Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amina

Npm : 22050040
Tugas : Teori Organisasi

Diskusikan secara berkelompok mengenai :


1. Konflik dalam organisasi
2. Resolusi konflik
3. Membanagun iklim organisasi kondusif

1. Konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua orang anggota organisasi atau
lebih yang timbul karena fakta bahwa mereka harus berbagi dalam hal mendapatkan
sumber-sumber daya yang terbatas, atau aktifitas-aktifitas pekerjaan dan atau karena
fakta bahwa mereka memiliki status, tujuan, nilai-nilai atau persepsi yang berbeda
(Stoner dan Wankel, 1986).
Dari beberapa definisi konflik menurut para ahli seperti yang diuraikan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi yang sedang mengalami konflik
dalam aktifitasnya menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Terdapat perbedaan pendapat atau pertentangan antar individu atau kelompok
b) Terdapat perselisihan dalam mencapai tujuan yang disebabkan adanya perbedaan
persepsi dalam menafsirkan program organisasi
c) Terdapat pertentangan norma dan nilai-nilai individu maupun kelompok
d) Adanya sikap dan perilaku saling meniadakan, menghalangi pihak lain mendapat
kemenangan dalam memperebutkan sumber daya organisasi yang terbatas.

Penyebab dan Proses Terjadinya Konflik


Konflik tidak timbul secara serta merta melainkan melalui beberapa tahapan. Para ahli
mencoba menguraikan lebih dalam mengenai penyebab dan proses terjadinya konflik
dalam organisasi. Melalui artikel ini penulis mencoba menguraikan kembali salah satu
pandangan tentang proses terjadinya konflik menurut Hendricks, W (1992) yakni :
1. Peristiwa sehari-hari : ditandai adanya individu yang merasa tidak puas atau jengkel
terhadap lingkungan kerja;
2. Adanya tantangan : apabila terjadi masalah, individu cenderung saling
mempertahankan pendapat dan menyalahkan pihak lain;
. Timbulnya pertentangan : masing-masing individu atau kelompok bertujuan untuk
menang dan mengalahkan kelompok lain.
        Konflik dalam organisasi tidak terjadi secara alamiah dan terjadi bukan tanpa
sumber penyebab. Penyebab terjadinya konflik dalam setiap organisasi amat bervariasi
tergantung dari sudut pandang individu menafsirkan, mempersepsi dan memberikan
tanggapan dalam lingkungan kerjanya. Dikarenakan konflik dalam porsi tertentu dapat
berdampak positif pada organisasi, maka mesti dikelola dengan baik dengan mengetahui
faktor-faktor penyebabnya antara lain :
1. Konflik nilai
2. Kurangnya komunikasi
3. Kepemimpinan yang kurang efektif, pengambilan keputusan yang kurang adil
4. Ketidakcocokan peran
5. Produktifitas rendah
6. Perubahan keseimbangan
7. Konflik yang belum terpecahkan
8. Kebutuhan untuk membagi sumber-sumber daya yang terbatas
9. Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan
10. Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja; dan lain-lain.

2. Resolusi konflik

Resolusi konflik atau conflict resolution adalah seni dalam mengatasi perbedaan

tujuan dan pendapat untuk menemukan cara agar setiap orang dapat bekerja sama

secara damai, dilansir dari Indeed. Dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di

tempat kerja biasanya diperlukan pihak yang netral atau mediator untuk mencari

perspektif berbeda dan menemukan solusi. Dari pengertian resolusi konflik di atas,

dapat kita pahami bahwa konflik di tempat kerja berpotensi tak terselesaikan dengan

tuntas jika tidak diatasi dengan resolusi yang baik.

Seperti yang disebutkan oleh The Balance Careers berikut ini beberapa proses dalam

melakukan resolusi konflik:

 Pengakuan oleh pihak-pihak yang terlibat masalah.

 Melakukan kesepakatan bersama untuk mengatasi masalah dan menemukan solusi

penyelesaian.

 Memahami perspektif dari seseorang atau kelompok yang sedang terlibat masalah.
 Mengidentifikasi perubahan sikap pada mereka yang terlibat masalah untuk

melakukan pendekatan.

 Mengenali pemicu dari konflik yang terjadi.

 Diperlukannya intervensi dari pihak ketiga yang netral misalnya dari HR atau atasan

untuk melakukan mediasi.

 Kesedian dari pihak yang terlibat masalah untuk ikut berkompromi.

 Sepakat untuk membuat rencana guna mengatasi perbedaan.

 Memantau dampak dari setiap kesepakatan yang dibuat apakah nantinya akan

membuat perubahan pada pihak yang bertikai.

 Perusahaan mendisiplinkan atau memberhentikan karyawan yang menolak upaya

resolusi konflik.

Resolusi konflik adalah upaya untuk mencari jalan keluar dari adanya konflik yang

terjadi. Itulah mengapa proses penyelesaiannya pun tidaklah mudah. Meskipun di atas

disebutkan ada beberapa tahapan proses penyelesaian, tapi sering sekali ada pihak

yang keberatan untuk melakukannya. Untuk itulah dibutuhkan mediator yang tegas

untuk membantu penyelesaian masalah. Selain itu, perusahaan pun harus berani

menentukan sikap dan memberikan ketegasan bagi karyawan yang menolak untuk

menyelesaikan konflik.

3. Pengertian iklim Kerja

Setiap organisasi akan memiliki iklim kerja yang berbeda. Keanekaragaman

pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan

menggambarkan perbedaan tersebut. Semua organisasi tentu memiliki strategi dalam

memanajemen sumber daya manusia. Iklim organisasi yang terbuka memacu

karyawan untuk mengutarakan kepentingan dan ketidakpuasan tanpa adanya rasa


takut akan tindakan balasan dan perhatian. Ketidakpuasan seperti itu dapat ditangani

dengan cara yang positif dan bijaksana. Iklim keterbukaan, bagaimanapun juga hanya

tercipta jika semua anggota memiliki tikat keyakinan yang tinggi dan mempercayai

keadilan tindakan. Organisasi cenderung menarik dan mempertahankan orang-orang

yang sesuai dengan iklimnya, sehingga dalam tingkatan tertentu polanya dapat

langgeng. Pada umumnya para ahli memiliki pendapat yang sepaham tentang

memberikan defenisi iklim organisasi, yang pada intinya menyatakan bahwa iklim

kerja adalah sesuatu yang menjadi karakter, ciri khas atau nilai-nilai utama yang

melekat dalam interaksi antar individu dan bagian dalam organisasi.

Miller (1997:128), mengatakan bahwa iklim kerja adalah nilai semangat yang

mendasar dalam cara mengelola hubungan dan mengorganisasikannya. Nilai-nilai itu

berbentuk prinsip dan keyakinan yang bisa tersurat, namun juga ada yang hanya

tersirat. Nilai-nilai ini akan mempengaruhi individu dalam melakukan tugas-tugas

dalam organisasi. Robbins (2007:716) menyatakan bahwa iklim kerja adalah istilah

yang dipakai untuk memuat rangkaian variable perilaku yang mengacu pada nilai-

nilai, kepercayaan-kepercayaan, dan prinsip pokok yang berperan sebagai suatu dasar

bagi system manajemen organisasi. Iklim kerja juga merupakan teori-teori yang

menjelaskan sasaran dan prosedur untuk mencapai tujuan. Pendapat senada

disampaikan oleh Ouchi bahwa iklim kerja tercakup dalam falsafah manajemennya,

yang terdiri dari atas teori-teori yang secara tersirat menjelaskan sasaran dan prosedur

yang digunakan untuk mencapainya (W.G.Ouchi, 1992:95).

Dari berbagai defenisi mengenai iklim kerja, maka dapat disimpulkan bahwa iklim

kerja merupakan gambaran terhadap kualitas, suasana dan karakter yang tampak pada

norma dan nilai, hubungan interpersonal, suasana belajar-mengajar, struktur


organisasi, ikatan positif dengan lembaga dan lingkungan fisik yang terdapat di

lembaga tempat pegai bertugas. Iklim kerja ini dapat diukur melalui dimensi safety

(rasa aman), teaching and learning (kegiatan belajar mengajar), interpersonal

relationships (hubungan dengan orang lain), dan institutional environment

(lingkungan kerja).

Anda mungkin juga menyukai