Anda di halaman 1dari 3

Tugas!

Riview Jurnal Yang Berhubungan dengan Hepatitis Imbas Obat Pada Penderita TBC.

Judul : “Drug Incuded Hepatitis pada Tuberkulosis Paru dengan

Multisite Tuberkulosis Estraparu”.

Volume dan halaman : Vol. 5 No. 2 Mei 2019, Hal. 41-46

Tahun : 2019

Penulis : Made Agustya Darma Putra Wesnawa, Tutik Kusmiati.

Pengulas : Mahasiswa Keperawatan

Tanggal : 1 Maret 2022

Subjek penelitian : Seorang perempuan berusia 35 tahun dengan DIH pada TB paru

dan multisite TB estra paru.

Tujuan penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meneliti hepatotoksitas efek samping selama
pengobatan TB, dan penyebaran bakteri mikobakterium tuberkolosis ke organ lain selama
pengobatan TB.

Hasil Penelitian

1. Jenis kelamin perempuan dipertimbangkan sebagai faktor predisposisi terjadinya


toksisitas OAT, yang khususnya meningkat saat kehamilan. Penjelasan lainnya
yaitu adanya peningkatan aktivitas sitokrom P450 3a pada perempuan dan variasi
farmakokinetik meliputi pola asetilasi yang lebih lambat dan IMT yang lebih
rendah.24,25 Malnutrisi dan hipoalbumin dapat meningkatkan risiko DIH.
Defisiensi glutation pada pasien malnutrisi menyebabkan berkurangnya
kemampuan untuk eliminasi metabolit toksik sehingga lebih rentan dengan
oksidatif stress penyebab hepatotoksik. 23,24
Faktor risiko DIH yang ditemukan
pada kasus ini adalah jenis kelamin perempuan, malnutrisi, dan TB
intraabdomen.

2. Sebelum menyatakan bahwa OAT menyebabkan gangguan fungsi hati, perlu


dipastikan adanya faktor penyebab lain. Apabila ditemukan bukti adanya pengaruh
pemberian OAT pada fungus hati, maka pemberian OAT harus dihentikan karena
bersifat hepatotoksik.27,28 Secara umum pasien TB dengan DIH dianjurkan untuk
menghentikan semua OAT saat ditemukan peningkatan SGPT lebih dari 2 sampai 3
kali batas atas normal yang disertai densgan gejala klinis hepatitis, atau tanpa gejala
hepatitis namun peningkatan SGPT lebih dari 5 kali batas atas normal

3. Pada kondisi pasien dengan sputum BTA positif, penghentian semua OAT akan
memperberat kondisi pasien, sehingga direkomendasikan pemberian OAT
nonhepatotoksik, yaitu golongan fluorokuinolon atau sikloserin dan etambutol.
Regimen OAT untuk pasien TB dengan DIH dan pemberian OAT yang tidak bisa
ditunda adalah sebagai berikut:7,27
a. Regimen dengan 2 OAT hepatotoksik
1) 9 bulan INH, rifampisin, dan etambutol (9 RHE) 2 bulan INH,
rifampisin, etambutol, dan streptomisin, dilanjutkan 6 bulan INH
dan rifampisin (2 HRES/6 HR).
2) 6-9 bulan rifampisin, pirazinamide, dan etambutol (6-9 RZE).
b. Regimen dengan 1 OAT hepatotoksi 2 bulan INH, etambutol, dan streptomisin,
dilanjutkan 10 bulan INH dan etambutol (2HES/10HE)
c. Regimen tanpa OAT hepatotoksik 18-24 bulan etambutol, fluorokuinolon,
sikloserin dan kapreomisin atau aminoglikosida

4. Diperlukan suatu pendekatan untuk deteksi dini liver injury pada kasus TB.
Berdasarkan pedoman dari WHO, apabila ditemukan baseline enzim liver yang tinggi
serta faktor risiko untuk terjadinya DIH pada pasien TB, maka pemeriksaan enzim
liver harus dilakukan tiap 2 minggu sekali dalam 2-3 bulan awal pengobatan
Kesimpulan

Telah dilaporkan kasus penderita perempuan usia 35 tahun dengan DIH pada TB
paru dan multisite TB ekstraparu. Manifestasi TB ekstraparu pada pasien ini meliputi
limfadenitis TB, TB intraabdomen, dan pleuritis TB. Faktor risiko TB ekstraparu pada
pasien ini adalah jenis kelamin perempuan dan malnutrisi. Setelah DIH membaik,
dilakukan reintroduce OAT dengan regimen akhir adalah INH, rifampisin, dan
etambutol yang diberikan selama 9 bulan. Selama evaluasi didapatkan keluhan
gastrointestinal berkurang, berat badan bertambah, hasil evaluasi sputum BTA hasil
negatif, hasil USG abdomen evaluasi menunjukkan dalam batas normal, dan hasil foto
toraks evaluasi tidak didapatkan efusi pleura kanan.

Anda mungkin juga menyukai