A. PENDAHULUAN
Kehadiran konflik dalam suatu organisasi menjadi hal penting untuk
diperhatikan. Hal ini menyebabkan manajemen perlu melakukan
penanganan yang tepat, bahkan sebelum konflik itu benar-benar terjadi.
Konflik tidak hanya menjadi tanggung jawab para praktisi Public Relations
di perusahaan (humas organisasi) sebagai juru komunikasi, tetapi
merupakan tanggung jawab dan kewajiban seluruh anggota organisasi
yang berada di dalamnya untuk mengelola dan meminimalisasi potensi
terjadinya konflik yang bersifat destruktif.
Konflik berasal dari kata kerja latin “configere” yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan membuatnya tidak berdaya.
De Dreu (Amir, 2017:126) mendefinisikan bahwa konflik merupakan
proses di mana satu pihak menganggap bahwa kepentingannya ditentang
atau dianggap negatif oleh pihak lain. Lebih lanjut dijelaskan bahwa konflik
bisa terjadi ketika ada satu pihak yang mengganggu rencana orang lain.
Atau, bisa juga terjadi ketika ada cara tertentu yang tidak disukai.
Robbins (1996:428), mendefinisikan bahwa: “conflict is a process in
which an effort is purposely made by A to offset the efforts of B by some
form of blocking that will result in frustrating B in attaining his or her goals
or furthering his or her interest.”
Selain itu, Mangkunegara (2008:21) menjelaskan bahwa konflik adalah
suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh
seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan kenyataan yang
diharapkannya.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
konflik adalah pertentangan yang terjadi akibat adanya suatu perbedaan
pandangan antara maksud dan harapan oleh para pihak yang memiliki
kepentingan.
Terjadinya konflik disebabkan adanya interaksi dua pihak atau lebih
yang saling berkepentingan dan kemudian muncul perbedaan persepsi
para pihak dalam menyikapi suatu permasalahan. Masing-masing pihak
mempertahankan persepsinya (ego) dan cenderung menyerang persepsi
pihak lainnya. Selain itu potensi terjadinya konflik dikarenakan adanya
rasa ketidakpuasan yang dialami oleh salah satu pihak terhadap pihak
lainnya. Konflik merupakan hal wajar yang pasti terjadi dalam suatu
organisasi, kecuali organisasi sudah hilang bersamaan dengan individu
atau kelompok di dalamnya.
Pola pertahanan persepsi masing-masing pihak dapat berujung pada
ketidakmampuannya dalam mengendalikan emosi. Ketika permasalahan
yang terjadi semakin memanas, akan timbul faktor-faktor pendukung yang
akan meningkatkan emosinya, sehingga salah satu pihak akan mengambil
tindakan awal dan kemudian diikuti oleh pihak lainnya dalam memberikan
feedback negatif. Bisa jadi berujung pada kekerasan verbal dan sebagainya
yang menyebabkan ketersinggungan di kedua belah pihak semakin
diperlihatkan.
B. JENIS-JENIS KONFLIK
Beberapa ahli manajemen telah membagi dan menguraikan jenis-jenis
konflik dari berbagai sudut pandang. Beberapa uraian para ahli tersebut
dijelaskan dalam Umam (2012:327) sebagai berikut:
1. Konflik berdasarkan fungsinya, hal ini dikemukakan oleh Robbins, yang
membagi konflik menjadi dua macam, yaitu:
a. Konflik Fungsional, merupakan konflik yang mendukung
pencapaian tujuan kelompok dan memperbaiki kinerja kelompok.
Konflik ini meningkatkan kinerja kelompok, walaupun berdampak
pada ketidakpuasan individu tertentu.
b. Konflik Disfungsional, yang merupakan konflik yang merintangi
pencapaian tujuan kelompok. Artinya konflik ini hanya
memuaskan satu individu saja dan mengorbankan kinerja
kelompoknya.
2. Konflik berdasarkan pihak yang terlibat, Konflik ini dikemukakan oleh
Stoner dan Freeman yang membagi konflik ke dalam enam macam,
antara lain:
a. Konflik dalam diri individu, konflik ini terjadi ketika seseorang
harus memilih tujuan yang saling bertentangan atau karena
tuntutan tugas yang melampaui batas kemampuannya.
b. Konflik antarindividu, yaitu karena adanya perbedaan kepribadian
antara individu yang satu dengan yang lain.
C. PARADOKS KONFLIK
Dari berbagai penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya, konflik
selalu dipandang dari sudut persepsi buruk yang harus dihindari. Konflik
memiliki konotasi negatif sebagai suatu hal yang dapat menghambat
tujuan organisasi. Benarkah selalu demikian? Pada kenyataannya, konflik
dapat dikelola menjadi suatu strategi yang bermanfaat dalam
2. Komunikasi
Berbagai masalah komunikasi yang terjadi telah dijelaskan pada bab
dan sub-bab sebelumnya. kesalahan pengiriman atau penerimaan pesan
dapat berujung pada perbedaan persepsi yang akhirnya memicu konflik.
Ketidak piawaian dalam berkomunikasi juga dapat membuat para pihak
mengartikan lain dari informasi atau pesan yang disampaikan. Selain itu
gaya bicara dalam berkomunikasi juga cenderung dapat menimbulkan
konflik.
5. Variabel pribadi
Konflik ini terjadi akibat dari faktor karakteristik individu atau
kelompok. Karakter tersebut dapat bersumber dari pemahaman nilai-nilai,
budaya, hingga lingkungan yang membentuk kepribadiannya. Adapun
karakter tersebut seperti sifat perfeksionis, otoriter, merasa diri paling
hebat dan gemar merendahkan orang lain, penuntut, dan lain sebagainya,
yang di mana sikap tersebut dianggap benar oleh pribadinya namun
bertentangan dengan perspektif dan keyakinan orang lain.
9. Kompetisi
Kompetisi bisa terjadi karena adanya hasrat untuk menunjukkan
eksistensi diri di lingkungan pekerjaan. Kompetisi yang tidak sehat dapat
menyebabkan konflik, karena dengannya sesama karyawan dapat
menjatuhkan citra positif satu sama lain dan merusak hubungan kerja,
bukan hanya individu atau kelompok, bila berlarut maka bisa merusak
hubungan di dalam organisasi secara keseluruhan.
F. RANGKUMAN MATERI
1. Konflik adalah pertentangan yang terjadi akibat adanya suatu
perbedaan pandangan antara maksud dan harapan oleh para pihak
yang memiliki kepentingan.
2. Terdapat tiga jenis konflik yang dapat dilihat dari:
a. Konflik berdasarkan fungsi;
b. Konflik berdasarkan pihak yang terlibat;
c. Konflik berdasarkan posisi dalam struktur organisasi.
3. Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk. Pada teori paradoks,
konflik terbagi ke dalam dua sifat yaitu konflik destruktif dan konflik
konstruktif.
4. Konflik tidak bisa dihindari. Konflik akan tetap terjadi apabila
setidaknya terdapat dua pihak yang saling berinteraksi. Namun
daripada itu, konflik bisa diminimalisasikan keberadaannya, dan
apabila dikelola dengan baik, maka konflik justru dapat meningkatkan
motivasi, daya saing dan kinerja karyawan.
5. Beberapa contoh strategi yang dapat diimplementasikan dalam
mengatasi konflik adalah sebagai berikut,
a. Pemecahan masalah (Problem solving)
b. Pemaksaan (Forcing);
c. Penyerahan (Yielding);
d. Pencegahan (Avoiding);
e. Bersepakat (Compromised).