PERILAKU
ORGANISASI
Conflict Management
Abstract Kompetensi
Konflik adalah suatu proses yang dimulai ketika satu pihak menganggap bahwa
pihak lain telah memengaruhi secara negatif, atau akan memengaruhi secara negatif,
sesuatu yang dipedulikan oleh pihak pertama.
Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara
satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan
kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan
pasen, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan lainnya
yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat
kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak
dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-
perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut
akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan
dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan
banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi,
kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-
tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan
sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu.
Definisi konflik adalah sebagai berikut:
Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang
diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.
Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang
memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga
mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama.
Menurut Webster (1966) dalam Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin, istilah “conflict”
dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, atau perjuangan” yaitu
berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Arti kata itu kemudian berkembang
menjadi “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan”.
Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin memaknai konflik sebagai persepsi mengenai
perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest) atau suatu kepercayaan
Ketidakcocokan tujuan
Perbedaan interpretasi atas fakta
Ketidaksepakatan berdasarkan harapan perilaku
a. The belief that conflict is a natural and inevitable outcome in any group
b. Prevalent from the late 1940s through mid-1970s
3. Interactionist View
a. The belief that conflict is not only a positive force in a group but that it is
absolutely necessary for a group to perform effectively
b. Current view
Menurut pandangan interaksionis, konflik dapat bersifat fungsional atau
disfungsional.
a. Konflik fungsional mendukung tujuan grup dan meningkatkan kinerjanya.
b. konflik disfungsional menghambat kinerja grup.
Transformasi Konflik
Fisher dkk (2001:7) menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam
menggambarkan situasi secara keseluruhan, yaitu:
1. Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras
2. Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui
persetujuan damai.
3. Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan
dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
Tahapan-tahapan diatas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola
konflik. Sehingga masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya misalnya
pengelolaan konflik akan mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik.
Tingkatan Konflik
1. Konflik Intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang.
Konflik intrapersonal akan terjadi ketika individu harus memilih dua atau lebih tujuan
yang saling bertentangan, dan bimbang mana yang harus dipilih untuk dilakukan.
2. Konflik Interpersonal, yaitu konflik yang terjadi antar individu. Konflik yang terjadi
ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan dimana hasil
bersama sangat menentuan.
3. Konflik Intragrup, yaitu konflik antara angota dalam satu kelompok. Setiap
kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik substantif terjadi
karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda, ketika anggota dari suatu
komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama. Sedangkan
konflik efektif terjadi karena tangapan emosional terhadap suatu situasi tertentu.
4. Konflik Intergrup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik intergrup terjadi
karena adanya saling ketergantungan, perbedaan persepsi, perbedaan tujuan, da
meningkatkatnya tuntutan akan keahlian.
5. Konflik Interorganisasi, yang terjadi antar organisasi. Konflik inter organisasi
terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sama lain, konflik terjadi
‘20 MSDM Biro Akademik dan Pembelajaran
6 Tim Dosen Pengampu MSDM (e) http://www.widyatama.ac.id
Organizational Behaviour
bergantung pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak negatif
terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi antara lembaga pendidikan
dengan salah satu organisasi masyarakat.
6. Konflik Intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu
organisasi, meliputi:
- Konflik Vertikal, yang terjadi antara pimpinan dan bawahan yang tidak
sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya konflik
antara Rektor dengan tenaga kependidikan;
- Konflik Horizontal, yang terjadi antar karyawan atau departemen yang memiliki
hierarkhi yang sama dalam organisasi Misalnya antara tenaga kependidikan;
- Konflik Lini-Staf, yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang
keterlibatan staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini.
Misalnya konflik antara Rektor dengan tenaga administrasi.
- Konflik Peran, yang terjadi karena seserang memiliki lebih dari satu peran.
Misalnya Rektor menjabat sebagai ketua dewan pendidikan.
Pengelolaan Konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:
Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik.
Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada
dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk
memahaminya.
Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai
dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang
berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Komunikasi
Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan
kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik
adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang
akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
Mendengarkan secara aktif
Metode dominasi dan supresi biasanya memiliki dua macam persamaan, yaitu:
Mereka menekan konflik, dan bahkan menyelesaikannya dengan jalan memaksakan
konflik tersebut menghilang “di bawah tanah”,
Mereka menimbulkan suatu situasi menang-kalah, di mana pihak yang kalah
terpaksa mengalah kaena otoritas lebih tinggi, atau pihak yang lebih besar
kekuasaanya, dan mereka biasanya menjadi tidak puas, dan sikap bermusuhan
muncul.
Tindakan metode supresi dan dominasi dalam menangani konflik yaitu:
o Memaksa (Forcing)
Apabila orang yang berkuasa pada pokoknya menyatakan “Sudah, jangan
banyak bicara, saya berkuasa di sini, dan saudara harus melaksanakan
perintah saya”, maka semua argumen habis sudah. Supresi otokratis
demikian memang dapat menyebabkan timbulnya ekspresi-ekspresi konflik
yang tidak langsung, tetapi destruktif seperti misalnya ketaatan dengan sikap
permusuhan (Malicious Obedience). Gejala tersebut merupakan salah satu di
Paradigma ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini
seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik, atau
kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan orang lain.
Dengan paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa menang dan orang lain
kalah. Ia akan merasa terancam dan iri jika orang lain menang sebab ia berpikir jika
orang lain menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun sebenarnya ia diliputi rasa
bersalah karena ia menganggap kemenangannya pasti mengorbankan orang lain. Pihak
yang kalah pun akan menyimpan rasa kecewa, sakit hati, dan merasa diabaikan.
Sikap Menang-Kalah dapat muncul dalam bentuk:
1. Menggunakan orang lain, baik secara emosional atau pun fisik, untuk kepentingan
diri.
2. Mencoba untuk berada di atas orang lain.
3. Menjelek-jelekkan orang lain supaya diri sendiri nampak baik.
4. Selalu mencoba memaksakan kehendak tanpa memperhatikan perasaan orang lain.
‘20 MSDM Biro Akademik dan Pembelajaran
12 Tim Dosen Pengampu MSDM (e) http://www.widyatama.ac.id
Organizational Behaviour
5. Iri dan dengki ketika orang lain berhasil
Lose-Win (Kalah-Menang)
Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia
cenderung cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka mencari
kekuatan dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih mementingkan
popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang utama. Akibatnya banyak
perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan sehingga akan menyebabkan
penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf, gangguan sistem peredaran darah
yang merupakan perwujudan dari kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.
Lose-Lose (Kalah-Kalah)
Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma Menang-Kalah.
Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka mereka berprinsip jika tidak
ada yang menang , lebih baik semuanya kalah. Mereka berpusat pada musuh, yang ada
hanya perasaan dendam tanpa menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja
dengan bunuh diri.
Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah. Yang penting
adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang bermentalitas menang
menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri. Jika hal ini menjadi pola hidupnya
maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain, merasa kesepian, dan sulit kerja sama
dalam tim.
Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari
keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti mengusahakan
semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah atau keputusan yang
diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena kerja sama bukan persaingan.
Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak dan akan
meningkatkan kerja sama kreatif.
Petunjuk pendekatan pada situasi konflik diawali melalui penilaian diri sendiri, Analisa isu-isu
seputar konflik, Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri, Atur dan
rencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik, Memantau sudut
pandang dari semua individu yang terlibat, Mengembangkan dan menguraikan solusi,
Memilih solusi dan melakukan tindakan, dan Merencanakan pelaksanaannya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam mengatasi konflik yaitu Ciptakan sistem dan pelaksanaan
komunikasi yang efektif, cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi, tetapkan peraturan
dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan, atasan mempunyai
peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul, ciptakanlah iklim dan suasana
kerja yang harmonis, bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit
kerja, semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata rantai
organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat, dan bina dan
kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/eselon.