Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BAD BUSINESS
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis
Dosen Pengampu: Dr. Sulis Riptiono S.E., M.M.

Disusun oleh :
Kelompok 12 (6MJKA):
1. Cindy Farantika Sari (195503832)
2. Wisto Prastiaji (195503793)

UNIVERSITAS PUTRA BANGSA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN (S1)
KEBUMEN
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Dr.
Sulis Riptiono S.E., M.M. selaku Dosen mata kuliah Etika Bisnis yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai peningkatan mutu dan fokus pada pelanggan. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Kebumen, 27 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1. 1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1. 3 Tujuan Pembuatan Makalah ..................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4

2. 1 Pengertian Bisnis...................................................................................... 4

2. 2 Pengertian Good Business dan Bad Business .......................................... 4

2. 3 Kriteria Bad Business ............................................................................... 5

2. 4 Penyebab Bad Business ........................................................................... 6

2. 5 Solusi Bad Business ................................................................................. 12

2. 6 Contoh Kasus Bad Business..................................................................... 12

2. 7 Analisis Kasus Bad Business ................................................................... 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14

3. 1 Kesimpulan .............................................................................................. 14

3. 2 Saran ......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Bisnis mengalami perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Hal ini ditandai
dengan munculnya bisnis-bisnis baru dan semakin banyaknya bisnis tradisional yang
melakukan pembenahan diri menjadi bisnis modern. Bisnis merupakan keseluruhan
aktivitas yang terkait dengan produksi, penjualan dan pemberian layanan kepada
konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi dan keluarga.
Terdapat cara yang bisa digunakan perusahaan untuk memenangkan persaingan
dalam dunia bisnis dari segi keputusan dasar operasional, diantaranya adalah desain
proses, desain produk dan jasa, manajemen kualitas, pemilihan lokasi, penentuan tata
letak, pengelolaan sumber daya manusia, penjadwalan, manajemen rantai pasokan,
persediaan dan pemeliharaan (Heizer dan Render, 2015). Dari kesepuluh dasar yang ada,
salah satu keputusan penting dalam operasional adalah manajemen kualitas. Dalam
melakukan kegiatan bisnis seorang pengusaha harus selalu memperhatikan kualitas dari
produk yang di produksinya.
Pengelolaan kualitas merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atau
kegagalan suatu usaha. Pengelolaan kualitas perlu dilakukan perusahaan sebagai upaya
untuk mempertahankan kualitas produknya agar sesuai standar. Bagi seorang manajer
operasi, memberikan produk dan jasa yang sehat, aman, dan berkualitas kepada
pelanggan adalah salah satu pekerjaan yang terpenting. Kurangnya proses desain dan
produksi, pengembangan produk-produk berkualitas rendah tidak hanya mengakibatkan
biaya produksi yeng lebih tinggi tetapi juga dapat menimbulkan kecelakaan, tuntutan
hukum, dan bertambahnya peraturan pemerintah.
Tidak sedikit pelaku usaha yang gulung tikar alias bangkrut, karena strategi
pemasaran yang digunakan kurang tepat dan kualitas pelayanan yang kurang optimal.
Artinya keberhasilan sebuah bisnis kuliner dalam memenangkan persaingan ditentukan
oleh penerapan srategi pemasaran yang tepat serta hubungan baik yang dijalani dengan
konsumen. Hubungan baik akan tercipta bila sebuah bisnis kmampu memberikan
kepuasan terhadap kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen. Selain itu kepuasan
pelanggan juga merupakan sumber informasi yang efektif bagi manajemen dalam
melakukan perbaikan terhadap layanannya.
Berhasil atau tidaknya atau baik buruknya suatu bisnis dalam menjual barang atau
jasa tergantung dari usaha yang sungguh-sungguh dalam pemasaran. Dalam fungsi
pemasaran, pelayanan yang berkualitas memegang peranan yang sangat penting.
Kepuasan terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen dapat tercapai dengan adanya
kegiatan pemasaran. Untuk itu kemampuan merumuskan dan menyusun program-
program pemasaran yang tepat merupakan salah satu masalah utama dalam menciptakan
proses pertukaran antara produsen dan konsumen. Salah satu cara untuk menuju

1
keberhasilan kegiatan pemasaran adalah dengan memahami perilaku konsumen dan
meningkatkan kualitas pelayanan agar konsumen merasa puas setelah bertransaksi.
Menurut Kotler (2000: 50), “salah satu tindakan untuk memuaskan konsumen adalah
dengan cara memberikan pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya”.
Kenyataan ini bisa dilihat, bahwa ada beberapa hal yang dapat memberikan kepuasan
pelanggan yaitu nilai total pelanggan yang terdiri dari nilai produk, nilai pelayanan, nilai
personal, nilai image (citra), dan biaya total pelanggan yang terdiri dari biaya moneter,
biaya waktu, biaya tenaga dan biaya pikiran. Pemasaran jasa yang bergerak di bidang
retaik memang sangat bertumpu pada jasa pelayanan terutama peran dari para staf dan
karyawan. Pelayanan buruk staf dan karyawan akan langsung merusak bisnis jasa ini,
kondisi seperti ini akan dapat menyebabkan konsumen enggan berhubungan kembali di
masa mendatang, bahkan tidak menutup kemungkinan konsumen akan pindah ke toko
lain yang memberikan pelayanan yang lebih baik. Oleh sebab itu, usaha untuk menjaga
kepuasan konsumen sangat perlu dilakukan. Kualitas pelayanan yang baik akan
memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan yang kuat dengan
perusahaan (dalam hal ini Warung Makan Bebek Goreng Haji Slamet di Kartasura).
Ikatan seperti ini dalam jangka panjang memungkinkan perusahaan untuk memahami
dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka, dengan demikian
perusahaan tersebut dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan
memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau
meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan.
Perusahaan yang gagal memuaskan pelayanannya akan menghadapi masalah yang
kompleks. Umumnya pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan pengalaman
buruknya kepada orang lain dan bisa dibayangkan betapa besarnya kerugian dari
kegagalan memuaskan pelanggan. Oleh karena itu, setiap perusahaan jasa wajib
merencanakan, mengorganisasikan, mengimplementasikan, dan mengendalikan sistem
kualitas sedemikian rupa, sehingga pelayanan dapat memuaskan para pelanggannya.
Penilaian akan kualitas layanan dikembangkan oleh Barry, A. Parasuraman dan Zeithaml
yang dikenal dengan service quality (Servqual), yang berdasarkan pada lima dimensi
kualitas yaitu tangibles (bukti langsung), reliability (kehandalan), responsiveness (daya
tanggap), assurance (jaminan) dan empathy (empati) (Kotler, 2000:53). 4 Konsumen
yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, kemungkinan akan menjadi
pelanggan setia, bahkan dapat dijadikan media promosi gratis. Demikian pula sebaliknya
pelanggan yang tidak puas bisa dengan mudah pindah ke perusahaan lain atau
menggunakan jasa lain. Menurut Tjiptono (2001: 24) pada dasarnya tujuan dari bisnis
adalah untuk menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Kepuasan merupakan suatu
tingkatan perasaan pelanggan yang diperoleh pelanggan setelah menikmati sesuatu
sehingga dengan terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya dapat terciptanya hubungan antara perusahaan dengan pelangganya menjadi
harmonis.

2
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Bisnis?
2. Apa pengertian dari Good Business dan Bad Business?
3. Apa kriteria dari Bad Business?
4. Apa penyebab dari Bad Business?
5. Apa solusi dari Bad Business?

1. 3 Tujuan Penulis
1. Mengetahui pengertian dari bisnis
2. Mengetahui pengertian dari good business dan bad business
3. Mengetahui kriteria dari bad business
4. Mengetahui penyebab bad business
5. Mengetahui solusi dari bad busines

3
4

BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Bisnis
Bisnis adalah kegiatan ekonomis, dimana terjadi proses tukar menukar, jual-beli,
memproduksi-memasarkan, bekerja-memperkerjakan dan interaksi manusia
lainnya, dengan tujuannya memperoleh keuntungan.

2. 2 Pengertian Good Business dan Bad Business


Sudut Pandang Ekonomis
Dalam pandangan ini, bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak
keuntungan. Hal ini bisa terjemahkan ke dalam beberapa fungsi manajemen.
Dalam fungsi manajemen produksi, bisnis yang baik adalah bisnis yang dapat
mempertahankan produktivitas perusahaan. Dimana jika produktivitas menurun,
biaya produksi akan bertambah, sehingga harga produk perlu dinaikkan, dan hal
ini berdampak pada harga produk bisa menjadi terlalu tinggi dibandingkan
dengan harga yang ditetapkan pesaing. Pada fungsi pemasaran, diartikan sebagai
menjual sebanyak mungkin produk, dimana hal ini akan membawa keuntungan
maksimal bagi perusahaan
Sudut Pandang Moral
Dalam sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang baik secara
moral. Perilaku yang baik dalam konteks moral adalah perilaku yang sesuai
dengan norma norma moral, sedangkan perilaku yang buruk adalah perilaku
yang bertentangan dengan atau menyimpang dari norma moral. Perilaku dalam
konteksi ini adalah tindakan dan kegiatan yang dilakukan dalam bisnis, baik itu
keputusan bisnis, kebijakan yang diambil dan interaksi bisnis dengan
lingkungannya. Dalam kasus di atas, bisnis boleh saja memiiliki tujuan mencapai
keuntungan, asalkan pencapainya tidak merugikan pihak yang lain serta
dilakukan dengan menghormati kepentingan dan hak orang lain yang terlibat
baik langsung dan tidak langsung dalam aktivitas bisnis itu sendiri.
Sudut Pandang Hukum
Bisnis tidak terlepas dari hukum “ hukum dagang” atau “ hukum bisnis”. Dalam
sudut pandang normative, hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan pada aktivitas bisnis. Disini, hukum lebih jelas dan
pasti, karena tertulis dan ada sangsi tertentu bila terjadi pelanggaran. Dari sudut
pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang patuh pada hukum.
Untuk menentukan baik tidaknya bisnis dari sudut pandang moral, perlu adanya
tolak ukur dalam menentukan baik buruknya suatu perbuatan dan tingkah laku di
setiap aktivitas bisnis, diantaranya: hati nurani, kaidah emas dan penilaian
masyarakat umum. Penjelasannya sebagai berikut:
a. Hati Nurani
Suatu perbuatan dan tingkah laku yang baik, jika dilakukan sesuai dengan
hati nurani, begitu juga sebaliknya. Hati nurani memiliki arti, kita harus

4
5

melakukan apa yang diperintahkan hati nurani dan tidak boleh melakukan
apa yang berlawanan dengan suara hati nurani. Setiap manusia memiliki hati
nurani dimana bagi yang memiliki agama suara hati nurani adalah bisikan
tuhan. Hati nurani sifatnya subyektif, karena hanya bisa dijawab oleh orang
yang bersangkutan, dan hati nurani bisa dipakai sebagai pegangan kalau
terbentuk dengan baik.
b. Kaidah Emas
Menurut kaidah emas, perilaku yang baik adalah memperlakukan orang lain
sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan. Maksudnya, jika kita ingin
diperlakukan baik oleh orang lain, maka terlebih dahulu perlakukanlah orang
tersebut dengan baik ( konsep take and give). Kaidah emas bersifat objektif
c. Penilaian Umum
Untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku, cara ketiga
adalah dengan menyerahkan kepada masyarakat umum untuk menilainya.
Disebut dengan “ audit social”. Namun, penilaian ini harus bersifat objektif (
tidak ada kepentingan di dalamnya) dan terbuka bagi khalayak ramai dengan
menerapkan penilaian moral di dalamnya.
Dari hasil catatan di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis dikatakan baik (good
business) jika tidak bertentangan dengan sudut pandang etika dan hukum. Dan
dikatakan (Bad Business) jika bertentangan dengan sudut pandang etika dan
hukum.

2. 3 Kriteria Bad Business


a. Tidak memiliki tujuan
Ini bukan berarti perusahaan tidak memiliki tujuan. Namun perusahaan yang
buruk tidak bisa memberikan sense of purpose pada karyawannya mengenai
tujuan pekerjaan mereka. Setiap harinya karyawan hanya diperintahkan
melakukan pekerjaannya kemudian pulang dan dibayar di awal bulan.
Karyawan tak merasakan semangat mengejar tujuan besar bersama
perusahaan.
b. Jumlah gaji terlalu rendah
Gaji yang diberikan oleh perusahaan setidaknya memenuhi standar UMR
(Upah Minimum Regional) atau disesuaikan dengan gelar yang dimiliki oleh
karyawan. Besarnya gaji dan tunjangan secara tidak langsung menunjukkan
seberapa besar perhatian perusahaan pada karyawan.
c. Tidak Ada Pelatihan
Perusahaan buruk tidak bersusah payah membuat karyawannya belajar dan
berkembang. Mereka hanya dibayar untuk bekerja. Tidak ada keinginan untuk
mengembangkan kemampuan karyawan demi berkembangnya perusahaan.
d. Tidak Ada Jenjang karir
Kenaikan jabatan diketahui memiliki dampak besar pada karyawan meski
tidak disertai dengan kenaikan gaji yang signifikan. Kenaikan jabatan
membuat karyawan lebih bersemangat dan percaya diri. Perusahaan yang

5
6

tidak memberikan jenjang karir yang sesuai untuk karyawannya tentu bukan
perusahaan yang baik.
e. Tidak Ada Event – event Internal.
Perusahaan atau Bisnis buruk tidak memikirkan keadaan psikologis
karyawannya. Bagi mereka karyawan hanya untuk dipekerjakan, itu saja.
Tidak ada upaya mengadakan event-event internal untuk mempererat
hubungan antara perusahaan dan karyawan, atasan dan bawahan, dan lainnya.
f. Tidak ada standar dalam bekerja
Bekerja seharusnya memiliki Standar operasional Prosedur (SOP). SOP
berfungsi untuk bahan evaluasi peningkatan kinerja. SOP juga digunakan
sebagai bahan acuan dalam sistem kerja.

2. 4 Penyebab Bad Business


Faktor-faktor yang menyebabkan bisnis yang buruk :
a. Menurut Suparyanto
Menurut Suparyanto (2012: 38-68) Kelemahan yang paling pokok yang
dialami oleh sebagian besar usaha kecil adalah pada aspek manajemen.
Beberapa kelemahan umum yang sering terjadi pada aspek manajemen dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
o Kelemahan Aspek Manajemen Pemasaran
a. Hanya memasarkan produk ke satu pasar.
Menjual produk yang dihasilkan hanya ke satu pasar tertentu
berbahaya untuk kelangsungan hidup karena pada saat pasar tersebut
mendapatkan sumber produk lain, maka secara sepihak pasar tersebut
akan menghentikan pesanan dari pengusaha kecil yang bersangkutan.
b. Kelemahan riset pemasaran
Riset pemasaran dapat memberikan informasi tentang perilaku
konsumen di daerah tertentu, daya beli konsumen, strategi pesaing,
dan lain sebagainya. Usaha kecil sering mengabaikan arti pentingnya
riset pemasaran, mereka langsung mengambil keputusan tanpa
melakukan riset pemasaran terlebih dahulu. Banyak kerugian
akhirnya dialami usaha kecil karena mengabaikan riset pemasaran
ini.
c. Terlalu mudah untuk menjual secara kredit
Pembayaran oleh konsumen secara kredit akan mengganggu aktiva
lancar. Jika hal tersebut sering terjadi maka usaha tersebut tinggal
menunggu saat kehancurannya tiba.
d. Menjual produk tidak sesuai pesanan
Konsumen yang merasa kecewa saat menerima produk yang
dipesannya dapat berimbas buruk kepada pembuatn. Konsumen bisa
melakukan komplain atau bahkan mengembalikan barang tersebut
dan menuntut uangnya dikembalikan.
e. Melebihi batas waktu yang disepakati

6
7

Pengusaha kecil tidak akan dipercaya oleh pemasok bahan baku jika
pembayaran terhadap bahan baku tersebut sering terlambat.
Pengusaha kecil tidak akan dipercaya oleh pelanggan jika
penyelesaian produk yang dipesan jauh melewati waktu yang telah
disepakati bersama.
f. Menjual hanya satu jenis produk
Selera konsumen beragam dan berubah-ubah dari waktu ke waktu
sehingga dapat merugikan perusahaan jika pada saat konsumen
sedang cenderung kepada produk lainnya. Pengusaha kecil harus
melakukan diversifikasi produk baik yang berkaitan maupun yang
tidak berkaitan dengan produk utamanya.
o Kelemahan Aspek Manajemen Operasi
a. Teknologi yang digunakan relatif sederhana
Peralatan yang relatif sederhana yang digunakan perusahaan kecil
tentunya akan sangat berpengaruh kepada kualitas dan kuantitas
produk yang dihasilkan. Kualitas produk cenderung rendah jika
dibandingkan dengan pengusaha yang menggunakan peralatan atau
mesin yang layak.
b. Skala produksi yang rendah
Penggunaan peralatan atau teknologi yang sederhana akan langsung
berdampak kepada jumlah hasil produksi. Pada umumnya jumlah
produksi yang dihasilkan oleh pengusaha kecil relatif rendah.
c. Biaya produksi tinggi
Sudah merupakan hukum ekonomi, jika skala produksi suatu produk
sedikit, maka konsekuensinya harga pokok produksi per satuan unit
menjadi tinggi. Akibat yang terjadi adalah harga jual yang ditetapkan
menjadi tinggi, maka keuntungan yang diperoleh menjadi kecil.
Sehubungan dengan keuntungan yang kecil maka sulit membuat
anggaran untuk meningkatkan penggunaan peralatan dan mesin yang
layak dengan teknologi tinggi.
o Kelemahan Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Sulit untuk mengatakan tidak
Pengusaha kecil sering terlalu banyak pertimbangan saat harus
menetapkan suatu keputusan bagi karyawannya. Dia mengetahui
kelalaian yang dilakukan oleh karyawannya, tetapi untuk
menegurnya secara tegas apalagi memberikan sanksi kepada
karyawan tersebut sering tidak mampu dilakukan dengan alasan
kasihan, tidak tega, mencari waktu yang tepat untuk menegurnya,
susah mengungkapkannya dan lain sebagainya. Alasan yang paling
sering karena secara kebetulan karyawan tersebut masih memiliki
hubungan saudara, teman, atau tetangga dan unsur nepotisme
lainnya.
b. Unsur keluarga masih sangat dominan

7
8

Jika seorang pengusaha sudah dihadapkan dengan urusan perusahaan


yang berkaitan dengan kepentingan keluarga maka muncul dilema.
Pengusaha kecil akan menemukan masalah, mana yang harus
dipenuhi apakah mengutamakan roda operasi perusahaan walaupun
harus mengesampingkan kepentingan keluarga. Tidak sedikit
pengusaha mengambil keputusan sebaliknya yaitu mengutamakan
kepentingan keluarga walaupun akan membahayakan atau
merugikan perusahaan.
c. Semua tugas dilakukan sendiri
Sangat banyak pemilik usaha kecil di mana semua aktivitas mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dikerjakan dengan
bertumpu kepada kemampuan sendiri. Hanya sebagian kecil saja dari
tugas, wewenang, tanggung jawab yang didistribusikan kepada
karyawannya. Keuntungannya akan merasakan tingkat kepuasan
maksimum dan keuntungan finansial yang diperoleh perusahaan
akan dinikmati sendiri juga dipandang sebagai tipe pekerja keras.
Tetapi jika perusahaan mengalami kerugian atau kemunduran
sebenarnya itu adalah kesalahannya.
d. Tidak mampu menanggapi umpan balik
Pihak manajemen seharusnya harus mawas diri menjadikan semua
tanggapan dari pihak lain sebagai umpan balik yang akan menambah
baik usaha yang dijalankan demi mencapai keuntungan dan
kesinambungan perusahaan.
o Kelemahan Aspek Manajemen Keuangan
a. Tidak ada pemisah harta perusahaan dan harta pribadi.
Seorang pengusaha sebagai sosok pribadi atau bagian dari keluarga
pasti memiliki kebutuhan atau keinginan yang menuntut untuk
dipenuhi. Masalah baru muncul ketika kebutuhan atau keinginan
pribadi pengusaha mengambil harta yang merupakan harta atau
modal perusahaan. Dengan kata lain aset yang ada diperusahaan di
samping digunakan untuk kepentingan usaha juga untuk urusan
pribadi. Jika hal tersebut berulang-ulang apalagi dalam jumlah yang
besar, maka perusahaan hanya tinggal menunggu waktu bangkrut
saja.
b. Tidak melakukan pencatatan
Pencatatan merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
aktivitas usaha sehari-hari. Banyak manfaat yang dapat diperoleh
dengan melakukan pencatatan yaitu menjadi alat perencanaan, tolak
ukur kinerja perusahaan, laporan tertulis perusahaan, dan menjadi
syarat pengajuan kredit.
c. Besarnya piutang yang tidak tertagih
Banyak faktor penyebab piutang tidak tertagih. Penyebab ini bisa
muncul dari perusahaan, misalnya perusahaan tidak melakukan

8
9

pencatatan sehingga lupa kepada siapa telah melakukan penjualan


secara kredit. Akibatnya perusahaan tidak dapat menagih sama
sekali. Walaupun tahu piutang terhadap konsumen, perusahaan lupa
berapa besar konkretnya piutang tersebut sehingga konsumen dapat
saja membayar lebih rendah dari yang seharusnya. Faktor lainnya
adalah secara psikologis malas atau enggan menagih piutang kepada
orang tertentu karena adanya hubungan keluarga, saudara, teman,
atau pejabat tertentu, dan lain sebagainya. Disisi lain disebabkan
oleh pihak yang memiliki hutang. Dia memang tidak memiliki itikad
baik membayar utang atau mengundurkan waktu pembayaran
maupun menunggu sampai ada orang yang menagih.
d. Mengabaikan anggaran penyusutan
Anggaran penyusutan adalah jumlah uang yang harus disisihkan atau
ditabung dari pendapatan perusahaan secara berkala dalam rangka
mempersiapkan penggantian atau pembelian suatu peralatan/mesin
tertentu. Dengan mesin sudah tidak dapat dipergunakan lagi bagi
aktivitas produksi, perusahaan sudah memiliki cukup dana untuk
membeli peralatan atau mesin yang baru.
e. Mengabaikan penghargaan untuk diri sendiri
Kita harus membedakan posisi pengusaha yang merangkap jabatan
sebagai direktur sekaligus pemilik. Sebagai pemilik dia berhak
mendapatkan keuntungan perusahaan. Di samping itu posisi dia
sebagai seorang direktur berhak mendapatkan gaji. Tidak jarang kita
menemui bahwa posisi sebagai direktur tidak diberikan kompensasi
berupa gaji dengan alasan karena perusahaan tersebut miliknya
sendiri. Hal ini merupakan suatu kekeliruan karena walau bagaimana
pun seorang direktur harus diberikan gaji. Setelah gaji tersebut
diterima seorang direktur, uangnya dapat digunakan untuk
kepentingan pribadi, keluarga, sosial, keagamaan, dan yang lainnya.
Tidak menutup kemungkinan uang tersebut ditanamkan kembali ke
perusahaan untuk menambah dan memperkuat modal lancar.
b. Menurut Machfoedz dan Mahmud
Menurut Machfoedz dan Mahmud (2015) Setiap orang memulai bisnis baru
senantiasa bersikap optimis. Tetapi optimisme itu pudar bersama dengan
kegagalan usaha. Ini terjadi pada dua tahun pertama. Hanya sekitar 20 persen
perusahaanperusahaan baru yang mampu bertahan. Banyak alasan yang
dikemukakan oleh para usahawan pemula sehubungan dengan kegagalan
mereka, seperti terlalu banyaknya pesaing, tingkat bunga bank yang tinggi,
perekonomian yang tidak menentu, dan berbagai alasan lain. Meskipun
demikian, sebenarnya alasan utama kegagalan usaha mereka adalah
kesalahan manajemen yang mereka terapkan.
Faktor lain penyebab kegagalan usaha kecil (Machfoedz, 2015: 96)
diantaranya:

9
10

o Penetapan harga produk terlalu rendah


o Estimasi waktu yang kurang tepat untuk membentuk pasar
o Memulai usaha dengan modal terlalu kecil
o Memulai usaha dengan modal besar tetapi tidak cermat dalam
penggunaan
o Kurang pengalaman dan tidak memulai dengan mempelajari sesuatu
tentang perusahaan
o Meminjam uang tanpa perencanaan tentang cara dan waktu
pengembaliannya
o Berusaha melakukan terlalu banyak usaha dengan modal yang terlalu
kecil
o Membeli komoditas terlalu banyak dengan cara kredit
o Menawarkan kredit dengan persyaratan yang terlalu longgar
o Mengembangkan kredit terlalu cepat
o Tidak melakukan pencatatan dengan lengkap dan akurat, sehingga
terperangkap dalam kesulitan tanpa disadari
o Membawa sifat pribadi yang boros dalam usaha Wirausahawan yang
menemui kegagalan jauh lebih banyak daripada mereka yang berhasil.
Ada beberapa alasan penyebab kegagalan yang perlu diperhatikan
sebagai berikut.
1. Pengalaman manejemen. Mereka kurang mengetahui pemahaman
umum tentang pokok-pokok disiplin manajemen, dikarenakan latar
belakang ilmu yang berbeda-beda
2. Perencanaan keuangan. Mereka beranggapan bahwa kecukupan
modal bukan faktor penting yang diperlukan untuk usaha mereka
3. Analisis lokasi. Mereka kurang tepat dalam memilih lokasi untuk
memulai usaha
4. Bersifat boros. Mereka terlalu boros pada saat mereka membuka
usaha dengan pengeluaran dana yang seharusnya dapat ditangguhkan
Kebersediaan untuk Berkorban. Mereka kurang bersedia dengan
pengorbanan
c. Menurut Zimmerer, et. al.
Menurut Zimmerer, et. al. (2008: 39) karena keterbatasan sumber daya,
kurang pengalaman manajemen, dan kurang stabilnya keuangan, tingkat
kematian bisnis kecil jauh lebih tinggi dibandingkan bisnis yang lebih besar
dan mapan.
Zimmerer mengemukakan sepuluh kesalahan fatal yang menyebabkan
kegagalan bisnis, diantaranya :
o Ketidakmampuan manajemen.
Dalam kebanyakan perusahaan kecil, manajemen buruk menjadi
penyebab utama kegagalan bisnis. Pemiliknya kurang mempunyai
kemampuan kepemimpinan, pertimbangan yang baik, dan pengetahuan
yang diperlukan dalam menjalankan bisnis.

10
11

o Kurang pengalaman.
Manajer-manajer perusahaan kecil perlu memiliki pengalaman dalam
bidang yang ingin dimasukinya. Sebagai contoh, bila seseorang ingin
membuka bisnis ritel pakaian, pertama-tama ia harus bekerja di toko
pakaian. Hal ini akan memberikan pengalaman praktis dan pengetahuan
mengenai seluk-beluk bisnis tersebut, yang dapat menunjukkan
perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan
o Pengendalian Keuangan yang Buruk
Kurangnya modal merupakan penyebab umum kegagalan bisnis karena
perusahaan kekurangan modal sebelum mereka mampu menghasilkan
arus kas yang positif. Wirausahawan cenderung sangat optimis dan
sering salah menilai uang yang dibutuhkan untuk terjun ke dunia bisnis.
Sebagai akibatnya, mereka memulai usaha dengan modal yang terlalu
sedikit. Perusahaan yang tumbuh cepat menghabiskan uang kasnya
dengan segera. Penyaringan kredit yang buruk, praktik-praktik penagihan
hutang yang buruk, dan kebiasaan pembelanjaan yang tidak disiplin
merupakan faktor-faktor umum yang menyebabkan banyak perusahaan
bangkrut.
o Lemahnya Usaha Pemasaran
Membangun basis pelanggan yang terus yang berkembang memerlukan
usaha pemasaran tanpa kenal lelah dan kreatif. Mempertahankan mereka
agar terus kembali diperlukan usaha, yaitu dengan menyediakan nilai,
kualitas, kenyamanan pelayanan, dan kegembiraan dan melakukannya
dengan segera.
o Kegagalan Mengembangkan Perencanaan Strategis
Terlalu banyak manajer perusahaan kecil mengabaikan proses
perencanaan strategis, karena mereka mengira hal tersebut hanya
bermanfaat bagi perusahaan besar. Tanpa strategi yang ditentukan
dengan jelas, perusahaan tidak memiliki dasar yang berkesinambungan
untuk menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing di pasar.
Membangun perencanaan strategis memaksa wirausahawan untuk
menilai secara realistis potensi bisnis yang direncanakan.
o Pertumbuhan yang Tak Terkendali
Pertumbuhan perusahaan haruslah terencana dan terkendali. Idealnya,
ekspansi perusahaan harus didanai laba yang telah dihasilkan (laba
ditahan) atau dari tambahan modal pemiliknya bukan dari pinjaman.
Sebagian besar perusahaan mengambil pinjaman paling tidak Sebagian
dari investasi modal.
o Lokasi yang Buruk
Lokasi perusahaan sering kali dipilih tanpa penelitian, pengamatan, dan
perencanaan yang layak. Beberapa pemilik bisnis baru memilih lokasi
hanya karena ada tempat kosong. Akan tetapi, masalah lokasi terlalu
riskan untuk dilakukan secara untung-untungan.

11
12

o Pengendalian Persediaan yang Tidak Tepat


Kesalahan yang sering terjadi adalah bahwa manajer tidak hanya
memiliki persediaan dalam jumlah yang berlebih, tetapi juga mempunyai
terlalu banyak persediaan yang salah jenis. Banyak perusahaan kecil
menyia-nyiakan uang yang dimilikinya untuk menimbun persediaan yang
tidak bermanfaat.
o Penetapan Harga yang Tidak Tepat Penetapan harga oleh perusahaan
harus memahami besarnya biaya untuk membuat, memasarkan, serta
mendistribusikan produk dan jasa mereka. Sering kali wirausahawan
dengan mudah menetapkan harga berdasarkan harga yang ditetapkan
pesaingnya, atau menjual produk terbaik pada harga rendah.

2. 5 Solusi Bad Business


a. Ambil langkah mundur.
bisnis bisa gagal ketika orang-orang di belakang mereka begitu terjebak dalam
semua gerakan sehingga mereka tidak dapat melihat kekurangan ide mereka.
Dengan pengetahuan bahwa bisnis Anda masih kurang, mundurlah selangkah.
Kumpulkan catatan objektif dari semua yang Anda coba sebelum menyadari
bahwa bisnis Anda buruk. Hal ini pada akhirnya justru membuat Anda lebih
mampu untuk bangkit lagi dengan bisnis yang lebih baik.
b. Tentukan apa yang salah. Dengan catatan objektif yang Anda dapat, lihat
fakta-fakta sulit untuk melihat apa yang salah, kapan dan mengapa. Evaluasi
bisnis Anda sendiri dan bagaimana Anda menjalankannya lagi dengan lebih
baik. Lihatlah ke luar ke arah orang lain yang terlibat dalam bisnis Anda dan
kemudian lebih jauh ke luar pada ekonomi. Mungkin Anda akan menyadari
bahwa sebenarnya bisnis Anda sudah baik, namun salah dalam menentukan
waktu peluncuran.
c. Bangun kembali dari yang tersisa. Kemungkinannya adalah saat Anda
menganalisis kegagalan Anda, Anda akan melihat bahwa beberapa hal
berjalan dengan baik. Catat hal-hal itu dan simpan di depan pikiran Anda
untuk usaha bisnis Anda berikutnya. Tuliskan pelajaran apa pun yang telah
Anda pelajari dari kegagalan Anda dan cari tahu bagaimana tidak mengulangi
kesalahan Anda. Anda akan muncul sebagai pengusaha yang lebih baik, siap
untuk menjalankan bisnis Anda berikutnya – dan semoga lebih baik.

2. 6 Contoh Kasus Bad Business


Mogoknya hampir seluruh karyawan PT Freeport disebabkan perbedaan indeks
standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional PT Freeport di
seluruh dunia. Pekerja PT Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji
lebih rendah daripada pekerja PT Freeport di negara lain untuk level jabatan
yang sama. Gaji sekarang per jam USD 1,5–USD 3. Padahal, bandingan gaji di
negara lain mencapai USD 15–USD 35 per jam. Sejauh ini, perundingannya

12
13

masih menemui jalan buntu. Manajemen PT Freeport bersikeras menolak


tuntutan pekerja, entah apa dasar pertimbangannya.
Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua yang digembor-gemborkan itu pun tidak
seberapa karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT Freeport Malah
masyarakat membayar lebih mahal karena harus menanggung akibat berupa
kerusakan alam serta punahnya habitat dan vegetasi yang tidak ternilai itu. Biaya
reklamasi tersebut tidak akan bisa ditanggung generasi berikutnya sampai tujuh
turunan.

2. 7 Analisis Kasus Bad Business


Dalam hal ini jelas bisnis yang dijalankan oleh perusahaan tesebut buruk karena
hanya menguntungkan pihak perusahaan saja dan merugikan pihak karyawan
dan masyarakat sekitar selain itu PT Freeport juga telah melanggar prinsip etika
bisnis dan melanggar undang – undang. Hak didasarkan atas martabat manusia
dan martabat semua manusia itu sama. PT Freeport Indonesia sangat tidak etis
dimana kewajiban terhadap para karyawan tidak terpenuhi karena gaji yang
diterima tidak layak dibandingkan dengan pekerja Freeport di Negara lain.
Padahal PT Freeport Indonesia merupakan tambang emas dengan kualitas emas
terbaik di dunia. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan kepastian
hukum dan penegakan hukum terhadap pelaksanaan aturan ketenagakerjaan
termasuk tentang tingkat UMR (gaji), di perusahaan-perusahaan. Bila terjadi
pelanggaran-pelanggaran maka pemerintah harus memberikan sanksi tegas dan
bahkan membawa perkara ini ke ranah hukum dan memberikan sanksi sesuai
pasal yang sudah ditentukan.

13
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan
sebuah harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan
luasnya informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan
cepat dan luas. Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan
masyarakat umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat
bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan
beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis.

Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing


elemen dalam lingkaran bisnis. Pemasok (supplier), perusahaan, dan konsumen,
adalah elemen yang saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus
menjaga etika, sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga
dengan baik.

Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan
dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik
dalam lingkup mikro maupun makro. Tentunya ini tidak akan memberikan
keuntungan segera, namun ini adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh
elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika dalam berbisnis sangatlah
penting.

3. 2 Saran
Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin
menerapkan etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan
yang terjadi pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau
hukuman yang berat apabila ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga
etika di dalam bisnis pun dapat berjalan dengan baik dan lancer di perusahaan
tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://m.merdeka.com/gaya/kenali-5-ciri-perusahaan-yang-buruk.html
Srihadiastuti, R., & Hidayatullah, D. S. (2018). Analisis Penyebab Kegagalan
Mendirikan Usaha Baru Pada Para Lulusan Program Wirausaha Baru Jawa Barat
Kelas Ide Bisnis. Jurnal Ekonomi Pendidikan dan Kewirausahaan, 6(1), 31-44.
https://www.lancar.id/blog/tips-bisnis/6-faktor-utama-yang-tidak-mendukung-
kesuksesan-bisnis/
https://konsultanmanajemenusaha.com/2022/06/17/solusi-untuk-ide-bisnis-yang-
buruk/
http://commeta.co.id/15-tanda-bahwa-bisnis-anda-buruk/
https://www.dewaweb.com/blog/bisnis-gagal-penyebab-dan-solusinya/

15

Anda mungkin juga menyukai