Disusun oleh :
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segara bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharao semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
2.1 Pokok Permasalahan
1. Definisi Manajemen Konflik dan Manajemen Pengawasan
2. Strategi menangani konflik
3. Dinamika Konflik dalam Organisasi
4. Ruang Lingkup Dinamika dalam Organisasi
5. Peran dan Teknik Pengendalian dalam Manajemen
2.2 Penjelasan/Uraian
1. Definisi Manajemen Konflik dan Manajemen Pengawasan
Istilah manajemen berasal dari bahasa Italia Maneggiare (Haney dalam Mardianto,
2000) yang berarti melatih kuda-kuda atau secara harfiah to handle yang berarti
mengendalikan,sedangkan dalam kamus Inggris Indonesia (Echols dan Shadily, 2000)
management berarti pengelolaan dan istilah manager berarti tindakan membimbing atau
memimpin, sedangkan dalam bahasa Cina, manajemen adalah kuan lee yang berasal dari
dua kata yaitu kuan khung (mengawasi orang kerja) dan lee chai (memanajemen konfliksi
uang) (Mardianto, 2000).
Manajemen Pengawasan
1. Tujuan Pengawasan
Pada dasarnya tujuan pengawasan secara tidak langsung dapat
dicermati dari batasan pengertian pengawasan tersebut, yakni suatu upaya
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan guna mencapai tujuan yang
diinginkan. Namun secara rinci tentang tujuan dari kegiatan pengawasan
dalam sebuah manajemen adalah agar :
1. Pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan, prosedur dan perintah
yang telah ditetapkan.
2. Hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
3. Sarana yang ada dapat didayagunakan secara efektif dan efisien.
2. Proses Pengawasan
Proses pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan melalui beberapa
tahapan, dimana tahap-tahap tersebut adalah merupakan rangkaian suatu
proses yang dilakukan dalam pengawasan. Proses pengawasan menurut M.
Manulang dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu; menentukan alat pengukur
(standard), mengadakan penilaian (evaluasi) dan mengadakan tindakan
perbaikan (corrective action).
a. Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana
keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah
kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau
menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).
b. Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji
mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan
sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal
sepele.
c. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari
orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak
dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan
dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
d. Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan
biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah
kelompok.
e. Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika
penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah
sebelumnya dan cobalah lagi.
Jenis-Jenis Konflik
Konflik Organisasional
Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian
organisasional yang menyebabkan konflik. Bass mengemukakan berbagai contoh
sebagai berikut (Joseph A. Litterer, 1965) : Atasan menghendaki produksi lebih
banyak; para bawahan menginginkan perhatian lebih besar. Para langgananan minta
pengiriman lebih cepat; rekan sekerja mengharap penundaan skedul. Para konsultan
menyarankan perubahan; para bawahan menolak perubahan. Buku pedoman
menguraikan suatu rumusan; staf mengatakan bahwa itu tidak akan berjalan. Secara
lebih konseptual. Litterer mengemukakan empat penyebab konflik organisasional: (1)
situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai, (2) keberadaan peralatanperalatan yang
tidak sesuai, (3) suatu masalah ketidaktepatan status, dan (4) perbedaan persepsi.
Sumber-sumber konflik organisasional ini sebagian besar merupakan hasil dinamika
interaksi individual dan kelompok serta proses-proses psikologis.
Konflik Struktur
Dalam organisasi klasik ada empat bidang struktural dimana konflik sering
terjadi :
1. Konflik hirarkis, yaitu konflik antara berbagai tingkatan organisasi.
Manajemen menengah mungkin konflik dengan personalia penyelia, dewan
komisaris mungkin konflik dengan manajemen puncak, atau secara umum
terjadi konflik antara manajemen dan para karyawan.
2. Konflik fungsional, yaitu konflik antara berbagai departemen fungsional
organisasi. Sebagai contoh klasik, konflik antara departemen produksi dan
pemasaran dalam suatu organisasi perusahaan.
3. Konflik lini-staf, yaitu konflik antara lini dan staf. Hal ini sering merupakan
hasil adanya perbedaan-perbedaan yang melekat pada personalia lini dan staf.
4. Konflik formal-informal, yaitu konflik antara organisasi formal dan informal.
(Fred Luthans, 1977).
Menghindari Konflik
Di muka telah dikemukakan bahwa kesatuan pengertian merupakan syarat
bagi kesatuan tindakan. Jelas bahwa pimpinan organisasi harus memperhatikan sikap
dan pendapat para anggota organisasi agar kegiatan yang terorganisasi secara efektif
dapat dilaksanakan. Agar pendapat bahwa di lain pihak mungkin diperlukan
“indoktrinasi”. Pada hakekatnya semua akan menimbulkan semangat anggota untuk
menuruti peraturan yang telah disetujui bersama di alam organisasi. Cara pertama
merupakan cara yang relatif lebih lunak dibandingkan yang kedua.
Selanjutnya pimpinan harus memberikan contoh yang baik dalam
tindakantindakannya. Kemudian dengan mempraktekkan evaluasi jabatan dapatlah
dicapai pembenahan fungsi, kekuasaan, tanggung jawab serta pelaporan; dengan ini
dihindari atau dikurangi konflik kepentingan yang berhubungan dengan upah dan gaji.
Program-program jaminan yang lain dapat meniadakan konflik yang berhubungan
dengan keamanan atau kelangsungan hidup anggota.
Bagaimanapun juga konflik mungkin timbul dan sulit untuk mencegahnya.
Untuk itu perlu juga membuka segala hal yang menyebabkan orang tidak setuju satu
sama lain terhadap suatu hal. Caranya dengan (1) prosedur kelah, (2) kotak saran, (3)
kebijaksanaan pintu terbuka, (4) pertemuan kelompok, (5) rapat anggota, dan lain-
lain.
PENGERTIAN PENGENDALIAN
· Tolak ukur kinerja yang mencerminkan perusahaan / organisasi yang berjalan secara
efisien, efektif dan produktif.
Jadi pengendalain dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari beberapa
subsistem yang saling berhubungan yaitu pemograman , penganggaran, pelaporan
akuntabilitas dan kinerja serta system pendelegasian wewenang untuk membantu
manajemen suatu organisasai /perusahaan untuk mencapai tujuannya melalaui strategi
tertentu secara efisien dan efektif.
JENIS-JENIS PENGENDALIAN
1. Pengendalian Pendahuluan
Pengendalian ini memastikan bahwa sebelum kegiatan dimulai, maka sumber daya manusia,
bahan dan modal yang diperlukan sudah dianggarkan sehingga bilaman kegiatan dilakukan,
maka sumber daya tersebut tersedia, baik menyangkut jenis, kualitas, kuantitas, maupun
sesuai dengan kebutuhan.
2. Pengendalian Bersamaan
Dalam hal ini, manajer melakukan fungsi pengarahan kepada pekerjaan bawahannya.
Pengarahan yang dimaksud, yaitu melalui tindakan ketika mereka memberikan instruksi
kepada bawahan dalam berbagai metode dan prosedur yang layak serta mengawasi pekerjaan
bawahan untuk menjamin supaya pekerjaan dikerjakan dengan baik.
PROSES PENGENDALIAN
Orang yang sukses adalah orang yang terorganisasi dengan baik, memiliki
tujuan hidup , memiliki pengendalian diri dan cinta dalam hatinya. Itu juga berlaku
unutk perusahaan/ organisasi . untuk mencapai kinerja optimal , perusahaan
(organisasi) haruslah terorganisasi dengan baik , memiliki visi dan misi , memiliki
daya pengendalian manajemen dan mencintai pengetahuan yang bisa membantu orang
untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk proses pengambilan keputusan yang
tepat. Salah satu pengetahuan itu adalah Sistem Pengendalian Manajemen.
Sistem pengendalain manajemen yang baik sebenarnay formal, namun sifat
pengendalian informal masih banyak terjadi . pengendalain manajemen formal
merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan satu sama lain , terdiri dari proses :
1) Pemorgaman (Programing)
Perusahaan menentukan program-program yang dilaksanakan dan memperkirakan
sumber daya yang akan dialokasikan untuk setiap program yang telah ditentukan.
2) Penganggaran (Budjeting)
Program yang telah direncanakan secara terperinci dinyatakan dalam satuan
moneter untuk suatu periode tertentu , biasanya satu tahun. Anggaran ini
berdasarkan kumpulan anggaran-anggaran dari pusat pertanggung jawaban.
3.2 Saran
Jangan sekali-kali memandang bahwa dengan adanya konflik organisasi telah
gagal. Konflik, bagaimanapun sulitnya, dapat diselesaikan oleh para anggota sendiri
dengan melihat persoalan serta mendudukkannya pada proporsi yang wajar,
menyadari hambatan serta kendala yang berada di luar kemampuan kita,
memperhatikan peraturan permaianan yang kita setujui bersama, serta mengusahakan
pelaksanaan secara konsekuen keputusan yang telah diambil dan yang telah kita
setujui bersama. Dengan cara ini dijamin tercapainya atau tergalangnya persatuan dan
kesatuan (cohesiveness) para anggota organisasi, sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai dengan lancar.
Jadi, konflik dapat mengarahkan ke inovasi dan perubahan; dapat
menggerakkan orang-orang untuk melaksanakan kegiatan, mengembangkan proteksi
bagi pihak-pihak yang lemah dalam organisasi. Faktor-faktor tersebut menunjukkan
bahwa konflik dapat dikelola, agar berguna bukan menghambat, untuk pencapaian
tujuan dalam organisasi modern.
STUDI KASUS
Studi kasus 1
CONFLICT MANAGEMENT (MANAJEMEN KONFLIK) PADA PT. BANK CIMB
NIAGA CARD CENTER BINTARO (Studi Kasus Penanganan Konflik Antara Karyawan Ex
Bank Lippo Dan Karyawan Ex Bank Niaga Pasca Merger Periode November 2008 – Juli
2018)
Munculnya sebuah conflict pada dasarnya dapat disebabkan adanya perbedaan pemahaman
yang dilatarbelakangi oleh pengalaman, pendidikan dan juga budaya yang membentuk
persepsi dan interpretasi tidak sama antara pihak yang terlibat di dalam conflict tersebut.
Namun demikian, conflict bukan berarti tidak baik dan juga bukan berarti baik, ini semua
tergantung cara bagaimana mengelola conflict itu sendiri. Apabila conflict itu dikelola
dengan baik, conflict akan dapat memberikan hasil yang baik dan begitu pula sebaliknya
(Wirawan, 2010:115). Conflict Management (Wirawan, 2010:129) dapat diartikan sebagai
sebuah proses terjadinya perbedaan pemahaman para pihak yang terlibat atau pihak ketiga
yang membuat perencanaan strategi conflict dan mengendalikannya agar memperoleh solusi
terbaik sesuai yang diinginkan. Conflict antara personil yang pernah terjadi pada PT. Bank
CIMB Niaga Card Center Bintaro ini dapat dikatagorikan sebagai sebuah conflict yang tidak
besar, maksudnya conflict tersebut tidak begitu mengkhawatirkan organisasi di dalam
perusahaan. Conflict yang ada lebih disebabkan karena adanya faktor perbedaan pola pikir,
etika berkomunikasi dan masih terlihatnya kesan sesama karyawan saling mempertahankan
ego dan arogansi masing-masing. Disinilah letak keingintahuan penulis tentang Conflict
Management (manajemen konflik) pada PT. Bank CIMB Niaga Card Center Bintaro.
Conflict management memiliki dampak kepada anggota organisasi di dalamnya. Cara yang
dilakukan PT. Bank CIMB Niaga Card Center Bintaro dalam mengelola conflict yaitu dengan
cara berusaha memperkecil potensi sumber terjadinya conflict. Mengingat merger yang
terjadi bersumber dari 2 (dua) organisasi tersebut memiliki potensi conflict, maka perlunya
diadakan rapat rutin antar divisi di dalamnya agar tercipta sebiah sinergi yang baik sekaligus
pula menciptakan keakraban di antara para personil dalam organisasi tersebut.
Studi Kasus 2
Manajemen Konflik “Perangkat lunak dan Remunerasi”
Latar Belakang ;
Sebuah Kantor dengan beberapa bagian seperti Keuangan, Kepegawaian, IT, Lapangan, dan
lain-lain. Salah satu tugas pokok Bagian Kepegawaian adalah mengolah data kehadiran,
masuk, pulang, terlambat, pulang cepat, simpulan, statistik, dan lainnya. Data akhir tersebut
akan digunakan untuk menghitung remunerasi pegawai. Salah satu tugas pokok Bagian IT
adalah bertanggung jawab terhadap perangkat lunak dan sistem informasi yang membantu
pengolahan data di kantor tersebut. Dalam hal ini, membantu Bagian Kepegawaian dengan
membuat perangkat lunak yang mempermudah dan mempercepat pengolahan data tersebut.
Konflik :
Orang-orang yang Bagian Kepegawaian tidak kompeten dalam menjalankan tugas tersebut
dengan alasan :
1. Tidak berpengalaman dalam menggunakan komputer
2. Merasa bahwa perangkat lunak yang sudah dibuat untuk pengolahan data ini masih
sulit digunakan. Akhirnya, lebih memilih mengolah data secara manual (dengan
pensil dan kertas) yang sangat memakan waktu, hasilnya terkadang tidak valid
(human error) dan hasilnya selalu terlambat.
Bagian IT bersikeras bahwa perangkat lunak yang mereka buat sudah dirancang untuk
agar dapat digunakan semudah mungkin oleh orang awam, namun beberapa orang
masih berbeda pendapat. Termasuk jenis konflik antar kelompok Konflik ini didasari
oleh aksi penyangkalan dari kedua belah pihak. Konflik ini berkaitan dengan tujuan
yang hendak dicapai (goal conflict), yaitu data remunerasi yang valid dan tepat waktu.
Dampak Konflik :
Negatif : Pemberian remunerasi terlambat yang berakibat protes massal dari semua pegawai.
(Buat beli beras kurang!) Lambat laun timbul konflik antar personal dari kelompok yang
berbeda. Mogok? Jangan sampai.
Positif : ?
Penanganan Konfilk :
A Plan : Menggunakan Strategi Win-Win Solution, Bagian Kepegawaian diberikan pelatihan
intensif mengenai penggunaan perangkat lunak tersebut. Mereka akan memiliki keuntungan :
keterampilan dalam menggunakan komputer dapat terasah, Bagian IT mengubah sikap dari
defensif menjadi terbuka. Menerima saran dan kritik atas perangkat lunak yang mereka buat
dan aktif memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Keterampilan pegawai jadi oke,
perangkat lunak juga oke.