Disusun oleh:
AYUK ARIYANTI 165060701111034
2.1 Konflik
Konflik berarti suatu kondisi yang bertentangan satu sama lain. Hal tersebut mengacu pada
ketidaksepakatan antara orang atau anggota organisasi. Ketidaksepakatan tesebut menjadi
sesuatu yang melekat dalam hubungan antara semua manusia. Larfela (1988) berpendapat serupa
mengenai konflik yaitu: "Bagian dari proses kompetisi yang merupakan dasar bagi kelangsungan
hidup dan keberhasilan evolusi makhluk hidup”. Menurut definisi ini, jelas bahwa konflik selalu
terjadi antara orang, sekelompok orang, anggota suatu organisasi dan antar organisasi yang
saling berkaitan satu sama lain.
Kata konflik mengandung banyak pengertian, ada pengertian negatif, pengertian netral dan
pengertian positif. Dalam pengertian negatif, konflik dikaitkan dengan sifatsifat animalistik,
kebuasan, kekerasan, barbarisme, perusakan, penghancuran, irasionalisme, tanpa kontrol
emosional, huru-hara, pemogokan perang, dan lain sebagainya. Dalam pengertian positif, konflik
dihubungkan dengan dengan peristiwa petualangan, tantangan, hal-hal baru, inovasi,
pembersihan, pembenahan, pemurnian, pembaharuan, penerangan batin, kreasi, pertumbuhan,
perkembangan, rasionalitas, mawas diri, perubahan, dan seterusnya. Sedangkan dalam pengertian
yang netral, konflik diartikan sebagai akibat biasa dari keanekaragaman individu manusia dengan
sifat-sifat yang berbeda, dengan kepentingan dan tujuan hidup yang tidak sama pula.
Konflik dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) berdasarkan bentuknya (Schermerhom, dkk:
1985) yaitu berupa perselisihan (disagreement) dan ketegangan (the presence of tension).
Konflik yang merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok, pengalokasian
sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijakan dan prosedur serta pembagian jabatan
pekerjaan disebut dengan Substantive Conflicts. Sementara konflik yang terjadi akibat adanya
perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan serta adanya
pertentangan/ketegangan antar individu ( personality clashes) disebut Emotional Conflicts.
2.2 Manajemen Konflik
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil
para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola
komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
dan penafsiran terhadap konflik.
Menurut Boardman dan Horowits (1994), karakteristik kepribadian berpengaruh terhadap
gaya manajemen konflik individu. Karakteristik kepribadian yang terutama berpengaruh
terhadap gaya manajemen konflik individu adalah kecenderungan agresif, kebutuhan untuk
mengontrol dan menguasai, orientasi koperatif atau kompetitif, kemampuan berempati, dan
kemampuan untuk menemukan alternatif penyelesaian konflik.
4.2 Pembahasan
Ada 8 bentuk perilaku buruk diantaranya pelecehan seksual, agresi dan kejahatan, bullying,
ketidaksopanan, penipuan, penyalahgunaan obat ditempat kerja, cyberslacking, sabotase dan
pencurian (Ivancevich, 2006 : 263). Didalam departemen Purchasing itu sendiri, peneliti
menemukan perilaku buruk yang terjadi yaitu seperti yang disajikan dalam tabel berikut
Tabel 4.1 Perilaku Buruk Karyawan PT Sumi Rubber Indonesia
Dimensi fisik Dimensi aktif dan Dimensi langsung tidak langsung
verbal pasif
Fisik Aktif Langsung Tidak langsung
- Mengganggu orang lain - Pencurian
ketika bekerja - Sabotase
- Menghancurkan property
- Mengkonsumsi sumber
daya yang diperlukan
Pasif - Melambatkan kerja dengan - Datang terlambat rapat
sengaja - Menunda pekerjaan untuk
- Menolak menyediakan membuat target tampak
sumber daya yang buruk
diperlukan - Menyebabkan orang lain
- Meniggalkan wilayah kerja menunda tindakan
ketika target masuk
Tabel 4.1 Perilaku Buruk Karyawan PT Sumi Rubber Indonesia (lanjutan)
Verbal Aktif - Ancaman - Menyebarkan gossip
- Teriakan - Mengadu
- Hinaan dan sarkasme - Berbicara dibelakang
- Memamerkan status - Merendahkan pendapat
- Evaluasi kerja yang tidak - Mengirimkan informasi
adil yang menolak
Pasif - Gagal membalas panggilan - Gagal mengirimkan
telepon informasi
- Mendiamkan target - Gagal menyangkal gosip
- Menolak permintaan target yang salah
- Gagal membela target
- Gagal memperingatkan
bahaya yang akan
muncul
5.1 Kesimpulan
Konflik adalah situasi dimana dua atau lebih individu merasa dirinya saling berseberangan
(Newstrom and Davis, 2002). Konflik adalah sebuah proses di mana salah satu pihak merasa
keinginan atau ketertarikannya berseberangan dengan pihak lain (Kreitner and Kinicki, 2008).
Terjadinya konflik pasti terjadi pada suatu organisasi yang mana banyak terjadi interaksi dari dua
orang atau lebih. Untuk itu, peranan manajemen konflik sangatlah dibutuhkan untuk menangani
konflik agar tidak berlanjut berkepanjangan serta memberburuk kondisi organisasi. Menurut
Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku
atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin
atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau
tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
Terdapat lima jenis konflik yang dapat terjadi. 1) konfik dalam diri individu, 2) konflik
antar individu dalam organisasi yang sama, 3) konflik antara individu dan kelompok, 4) konflik
antar kelompok dalam organisasi yang sama, dan 5) konflik antar organisasi. Tosi, dkk : 1986
berpendapat bahwa penyebab timbulnya konflik dapat dikelompokkan atas dua bagian besar
yaitu karakteristik individu dan faktor situasi. Menurut Mukhsin M Jamil (2007:8) terdapat lima
strategi managemen konflik yang dapat diterapkan yaitu 1) menghindar, 2) mengakomodasi. 3)
kompetisi, 4) kompromi atau negoisasi, dan 5) memecahkan masalah atau kolaborasi.
Konflik tidak selalu berdampak buruk bagi organisasi. Jika upaya penanganan dan
pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif akan
muncul melaui perilaku sesorang sebagai sumber daya manusia yang potensial seperti
meningkatnya ketertiban, kedisiplinan, hubungan kerja sama yang produktif, meningkatnya
motivas kerja, dan lain-lain.
Pada kasus konflik yang terjadi di department purchasing PT. Sumi Rubber Indonesia
terdapat beberapa perilaku buruk karyawan yang ditunjukkan seperti pencurian, sabotase, datang
terlambat, menunda pekerjaa, dan lain-lain. Menurut penelitian penyebab konflik tersebut timbul
akibat kesalahpahaman karena komunikasi yang terjalin tidak efektif. Beberapa penyebab
buruknya komunikasi adalah kemampuan individu dalam berkomunikasi, tingkat pendidikan
yang berbeda, serta ketidaknyamanan dalam bekerja. Oleh sebab itu komunikasi yang efektif
dianggap penting dalam penanganan kasus tersebut. Menurut Rismi somad (2014: 131) ada lima
prinsip komunikasi efektif yang disebut REACH ( Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble).
5.2 Saran
Peran manajer dalam menghadapi konflik yang terjadi disuatu organisasi sangatlah penting.
Manajer dapat menjadi pihak ketiga yang dapat menyelesaikan konflik yang terjadi antar
karyawannya. Oleh karena itu keterampilan seorang manajer dalam berkomunikasi sangat
dibutuhkan agar suatu konflik dapat terselesaikan. Seorang manajer dapat memilih strategi-
strategi penanganan konflik berdasarkan jenis konflik yang terjadi. Selain peran manajer
komunikasi yang efektif baik antar individu maupun antar kelompok juga harus dijaga agar
terjadinya konflik dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Chaudhry and R. Asif.. (2015). Organizational Conflict and Conflict Management: a
synthesis of literature. Journal of Business and Management Research, 9 (2015) 238-244
Anwar, Choerul (2015). Manajemen Konflik Untuk Menciptakan Komunikasi Yang Efektif
(Studi Kasus Di Departemen Purchasing PT. Sumi Rubber Indonesi). Jurnal Interaksi, Vol 4
No 2, Juli 2015, Hal 148 - 157
Dr.Digvijaysinh Thakore. (2013). Conflict And Conflict Management. IOSR Journal Of
Business And Management (IOSR-JBM) E-issn: 2278-487X. Volume 8, Issue 6 (Mar. - Apr.
2013), Pp 07-16
Heridiansyah, Jefri. (2014). Manajemen Konflik Dalam Sebuah Organisasi. Jurnal STIE
Semarang, Vol 6, No 1, Edisi Februari 2014
Kristianto, Heru . (2015). Hubungan Antara Komitmen Organisasional Dan Gaya Manajemen
Konflik Karyawan Bank Milik Pemerintah Daerah Tingkat Ii Di Provinsi Diy
Kurnia Dani, Aditya. (2016). Hubungan Komunikasi Organisasi Dan Komitmen Organisasi
Dengan Manajemen Konflik Pada Guru Di Sekolah Islam Bunga Bangsa Samarinda.
eJournal Psikologi, Volume 4, Nomor 2, 2016: 189-199.
Madalinaa, Oachesu (2016). Conflict Management, A New Challenge. Procedia Economics And
Finance 39 ( 2016 ) 807 – 814
Mardianto, Koentjoro & Purnamaningsih. (2000). Penggunaan Manajemen Konflik Ditinjau Dari
Status Keikutsertaan Dalam Mengikuti Kegiatan Pecinta Alam Di Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Jurnal Psikologi No.2 Tahun 2000 Hal 111 – 119
Muspawi, Mohamad. (2014). Manajemen Konflik ( Upaya Penyelesaian Konflik Dalam
Organisasi ). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. Volume 16, Nomor 2,
Hal. 41-46 Juli – Desember 2014
Nuryasman MN. (2009). Peranan Manajemen Konflik Dalam Organisasi. Jurnal
Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 99-109.
Setyawardani, Titis dan Noermijati. (2012). Proses Terjadinya Konflik dalam Organisasi (Studi
Kasus pada BUMD PT.X). Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 10, Nomor 4, Desember
2012
Wartini, Sri. (2015). Strategi Manajemen Konflik Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja
Teamwork Tenaga Kependidikan. Jurnal Manajemen Dan Organisasi Vol VI, No 1, April
2015
Yuningsih, Ani. (2011). Implementasi Komunikasi Organisasi dalam Manajemen Konflik The
Arena Model of Conflict Strategies Approach. Jurnal Prosiding SNaPP2011: Sosial,
Ekonomi, dan Humaniora. Vol 2, No.1, Tahun 2011
Wijayati, Dewie Tri. (2009). Model Konseptual Manajemen Konflik Dalam Organisasi. Jurnal
Bisnis Dan Manajemen Vol. I, No. 2, Februari 2009