KONFLIK
Mengelola Konflik
Konflik tak terelakkan ketika orang bekerja sama. Potensi konflik bisa ditemukan setiap
hari dan di mana saja. Konflik terjadi ketika seseorang menginginkan suatu hasil yang
akan menghambat orang lain mendapatkan hasil yang diinginkannya. Ketika orang
dihalangi untuk mendapatkan hasil yang diinginkannya, konflik terjadi Konflik bisa terjadi
dengan tingkatan yang berbeda-beda, mulai dari yang kecil sekali hingga yang besar
sekali.
Semua organisasi membutuhkan konflik. Konflik dengan jumlah yang optimal diperlukan
untuk mempertahankan kesehatan organisasi. Tetapi masalah akan timbul ketika ada
terlalu sedikit atau terlalu banyak konflik. Oleh karena itu, Anda perlu belajar mengelola
konflik, bukan membuangnya.
Organisasi Anda perlu tensi yang timbul akibat konflik dengan jumlah yang tepat.
Sayangnya, jika terdapat terlalu banyak konflik, maka itu akan bersifat destruktif bagi
organisasi dan orang-orang di dalamnya. Konflik biasanya terjadi ketika orang-orang tidak
dilibatkan dalam upaya perubahan di dalam organisasi.
Konflik biasanya diartikan negatif. Tetapi, ada beberapa keuntungan yang bisa dicapai dari
konflik dengan jumlah yang optimal di dalam organisasi. Konflik dapat bersifat fungsional
atau disfungsional. Konflik disfungsional biasanya bersifat emosional dan melibatkan
ketidaksesuaian yang destruktif. Sifat alaminya lebih cenderung saling mengalahkan.
Bila konflik terlalu sedikit, maka ia akan disfungsional. Orang hanya tenang-tenang saja,
dan hanya melakukan sedikit inovasi, bahkan tidak sama sekali. Konflik yang optimal
diperlukan agar muncul inovasi. Jika pemikiran kelompok dicurigai (di mana keseragaman
ditekankan), Anda perlu merangsang konflik. Jadi, kuncinya adalah merangsang konflik
fungsional dan memecahkan konflik yang disfungsional, Bila konflik terlalu banyak, maka
ia juga akan disfungsional. Bila konflik dengan jumlah yang besar dibiarkan tanpa
diperiksa, maka produktivitas akan turun dan permusuhan meningkat. Interaksi dan
kepuasan orang berada dalam bahaya ketika konflik tidak dikelola dengan tepat. Energi
menjadi dialihkan dari pekerjaan dan dicurahkan untuk konflik. Permusuhan biasanya
terjadi. Energi yang ada tidak difokuskan untuk pekerjaan, dan sumber daya tidak bisa
dipakai secara efisien. Ketika tingkat konflik tinggi, kemarahan cenderung difokuskan
pada orang per orang daripada permasalahannya sendiri. Kerja sama sirna dan rasa
percaya terkikis. Semua ini destruktif bagi organisasi.
2
Konflik dengan tingkat yang optimal (yang berbeda-beda dari satu organisasi ke organisasi
lainnya) menjadi keuntungan bagi organisasi. Ketidaksepahaman yang sehat itu baik
untuk organisasi. Konflik yang semacam ini disebut fungsional.
Jenis-jenis Konflik
Ada banyak konflik yang dialami oleh organisasi zaman sekarang. Jenis-jenisnya meliputi
konflik Antar pribadi, Antar kelompok, Antar-organisasi dan dalam diri pribadi.
Konflik antarpribadi terjadi pada dua orang atau lebih. Kebanyakan konflik antarpribadi ini
ditimbulkan oleh benturan kepribadian dan kegagalan untuk berkomunikasi secara
efektif. Orang memiliki perbedaan nilai yang mengakibatkan konflik. Konflik juga muncul
bila orang tidak saling menyukai, ketika antarpihak tidak saling memercayai, atau ketika
ada perspektif yang berlainan. Bahkan struktur organisasi yang sangat menyerupai
piramida pun bisa membuat orang terlibat dalam konflik, karena mereka saling bersaing
untuk mendapatkan sumber daya dan promosi yang sama di dalam organisasi.
Kemarahan adalah inti dari konflik antarpribadi. Anda tidak dapat menafikannya, tetapi
harus menerimanya dan memahaminya bahwa hal itu tidak hanya bukan masalah, namun
juga sehat bila kuantitasnya tepat. Selama pihak-pihak yang terlibat tidak bertindak
gegabah dengan kemarahannya, maka konflik ini sehat. Semua pihak harus
menumpahkan perasaannya dulu sebelum mereka saling berkonfrontasi.
Konflik antar kelompok terjadi terutama bila ada kelangkaan sumber daya dalam
organisasi. Ketika sumber-sumber daya yang langka harus dibagi-bagi, maka itu membuka
pintu konflik. Kesalingterkaitan pekerjaan bisa memicu konflik antarkelompok. Selain itu,
sasaran yang tidak sejalan juga potensial menimbulkan konflik. Ketika tujuan bersifat
eksklusif, maka konflik juga sering muncul.
Konflik antar-organisasi terjadi pada dua organisasi atau lebih. Selain ada sejumlah konflik
tertentu sebagai akibat dari persaingan yang wajar, ada pula konflik yang lebih serius dan
yang melampaui batas-batas persaingan sehat. Konflik antar-organisasi ini bisa terjadi
antara satu organisasi dengan satu atau lebih faktor lingkungan. Artinya, konflik bisa
muncul antara organisasi dengan kelompok pelanggan, agen-agen pemerintah, atau
dengan penyalurnya.
Konflik dalam diri adalah konflik yang terjadi pada diri seseorang. Konflik ini bermacam
macam bentuknya, seperti :
Antarperan
Dalam peran
Konflik peran orang
Konflik antarperan terjadi antara berbagai peran yang diemban oleh satu orang. Ketika
Anda memiliki banyak peran, peran-peran itu kadang kala akan saling berbenturan.
Artinya, satu peran mengharapkan sesuatu dari Anda, sedangkan peran yang lain
mengharapkan yang lain lagi dari Anda. Sebagai seorang profesional bisnis, peran
3
organisasi Anda mungkin menghendaki Anda untuk lembur pada malam-malam tertentu.
Di sisi lain, sebagai orang tua, Anda mungkin harus menghadiri acara di sekolah anak
Anda pada malam yang sama.
Konflik dalam peran terjadi ketika Anda menerima pesan yang berbeda-beda terkait
dengan apa yang diharapkan dari Anda pada satu peran tertentu. Atasan Anda mungkin
mengatakan Anda hanya perlu kerja lembur sekali dalam seminggu. Tetapi atasan dari
atasan Anda mungkin akan menganggap hal ini sebagai bentuk ketidaksetiaan pada
organisasi dan meminta Anda bekerja lembur lebih dari sekali dalam seminggu. Bukan hal
yang tidak biasa bila atasan dan bawahan Anda menyampaikan pesan yang tidak
bersesuaian terkait dengan apa yang diharapkan dari peran manajerial Anda. Bawahan
Anda mungkin menghendaki Anda mendukung mereka, sedangkan atasan Anda
mengharapkan Anda untuk mendukung tujuan organisasi.
Konflik peran orang terjadi bila peran seseorang tidak sejalan dengan nilai-nilai mereka
sendiri. Orang sering mengalami dilema etika ketika nilai-nilai yang diharapkan dalam
peran organisasi mereka bertentangan dengan nilai-nilai pribadinya.
MANAJEMEN KONFLIK:
MENUJU SOLUSI SAMA-SAMA MENANG (WIN-WIN SOLUTIONS)
Mengelola konflik adalah menyelesaikan konflik dengan cara yang positif. Ada tiga
strategi yang paling umum untuk menangani konflik. Ketiganya meliputi pembingkaian
situasi dalam hal menentukan siapa yang "menang" (yang mendapatkan apa yang
diinginkannya) dan siapa yang "kalah" (yang tidak mendapatkan yang diinginkannya).
Ketiga strategi itu disebut......
Menang-kalah
Sama-sama kalah
Sama-sama menang
Strategi sama-sama kalah ini digunakan ketika Anda membutuhkan solusi yang cepat.
Dalam hal ini, biasanya tidak ada cukup waktu untuk melakukan negosiasi. Tetapi strategi
ini hanya memberikan perbaikan Jangka pendek, karena ia hanya berfokus pada
penyelesaian kilat. Baik strategi menang kalah dan sama-sama kalah membuat pihak
Mereka cenderung memikirkan kemenangan atau kekalahan mereka pihak yang terlibat
masuk dalam hubungan yang tidak menyenangkan. Masalah sebenarnya nyaris menjadi
pertimbangan sekunder. Perhatian tidak tercurah pada sebab masalah yang sebenarnya,
Sebagai manajer, Anda meluangkan banyak waktu untuk memecahkan konflik. Kecakapan
dan kemampuan tertentu dapat membuat Anda lebih berhasil dalam menangani konflik.
Agar berhasil mengelola konflik,
Pertama, dan terutama, Anda harus mencermati sikap Anda. Anda harus selalu bersikap
positif. Anda harus memahami bahwa ada konflik yang baik untuk Anda, karyawan Anda
harus menjaga emosi. Anda tidak boleh membiarkan emosi Anda, dan organisasi Anda.
Ketidaksepahaman itu sehat. Selain itu, mengendalikan proses. Meskipun diketahui
bahwa kemarahan adalah bagian dari resolusi konflik, tetapi kemarahan tidak boleh
menjadi emosi utama yang mengatur proses.
Anda harus tegas agar berhasil dalam mengelola konflik. Anda harus bisa berdiri untuk
diri Anda sendiri dan hak-hak Anda sendiri. Tetapi saat itu juga Anda tidak boleh
melanggar hak-hak orang lain. Orang yang tidak tegas (disebut juga orang yang pasif)
membiarkan orang lain melangkahi hak-haknya sendiri. Orang ini biasanya memiliki harga
diri yang rendah dan tidak efektif dalam mengelola konflik.
Kebalikan orang ini juga sama tidak efektifnya. Orang yang agresif akan melanggar hak-
hak orang lain. Mereka cenderung berpikir bahwa hak-hak mereka harus lebih
didahulukan daripada hak-hak orang lain. Mereka memfokuskan pada bagaimana
menguasai, apa pun tebusannya.
Ketika mengelola konflik, penting sekali untuk menyadari bahwa konflik yang
berbeda timbul akibat hubungan kekuasaan yang berbeda dalam organisasi. Memahami
hubungan kekuasaan ini bisa menjadi langkah pertama ke arah pemahaman konflik.