Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Konflik Dalam Organisasi

Disusun Oleh: Prizha Moehgni Shodiq Pradana


Email: shodiqprizha@gmail.com
NIM 180910202008
Mata Kuliah Perilaku Organisasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember
ABSTRAK
Pembuatan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen konflik didalam suatu
organisasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa konflik merupakan sesuatu hal yanng lumrah terjadi dalam
kehidupan sosial, apalagi di organisasi yang setiap individunya memiliki tugas dan tanggunng jawab sendiri-
sendiri yang telah dibebankan kepadanya. Manajemen konflik diperlukan agar hambatan-hambatan dalam
menjalanjakan organisasi, khususnya konflik dapat diselesaikan.Metode yang digunakan dalam pembuatan
artikel ini menggunakan metode telaah pustaka yaitu telaah teori. Artikel ini akan membahas studi perilaku
organisasi berkaitan tentang manajemen konflik yang membahas tentang jenis-jenis dari konflik, proses
terjadinya konflik dan fungsi manajemen konflik. Sehingga terdapat kesimpulan sederhana bahwasannya
manajemen konflik penting untuk memungkinkan mengarahkan hasil penyelesaian konflik agar dalam
menjalankan organisasi dapat berjalan lancar dan sesuai apa yang ditargetkan sebelumnya.

Keyword: Manajemen konflik, jenis, proses, fungsi

PENDAHULUAN
Organisasi perlu berkembang dan terus maju ditengah-tengah perkembangan zaman.
Sering sekali muncul konflik didalam organisasi diakibatkan oleh berbagai faktor, sehingga
diperlukannya penanganan atas munculnya koflik-konflik tersebut yang muncul dalam
organisasi. Dalam organisasi terdapat manajemen konflik sebagai tindakan dalam mengatur
dan menyelesaikan konflik, tanpa adanya tindak lanjut dari penyelesaian konflik didalam
organisasi akan berdampak negatif bagi organisasi tersebut. Dalam definisinya, manajemen
dianggap sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan konflik
diartikan sebgai perjuangan mental yang disebabkan tindakan-tindakan atau cita-cita yang
bertentangan pendapat dengan orang lain. Sehingga, manajemen konflik merupakan seni
untuk mengelola atau mengatur konflik yang terdapat pada organisasi agar menjadi
fungsional dan bermanfaat bagi peningkatan keefisienan, keefektivitas dan prestasi
organisasi. Berbagai macam jenis konflik terdapat pada sebuah organisasi yaitu konflik dalam
diri individu, konflik antar individu, konflik antar anggota dalam satu kelompok, konflik
antar kelompok, serta konflik antar bagian dalam organisasi dan antar anggota. Suatu konflik
merupakan sebuah proses yang dinamis, dimana konflik memiliki awal dan tahapan-tahapan
yang akhirnya menemui titik akhir penyelesaian dari konflik tersebut. Setiap awal dari sebuah
konflik memiliki berbedaan, tergantung dari awal permasalah yang memicu timbulnya
konflik tersebut. Tahapan awal terbentuknya konflik diawali dengan ketidak cocokan
potensial atau oposisi, kemudiankognisi dan personalisasi, maksud, perilaku dan diakhiri
dengan hasil atau dampak dari konflik tersebut terhadap kinerja yang ada didalam organisasi.
Dari konflik tersebut, manajemen konflik memiliki fungsi atau tujuan dalam menangani
konflik dalam organisasi. Diantara dari fungsi dan tujuan manajemen konflik sebagai
pencegah konflik, penyelesaian konflik, pengelolaan konflik, resolusi konflik dan
transformasi konflik. Sehingga dalam manajemen konflik dalam suatu perusahaan memiliki
tujuan dan fungsi yang jelas dan untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam jalannya
organisasi. Alasan dibuatnya artikel ini supaya para pembaca memahami seberapa
pentinngnya manajemen konflik dalam suatu organisasi.
METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini menggunakan metode telaah pustaka, yaitu telaah teori.
Metode ini menggunakan telaah teori yang meninjau sumber-sumber yang relevan dengan
judul yang diangkat dalam artikel ini yaitu manajemen konflik. Diantara sumber-sumber
berupa jurnal atau artikel yang telah di publish, handbook dan e-book yang didapatkan dari
perpustakaan nasional dan e-book yang dipakai bersumber dari situs yang terpercaya dan
dapat dipertanggung jawabkan. Artikel ini juga bersumber dari pemikiran atau pendapat
penulis sendiri yang sesuai dengan judul artikel diatas.
PEMBAHASAN
Organisasi perlu berkembang dan bertahan hidup dalam semakin maju dan
berkembangan teknologi informasi yang sangat dinamis dengan berbagai kemungkinan
munculnya konflik yang diakibatkan oleh diversity dalam organisasi yang mulai bersifat
tanpa batas. Diperlukan penanganan atas munculnya konflik-konflik yang ada didalam
organisasi. Mengingat semua orang dan organisasi tidaklah mungkin hidup tanpa menghadapi
masalah konflik, yang terpenting adalah bagaimana pemahaman konsep tentang pengertian
atau definisi dari manajemen konflik. Manajemen konflik dapat diartikan sebagai seni, ilmu
dan segala sumber daya yang tersedia dalam individu, kelompok ataupun organisasi untuk
mencapai tujuan dari mengelola konflik (Santosa, 2000). Definisi lain manajemen diartikan
sebagai proses pihak-pihak berkonflik atau pihak ketiga yang menyusun strategi konflik dan
menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar tercapai hasil yang diinginkan (Wirawan,
2010). Manajemen konflik sebagai serangkaian aksi reaksi antara pelaku ataupun pihak luar
dalam suatu konflik serta termasuk suatu strategi yang tujuannya pada mekanisme yang
mengarahkan bentuk komunikasi dari pelaku ataupun pihak luar dan bagaimana mereka
memengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang
situasi konflik, karena komunikasi efektif diantara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan
terhadap pihak ketiga.
Hakekatnya konflik dibagi dalam enam bentuk. Pertama, konflik dalam diri individu
(intrapersonal conflict), terjadi ketika individu harus memilih dua atau lebih tujuan yang
saling bertentangan, lalu bimbang mana yang harus dipilih untuk dilakukan konflik dalam
diri individu terjadi apabila seorang individu menghadapi ketidakjelasan tentang pekerjaan
yang diinginkan, apabila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau apabila
diharapkan untuk melakukan pekerjaan yang melebihi kapasitas dirirnya (Handoko, 1995).
Kedua, konflik antarindividu (interpersonal conflict) bersifat emosional, substantif atau
keduanya. Konflik ini terjadi ketika ada perbedaan atau pertentangan tentang isu tertentu,
tujuan, dan tindakan. Hasil bersama menentukan dalam konflik ini. Ketiga, Konflik
antaranggota dalam satu kelompok yang konfliknya dapat menjadi konflik efektif atau
substantif. Konflik efektif muncul karena tanggapan emosional terhadap suatu
situasi/keadaan tertentu. Sementara itu, Konflik substantif terjadi karena adanya background
keahlian atau kemampuan yang berbeda dan ketika anggota dari suatu komite menghasilkan
kesimpulan yang berbeda atas data yang sama. Keempat, konflik antarkelompok
(intergroup), yaitu adanya saling ketergantungan, perbedaan tujuan, perbedaan persepsi dan
meningkatnta tuntutan terhadap kemampuan atau keahlian. Kelima,konflik antarbagian
dalam organisasi, yang “mewakili” unit kerja tersebut yang mengalami konflik. konflik ini
terdiri dari Konflik vertikal yang terjadi dalam tingkatan sosial berbeda atau terjadi antara
pimpinan dan bawahan. Konflik horizontal terjadi pada kelompok yang tingkatan sosialnya
sama atau terjadi antarpegawai yang dalam organisasi memiliki hierarki yang sama. Konflik
lini-staf sering terjadi karena adanya perbedaan pandangan dan pendapat tentang
keikutsertaan staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini. Konflik peran
terjadi karena lebih dari satu peran dimiliki oleh seseorang. Keenam, konflik antarorganisasi
yang terjadi karena mereka saling ketergantungan pada tindakan suatu organisasi yang
menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi lain.
Konflik memiliki sebuah awal, dan melalui banyak tahapan-tahapan sebelum
berakhir. Tahap I (Ketidakcocokan Potensial atau Oposisi): proses komunikasi
menciptakan kesempatan untuk munculnya konflik. Kondisi tersebut tidak langsung
mengarah ke konflik, yang juga dapat dipandang sebagai kasus atau sumber konflik telah
dimampatkan ke dalam tiga kategori umum: komunikasi, struktur dan variabel pribadi. Tahap
II (Kognisi dan Personalia): Jika pengaruh negatif dalam Tahap I sesuatu yang diperhatikan
oleh satu pihak, maka potensi untuk oposisi atau ketidakcocokan terlaksana dalam tahap
kedua. Konflik dapat terdorong oleh kondisi anteseden jika satu pihak atau lebih dipengaruhi
oleh dan sadar akan adanya konflik itu. Tahap II penting karena di situlah persoalan konflik
cenderung ditafsirkan. Tahap III (Maksud): diartikan sebagai keputusan untuk bertindak
dalam suatu cara tertentu. Diidentifikasi ada lima maksud penanganan konflik: bersaing
(tegas dan tidak kooperatif), berkompromi (tengah-tengah dalam hal ketegasan dan
kekooperatifan), berkolaborasi (tegas dan kooperatif), mengakomodasi (kooperatif dan tidak
tegas) serta menghindari (tidak tegas dan tidak kooperatif) Tahap IV (Perilaku): biasanya
berupaya untuk melaksanakan maksud-maksud setiap pihak secara terang-terangan. Tetapi
perilaku-perilaku ini mempunyai suatu kualitas stimulus yang terpisah dari maksud. Sebagai
hasil perhitungan atau tindakan yang tidak terampil, kadangkala perilaku terang-terangan
menyimpang dari maksud-maksud yang asli. Tahap V (Hasil): Konsekuensi dihasilkan dari
jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik. Hasil ini dapat fungsional, dalam arti
konflik itu menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok, dan disfungsional dalam arti
menghalangi atau menghambat kinerja kelompok.
Manajemen konflik dalam organisasi memiliki tujuan dan fungsi tersendiri dalam
suatu organisasi. Fungsi manajemen konflik sendiri selain dapat menciptakan kerja sama,
dapat pula melahirkan kreasi dan inovasi, jika masing-masing bagian organisasi nmemiliki
tujuan yang sama satu sama lain. Akan tetapi, konflik menjadi masalah serius jika dalam
organisasi tanpa melihat tingkat kompleksitas dan bentuk organisasi tersebut apabila tidak
ditempatkan sebagai fungsi manajemen. Jika konflik dibiarkan saja tanpa penyelesaian,
bertanda bahwa tidak berfungsinya manajemen organisasi (Gibson, 1997). Secara umum
fungsi manajemen konflik dalam organisasi meliputi beberapa fungsi, seperti fungsi
akomodasi (diterimanya keberadaan konflik, dihindari atau ditekan/didiamkan); fungsi
klarifikasi (diskursus dan identifikasi karakter dan struktur konflik); fungsi evaluasi konflik
(outcome atau manfaat manajemen konflik, jika baik dilanjutkan prosesnya dan jika tidak
dihentikan); fungsi menentukan aksi tindakan (prasyarat tindakan apa yang digunakan
untuk mengelola konflik); fungsi penentuan peran (fungsi pengorganisasian manajemen
konflik, menentukan peran perencanaan sebagai partisipan/pihak ketiga dalam pengelolaan
konflik). Fungsi-fungsi tersebut berlangsung dalam konteks dan proses pengelolaan konflik,
baik bagi pelaku, mediator, maupun antarpihak yang ikut dalam pengelolaan konflik sebagai
partisipan atau pihak ketiga. Mempertahankan dan membangun kerjasama yang kooperatif
dengan para teman sejawat, atasan, bawahan, dan pihak luar merupakan tujuan manajemen
konflik. Berkaitan dengan manajemen konflik, makna transformasi konflik secara lebih
umum menggambarkan tujuan dan situasi secara menyeluruh, yaitu pencegahan konflik
(mencegah timbulnya konflikyang lebih keras); penyelesaian konflik (menyelesaikan
kekerasan melalui jalur damai); pengelolaan konflik (membatasi dan menghindari kekerasan
dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak yang terlibat); resolusi konflik
(mengatasi pemicu konflik dan berusahaan membangun kembali hubungan baru dan langeng
diantara kelompok-kelompok yang berkonflik); transformasi konflik (berusaha mengubah
kekuatan negatif menjadi positif yang menjadi penanganan konflik-konflik sosial dan politik
yang lebih luas).
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik dapat
diartikan sebagai seni, ilmu dan segala sumber daya yang tersedia dalam individu, kelompok
ataupun organisasi untuk mencapai tujuan dari mengelola konflik sebagai serangkaian aksi
reaksi antara pelaku ataupun pihak luar dalam suatu konflik serta termasuk suatu strategi
yang tujuannya pada mekanisme yang mengarahkan bentuk komunikasi dari pelaku ataupun
pihak luar dan bagaimana mereka memengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi
Hakekatnya konflik dibagi menjadi enam yaitu: , konflik dalam diri individu, antarindividu,
antarkelompok, antarbagian dalam organisasi dan konflik antarorganisasi. Taapan atau proses
dalam manajemen konflik dimulai tahap I (Ketidakcocokan Potensial atau Oposisi), tahap II
(Kognisi dan Personalia), tahap III (Maksud), tahap IV (Perilaku), dan yang terakhir tahap V
(Hasil). Fungsi dari manajemen konflik meliputi fungsi akomodasi, klarifikasi, evaluasi
konflik, menentukan aksi tindakan, penentuan peran yang berlagsung dalam konteks dan
proses pengelolaan konflik, baik bagi pelaku, mediator, maupun antarpihak yang ikut dalam
pengelolaan konflik sebagai partisipan atau pihak ketiga. Tujuan dari manajemen konflik
adalah pencegahan konflik, penyelesaian konflik, pengelolaan konflik, resolusi konflik, dan
transformasi konflik. sehingga manajemen konflik merupakan hal yang penting dalam suatu
organisasi agar suatu organisasi dapat berjalan lancar tanpa hambatan untuk meraih tujuan
atur target yang ingin dituju.

DAFTAR PUSTAKA
Dalimunthe, Syairal Fahmy. 2016. Manajemen Konflik Dalam Organisasi. Jurnal Unimed.
27(1): 1-14.
Muspawi, Mohamad. 2014. Manajemen konflik (Upaya Penyelesaian Konflik dalam
Organisasi). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora.16(2): 41-46.
Rusdiana. 2015. Manajemen Konflik. Bandung: CV Pustaka Setia.
Santoso, Edi dan Lilin Budiati. 2014. Manajemen Konflik. Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka.
LAMPIRAN

PLAGIARISM
SCAN REPORT

Words 490 Date June 15,2019

Characters 3950 Exclude Url

0% 100% 0 22
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

ABSTRAK Pembuatan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen konflik didalam suatu
organisasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa konflik merupakan sesuatu hal yanng lumrah terjadi dalam kehidupan
sosial, apalagi di organisasi yang setiap individunya memiliki tugas dan tanggunng jawab sendiri-sendiri yang
telah dibebankan kepadanya. Manajemen konflik diperlukan agar hambatan-hambatan dalam menjalanjakan
organisasi, khususnya konflik dapat diselesaikan.Metode yang digunakan dalam pembuatan artikel ini
menggunakan metode telaah pustaka yaitu telaah teori. Artikel ini akan membahas studi perilaku organisasi
berkaitan tentang manajemen konflik yang membahas tentang jenis-jenis dari konflik, proses terjadinya konflik
dan fungsi manajemen konflik. Sehingga terdapat kesimpulan sederhana bahwasannya manajemen konflik
penting untuk memungkinkan mengarahkan hasil penyelesaian konflik agar dalam menjalankan organisasi
dapat berjalan lancar dan sesuai apa yang ditargetkan sebelumnya.Keyword:Manajemen konflik,jenis,
proses, fungsi PENDAHULUAN Organisasi perlu berkembang dan terus maju ditengah-tengah perkembangan
zaman. Sering sekali muncul konflik didalam organisasi diakibatkan oleh berbagai faktor, sehingga diperlukannya
penanganan atas munculnya koflik-konflik tersebut yang muncul dalam organisasi. Dalam organisasi terdapat
manajemen konflik sebagai tindakan dalam mengatur dan menyelesaikan konflik, tanpa adanya tindak lanjut dari
penyelesaian konflik didalam organisasi akan berdampak negatif bagi organisasi tersebut. Dalam definisinya,
manajemen dianggap sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan konflik diartikan
sebgai perjuangan mental yang disebabkan tindakan-tindakan atau cita-cita yang bertentangan pendapat dengan
orang lain. Sehingga, manajemen konflik merupakan seni untuk mengelola atau mengatur konflik yang terdapat
pada organisasi agar menjadi fungsional dan bermanfaat bagi peningkatan keefisienan, keefektivitas dan prestasi
organisasi. Berbagai macam jenis konflik terdapat pada sebuah organisasi yaitu konflik dalam diri individu,
konflik antar individu, konflik antar anggota dalam satu kelompok, konflikantar kelompok, serta konflikantar
bagian dalam organisasi dan antar anggota. Suatu konflik merupakan sebuah proses yang dinamis, dimana
konflik memiliki awal dan tahapan-tahapan yang akhirnya menemui titik akhir penyelesaian dari konflik
tersebut. Setiap awal dari sebuah konflik memiliki berbedaan, tergantung dari awal permasalah yang memicu
timbulnya konflik tersebut. Tahapan awal terbentuknya konflik diawali dengan ketidak cocokan potensial atau
oposisi, kemudiankognisi dan personalisasi, maksud, perilaku dan diakhiri dengan hasil atau dampak dari konflik
tersebut terhadap kinerja yang ada didalam organisasi. Dari konflik tersebut, manajemen konflik memiliki fungsi
atau tujuan dalam menangani konflik dalam organisasi. Diantara dari fungsi dan tujuan manajemen konflik
sebagai pencegah konflik, penyelesaian konflik, pengelolaan konflik, resolusi konflik dan transformasi
konflik. Sehingga dalam manajemen konflik dalam suatu perusahaan memiliki tujuan dan fungsi yang jelas
dan untuk mengurangi hambatan- hambatan dalam jalannya organisasi. Alasan dibuatnya artikel ini supaya para
pembaca memahami seberapa pentinngnya manajemen konflik dalam suatu organisasi. METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini menggunakan metode telaah pustaka, yaitu telaah teori. Metode ini menggunakan
telaah teori yang meninjau sumber-sumber yang relevan dengan judul yang diangkat dalam artikel ini yaitu
manajemen konflik. Diantara sumber-sumber berupa jurnal atau artikel yang telah di publish, handbook dan e-
book yang didapatkan dari perpustakaan nasional dan e-book yang dipakai bersumber dari situs yang terpercaya
dan dapat dipertanggung jawabkan. Artikel ini juga bersumber dari pemikiran atau pendapat penulis sendiri yang
sesuai dengan judul artikel diatas.

PLAGIARISM
SCAN REPORT

Words 955 Date June 15,2019

Characters 7707 Exclude Url

0% 100% 0 47
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

PEMBAHASAN Organisasi perlu berkembang dan bertahan hidup dalam semakin maju dan berkembangan
teknologi informasi yang sangat dinamis dengan berbagai kemungkinan munculnya konflik yang diakibatkan oleh
diversity dalam organisasi yang mulai bersifat tanpa batas. Diperlukan penanganan atas munculnya konflik-konflik
yang ada didalam organisasi. Mengingat semua orang dan organisasi tidaklah mungkin hidup tanpa menghadapi
masalah konflik, yang terpenting adalah bagaimana pemahaman konsep tentang pengertian atau definisi dari
manajemen konflik. Manajemen konflik dapat diartikan sebagai seni, ilmu dan segala sumber daya yang tersedia
dalam individu, kelompok ataupun organisasi untuk mencapai tujuan dari mengelola konflik (Santosa, 2000).
Definisi lain manajemen diartikan sebagai proses pihak-pihak berkonflik atau pihak ketiga yang menyusun strategi
konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar tercapai hasil yang diinginkan (Wirawan, 2010).
Manajemen konflik sebagai serangkaian aksi reaksi antara pelaku ataupun pihak luar dalam suatu konflik serta
termasuk suatu strategi yang tujuannya pada mekanisme yang mengarahkan bentuk komunikasi dari pelaku ataupun
pihak luar dan bagaimana mereka memengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar
yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik,
karena komunikasi efektif diantara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga. Hakekatnya
konflik dibagi dalam enam bentuk. Pertama, konflik dalam diri individu (intrapersonal conflict), terjadi ketika
individu harus memilih dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, lalu bimbang mana yang harus dipilih
untuk dilakukan konflik dalam diri individu terjadi apabila seorang individu menghadapi ketidakjelasan tentang
pekerjaan yang diinginkan, apabila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau apabila diharapkan
untuk melakukan pekerjaan yang melebihi kapasitas dirirnya (Handoko, 1995). Kedua, konflik antarindividu
(interpersonal conflict) bersifat emosional, substantif atau keduanya. Konflik ini terjadi ketika ada perbedaan atau
pertentangan tentang isu tertentu, tujuan, dan tindakan. Hasil bersama menentukan dalam konflik ini. Ketiga,
Konflik antaranggota dalam satu kelompok yang konfliknya dapat menjadi konflik efektif atau substantif. Konflik
efektif muncul karena tanggapan emosional terhadap suatu situasi/keadaan tertentu. Sementara itu, Konflik
substantif terjadi karena adanya background keahlian atau kemampuan yang berbeda dan ketika anggota dari suatu
komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama. Keempat, konflik antarkelompok (intergroup),
yaitu adanya saling ketergantungan, perbedaan tujuan, perbedaan persepsi dan meningkatnta tuntutan terhadap
kemampuan atau keahlian. Kelima,konflik antarbagian dalam organisasi, yang “mewakili” unit kerja tersebut yang
mengalami konflik. konflik ini terdiri dari Konflik vertikal yang terjadi dalam tingkatan sosial berbeda atau terjadi
antara pimpinan dan bawahan. Konflik horizontal terjadi pada kelompok yang tingkatan sosialnya sama atau terjadi
antarpegawai yang dalam organisasi memiliki hierarki yang sama. Konflik lini-staf sering terjadi karena adanya
perbedaan pandangan dan pendapat tentang keikutsertaan staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer
lini. Konflik peran terjadi karena lebih dari satu peran dimiliki oleh seseorang. Keenam, konflik antarorganisasi
yang terjadi karena mereka saling ketergantungan pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak
negatif terhadap organisasi lain. Konflik memiliki sebuah awal, dan melalui banyak tahapan-tahapan sebelum
berakhir. Tahap I (Ketidakcocokan Potensial atau Oposisi): proses komunikasi menciptakan kesempatan untuk
munculnya konflik. Kondisi tersebut tidak langsung mengarah ke konflik, yang juga dapat dipandang sebagai kasus
atau sumber konflik telah dimampatkan ke dalam tiga kategori umum: komunikasi, struktur dan variabel pribadi.
Tahap II (Kognisi dan Personalia): Jika pengaruh negatif dalam Tahap I sesuatu yang diperhatikan oleh satu pihak,
maka potensi untuk oposisi atau ketidakcocokan terlaksana dalam tahap kedua. Konflik dapat terdorong oleh
kondisi anteseden jika satu pihak atau lebih dipengaruhi oleh dan sadar akan adanya konflik itu. Tahap II penting
karena di situlah persoalan konflik cenderung ditafsirkan. Tahap III (Maksud): diartikan sebagai keputusan untuk
bertindak dalam suatu cara tertentu. Diidentifikasi ada lima maksud penanganan konflik: bersaing (tegas dan tidak
kooperatif), berkompromi (tengah-tengah dalam hal ketegasan dan kekooperatifan), berkolaborasi (tegas dan
kooperatif), mengakomodasi (kooperatif dan tidak tegas) serta menghindari (tidak tegas dan tidak kooperatif)
Tahap IV (Perilaku): biasanya berupaya untuk melaksanakan maksud-maksud setiap pihak secara
terang-terangan. Tetapi perilaku-perilaku ini mempunyai suatu kualitas stimulus yang terpisah dari maksud.
Sebagai hasil perhitungan atau tindakan yang tidak terampil, kadangkala perilaku terang-terangan menyimpang dari
maksud-maksud yang asli. Tahap V (Hasil): Konsekuensi dihasilkan dari jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak
yang berkonflik. Hasil ini dapat fungsional, dalam arti konflik itu menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok,
dan disfungsional dalam arti menghalangi atau menghambat kinerja kelompok. Manajemen konflik dalam
organisasi memiliki tujuan dan fungsi tersendiri dalam suatu
organisasi. Fungsi manajemen konflik sendiri selain dapat menciptakan kerja sama, dapat pula melahirkan kreasi
dan inovasi, jika masing-masing bagian organisasi nmemiliki tujuan yang sama satu sama lain. Akan tetapi, konflik
menjadi masalah serius jika dalam organisasi tanpa melihat tingkat kompleksitas dan bentuk organisasi tersebut
apabila tidak ditempatkan sebagai fungsi manajemen. Jika konflik dibiarkan saja tanpa penyelesaian, bertanda
bahwa tidak berfungsinya manajemen organisasi (Gibson, 1997). Secara umum fungsi manajemen konflik dalam
organisasi meliputi beberapa fungsi, seperti fungsi akomodasi (diterimanya keberadaan konflik, dihindari atau
ditekan/didiamkan); fungsi klarifikasi (diskursus dan identifikasi karakter dan struktur konflik); fungsi evaluasi
konflik(outcome atau manfaat manajemen konflik, jika baik dilanjutkan prosesnya dan jika tidak dihentikan);
fungsi menentukan aksi tindakan (prasyarat tindakan apa yang digunakan untuk mengelola konflik); fungsi
penentuan peran (fungsi pengorganisasian manajemen konflik, menentukan peran perencanaan sebagai
partisipan/pihak ketiga dalam pengelolaan konflik). Fungsi-fungsi tersebut berlangsung dalam konteks dan proses
pengelolaan konflik, baik bagi pelaku, mediator, maupun antarpihak yang ikut dalam pengelolaan konflik
sebagai partisipan atau pihak ketiga.
Mempertahankan dan membangun kerjasama yang kooperatif dengan para teman sejawat, atasan, bawahan, dan
pihak luar merupakan tujuan manajemen konflik. Berkaitan dengan manajemen konflik, makna transformasi
konflik secara lebih umum menggambarkan tujuan dan situasi secara menyeluruh, yaitu pencegahan konflik
(mencegah timbulnya konflikyang lebih keras); penyelesaian konflik (menyelesaikan kekerasan melalui jalur
damai); pengelolaan konflik (membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif
bagi pihak yang terlibat); resolusi konflik (mengatasi pemicu konflik dan berusahaan membangun kembali
hubungan baru dan langeng diantara kelompok-kelompok yang berkonflik); transformasi konflik (berusaha
mengubah kekuatan negatif menjadi positif yang menjadi penanganan konflik-konflik sosial dan politik yang
lebih luas).

PLAGIARISM
SCAN REPORT

Words 250 Date June 15,2019

Characters 1971 Exclude Url

0% 100% 0 8
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik dapat diartikan sebagai
seni, ilmu dan segala sumber daya yang tersedia dalam individu, kelompok ataupun organisasi untuk mencapai
tujuan dari mengelola konflik sebagai serangkaian aksi reaksi antara pelaku ataupun pihak luar dalam suatu
konflik serta termasuk suatu strategi yang tujuannya pada mekanisme yang mengarahkan bentuk komunikasi dari
pelaku ataupun pihak luar dan bagaimana mereka memengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi
Hakekatnya konflik dibagi menjadi enam yaitu: , konflik dalam diri individu, antarindividu, antarkelompok,
antarbagian dalam organisasi dan konflik antarorganisasi. Taapan atau proses dalam manajemen konflik dimulai
tahap I (Ketidakcocokan Potensial atau Oposisi), tahap II (Kognisi dan Personalia), tahap III (Maksud), tahap IV
(Perilaku), dan yang terakhir tahap V (Hasil). Fungsi dari manajemen konflik meliputi fungsi akomodasi,
klarifikasi, evaluasi konflik, menentukan aksi tindakan, penentuan peran yang berlagsung dalam konteks dan
proses pengelolaan konflik, baik bagi pelaku, mediator, maupun antarpihak yang ikut dalam pengelolaan konflik
sebagai partisipan atau pihak ketiga. Tujuan dari manajemen konflik adalah pencegahan konflik, penyelesaian
konflik, pengelolaan konflik, resolusi konflik, dan transformasi konflik. sehingga manajemen konflik merupakan
hal yang penting dalam suatu organisasi agar suatu organisasi dapat berjalan lancar tanpa hambatan untuk meraih
tujuan atur target yang ingin dituju. DAFTAR PUSTAKA Dalimunthe, Syairal Fahmy. 2016. Manajemen Konflik
Dalam Organisasi. Jurnal Unimed. 27(1): 1-14. Muspawi, Mohamad. 2014. Manajemen konflik (Upaya Penyelesaian
Konflik dalam Organisasi). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora.16(2): 41-46. Rusdiana. 2015.
Manajemen Konflik. Bandung: CV Pustaka Setia. Santoso, Edi dan Lilin Budiati. 2014. Manajemen Konflik.
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Sources

Sources

Anda mungkin juga menyukai