Menurut Webster (1966) dalam Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin, istilah
conflict dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian, peperangan, atau
perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Arti kata
itu kemudian berkembang menjadi ketidaksepakatan yang tajam atau
oposisi atas berbagai kepentingan.
Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Konflik sebagai suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila
keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang
terancam (Deutsch, 1969, dalam La Monica,1998)
Konflik adalah perjuangan diantara kekuatan-kekuatan interdependen
(Douglass dan Bevis, 1979 dalam La Monica,1998)
Konflik adalah suatu keadaan dimana terjadi adanya pertentangan antara
dua atau beberapa kekuatan yang berlawanan. Umumnya kekuatan yang
dimaksud bersumber dari keinginan manusia.
Konflik adalah pergesekan atau friksi yang terekspresikan di antara dua
pihak atau lebih, di mana masing-masing mempersepsi adanya interferensi
dari pihak lain, yang dianggap menghalangi jalan untuk mencapai sasaran.
Konflik adalah situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau
perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.
Konflik adalah sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya
diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam
upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi,
bukan kerjasama.
Jika konflik dapat kelola dengan baik, konflik dapat menghasilkan suatu
kualitas produksi, penyelesaian yang kreatif dan berdampak terhadap
peningkatan dan pemngembangan (Nursalam, 2002).
2. Aspek negative
mengurangi kekuatan team
merusak integritas pribadi
C. PENYEBAB DAN SUMBER KONFLIK
Menurut Edmun, 1979 dalam Nursalam, 2002, penyebab terjadinya konflik
adalah:
1. Spesialisasi
2. Peran yang bertugas banyak
3. Interdenpendensi peran
4. Terbatasnya tugas
5. Perbedaan
6. Kekurangan sumber daya
7. Perubahan
8. Konflik tentang imbalan
9. Masalah komunikasi
Sumber konflik dalam suatu organisasi menurut Andrew Dubrin
1. Ketidakcocokan tujuan, value atau interest
2. Tanggung jawab yang tidak dideskripsikan secara jelas
3. Konflik peran
4. Orientasi akan adanya perubahan
5. Iklim organisasi
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONFLIK
Faktor-faktor yg mempengaruhi konflik:
Faktor internal :
Karakteristik kepribadian
Sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki
Kebutuhan
Perbedaan persepsi
Faktor eksternal :
Keterbatasan sumber daya
Kekaburan peraturan
Derajat ketergantungan
E. MANIFESTASI KONFLIK
konflik yang terjadi dalam masyarakat atau dalam sebuah organisasi dapat
bermanifestasi dalam berbagai bentuk atau cara :
Perselisihan (Dispute): bagi kebanyakan orang awam, kata konflik biasanya
diasosiasikan dengan "dispute" yaitu "perselisihan" tetapi, dalam konteks ilmu
perilaku organisasi, "perselisihan" sebenarnya sudah merupakan salah satu dari
banyak bentuk produk dari konflik. Dispute atau perselisihan adalah salah satu
produk konflik
yang paling mudah terlihat dan dapat berbentuk protes
(grievances), tindakan indispliner, keluhan (complaints), unjuk rasa ramairamai ,tindakan pemaksaan (pemblokiran, penyanderaan, dsb.), tuntutan
ataupun masih bersifat ancaman atau pemogokan baik antara fihak internal
organisasi ataupun dengan fihak luar adalah tanda-tanda konflik yang tidak
terselesaikan. Kompetisi (persaingan) yang tidak sehat. Persaingan sebenarnya
tidak sama dengan konflik. Persaingan seperti misalnya dalam pertandingan
atletik mengikuti aturan main yang jelas dan ketat. Semua pihak yang bersaing
berusaha memperoleh apa yang diinginkan tanpa di jegal oleh pihak lain.
Adanya persaingan yang sangat keras dengan wasit yang tegas dan adil, yang
dapat menjurus kepada perilaku dan tindakan yang bersifat menjegal yang lain.
Sabotase adalah salah satu bentuk produk konflik yang tidak dapat diduga
sebelumnya. Sabotase seringkali digunakandalam permainan politik dalam
internal organisasi atau dengan pihak eksternal yang dapat menjebak pihak lain.
Misalnya saja satu pihak mengatakan tidak apa-apa, tidak mengeluh, tetapi tibatiba mengajukan tuntutan ganti rugi miliaran rupiah melalui pengadilan.
Insfisiensi/produktivitas yang rendah. Apa yang terjadi adalah salah satu fihak
(biasanya fihak pekerja) dengan sengaja melakukan tindakan-tindakan yang
berakibat menurunkan produktivitas dengan cara memperlambat kerja (slowdown), mengurangi output, melambatkan pengiriman, dll. Ini adalah salah satu
dari bentuk konflik yang tersembunyi (hidden conflic) dimana salah satu fihak
menunjukan sikapnya secara tidak terbuka.Penurunan moril (low morale).
Penurunan moril dicerminkan dalam menurunnya gairah kerja, meningkatnya
tingkat kemangkiran, sakit, penurunan moril adalah juga merupakan salah satu
dari produk konflik tersembunyi dalam situasi ini salah satu fihak, biasanya
pekerja, merasa takut untuk secara terang-terangan untuk memprotes fihak lain
sehingga
elakukan
tindakan-tindakan
tersembunyi
pula.Menahan/menyembunyikan informasi. Dalam banyak organisasi informasi
adalah salah satu sumberdaya yang sangat penting dan identik dengan
kekuasaan (power). Dengan demikian maka penahanan/penyembunyian
informasi adalah identik dengan kemampuan mengendalikan kekuasaan
tersebut. tindakan-tindakan seperti ini menunjukkan adanya konflik tersembunyi
dan ketidakpercayaan (distrust).
F. KLASIFIKASI KONFLIK
1. Berdasarkan tingkatan
a. Konflik intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri
seseorang. Konflik intrapersonal akan terjadi ketika individu harus
memilih dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, dan bimbang
mana ynag harus dipili untuk dilakukan. Misalnya, konflik antara tugas
sekolah dengan acara pribadi. Konflik ini bias diibaratkan seperti makan
buah simalakama, dimakan salah tidak dimakan juga salah, dan kedua
pilihan yang ada memiliki akibat yang seimbang. Konflik intrapersonal
juga bisa disebabkan oleh tuntutan tugas yang melebihi kemampuan.
b. Konflik interpersonal, yaitu konflik yang terjadi antar individu. Konflik yang
terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan
dimana hasil bersama sangat menentuan. Misalnya konflik antar tenaga
kependidikan dalam memilih mata pelajaran unggulan daerah.
c. Konflik intragrup, yaitu konflik anta angota dalam satu kelompok. Setiap
kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik
substantif terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda,
ketika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda
atas data yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tangapan
emosional terhadap suatu situasi tertentu. Contoh konflik intragrup,
misalnya konflik yang terjadi pada beberapa guru dalam Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP);
d. Konflik intergrup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik
intergrup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan
prsepsi, perbedaan tujuan, da meningkatkatnya tuntutan akan keahlian.
Misalnya konflik antar kelompo guru kesenian dengan kelompok guru
matematika. Kelompok guru kesenian memandang bahwa untuk
membelajarkan lagu tertentu dan melatih pernafasan perlu disuarakan
dengan keras, sementara kelompok guru matematika merasa terganggu,
karena para pesereta didiknya tidak konsentrasi belajar.
e. Konflik intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagia dalam suatu
organisasi. Misalnya konflik antara bidang kurikulum dengan bidang
kesiswaan
f. Konflik interorganisasi, yang terjadi antar organisasi. Konflik inter
organisasi terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu
sama lain, konflik terjadi bergantung pada tindakan suatu organisasi yang
menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik
yang terjadi antara sekolah dengan salah satu organisasi masyarakat.
2. Berdasarkan pihak yang terlibat
a. Konflik individu dengan individu
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan
individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan
individu karyawan maupun antara inbdividu karyawan dengan individu
karyawan lainnya.
b. Konflik individu dengan kelompok
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan
kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kempok pimpinan.
c. kelompok dengan kelompok
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan,
kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai
tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan
yang lain
3. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan
Dari segi dampak yang timbul, konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
konflik fungsional dan konflik infungsional. Konflik dikatakan fungsional
apabila dampaknya dapat memberi manfaat atau keuntungan bagi
organisasi, sebaliknya disebut infungsional apabila dampaknya justru
INTERVENSI
MASUK PADA KONFLIK YANG DIYAKINI DPT DISELESAIKAN DG BAIK
MENYELEKASI METODE DLM PENYELESAIAN KONFLIK
H. PROSES DAN TAHAPAN KONFLIK
Menurut Mulyasa pada umumnya konflik berlangsung dalam lima tahap, yaitu
1. Tahap potensial, konflk terasakan, pertenangan, konflik terbuka, dan akibat
konflik. (1) Tahap potensial, yaitu munculnya perbedaan di antara individu,
organisasi, dan lingkunan merupakan potensi terjadinya konflik.
2. Konflik terasakan, yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh
individu, dan mereka mulai memikirkannya.
3. Pertentangan, yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat
di anatara individu atau kelompok yang saling bertentangan.
4. Konflik terbuka, yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi
permusuhan secara terbuka.
5. Akibat konflik, yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap
kehidupan dan kinerja organisasi. Jika konflik terkelola dengan baik, maka
akan menimbulkan keuntungan, seperti tukar pikiran, ide dan menimbulkan
kreativitas. Tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dan melampaui batas,
maka akan menimbulkan kerugian seperti saling permusuhan.
PROSES KONFLIK
KONDISI-KONDISI YG MENDAHULUI
KONFLIK YG DIPERSEPSI
KONFLIK YG DIRASAKAN
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan spiritual atau spiritual intelligence atau spiritual quotient (SQ)
ialah suatu intelegensi atau suatu kecerdasan dimana kita berusaha
menyelesaikan masalah-masalah hidup ini berdasarkan nilai-nilai spiritual
atau agama yang diyakini.
Kecerdasan spiritual ialah suatu kecerdasan di mana kita berusaha
menempatkan tindakan-tindakan dan kehidupan kita ke dalam suatu
konteks yang lebih luas dan lebih kaya, serta lebih bermakna. Kecerdasan
spiritual merupakan dasar yang perlu untuk mendorong berfungsinya
secara lebih efektif, baik Intelligence Quotient (IQ) maupun Emotional
Intelligence (EI).
Pengertian SQ (Spiritual Quotient), Menurut Danah Zohar, kecerdasan
spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri
kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar.
Menurut Muhammad Zuhri, SQ adalah kecerdasan manusia yang
digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya adalah jika
seseorang hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa dipastikan
hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.
2. Komponen Dasar Seorang Perawat yang Memiliki Kecerdasan Emosional dan
Kecerdasan Spiritual
a. Ciri seorang perawat yang memiliki EQ
Seorang perawat yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan
dapat dikenali melalui lima komponen dasar, yaitu sebagai berikut :
Self-awarenes (pengenalan diri)
Mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi tersebut.
Jadi, dia mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan mendapatkan
informasi untuk melakukan suatu tindakan.
Self-regulation (penguasaan diri)
Seseorang yang mempunyai pengenalan diri yang baik dapat lebih
terkontrol dalam membuat tindakan agar lebih hati-hati. Dia juga akan
berusaha untuk tidak impulsif. Akan tetapi, perlu diingat, hal ini bukan
berarti bahwa orang tersebut menyembunyikan emosinya melainkan
memilih untuk tidak diatur oleh emosinya.
Self-motivation (motivasi diri)
Ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, seseorang yang
mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak akan bertanya Apa
yang salah dengan saya atau kita?. Sebaliknya ia bertanya Apa yang
dapat kita lakukan agar kita dapat memperbaiki masalah ini?.
Empathy (empati)
Kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apa
yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada posisi
tersebut.