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Tumbuh

kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan kepustakaan,

periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut :

a. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan)

Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :

1) Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan

2 minggu.

2) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12

minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadl

suatu organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan

cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.


24

3) Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir

kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:

a) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai

trimester kedua kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi

percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia

sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.

b) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa

ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan

fungsi-fungsi. Terjadi transfer lmunoglobin G (lg G) dari

darah ibu melalui plasenta. Akumulasi aasam lemak esensial

seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan Omega 6

(Arachidonic Acid) pada otak dan retina.

Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester

pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat

peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu

hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-

obat, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis

seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh

buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil,

dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan janin setelah

kehamilan 5 bulan.

Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak

sehat, maka selama masa intra uterin, seorang ibu diharapkan:


25

1) Menjaga kesehatannya dengan baik.

2) Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.

3) Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.

4) Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.

5) Memberi stimulasi dini terhadap janin.

6) Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan

keluarganya.

7) Menghindari stres baik fisik maupun psikis.

8) Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi

kehamilannya.

b. Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan.

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi

perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ.

Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:

1) Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.

2) Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.

3) Masa post neonatal, usia 29 hari sampai 11 bulan

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses

pematangan berlangsung secara terus menerus terutama

meningkatnya fungsi sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung

pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama yangdikenalnya.

Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua yang hidup rukun,

bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak. Pada masa ini,

kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI


26

eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan

pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai

jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa

dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam

masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.

Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang

menjadi anak sehat adalah:

1) Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana

kesehatan yang memadai.

2) Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan,

jangan terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan sudah

saatnya untuk melahirkan.

3) Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat

menenangkan perasaan ibu.

c. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan)

Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat

kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus)

serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak

adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada

masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak

selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,

pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan

terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya,


27

sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah

dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat

mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar

berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.

Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,

kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan

sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.

Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk

pada masa ini, sehingga setiap kelalnan/penyimpangan sekecil apapun

apabila tidak dideteksl apalagi tidak ditangani dengan baik, akan

mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.

3. Tahapan perkembangan anak balita (usia 12-59 bulan)

a. Usia 12-17 bulan

1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan.

2) Membungkung memungut mainan kemudian berdiri kembali.

3) Berjalan mundur 5 langkah.

4) Memanggil ayah dengan kata “papa”. Memanggil ibu dengan kata

“mama”

5) Menumpuk 2 kubus.

6) Memasukkan kubus di kotak.

7) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak

bisa mengeluarkan suara yang menyenangkannatau menarik

tangan ibu.
28

8) Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing.

b. Usia 18-23 bulan

1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.

2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

3) Bertepuk tangan, melambai-lambai.

4) Menumpuk 4 buah kubus.

5) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.

6) Menggelindingkan bola kearah sasaran.

7) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.

8) Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.

9) Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri.

c. Usia 25-35 bulan

1) Jalan naik tangga sendiri.

2) Dapat bermain dengan sendal kecil.

3) Mencoret-coret pensil pada kertas.

4) Bicara dengan baik menggunakan 2 kata.

5) Dapat menunjukkan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.

6) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda

atau lebih.

7) Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu

mengangkat piring jika diminta.

8) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.

9) Melepas pakaiannya sendiri.


29

d. Usia 36-47 bulan

1) Berdiri 1 kaki 2 detik.

2) Melompat kedua kaki diangkat.

3) Mengayuh sepeda roda tiga.

4) Menggambar garis lurus.

5) Menumpuk 8 buah kubus.

6) Mengenal 2-4 warna.

7) Menyebut nama, umur, tempat.

8) Mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan.

9) Mendengarkan cerita.

10) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.

11) Mengenakan celana panjang, kemeja baju.

e. Usia 48-59 bulan

1) Berdiri 1 kaki 6 detik.

2) Melompat-lompat 1 kaki.

3) Menari.

4) Menggambar tanda silang.

5) Menggambar lingkaran.

6) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.

7) Mengancing baju atau pakian boneka.

8) Menyebut nama lengkap tanpa di bantu.

9) Senang menyebut kata-kata baru.

10) Senang bertanya tentang sesuatu.

11) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.


30

12) Bicara mudah dimengerti.

13) Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan

bentuknya.

14) Menyebut angka, menghitung jari.

15) Menyebut nama-nama hari.

16) Berpakaian sendiri tanpa di bantu.

17) Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.


31

D. Kerangka Teori

Demam pada anak balita

Farmakologik Non farmakologik

Kompres dengan air Kompres bawang merah

Allylsysteine Sulfoxide Flavonoid

Menghancurkan bekuan darah Inhibitor siklus COX

Vasodilatasi pembuluh darah dan pori-pori Sintesis PGE2 terhambat


terbuka

Menghancurkan bekuan darah

Menghancurkan bekuan darah

Sumber : Sujatmiko (2011), Aryanta (2019), Wijayanti & Rosyid (2018),


Utami (2013)

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian

dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang diteliti

(Swarjana, 2015). Kerangka konsep dalam proposal penelitian ini adalah :

Variabel independen Variabel dependen

Pemberian kompres Penurunan Demam


bawang merah
32

F. Hipotesis

Dugaan yang muncul sebagai kemungkinan akan jawaban penelitian disebut

hipotesis. Hipotesis merupakan pendapat/dugaan yang masih lemah dan harus

diputuskan menerima atau menolak hipotesa tersebut dengan uji hipotesis

(Heryana, 2019).

Ha :

Ada pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan demam

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu.

Ho :

Tidak ada pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan

demam pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan

prosedur penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut

Heryana (2019), metode penelitian kuantitatif adalah riset yang didasrkan

pada pengukuran secara kuantitatif pada berbagai karakterteristik (variabel)

dan penelitian ini dapat hanya digunakan pada fenomena yang bisa

dikuantifikasi. Desain yang digunakan peneliti adalah quasy eksperimen

menggunakan one group pre-post test design. Melalui metode ini, peneliti

ingin mengetahui pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap

penurunan demam pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu.

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep-konsep yang dapat diukur dalam sebuah studi

yang berhubungan dengan sebuah fenomena (Heryana, 2019). Variabel

independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan

terjadinya perubahan pada variabel dependen (terikat). Variabel dependen

(terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya

variabel bebas (Tarjo, 2019). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Variabel bebas (Independen), dalam penelitian ini adalah pemberian

kompres bawang merah

33
34

2. Variabel terikat (Dependen), dalam penelitian ini adalah penurunan

demam.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional menjelaskan arti variabel dan aktifitas yang harus

dijalankan untuk mengukur variabel atau menjelaskan bagaimana variabel

tersebut diamati dan diukur (Heryana, 2019). Definisi operasional

menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan

mengoperasikan kontrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yan lain

untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

mengembangkan cara pengukuran kontrak yang lebih baik.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
1. Independen
Pemberian Bentuk kegiatan SOP Memberikan - -
kompres pemberian non kompres
bawang merah farmakologik bawang merah
dalam usaha pada anak
menurunkan yang demam
demam secara secara
tradisional langsung
dengan
menggunakan
bawang merah
yang sudah
dihancurkan
2 Dependen
Penurunan Perubahan suhu Termometer Pengukuran Satuan Rasio
demam tubuh pada suhu tubuh suhu= 0C
balita yang secara
mengalami langsung
demam
35

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek karakteristik tertentu yang

akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut

(Hidayat, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah balita di wilayah

kerja Puskesmas Rawajitu.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian. bila populasi besar, peneliti

tidak mungkin mengambil semua untuk penelitian misal karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul mewakili dan harus valid, yaitu sesuatu yang

seharusnya dapat diukur (Wiratna, 2014).

a. Besar sampel

Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus

sampel sebagai berikut :

(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan :

t = banyaknya kelompok perlakuan

r = jumlah replikasi

(1-1) (r-1) ≥ 15

(r-1) ≥ 15/0

r ≥ 15
36

Dengan menggunakan perhitungan rumus diatas didapatkan jumlah n

sebesar 15 orang responden.

b. Teknik sampling

Teknik sampling adalah sebuah strategi yang digunakan untuk

memilih elemen/bagian dari populasi/proses untuk memilih elemen

populasi untuk diteliti. Teknik sampling dalam penelitian ini akan

menggunakan teknik accidental sampling yaitu dilakukan dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di

suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012).

c. Kriteria sampel

1) Kriteria inklusi

a) Usia balita

b) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu

c) Mengalami demam

d) Belum mengkonsumsi obat penurun panas

e) Orang tua balita mengizinkan anaknya menjadi responden

2) Kriteria eksklusi

a) Mengalami demam yang disertai kejang

b) Tidak bersedia menjadi responden

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi tertentu yang digunakan untuk objek dan

subjek yang akan diteliti dalam penelitian. Penelitian akan dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Rawajitu pada bulan Mei-Juni 2022.


37

F. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga peneltian

yang akan dilaksanakan benar-benar menjungjung tinggi kebebasan manusia

(Hidayat, 2012). Beberapa prinsip etika penelitian antara lain :

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa

partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,

tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek

dalam bentuk apapun.

c. Resiko (benefit ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Subjek diperlakukan secara manusiawi, mempunyai hak memutuskan

apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya


38

sanksi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika

mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure)

Peneliti memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab

jika sesuatu terjadi kepada subjek.

c. Informed consent

Subjek sudah mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed

consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya

akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip keadilan

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya deskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu pelu adanya tanpa nama (anonymity) dan

rahasia (confidentiality).

Penelitian ini telah lolos kaji etik dari Komite Etik Penelitian Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu dibuktikan dengan


39

Persetujuan Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan Nomor :

/KEPK/FKes/2022 tertanggal 9 Mei 2022.

G. Instrumen dan Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017) yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosisal yang

diamati. Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk

mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat

alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. alat ukur

pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa kuesioner, lembar

observasi, wawancara atau gabungan dari ketiganya (Hidayat, 2012).

Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar kuesioner, berisi tentang

data demografi responden dan data yang diperlukan untuk penelitian dan

lembar observasi pemantauan suhu tubuh. Pengumpulan data dilakukan

kepada responden yang mengalami demam dengan cara memeriksa suhu

tubuh responden menggunakan thermometer digital sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi memberikan kompres bawang merah selama. Untuk

mendapatkan responden, peneliti akan meminta bantun oleh kader posyandu

setempat, untuk memberikan informasi apabila ada anak balita yang

mengalami demam kepada peneliti sehingga dapat dijadikan sebagai

responden penelitian.

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Metode pengolahan data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting hal ini
40

disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih

merupakan data mentah belum memberikan informasi apapun dan belum

siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil

yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data

(Notoatmodjo, 2012), teknik pengolahan data yang akan dilakukan yaitu :

a. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum

editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan

isian formulir atau kuesioner tersebut :

1) Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.

2) Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup

jelas atau terbaca.

3) Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Untuk variabel independen tidak diberikan kode.

Untuk variabel dependen tidak diberikan kode.

c. Memasukkan data (data entry) atau processing

Data merupakan jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

atau software komputer. Dalam proses ini dituntut ketelitian dari orang
41

yang melakukan data entry ini. Apabila tidak maka akan terjadi bias,

meskipun hanya memasukkan data saja.

d. Pembersihan data (cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2012).

2. Analisa data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari

seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiono, 2012).

Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam

kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan

hipotesis.

a. Analisa univariat

Analisa ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karekteristik setiap variabel penelitian. variabel yang di analisis adalah

karekteristik responden (usia, jenis kelamin, pekerjaan orang tua) dan

suhu badan. Pada analisis univariat ini untuk jenis data numerik

disajikan dalam bentuk mean, median dan standar deviasi sedangkan

untuk data katagorik disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi

dengan ukuran presentase dan proporsi.

b. Analisa bivariat
42

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).

Analisis pada penelitian ini menggunakan uji statistic Uji T

dikarenakan skala ukur berupa numeric tidak berpasangan. Penelitian

ini terdiri dari dua kelompok data yang berisi tentang perbedaan suhu

tubuh sebelum dan sesudah dilakukan kompres bawang merah maka

kedua kelompok ini merupakan data yang saling berpasangan

(dependen) sehingga digunakan uji beda dua mean dependen (paired T

test).

I. Jalannya Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

a. Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan survey

pendahuluan di Puskesmas Rawajitu Timur dilanjutkan dengan

pembuatan proposal penelitian.

b. Setelah proses ujian proposal dilaksanakan, dilanjutan dengan kaji etik

dan pembuatan surat izin penelitian yang ditujukan ke tempat

penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam bentuk kegiatan :

a. Prosedur pengumpulan data diawali dengan koordinasi ke Puskesmas

Rawajitu Timur.
43

b. Memberikan penjelasan kepada Kepala Puskesmas tentang maksud

dan tujuan penelitian

c. Proses awal yaitu pengumpulan data responden balita yang terdaftar

di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu Timur, dilanjutkan dengan

melakukan kunjungan ke kader Posyandu setempat untuk mejelaskan

maksud dan tujuan penelitian dan meminta bantuan memberikan

informasi kepada peneliti apabila ada balita yang mengalami demam

dan belum dibawa untuk berobat atau meminum obat penurun panas.

d. Setelah didapat informasi dari kader, maka peneliti melakukan

kunjungan ke rumah balita sebagai calon responden serta menjelaskan

maksud dan tujuan kedatangan peneliti dilanjutkan dengan meminta

persetujuan kepada orang tua calon responden agar mengizinkan

balitanya menjadi responden pada penelitian ini dengan mengisi

lembar persetujuan.

e. Setelah disetujui maka peneliti melanjutkan dengan melakukan

pengisian data demografi responden dan dilanjutkan dengan

pengukuran suhu menggunakan thermometer digital, hasil yang

didapat kemudian dicatat pada lembar catatan.

f. Selanjutnya dilakukan intervensi pemberian kompres bawang merah

selama 30 menit dilanjutkan dengan pengukuran suhu tubuh yang

kedua (setelah dilakukan kompres) dan hasil pengukuran dicatat pada

lembar catatan yang telah disiapkan.

3. Tahap pengolahan dan analisis data


44

Hasil pengisian kuesioner yang didapat dicatat dalam lembar

pengumpulan data penelitian dan dilakukan sampai memenuhi jumlah

responden yang telah ditentukan. Setelah data terkumpul semua dilakukan

pengolahan dan analisis data sesuai metode analisis yang ditentukan.

Kemudian menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik responden berdasarkan usia anak

Responden pada penelitian ini adalah anak usia balita yang mengalami

demam di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu Timur. Karakteristik

responden berdasarkan usia dalam penelitian digambarkan pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.1
Nilai mean median usia anak responden diwilayah kerja
Puskesmas Rawajitu Timur Tahun 2022

Variabel Mean Median SD Min Max

Usia 11,47 8 9,463 4 38

Berdasarkan tabel 4.1 rata-rata usia responden dalam penelitian ini

yaitu 11,47 bulan, nilai median 8 dan SD sebesar 9,463. Usia anak

termuda adalah 4 bulan dan tertua 38 bulan.

45
46

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin anak,
pendidikan, dan pekerjaan di Puskesmas Rawajitu Timur
Tahun 2022
Variabel Frekuensi (n) Presentase(%)
Jenis Kelamin anak
Laki-laki 7 46,7
Perempuan 8 53,3
Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan anak berjenis kelamin terbanyak

adalah perempuan yaitu 8 orang (53,3%).

c. Rata-rata suhu tubuh balita sebelum diberikan kompres bawang merah

Gambaran rata-rata suhu tubuh balita sebelum diberikan kompres

bawang merah saat demam adalah sebagai berikut

Tabel 4.3
Rata-rata subu tubuh balita sebelum diberikan kompres bawang
merah saat demam di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu Timur
Tahun 2022
Variabel Mean Median SD Min Max
Rata-rata suhu
38,24 38,00 0,4306 37,6 39
sebelum kompres

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa rata-rata suhu sebelum

diberikan kompres dalam penelitian ini yaitu 38,240C, nilai median 38

dan SD sebesar 0,4306. Suhu terendah adalah 37,60C dan tertinggi

390C.

d. Rata-rata suhu tubuh balita sesudah diberikan kompres bawang merah

Gambaran rata-rata suhu tubuh balita sesudah diberikan kompres

bawang merah saat demam adalah sebagai berikut


47

Tabel 4.4
Rata-rata suhu tubuh balita sebelum diberikan kompres bawang
merah saat demam di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu Timur
Tahun 2022
Variabel Mean Median SD Min Max
Rata-rata suhu
38,04 38,00 0,5356 37,1 39
sebelum kompres

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa rata-rata suhu setelah diberikan

kompres dalam penelitian ini yaitu 38,040C, nilai median 38 dan SD

sebesar 0,5356. Suhu terendah adalah 37,10C dan tertinggi 390C.

2. Analisa Bivariat

Untuk mengetahui apakah kompres bawang merah dapat menurunkan

demam pada balita maka dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan uji

T dependen. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, diperoleh hasil

sebagai berikut

Tabel 4.5
Perbedaan rata-rata suhu tubuh balita demam sebelum dan setelah
dilakukan kompres bawang merah di wilayah kerja Puskesmas
Rawajitu Timur Tahun 2022

Sebelum Sesudah Perbedaan sebelum


Variabel dan sesudah
Mean SD Mean SD Mean P value
Suhu tubuh 38,240 0,4306 38,040 0,5356 0,2000 0,001
Hasil analisis pengaruh kompres bawang merah terhadap perubahan suhu

tubuh memiliki perbedaan mean sebelum dan sesudah dilakukan kompres

bawang merah sebesar 0,2000. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =

0,001, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompres

bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh balita.


48

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Karakteristik usia responden berada pada rentang usia 4-38 bulan dengan

usia rata-rata 11,47 bulan. Menurut Hamid (2011), usia sangat

mempengaruhi metabolism tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga

memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh, pada balita dan anak

belum terjadi kematangan mekanisme pangaturan suhu tubuh yang

drastis terhadap lingkungan. Regulasi tubuh baru akan mencapai pubertas.

Anak usia balita memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah

dibandingkan dengan anak usia diatasnya sehingga lebih rentan sakit.

Berdasarkan jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan

(53,3%). Secara umum perempuan mengalami fluktuasi suhu yang lebih

besar dibandingkan laki-laki. Perempuan juga dianggap memiliki daya

tahan tubuh yang lebih rendah dibandingkan laki-laki meskipun tidak

selalu benar karena faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi daya

tahan tubuh seperti lingkungan, gizi, penyakit, dan sebagainya. Dalam

penelitian ini sebagaian besar penderita demam berjenis kelamin

perempuan dimungkinkan karena jumlah anak perempuan di wilayah

kerja Puskesmas Rawajitu Timur lebih banyak dibandingkan jumlah laki-

laki.

2. Pengaruh kompres bawang merah terhadap penurunan demam

Hasil analisis pengaruh kompres bawang merah terhadap perubahan suhu

tubuh memiliki perbedaan mean sebelum dan sesudah dilakukan kompres


49

bawang merah sebesar 0,2000. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =

0,001, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompres

bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh balita. hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Medhyna (2020)

menjelaskan dari 22 orang responden yang mengalami demam pasca

imunisasi, didapatkan rerata suhu tubuh sebelum dilakukan kompres

bawang merah 37,941, dengan SD ± 0,0590. Rerata suhu tubuh sesudah

dilakukan kompres bawang merah 37,386, dengan SD ± 0,0710. Rank

rata-rata antara suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukannya kompres

bawang merah adalah 11,50. Hasil uji statistic didapatkan p value 0,000

artinya adanya pengaruh kompres bawang merah (Allium ascalonicum L)

terhadap penurunan suhu tubuh bayi saat demam pasca imunisasi di

Wilayah Kerja Polindes Pagar Ayu Kecamatan Megang Sakti Kabupaten

Musi Rawas tahun 2020.

Demam dapat di defenisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di atas

normal sebagai akibat normal akibat peningkatan pusat pengatur suhu di

hipotalamus, yang di pengaruihi oleh IL1. Pusat pengatur suhu

mempertahankan suhu dalam keadaan seimbang baik pada saat sehat

ataupun demam dengan mengatur keseimbangan diantara produksi dan

pelepasan panas tubuh . Bila terjadi suatu keadaan peningkatan suhu

tubuh yang tidak teratur, karena disebabkan oleh ketidak seimbangan

antara produksi dan pembatas panas, disebut dengan hipertermi. Pada

keadaan hipertermi, hipertemia, inteleukin-1 tidak terlibat, akibatnya


50

pusat pengatur suhu di hipotalamus berada dalam keadaan normal

(Sodikin: 2012).

Demam terjadi jika berbagai proses infeksi ataupun noninfeksi saling

berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes (penjamu).

Kebanyakan demam pada anak akibat perubahan pada pusat panas

(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai dengan

adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin

berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan

nonspesifik dan dalam membantu pemulihan dan pertahanan infeksi.

Berbeda dengan keyakinan yang lebih umum, baik peningkatan suhu

maupun respons terhadap antipiretik tidak mengindikasikan keparahan

(etiologi) infeksi yang menyingkirkan keraguan penilaian penggunaan

demam sebagai indikator diagnostik atau prognostic (Sodikin: 2012)

Bawang merah (Allium Cepa var. ascalonicum) merupakan sayuran umbi

yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran,

penyedap masakan, disamping sebagai obat tradisional karena efek

antiseptic senyawa anilin dan alisin yang dikandungnya (Rachmad, 2012).

Bawang merah terdiri dari beberapa jenis, yaitu bawang merah biasa atau

ahallot (Allium Ascalonicum L.)dan bawang merah bombay (Allium

Cepa L). Perbedaan dua jenis bawang ini tidak jelas, namun terletak pada

bentuk dan aroma minyak atsirinya, yakni pada bawang bombay (Allium

Cepa L) memiliki umbi yang lebih besar dan aroma minyak katsirinya
51

kurang dibanding bawang merah biasa atau ahallot (Allium Ascalonicum

L.) ada yang merah, coklat, putih dan kuning. Sedangkan umbi bawang

merah (Allium Ascalonicum L.) berwarna kuning atau merah (Karneli:

2013). Dalam bawang merah mengandung asam glutamate yang

merupakan natural essence (penguat rasa alamiah), terdapat juga senyawa

propil disulfide dan propil metil disulfide yang mudah menguap. Jika

dimanfaatkan sesuai dosisyang tepat maka bawang merah dapa digunakan

sebagai penurunan suhu tubuh khususnya pada anak usia balita yang

mengalami peningkatan suhu tubuh.

Mekanisme pengurangan panas juga dapat dikontrol, terutama oleh

hipotalamus. Hipotalamus harus secara terus menerus mendapat informasi

mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui reseptor-reseptor khusus yang

peka suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor perifer memantau

suhu di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai perubahan

suhu permukaan ke hipotalamus. Kompres bawang merah dilakukan pada

kulit dapat direspon oleh Termoreseptor perifer dan sistem saraf perifer

sehingga memberitahu ke hipotalamus atau termoregulator untuk

merespon ransangan yang ada, sehingga dapat mengurangi suhu kulit

melalui vasokonstriksi kulit ini dikoordinasikan oleh hipotalamus melalui

keluaran system saraf simpatis. Peningkatan aktivitas simpatis ke

pembuluh kulit menghasilkan vasokonstriksi sebagai respon terhadap

pejanan dingin, sedangkan penurunan aktivitas simpatis menimbulkan


52

vasodilatasi pembuluh kulit sebagai respon terhadap pajanan panas.

Sehingga suhu tubuh bisa berkurang dan bisa kembali normal.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Suryono tahun 2012, tentang

efektifitas bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh pada anak febris

1-5 tahun. Didapatkan hasil suhu tubuh sebelum 37,98oC, suhu tubuh

setelah 37,58 oC, didapatkan nilai p value 0,000 dapat disimpulkan adanya

perbedaan suhu tubuh anak demam sebelum dan sesudah pemberian

bawang merah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Cahyaningrum tahun 2017, tentang perbedaan suhu tubuh anak demam

sebelum dan sesudah kompres bawang merah. Didapatkan hasil suhu

tubuh sebelum 37,832 oC, suhu tubuh setelah 37,098 oC, didapatkan nilai

pvalue 0,000 dapat disimpulkan adanya perbedaan suhu tubuh anak

demam sebelum dan sesudah kompres bawang merah.

Menurut asumsi peneliti perbedaan suhu tubuh sebelum dan sesudah

dilakukan pemberian kompres bawang merah pada responden yang

sedang mengalami demam dengan rata-rata 0,2000, dengan P value 0,001

Penurunan suhu tubuh pada responden diakibatkan oleh adanya efek dari

pemberian kompres bawang merah pada tubuh balita sehingga dapat

menurunkan suhu tubuh. Kompres bawang merah cepat menurunkan suhu

tubuh anak dengan demam. Fakta tersebut terjadi karena intervensi

tersebut pada penanganan umumnya menggunakan prinsip radiasi,

konduksi, konveksi dan evaporasi serta kandungan zat dalam bawang


53

merah yang dapat menurunkan suhu tubuh. Kandungan bawang merah

yang dapat menurunkan suhu antara lain floroglusin, sikloaliin, metialiin,

kaemferol, dan minyak atsiri

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Akib

(2014). Hasil uji t test menunjukkan bahwa pada dua kelompok yaitu

kompres hangat rerata selisih penurunan suhu tubuh sebesar 3ºC dan p-

value 0.000 (<0,05) sedangkan pada kelompok kompres bawang merah

rerata selisih penurunan suhu tubuh sebesar 4,57ºC dan p-value 0.000

(<0,05). Hasil independent t-test menunjukkan p-value 0.232 (>0,05).

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang

signifikan antara komprs hangat dan kompres bawang merah terhadap

penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam, namun pemberian

kompres bawang merah lebih cepat mencapai suhu tubuh normal

dibanding dengan pemberian kompres hangat. kompres bawang merah,

hal ini dikarenakan kedua tindakan tersebut pada prinsip penanganannya

sama, yaitu sama-sama memberikan sinyal ke hipotalamus yang

menyebabkan terjadinya vasodilatasi sehingga pembuangan panas

melalui kulit meningkat. Ketidak adanya perbedaan karena ada faktor

yang mempengaruhi penigkatan suhu tubuh yaitu status cairan, nutrisi,

status imunitas, dan lingkungan akan tetapi peneliti tidak meneliti faktor

tersebut.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengeruh kompres bawang merah

terhadap penurunan demam pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu

Timur, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa responden berada dalam

rentang usia 4-38 bulan tahun dengan usia rata-rata 11,47 bulan,

responden paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 8 orang

(53,3%).

2. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa ada pengaruh kompres bawang

merah terhadap penurunan suhu tubuh balita di wilayah kerja Puskesmas

Rawjitu Timur (P value = 0,001).

B. Saran

1. Bagi masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat mampu mengetahui

jenis tanaman dan dapat memanfaatkan berbagai jenis tanaman berupa

rempah, daun, maupun akar untuk dapat digunakan sebagai obat-obatan

tradisional, khususnya bawang merah yang dapat digunakan sebagai

pertolongan pertama saat anak demam sebelum membawa anak ke tempat

pelayanan kesehatan.

54
55

2. Bagi instansi terkait (Puskesmas dan Dinas Kesehatan)

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tantang tanaman yang

bermanfaat bagi kesehatan, hendaknya pihak Puskesmas memberikan

sosialisasi bagi masyarakat dan memberikan contoh tanaman yang dapat

dimanfaatkan sebagai pertolongan pertama ataupun untuk menjaga

kesehatan serta mewajibkan masyarakat menanam tanaman obat di

lingkungan rumah masing-masing.


DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peran gizi dalam status kehidupan.
Jakarta: Kencana prenada media grup.

Fadli, & Akmal, H. (2018). Pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu
tubuh pada pasien febris. Jurnal ilmiah kesehatan pencerah.

Heryana, A. (2019). Metodologi penelitian pada kesehatan masyarakat.


Tangerang: Universitas Esa Unggul.

Hidayat, A. A. (2012). Riset keperawaran dan teknik penilisan ilmiah. Jakarta:


Salemba Medika.

Kemenkes RI. (2016). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi


dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Masruroh, R., Hartini, S., & Astuti, R. (2017). Efektivitas pemberian kompres
hangat di axilla dan femoral terhadap penurunan suhu tubuh pada anak
demam usia prasekolah di RSUD ambarawa. Jurnal ilmu keperawatan dan
kebidanan (JIKK), 117-129.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamental of
nursing. Missouri: Elsevier mosby.

Setyowati, & Lina. (2013). Hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan
penanganan demam pada anak balita di kampung balakan kadipiro
banjarmasin surakarta. Jurnal stikes pku muhammadiyah surakarta.

Sherwood, L. (2014). Fisiologi manusia dari sel ke sistem pembuluh darah dan
tekanan darah. Jakarta: EGC.

Sodikin. (2012). Prinsip perawatan demam pada anak. Yogyakarta: Pustaka


pelajar.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,


kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Swarjana, I. K. (2015). Metode penelitian kesehatan (edisi revisi). Yogyakarta:


IKAPI.
Tarjo. (2019). Metode penelitian sistem 3x baca. Yogyakarta: Deepublish.

Wiratna, S. (2014). Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Grava


Media.
Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Tulang Bawang, April 2022


Kepada Yth,
Calon Responden
Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Yetti Indriani
NPM : 2020206203344p

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian kompres


bawang merah terhadap penurunan demam pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Rawajitu tahun 2022”. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
bagaimana kompres dapat menurunkan suhu tubuh pada balita yang mengalami
demam di wilayah kerja Puskesmas Rawajitu.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi saudara. Kerahasiaan
informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Jika saudara tidak bersedia menjadi responden, maka tidak menjadi
ancaman bagi saudara.Apabila saudara menyetujui, maka kami mohon kesediaan
saudara untuk menandatangani lembar persetujuan yang kami sertakan ini.
Atas perhatian dan kesediaan saudara, kami ucapkan terima kasih.

(Yetti Indriani)
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul : Pengaruh pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan


demam pada balita di Desa Wono Agung tahun 2022

Nama : Yetti Indriani

NPM : 2020206203344p
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi


saya dan tidak ada paksaan dari pihak manapun dan penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan. Jawaban yang saya
berikan juga akan dijaga kerahasiannya, serta saya diberi kesempatan untuk
bertanya yang belum saya mengerti.
Apabila dalam pertanyaan menimbulkan respon emosional yang tidak
nyaman, maka penelitian akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti
memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa
resiko apapun.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan,
semua berkas yang tercantum identitas subjek penelitian hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian dan jika telah selesai digunakan akan dimusnahkan
dan hanya peneliti yang tahu kerahasiaan data. Jika saya tidak mau meneruskan
penelitian ini saya dapat menghentikan.Dengan demikian saya menyatakan
bersedia menjadi responden pada penelitian ini.

April,………..….. 2022
Responden,
Lampiran 2

( _______________)
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES BAWANG MERAH TERHADAP


PENURUNAN DEMAM PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAWAJITU TAHUN 2022

Petunjuk pengisian !

- Isilah data berikut dengan benar

- Pilih salah satu jawaban pada kolom dengan memberikan tanda (X) atau (√)

- Tanyakan pada petugas bila ada pertanyaan yang tidak dapat dipahami

A. Data demografi

1. Nomor responden : …………………………(diisi petugas)

2. Nama anak : …………………………………………

3. Umur anak : ……………bulan

4. Jenis kelamin anak : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

5. Pendidikan orang tua : ( ) Tidak sekolah ( ) SD

( ) SMP ( ) SMA

( ) Perguruan Tinggi

6. Pekerjaan Orang tua : ( ) Tidak bekerja ( ) Petani/Nelayan/Buruh

( ) Wiraswasta ( ) PNS/TNI/POLRI

( ) Lainnya

B. Lembar observasi suhu tubuh

Jam Suhu tubuh sebelum Jam Suhu tubuh sesudah


Lampiran 3

Frequencies

Statistics
jk anak pendidikan ortu pekerjaan ortu
N Valid 15 15 15
Missing 0 0 0

Frequency Table

jk anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 7 46.7 46.7 46.7
perempuan 8 53.3 53.3 100.0
Total 15 100.0 100.0

pendidikan ortu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 1 6.7 6.7 6.7
SMA 14 93.3 93.3 100.0
Total 15 100.0 100.0

pekerjaan ortu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak bekerja 5 33.3 33.3 33.3
Petani/nelayan/buruh 4 26.7 26.7 60.0
wiraswasta/wirausaha 6 40.0 40.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
Lampiran 3

Frequencies

Statistics
suhu sebelum suhu setelah
usia anak kompres kompres
N Valid 15 15 15
Missing 0 0 0
Mean 11.47 38.240 38.040
Median 8.00 38.000 38.000
Mode 5 37.9a 37.5a
Std. Deviation 9.463 .4306 .5356
Variance 89.552 .185 .287
Range 34 1.4 1.9
Minimum 4 37.6 37.1
Maximum 38 39.0 39.0
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frequency Table

usia anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4 2 13.3 13.3 13.3
5 3 20.0 20.0 33.3
6 2 13.3 13.3 46.7
8 1 6.7 6.7 53.3
9 1 6.7 6.7 60.0
10 1 6.7 6.7 66.7
13 1 6.7 6.7 73.3
17 1 6.7 6.7 80.0
18 1 6.7 6.7 86.7
24 1 6.7 6.7 93.3
38 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

suhu sebelum kompres


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 37.6 1 6.7 6.7 6.7
37.8 1 6.7 6.7 13.3
37.9 3 20.0 20.0 33.3
38 3 20.0 20.0 53.3
38.3 1 6.7 6.7 60.0
38.4 1 6.7 6.7 66.7
38.6 1 6.7 6.7 73.3
38.7 2 13.3 13.3 86.7
38.8 1 6.7 6.7 93.3
39 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Lampiran 3

suhu setelah kompres


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 37.1 1 6.7 6.7 6.7
37.4 1 6.7 6.7 13.3
37.5 2 13.3 13.3 26.7
37.8 1 6.7 6.7 33.3
37.9 2 13.3 13.3 46.7
38 1 6.7 6.7 53.3
38.1 1 6.7 6.7 60.0
38.2 1 6.7 6.7 66.7
38.4 1 6.7 6.7 73.3
38.5 1 6.7 6.7 80.0
38.6 1 6.7 6.7 86.7
38.7 1 6.7 6.7 93.3
39 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Histogram
Lampiran 3

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 15
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .14659384
Most Extreme Differences Absolute .115
Positive .115
Negative -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .445
Asymp. Sig. (2-tailed) .989
a. Test distribution is Normal.

T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 suhu sebelum kompres 38.240 15 .4306 .1112
suhu setelah kompres 38.040 15 .5356 .1383

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 suhu sebelum kompres & suhu
15 .940 .000
setelah kompres

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 suhu sebelum
kompres -
.2000 .1964 .0507 .0912 .3088 3.944 14 .001
suhu setelah
kompres

Anda mungkin juga menyukai