Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SEMESTER V MODUL – 16 (PENGLIHATAN)

SKENARIO – 3

KATARAK SENILIS

DISUSUN OLEH : NADHILAH UMARAH SYAMDRA (71190811061)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang kami miliki . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 20 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2

1.3 Tujuan Pembelajaran.............................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ............................................................................................. 4

2.1 Katarak Senilis ....................................................................................... 4

2.1.1 Definisi ........................................................................................... 4

2.1.2 Patofisiologi .................................................................................... 5

2.1.3 Klasifikasi ....................................................................................... 7

2.1.4 Manifestasi Klinis ......................................................................... 10

2.1.5 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang.................................................. 10

2.1.6 Penatalaksanaan ............................................................................ 13

2.2 Shadow Test ........................................................................................ 15

2.3 Penyakit-Penyakit Mata Tenang Dengan Penurunan Tajam Penglihatan


.................................................................................................................. 16

BAB III ......................................................................................................... 18

PENUTUP..................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

Lembar Penilaian Makalah ............................................................................ 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katarak merupakan suatu kelainan mata yang berupa kekeruhan
pada lensa, yang disebabkan oleh pemecahan protein oleh proses
oksidasi dan foto oksidasi. Katarak dapat menimbulkan berbagai macam
risiko dan komplikasi yang salah satunya adalah kebutaan. Kebuataan
masih merupakan salah satu maasalah besar dalam bidang Kesehatan di
dunia. Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis.

Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan dan


kebutaan di negara berkembang dan negara maju. Katarak senilis
merupakan kekeruhan pada lensa mata yang ditemukan pada penderita
diatas usia 40 tahun karena terjadinya modifikasi protein lensa yang
menyebabkan struktur lensa tidak stabil dan akhirnya mengalami
agregasi.

Perubahan lensa mata banyak terjadi pada usia lanjut, antara lain
peningkatan masa dan ketebalan lensa serta penurunan daya akomodasi.
Hal ini yang mengakibatkan semakin tingginya kejadian katarak senilis.

Terdapat beberapa faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya


katarak senilis selain usia penderita, diantaranya adalah jenis kelamin,
Pendidikan, pekerjaan dan kebiasaan merokok. Pekerjaan yang berisiko
untuk terjadinya katarak adalah pekerjaan yang dilakukan lebih banyak
berada di luar ruangan, sehingga paparan terhadap sinar ultraviolet
semakin meningkat. Radiasi ultraviolet merupakan faktor risiko yang
kuat untuk perkembangan katarak.

1
1.2 Rumusan Masalah
Skenario-3
Katarak Senilis

Pasien laki-laki, 62 tahun datang ke Poli umum RS dengan


keluhan kedua matanya buram sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya
pasien sering merasa silau dan seperti melihat awan yang
menghalangi penglihatannya. Semakin lama semakin buram. Pasien
tidak merasakan sakit di area mata dan tidak tampak merah.

Pada pemeriksaan dijumpai visus mata kanan : 1/60 dan


visus mata kiri : 3/60, pinhole tidak maju. Segmen anterior : lensa
mata keruh, shadow test positif. Dokter kemudian merujuk pasien
ke Sp.M karena menurutnya terapi definitif penyakit yang diderita
pasien adalah pembedahan.

1. Apa penyebab dari katarak senilis?


2. Apakah katarak senilis akan akan selalu terjadi pada setiap
lansia atau orang yang berumur lebih dari 50 tahun?
3. Kenapa pasien tidak merasakan sakit pada mata?
4. Adakah hubungan myopia tinggi dengan katarak senilis?
5. Apakah yang dapat menyebabkan kerusakan protein pada lensa
mata?
6. Apa komplikasi katarak senilis jika tidak ditangani?
7. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya katarak
senilis pada penuaan?
8. Apakah katarak senilis dapat disembuhkan?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Untuk mengetahui tentang katarak senilis.
2. Untuk mengetahui tentang penyakit-penyakit mata tenang dengan
penurunan tajam penglihatan.

2
3. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan shadow test.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Katarak Senilis


2.1.1 Definisi
Katarak senilis adalah jenis yang paling sering
dijumpai. Jumlahnya mencapai sampai dengan 90% dari
seluruh katarak. Katarak ini terjadi pada usia lanjut, biasanya
lebih dari 40 tahun. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat
kekeruhan yang sama atau berbeda.

Katarak berasal dari kata Yunani Katarraktes,


Inggris Cataract, dan Latin Cataracta yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu
lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia
lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital atau
punyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti
glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak
dapat berhubungan proses intraokular lainnya.

Katarak adalah keadaan dimana terjadinya


kekeruhan pada lensa mata dan merupakan penyebab utama
kebutaan di dunia serta penyebab utama kurangnya
penglihatan di Amerika Serikat. Katarak bisa terjadi pada
semua usia dan disebabkan oleh berbagai penyebab.

4
Walaupun terapi untuk katarak sudah tersedia di seluruh
dunia, namun berbagai hambatan seperti biaya, asuransi
kesehatan dan keputusan pasien membuat banyak penderita
katarak tidak bisa tertangani dengan baik.

Katarak adalah kelainan mata yang terutama terjadi


pada orang tua. Dimana terdapat suatu daerah berkabut atau
keruh di dalam lensa. Pada stadium dini pembentukan
katarak, protein dalam serabut-serabut lensa di bawah kapsul
mengalami denaturasi. Lebih lanjut, protein tadi
berkoagulasi membentuk daerah keruh menggantikan
serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal
seharusnya transparan. Bila suatu katarak telah menghalangi
cahaya dengan hebat sehingga sangat mengganggu
penglihatan, keadaan itu dapat diperbaiki dengan cara
mengangkat lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, mata
kehilangan sebagian besar daya biasnya, dan harus
digantikan dengan lensa konveks yang kuat di depan mata.
Namun, biasanya ditanam sebuah lensa plastik buatan di
dalam mata tempat lensa dikeluarkan.

2.1.2 Patofisiologi
a) Peningkatan protein yang tidak larut air seiring usia
Protein lensa yang sebelumya larut air menjadi tidak
larut air dan beragregasin untuk membentuk partikel-
partikel yang sangat besar yang dapat memecahkan
cahaya sehingga mengakibatkan kekeruhan lensa.
b) Teori kebocoran pompa
Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion
kalium dan asam amino yang lebih tinggi dari aqueous
dan vitreus di sekelilingnya. Sebaliknya, lensa
mengandung kadar ion natrium, ion klorida dan air yang
lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya. Keseimbangan

5
kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil
kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan
aktifitas dari pompa yang terdapat pada membran sel dari
epithelium lensa dan setiap serat lensa. Fungsi pompa
natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium dari
dan menarik ion kalium ke dalam lensa. Mekanisme ini
tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim.
Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor
spesifik ATPase. Keseimbangan ini mudah sekali
terganggu oleh inhibitor spesifik.
Keseimbangan kalsium juga penting untuk lensa.
Besarnya gradien transmembran kalsium dipertahankan

secara primer oleh pompa kalsium (Ca2+-ATPase).


Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel
terhadap kalsium. Hilangnya homeostasis kalsium akan
sangat mengganggu metabolisme lensa. Peningkatan
kadar kalsium dapat berakibat pada beberapa perubahan
meliputi tertekannya metabolisme glukosa,
pembentukan agregat protein dengan berat molekul
tinggi dan aktivasi protase yang destruktif.
Transport membran dan permeabilitas juga penting
untuk nutrisi lensa. Transport aktif asam-asam amino
terdapat di epitel lensa dengan mekanisme tergantung
pada gradien natrium yang dibawa oleh pompa natrium.
Glukosa memasuki lensa melalui sebuah proses difusi
terfasilitasi yang tidak secara langsung terhubung oleh
sistem transport aktif. Hasil buangan metabolisme
meninggalkan lensa melalui difusi sederhana. Berbagai
macam substansi seperti asam askorbat, mioinositol dan
kolin memiliki mekanisme transport yang khusus pada
lensa.

6
Seiring pertambahan usia lensa, berat dan
ketebalannya bertambah sementara kekuatan akomodasinya
berkurang. Ditambah lagi, terdapat pengurangan transport
dari air, nutrisi dan antioksidan. Akibatnya kerusakan
oksidatif yang progresif pada lensa menyebabkan
berkembangnya katarak senilis.

Perubahan lensa pada usia lanjut meliputi :

• Kapsul > menebal, kurang elastis, presbyopia, dan


bentuk lamel berkurang.
• Epitel > makin tipis, sel epitel pada ekuator
bertambah besar, epitel bengkak dan vakuolisasi
mitokondria.
• Serat lensa > lebih ireguler, pada korteks terjadi
kerusakan serat sel, sinar UV lama kelamaan
merubah protein nucleus lensa menjadi brown
sclerotic nucleus.
• Korteks : tidak berwarna karena kadar asam askorbat
tinggi dan menghalangi fotooksidasi, serat tifak
banyak mengubah protein pada serat muda.

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi terjadinya kekeruhan pada lensa, katarak
dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu:

Gambar 4. Derajat katarak senilis berdasarkan


morfologi

7
1) Katarak Nuclear
Katarak nuklear merupakan kekeruhan terutama
pada nukleus dibagian sentral lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat sklerosis nuklear dan penguningan lensa
yang berlebihan. Beberapa derajat sklerosis nuklear dan
penguningan pada umumnya merupakan proses
kondensasi nukleus lensa yang umumnya normal pada
pasien diatas usia pertengahan. Kondisi ini hanya sedikit
mempengaruhi fungsi visual. Katarak nuklear cenderung
berkembang secara perlahan dan biasanya bilateral,
meskipun bisa asimetri.
Katarak nuklear biasanya menyebabkan gangguan
yang lebih besar pada penglihatan jauh daripada
penglihatan dekat. Pada tahap awal, pengerasan yang
progresif dari nukleus lensa menyebabkan peningkatan
indeks refraksi lensa dan terjadi perpindahan myopik
(myopic shift) pada refraksinya, dikenal sebagai miopia
lentikularis. Pada beberapa kasus perubahan myopik
sementara menyebabkan individu dengan presbiopia
dapat membaca tanpa kacamata, suatu kondisi yang
disebut dengan penglihatan kedua (second sight). Gejala
yang lain dapat berupa diplopia monokular dan
gangguan diskriminasi warna. Katarak jenis ini dapat
terjadi pada pasien diabetes melitus dan miopia tinggi.
Tajam penglihatan sering lebih baik daripada dugaan
sebelumnya dan biasanyaditemukan pada pasien 65
tahun keatas yang belum memperlihatkan adanya
katarak kortikal posterior.
2) Katarak Kortikal
Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks
lensa. Katarak ini cenderung bilateral tetapi seringkali
asimetris. Efeknya terhadap fungsi penglihatan

8
bervariasi, tergantung dari jarak kekeruhan terhadap
aksial penglihatan. Gejala katarak kortikal adalah
fotofobia dari sumber cahaya fokal yang terus-menerus
dan diplopia monokular. Katarak kortikal bervariasi
kecepatan perkembangannya. Beberapa kekeruhan
kortikal tetap tidak berubah untuk periode yang lama,
sementara yang lainnya berkembang dengan cepat.
3) Katarak Subkapsular Posterior
Katarak subkapsular posterior atau katarak
cupuliformis, terdapat pada korteks di dekat kapsul
posterior bagian sentral dan biasanya di aksial. Pada awal
perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan
gangguan penglihatan karena adanya keterlibatan sumbu
penglihatan. Gejala yang timbul adalah fotofobia dan
penglihatan buruk dibawah kondisi cahaya terang,
akomodasi, atau miotikum. Ketajaman penglihatan dekat
menjadi lebih berkurang daripada penglihatan jauh.
Beberapa pasien mengalami diplopia monokular.
Katarak subkapsular posterior sering terlihat pada
pasien yang lebih muda dibandingkan dengan pasien
yang menderita katarak nuklear atau kortikal. Selain itu
sering ditemukan pada pasien diabetes mellitus, miopia
tinggi dan retinitis pigmentosa serta dapat juga terjadi
akibat trauma, penggunaan kortikosteroid sistemik atau
topikal, inflamasi, dan paparan radiasi ion. Ketiga tipe
katarak tersebut dilakukan pemeriksaan slitlamp dengan
menggunakan kriteria Lens Opacit Classification
System (LOCS) III untuk mengetahui derajat keparahan
katarak dan menentukan rencana terapi pembedahan
katarak sehingga dapat memperkecil kemungkinan
terjadinya komplikasi.

9
Katarak nuklear dilakukan penilaian nuclear
opalescense (NO) dan intensitas kekeruhannya, nuclear
color (NC). Katarak kortikal (C) dinilai dengan
membandingkan kumpulan cortical spoking pada pasien
dengan standar fotografi. Katarak subkapsular posterior
(P) juga ditentukan dengan membandingkan kekeruhan
tersebut dengan standar fotografi.
Pemeriksaan derajat dari masing-masing tipe
diperoleh dengan membandingkan lokasi kekeruhan
lensa pasien dengan skala yang terdapat pada standar
fototgrafi. Kriteria LOCS III terdiri dari 4 skala desimal
untuk masing-masing NO, NC, C dan P. NC dan NO
dikelompokkan dengan skala desimal dari 0,1 sampai
6,9. Derajat C dan P dikelompokkan dengan skala
desimal dari 0,1 sampai 5,9.

2.1.4 Manifestasi Klinis


Opasitas pada lensa mata yang terjadi pada katarak
menyebabkan gejala penurunan tajam penglihatan baik jauh
maupun dekat tanpa rasa nyeri. Penglihatan menjadi kabur
ketika lensa kehilangan kemampuan untuk membedakan dan
memperjelas suatu obyek. Distorsi penglihatan juga dapat
terjadi bahkan sampai menyebabkan diplopia monokular.
Gejala lain yang dapat timbul antara lain rasa silau (glare),
perubahan persepsi warna atau kontras, dan dapat mengubah
kelainan refraksi. Selain itu, katarak ditandai dengan
kekeruhan pada lensa dan pupil berwarna putih atau abu-abu
(leukokoria).

2.1.5 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan
seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Katarak terlihat tampak hitam

10
terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk.

Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan


katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan
tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah
nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi
steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan
lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan antara lain deposisi pigmen pada lensa
menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
menandakan trauma mata sebelumnya.

Pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk


menyingkirkan penyakit sistemik yang berpengaruh pada
mata dan juga perkembangan katarak. Pemeriksaan mata
lengkap dimulai dari pemeriksaan visus. Jika pasien
mengeluhkan glare, visus juga harus diperiksa di ruangan
yang sangat terang. Pemeriksaan sensitivitas terhadap
kontras juga harus dilakukan, terutama jika ada keluhan. Tes
shadow akan menunjukkan hasil positif pada stadium
katarak imatur. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya
dikonsentrasikan untuk melihat kekeruhan lensa, namun
juga menilai struktur okular lainnya seperti konjungtiva,
kornea, iris dan bilik mata depan. Penampakan lensa harus
dilihat secara seksama sebelum dan sesudah dilatasi pupil.
Posisi lensa dan keutuhan serat zonular juga harus diperiksa
karena subluksasio lensa dapat mengindikasikan trauma
pada mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak
hipermatur.

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat


dilakukan adalah sebagai berikut:

11
a) Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akveus atau vitreus
humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau
penglihatan keretina atau jalan optik.
b) Lapang penglihatan. Penurunan mungkin disebabkan
oleh cairan cerebro vasikuler, massa tumor pada
hipofisis otak, karotis atau patologis arteri serebral,
glaucoma.
c) Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler
(TIO), normalnya 12- 25 mmHg.
d) Pemeriksaan oftalamoskopi, mengkaji struktur internal
okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan
pemeriksaan belahan lampu, memastikan diagnosa
katarak.
e) Darah lengkap, laju sedimentasi (LED), menunjukkan
anemia sistemik atau infeksi EKG, kolesterol serum dan
pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
f) Tes toleransi glukosa (FBS). Menunjukkan adanya atau
kontrol diabetes.
g) Pemeriksaan laboraturium diperlukan sebagai bagian
skrining preoperative untuk mendeteksi penyakit
penyerta (misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan
kelainan jantung). Pemeriksaan radiologis seperti USG,
CT Scan dan MRI diperlukan jika dicurigai adanya
kelainan di daerah posterior dan kurangnya gambaran
pada bagian belakang mata karena katarak yang sudah
sangat padat. Pemeriksaan ini membantu dalam
perencanaan tatalaksana bedah.

12
2.1.6 Penatalaksanaan
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam
penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat
apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam
penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi
akan terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga
mungkin penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina
dan bila dilakukan pembedahan memberikan hasil tajam
penglihatan yang tidak memuaskan. Sebaliknya pada katarak
kortikal posterior yang kecil akan mengakibatkan penurunan
tajam penglihatan yang sangat berat pada penerangan yang
sedang akan tetapi bila pasien berada di tempat gelap maka
tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuan.

Pengobatan definitif katarak adalah tindakan


pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila tajam
penglihatan sudah menurun sehingga mengganggu kegiatan
sehari-hari atau adanya indikasi medis lainnya seperti
timbulnya penyulit. Pembedahan katarak dapat dilakukan
dengan beberapa teknik, antara lain EKIK, EKEK, dan
fakoemulsifikasi. Setelah dilakukan pembedahan, lensa
diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa
tanam intraokuler. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK)
adalah jenis operasi katarak dengan membuang lensa dan
kapsul secara keseluruhan. EKIK menggunakan peralatan
sederhana dan hampir dapat dikerjakan pada berbagai
kondisi. Terdapat beberapa kekurangan EKIK, seperti
besarnya ukuran irisan yang mengakibatkan penyembuhan
luka yang lama, menginduksi astigmatisma pasca operasi,
cystoid macular edema (CME), dan ablasio retina. Meskipun
sudah banyak ditinggalkan, EKIK masih dipilih untuk kasus-
kasus subluksasi lensa, lensa sangat padat, dan eksfoliasi
lensa. Kontraindikasi absolut EKIK adalah katarak pada

13
anak-anak, katarak pada dewasa muda, dan ruptur kapsul
traumatik, sedangkan kontraindikasi relatif meliputi miopia
tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni, dan adanya
vitreus di kamera okuli anterior.

Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK)


konvensional adalah jenis operasi katarak dengan
membuang nukleus dan korteks lensa melalui lubang di
kapsul anterior. EKEK meninggalkan kantong kapsul
(capsular bag) sebagai tempat untuk menanamkan lensa
intraokuler (LIO). Teknik ini mempunyai banyak kelebihan
seperti trauma irisan yang lebih kecil sehingga luka lebih
stabil dan aman, menimbulkan astigmatisma lebih kecil, dan
penyembuhan luka lebih cepat. Pada EKEK, kapsul posterior
yang intak mengurangi risiko CME, ablasio retina, edema
kornea, serta mencegah penempelan vitreus ke iris, LIO, atau
kornea.

Teknik EKEK telah dikembangkan menjadi suatu


teknik operasi dengan irisan sangat kecil (7-8 mm) dan
hampir tidak memerlukan jahitan, teknik ini dinamai SICS
(Small Incision Cataract Surgery). Oleh karena irisan yang
sangat kecil, penyembuhan relatif lebih cepat dan risiko
astigmatisma lebih kecil dibandingkan EKEK konvensional.
SICS dapat mengeluarkan nukleus lensa secara utuh atau
dihancurkan. Teknik ini populer di negara berkembang
karena tidak membutuhkan peralatan fakoemulsifikasi yang
mahal, dilakukan dengan anestesi topikal, dan bisa dipakai
pada kasus nukleus yang padat. Beberapa indikasi SICS
adalah sklerosis nukleus derajat II dan III, katarak
subkapsuler posterior, dan awal katarak kortikal.

Fakoemulsifikasi teknik operasi menggunakan alat


tip ultrasonik untuk memecah nukleus lensa dan selanjutnya

14
pecahan nukleus dan korteks lensa diaspirasi melalui insisi
yang sangat kecil. Dengan demikian, fakoemulsifikasi
mempunyai kelebihan seperti penyembuhan luka yang cepat,
perbaikan penglihatan lebih baik, dan tidak menimbulkan
astigmatisma pasca bedah. Teknik fakoemulsifikasi juga
dapat mengontrol kedalaman kamera okuli
anterior serta mempunyai efek pelindung terhadap tekanan
positif vitreus dan perdarahan koroid. Teknik operasi katarak
jenis ini menjadi pilihan utama di negara-negara maju.

2.2 Shadow Test


Tujuan dari shadow test adalah mengetahui derajat
kekeruhan lensa dimana alatnya menggunakan sentolop dan loup.
Serta tekniknya setolop disinarkan pada pupil dengan membuat
sudut 45 derajat dengan dataran inti, lalu loup melihat bayangan iris
pada lensa yang keruh.

Cara pemeriksaan adalah :

1) Pasien diminta melihat lurus ke depan.


2) Lalu pemeriksaan menyenteri mata pasien pada sudut 45 derajat
dari samping dan dari bayangan iris.
3) Akan ada bayangan yang dibiaskan dari humor aquosus.
4) Lakukan penilaian:
- Jika bayangan iris besar dan letaknya jauh terhadap pupil
maka lensa belum keruh sepenuhnya. Terjadi pada katarak
immature dan disebut shadow test +.
- Bila bayangan iris kdcil dan dekat pupil maka lensa sudah
keruh sepenuhnya,terjadi pada katarak matur. disebut
shadow test.
- Bila lensa sudah keruh seluruhnya mengecil dan jauh
dibelakang pupil lalu bayangan iris pada lensa besar. Terjadi
pada katarak hipermatur. Disebut pseudopositif.

15
2.3 Penyakit-Penyakit Mata Tenang Dengan Penurunan Tajam
Penglihatan
• Penurunan visus perlahan :
- Katarak, yaitu setiap keadaan kekeruhan lensa akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau
keduanya.
- Katarak KongenitalàSebelum atau segera setelah lahir
sampai usia 1 tahun.
- Katarak SenilisàTerjadi pada usia lanjut, biasanya > 40
tahun.
- Katarak TraumatikàPaling sering akibat cedera benda asing
di lensa atau trauma tumpul pada bola mata.
- Katarak Komplikataàkatarak sekunder akibat penyakit
intraokuler.
- Katarak akibat Penyakit Sistemik à DM,
Hipoparatiroidisme.
• Distrofi miotonik
- Glaukoma : Neuropati optik yang ditandai dengan
pencekungan diskus optik dan kehilangan lapang pandang.
Biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraokular (TIO).
• Retinopati penyakit sistemik
- Retinopati diabetik à Riwayat DM yang lama, biasa > 20
tahun.
- Retinopati hipertensi àKelainan retina dan pembuluh darah
retina akibat tekanan darah tinggi,arteri besarnya tidak
teratur, eksudat pada retina, edema retina, perdarahan retina
- Retinitis pigmentosa.
• Kelainan Refraksi
- Myopia, gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar
sejajar titik fokusnya terletak di depan retina (di depan
makula lutea).

16
- Hipermetropia, gangguan kekuatan pembiasan mata dimana
sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik
fokusnya terletak di belakang retina (di belakang makula
lutea).
- Astigmat, ketika cahaya yang masuk ke dalam mata secara
parallel tidak membentuk satu titik fokus di retina.
• Penurunan visus mendadak
- Uveitis posterior.
- Perdarahan vitreous.
- Ablasio retina.
- Oklusi arteri atau vena retinal.
- Neuritis optic.
- Neuropati optik akut karena obat (misalnya etambutol),
migrain, tumor otak.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh
dunia yang sebelumnya dapat dicegah. Penyakit katarak merupakan
penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan lensa mata sehingga
mengganggu proses masuknya cahaya ke mata. Katarak dapat
disebabkan karena terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan
air dan elektrolit, karena denaturasi protein lensa atau gabungan
keduanya.

Seiring berjalannya usia, lensa mengalami kekeruhan,


penebalan, serta penurunan daya akomodasi, kondisi ini dinamakan
katarak senilis. Katarak senilis merupakan 90% dari semua jenis
katarak. Terdapat tifa jenis katarak senilis. Untuk melihat suatu
katarak itu matur/imatur menggunakan pemeriksaan tes bayangan
(shadow test).

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Masalah Kesehatan Mata.


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
2. C. Smeltzer Suzanne dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan
Medikal Bedah edisi 8 Jakarta: EGC
3. Pearce, evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka utama.
4. Astari, Prilly. 2018. Klasifikasi, Tatalaksana dan Komplikasi
Katarak. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta.

19
Lembar Penilaian Makalah

NO BAGIAN YANG SKOR NILAI


DINILAI

1. Ada Makalah 60

2. Kesesuaian dengan 0-10

LO

3. Tata cara penulisan 0-10

4. Pembahasan materi 0-10

5. Cover dan 0-10

penjilidan

Total :

NB :

LO = Learning Objective

Medan, 20 November 2021

Dinilai oleh:

Tutor

(Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. KJ (K))

20

Anda mungkin juga menyukai