Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN


(Pengambilan Keputusan Dalam Kondisi Konflik)

Dosen Pengasuh :
Ropal Tores, S.E., M.Si.

Kelompok 3 :
Begin Saputra (221224097)
Nida (221224091)
Adinda KH (221224072)
M. Teddy Syaputra (221224090)
M. Ayasy Farhan (221224119)
Dini Wulandari (221224045)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISS


INSTITUT RAHMANIYAH SEKAYU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengambilan Keputusan Dalam
Kondisi Konflik”. Semuanya itu tidak terlepas dari rahmat dan rahim serta pertolongan-Nya,
sehingga semua hambatan dan kendala yang dihadapi dapat diselesaikan dengan lancar.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teori Pengambilan Keputusan. Masing-masing bagian yang terkandung dalam makalah ini kami
susun dengan baik supaya pembaca dapat memahami bentuk maupun isinya yang mungkin
masih sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan
atau petunjuk yang dapat berguna untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami sebagai
penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Sekayu, Desember 2023


DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik merupakan suatu realitas tak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Dalam
konteks pengambilan keputusan, kehadiran konflik seringkali menjadi faktor kritis yang
mempengaruhi kualitas dan arah suatu keputusan. Pada dasarnya, konflik dapat muncul
dari perbedaan pendapat, nilai, tujuan, atau sumber daya yang terbatas, menciptakan
dinamika yang kompleks dan menantang dalam proses pengambilan keputusan.
Pentingnya memahami bagaimana pengambilan keputusan dapat dilakukan efektif
dalam kondisi konflik menjadi semakin mendesak mengingat lingkungan yang penuh
tantangan dalam masyarakat, organisasi, dan bahkan dalam kehidupan pribadi. Konflik tidak
hanya dapat menghambat kemajuan, tetapi juga dapat menjadi peluang untuk pertumbuhan
dan transformasi positif jika dikelola dengan bijaksana melalui keputusan yang tepat.
Teori pengambilan keputusan tradisional sering kali tidak sepenuhnya
mengakomodasi kompleksitas konflik. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman mendalam
terkait konsep-konsep teoritis yang mendasari pengambilan keputusan dalam situasi konflik.
Dalam mengembangkan keahlian ini, individu dan organisasi dapat menghadapi konflik
dengan lebih siap, meminimalkan risiko, dan meraih peluang yang muncul dari situasi konflik
tersebut.
Melalui analisis dan eksplorasi dalam makalah ini, diharapkan akan tergambar
dengan jelas hubungan antara pengambilan keputusan dan kondisi konflik, serta bagaimana
teori-teori pengambilan keputusan dapat diterapkan secara kontekstual untuk menghasilkan
keputusan yang optimal dalam menghadapi tantangan konflik.
Dengan pemahaman ini, diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan teori dan praktik pengambilan keputusan, khususnya dalam konteks yang
memerlukan kebijaksanaan dan ketelitian di tengah-tengah ketidakpastian dan konflik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Konflik?
2. Apa sebab-sebab terjadinya konflik ?
3. Apa saja Jenis- jenis Konflik?
4. Bagaimana cara memutuskan sebuah Konflik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Konflik
2. Untuk mengetahui Sebab-sebab terjadinya Konflik
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis Konflk
4. Untuk mengetahui cara memutuskan sebuah terjadinya Konflik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pengambilan Keputusan Dan Konflik
1. Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses mental yang melibatkan pemilihan
dari berbagai opsi atau alternatif yang tersedia. Ini adalah langkah yang diambil oleh
individu atau kelompok untuk memilih suatu tindakan atau keputusan dari sekumpulan
opsi yang ada, dengan tujuan mencapai suatu hasil tertentu. Pengambilan keputusan
dapat melibatkan pertimbangan rasional, evaluasi risiko, penilaian nilai, dan
serangkaian langkah-logika lainnya.
pengambilan keputusan tidak selalu bersifat individual; dalam banyak kasus,
keputusan diambil secara kolektif oleh kelompok atau tim, yang melibatkan proses
interaksi, komunikasi, dan negosiasi antar anggota kelompok.
Penting untuk diingat bahwa pengambilan keputusan tidak selalu tanpa
tantangan. Keputusan seringkali harus diambil dalam situasi ketidakpastian atau
konflik, dan kemampuan untuk mengelola kompleksitas ini merupakan aspek penting
dari keterampilan pengambilan keputusan yang efektif.

2. Definisi Konflik
Konflik adalah suatu situasi di mana dua atau lebih pihak memiliki perbedaan
pendapat, tujuan, nilai, atau kepentingan yang saling bertentangan. Konflik dapat
muncul di berbagai tingkatan, baik dalam konteks personal, interpersonal,
organisasional, maupun sosial. Sumber konflik bisa berasal dari perbedaan persepsi,
kebutuhan yang tidak terpenuhi, atau persaingan atas sumber daya yang terbatas.
Dalam konflik, terdapat ketidaksepakatan antara pihak-pihak yang terlibat, dan
seringkali diiringi dengan perasaan ketidaknyamanan, ketegangan, atau bahkan
pertentangan terbuka. Konflik dapat bersifat positif jika dikelola dengan baik, karena
dapat mendorong perubahan positif, inovasi, dan pertumbuhan. Namun, jika tidak
ditangani dengan bijaksana, konflik juga dapat mengarah pada dampak negatif seperti
pemisahan, ketidakharmonisan, atau bahkan kekerasan.
B. Sebab terjadinya Konflik
Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya konflik.
Agus M. Hardjana mengemukakan sepuluh penyebab munculnya konflik yaitu:
a. Salah pengertian atau salah paham karena kegagalan komunikasi
b. Perbedaan tujuan kerja karena perbedaan nilai hidup yang dipegang
c. Rebutan dan persaingan dalam hal yang terbatas seperti fasilitas kerja dan jabatan
d. Masalah wewenang dan tanggung jawab
e. Penafsiran yang berbeda atas satu hal, perkara dan peristiwa yang sama
f. Kurangnya kerja sama
g. Tidak mentaati tata tertib dan peraturan kerja yang ada
h. Ada usaha untuk menguasai dan merugikan
i. Pelecehan pribadi dan kedudukan
j. Perubahan dalam sasaran dan prosedur kerja sehingga orang menjadi merasa tidak
jelas tentang apa yang diharapkan darinya

Robbins sendiri membedakan sumber konflik yang berasal dari karakteristik perseorangan
dalam organisasi dan konflik yang disebabkan oleh masalah struktural. Dari sini kemudian
Robbins menarik kesimpulan bahwa ada orang yang mempunyai kesulitan untuk bekerja
sama dengan orang lain dan kesulitan tersebut tidak ada kaitannya dengan kemampuan
kerja atau interaksinya yang formal. Konflik perseorangan ini disebut Robbins dengan konflik
psikologis .
Untuk itulah Robbins kemudian memusatkan perhatian pada sumber konflik organisasi yang
bersifat struktural. Sumber-sumber konflik yang dimaksudkan Robbins, yaitu:
a. Saling ketergantungan pekerjaan
b. Ketergantungan pekerjaan satu arah
c. Diferensiasi horizontal yang tinggi
d. Formalisasi yang rendah
e. Ketergantungan pada sumber bersama yang langka
f. Perbedaan dalam kriteria evaluasi dan sistem imbalan
g. Pengambilan keputusan partisipatif
h. Keanekaragaman anggota
i. Ketidaksesuaian status
j. Ketakpuasan peran
k. Distorsi komunikasi

C. Jenis-jeni Konflik
Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk
membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya, ada yang membagi konflik dilihat dari fungsi dan ada juga yang membagi konflik
dilihat dari posisi seseorang dalam suatu organisasi.

1. Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi


Jenis konflik ini disebut juga konflik intra keorganisasian. Dilihat dari posisi
seseorang dalam struktur organisasi, Winardi membagi konflik menjadi empat macam.
Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki
kedudukan yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara atasan dan
bawahan.
b. Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara mereka yang memiliki
kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar
karyawan, atau antar departemen yang setingkat.
c. Konflik garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya
memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai
penasehat dalam organisasi.
d. Konflik peranan, yaitu konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari
satu peran yang saling bertentangan.

2. Konflik yang melibatkan individu-individu maupu kelompok-kelompok. Handoko, T.H.


(1992) membedakan konflik menjadi lima jenis, yaitu:
a. Konflik dalam diri individu
setiap individu mempunyai keinginan, cita-cita dan harapan, namun tidak semua
keinginan dan cita-cita dapat dipenuhi sehingga menimbulkan kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan. Kepentingan individu sering kali berbeda
dengan tujuan organisasi, karena itu agar kinerja organisasi tidak terganggu
maka setiap anggota harus berusaha menyesuaikan.
b. Konflik antar individu dalam suatu organisasi
individu mempunyai perbedaan dalam hal kemampuan, kebutuhan, bakat, minat,
kepribadian maupun latar belakang lingkungan. Perbedaan dapat menjadi
sumber konflik apabila masing-masing mempertahankan kepentingan anggota
ataupun kepentingan yang lebih sempit. Akan tetapi pertentangan dan
perbedaan pendapat dapat menjadi kekuatan organisasi jika diarahkan dan
dilelola secara baik.
c. Konflik anatar individu dan kelompok
yaitu berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk
keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka, individu sangsi oleh
kelompok kerjanya karena melanggar normal-norma kelompok. Konflik muncul
dapat disebabkan oleh kegagalan dari individu dalam menjalankan fungsi yang
ditetapkan kelompok
d. Konflik antar kelompok dalam organisasi
hal ini dapat terjadi karena persaingan dan pertentangan kepentingan antar
kelompok kelompok berjuang untuk menin gkatkan prestasi maksimal sehingga
terjadi perebutan sumber-sumber organisasi. Kelompok yang mendapat tekanan
dari luar, hubungan anggota semakin padu (kohesif) rasa solidaritas antar
anggota (Ingroup feeling) semakin tinggi. Nilai-nilai dan tujuan kelompok lebih
diutamakan namun kerja sama antar kelompok semakin berkurang.

D. Teori Permainan
1. Definisi Teori Permainan
Teori permainan adalah

Anda mungkin juga menyukai