SKENARIO – 3
KATARAK SENILIS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang kami miliki . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
PENUTUP..................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan lensa mata banyak terjadi pada usia lanjut, antara lain
peningkatan masa dan ketebalan lensa serta penurunan daya akomodasi.
Hal ini yang mengakibatkan semakin tingginya kejadian katarak senilis.
1
1.2 Rumusan Masalah
Skenario-3
Katarak Senilis
2
3. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan shadow test.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Walaupun terapi untuk katarak sudah tersedia di seluruh
dunia, namun berbagai hambatan seperti biaya, asuransi
kesehatan dan keputusan pasien membuat banyak penderita
katarak tidak bisa tertangani dengan baik.
2.1.2 Patofisiologi
a) Peningkatan protein yang tidak larut air seiring usia
Protein lensa yang sebelumya larut air menjadi tidak
larut air dan beragregasin untuk membentuk partikel-
partikel yang sangat besar yang dapat memecahkan
cahaya sehingga mengakibatkan kekeruhan lensa.
b) Teori kebocoran pompa
Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion
kalium dan asam amino yang lebih tinggi dari aqueous
dan vitreus di sekelilingnya. Sebaliknya, lensa
mengandung kadar ion natrium, ion klorida dan air yang
lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya. Keseimbangan
5
kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil
kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan
aktifitas dari pompa yang terdapat pada membran sel dari
epithelium lensa dan setiap serat lensa. Fungsi pompa
natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium dari
dan menarik ion kalium ke dalam lensa. Mekanisme ini
tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim.
Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor
spesifik ATPase. Keseimbangan ini mudah sekali
terganggu oleh inhibitor spesifik.
Keseimbangan kalsium juga penting untuk lensa.
Besarnya gradien transmembran kalsium dipertahankan
6
Seiring pertambahan usia lensa, berat dan
ketebalannya bertambah sementara kekuatan akomodasinya
berkurang. Ditambah lagi, terdapat pengurangan transport
dari air, nutrisi dan antioksidan. Akibatnya kerusakan
oksidatif yang progresif pada lensa menyebabkan
berkembangnya katarak senilis.
2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi terjadinya kekeruhan pada lensa, katarak
dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu:
7
1) Katarak Nuclear
Katarak nuklear merupakan kekeruhan terutama
pada nukleus dibagian sentral lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat sklerosis nuklear dan penguningan lensa
yang berlebihan. Beberapa derajat sklerosis nuklear dan
penguningan pada umumnya merupakan proses
kondensasi nukleus lensa yang umumnya normal pada
pasien diatas usia pertengahan. Kondisi ini hanya sedikit
mempengaruhi fungsi visual. Katarak nuklear cenderung
berkembang secara perlahan dan biasanya bilateral,
meskipun bisa asimetri.
Katarak nuklear biasanya menyebabkan gangguan
yang lebih besar pada penglihatan jauh daripada
penglihatan dekat. Pada tahap awal, pengerasan yang
progresif dari nukleus lensa menyebabkan peningkatan
indeks refraksi lensa dan terjadi perpindahan myopik
(myopic shift) pada refraksinya, dikenal sebagai miopia
lentikularis. Pada beberapa kasus perubahan myopik
sementara menyebabkan individu dengan presbiopia
dapat membaca tanpa kacamata, suatu kondisi yang
disebut dengan penglihatan kedua (second sight). Gejala
yang lain dapat berupa diplopia monokular dan
gangguan diskriminasi warna. Katarak jenis ini dapat
terjadi pada pasien diabetes melitus dan miopia tinggi.
Tajam penglihatan sering lebih baik daripada dugaan
sebelumnya dan biasanyaditemukan pada pasien 65
tahun keatas yang belum memperlihatkan adanya
katarak kortikal posterior.
2) Katarak Kortikal
Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks
lensa. Katarak ini cenderung bilateral tetapi seringkali
asimetris. Efeknya terhadap fungsi penglihatan
8
bervariasi, tergantung dari jarak kekeruhan terhadap
aksial penglihatan. Gejala katarak kortikal adalah
fotofobia dari sumber cahaya fokal yang terus-menerus
dan diplopia monokular. Katarak kortikal bervariasi
kecepatan perkembangannya. Beberapa kekeruhan
kortikal tetap tidak berubah untuk periode yang lama,
sementara yang lainnya berkembang dengan cepat.
3) Katarak Subkapsular Posterior
Katarak subkapsular posterior atau katarak
cupuliformis, terdapat pada korteks di dekat kapsul
posterior bagian sentral dan biasanya di aksial. Pada awal
perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan
gangguan penglihatan karena adanya keterlibatan sumbu
penglihatan. Gejala yang timbul adalah fotofobia dan
penglihatan buruk dibawah kondisi cahaya terang,
akomodasi, atau miotikum. Ketajaman penglihatan dekat
menjadi lebih berkurang daripada penglihatan jauh.
Beberapa pasien mengalami diplopia monokular.
Katarak subkapsular posterior sering terlihat pada
pasien yang lebih muda dibandingkan dengan pasien
yang menderita katarak nuklear atau kortikal. Selain itu
sering ditemukan pada pasien diabetes mellitus, miopia
tinggi dan retinitis pigmentosa serta dapat juga terjadi
akibat trauma, penggunaan kortikosteroid sistemik atau
topikal, inflamasi, dan paparan radiasi ion. Ketiga tipe
katarak tersebut dilakukan pemeriksaan slitlamp dengan
menggunakan kriteria Lens Opacit Classification
System (LOCS) III untuk mengetahui derajat keparahan
katarak dan menentukan rencana terapi pembedahan
katarak sehingga dapat memperkecil kemungkinan
terjadinya komplikasi.
9
Katarak nuklear dilakukan penilaian nuclear
opalescense (NO) dan intensitas kekeruhannya, nuclear
color (NC). Katarak kortikal (C) dinilai dengan
membandingkan kumpulan cortical spoking pada pasien
dengan standar fotografi. Katarak subkapsular posterior
(P) juga ditentukan dengan membandingkan kekeruhan
tersebut dengan standar fotografi.
Pemeriksaan derajat dari masing-masing tipe
diperoleh dengan membandingkan lokasi kekeruhan
lensa pasien dengan skala yang terdapat pada standar
fototgrafi. Kriteria LOCS III terdiri dari 4 skala desimal
untuk masing-masing NO, NC, C dan P. NC dan NO
dikelompokkan dengan skala desimal dari 0,1 sampai
6,9. Derajat C dan P dikelompokkan dengan skala
desimal dari 0,1 sampai 5,9.
10
terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk.
11
a) Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akveus atau vitreus
humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau
penglihatan keretina atau jalan optik.
b) Lapang penglihatan. Penurunan mungkin disebabkan
oleh cairan cerebro vasikuler, massa tumor pada
hipofisis otak, karotis atau patologis arteri serebral,
glaucoma.
c) Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler
(TIO), normalnya 12- 25 mmHg.
d) Pemeriksaan oftalamoskopi, mengkaji struktur internal
okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan
pemeriksaan belahan lampu, memastikan diagnosa
katarak.
e) Darah lengkap, laju sedimentasi (LED), menunjukkan
anemia sistemik atau infeksi EKG, kolesterol serum dan
pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
f) Tes toleransi glukosa (FBS). Menunjukkan adanya atau
kontrol diabetes.
g) Pemeriksaan laboraturium diperlukan sebagai bagian
skrining preoperative untuk mendeteksi penyakit
penyerta (misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan
kelainan jantung). Pemeriksaan radiologis seperti USG,
CT Scan dan MRI diperlukan jika dicurigai adanya
kelainan di daerah posterior dan kurangnya gambaran
pada bagian belakang mata karena katarak yang sudah
sangat padat. Pemeriksaan ini membantu dalam
perencanaan tatalaksana bedah.
12
2.1.6 Penatalaksanaan
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam
penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat
apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam
penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi
akan terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga
mungkin penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina
dan bila dilakukan pembedahan memberikan hasil tajam
penglihatan yang tidak memuaskan. Sebaliknya pada katarak
kortikal posterior yang kecil akan mengakibatkan penurunan
tajam penglihatan yang sangat berat pada penerangan yang
sedang akan tetapi bila pasien berada di tempat gelap maka
tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuan.
13
anak-anak, katarak pada dewasa muda, dan ruptur kapsul
traumatik, sedangkan kontraindikasi relatif meliputi miopia
tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni, dan adanya
vitreus di kamera okuli anterior.
14
pecahan nukleus dan korteks lensa diaspirasi melalui insisi
yang sangat kecil. Dengan demikian, fakoemulsifikasi
mempunyai kelebihan seperti penyembuhan luka yang cepat,
perbaikan penglihatan lebih baik, dan tidak menimbulkan
astigmatisma pasca bedah. Teknik fakoemulsifikasi juga
dapat mengontrol kedalaman kamera okuli
anterior serta mempunyai efek pelindung terhadap tekanan
positif vitreus dan perdarahan koroid. Teknik operasi katarak
jenis ini menjadi pilihan utama di negara-negara maju.
15
2.3 Penyakit-Penyakit Mata Tenang Dengan Penurunan Tajam
Penglihatan
• Penurunan visus perlahan :
- Katarak, yaitu setiap keadaan kekeruhan lensa akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau
keduanya.
- Katarak KongenitalàSebelum atau segera setelah lahir
sampai usia 1 tahun.
- Katarak SenilisàTerjadi pada usia lanjut, biasanya > 40
tahun.
- Katarak TraumatikàPaling sering akibat cedera benda asing
di lensa atau trauma tumpul pada bola mata.
- Katarak Komplikataàkatarak sekunder akibat penyakit
intraokuler.
- Katarak akibat Penyakit Sistemik à DM,
Hipoparatiroidisme.
• Distrofi miotonik
- Glaukoma : Neuropati optik yang ditandai dengan
pencekungan diskus optik dan kehilangan lapang pandang.
Biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraokular (TIO).
• Retinopati penyakit sistemik
- Retinopati diabetik à Riwayat DM yang lama, biasa > 20
tahun.
- Retinopati hipertensi àKelainan retina dan pembuluh darah
retina akibat tekanan darah tinggi,arteri besarnya tidak
teratur, eksudat pada retina, edema retina, perdarahan retina
- Retinitis pigmentosa.
• Kelainan Refraksi
- Myopia, gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar
sejajar titik fokusnya terletak di depan retina (di depan
makula lutea).
16
- Hipermetropia, gangguan kekuatan pembiasan mata dimana
sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik
fokusnya terletak di belakang retina (di belakang makula
lutea).
- Astigmat, ketika cahaya yang masuk ke dalam mata secara
parallel tidak membentuk satu titik fokus di retina.
• Penurunan visus mendadak
- Uveitis posterior.
- Perdarahan vitreous.
- Ablasio retina.
- Oklusi arteri atau vena retinal.
- Neuritis optic.
- Neuropati optik akut karena obat (misalnya etambutol),
migrain, tumor otak.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh
dunia yang sebelumnya dapat dicegah. Penyakit katarak merupakan
penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan lensa mata sehingga
mengganggu proses masuknya cahaya ke mata. Katarak dapat
disebabkan karena terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan
air dan elektrolit, karena denaturasi protein lensa atau gabungan
keduanya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Lembar Penilaian Makalah
1. Ada Makalah 60
LO
penjilidan
Total :
NB :
LO = Learning Objective
Dinilai oleh:
Tutor
20