Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Infeksi Traktus Urinarius”
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuiah Askeb IV Patologi di FIK Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada :
1. Rahmawati Ika S, S.ST Mkes dosen pembimbing mata kuliah Askeb IV Patologi
2. Rekan-rekan semua Kelas IV -B D3 Kebidanan FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik
selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan laporan ini
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin
Yaa Robbal ‘Alamiin.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahi definisi dari Infeksi Traktus Urinarius.
2. Untuk mengetahui patofisiologi dari Infeksi Traktus Urinarius.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Infeksi Traktus Urinarius.
4. Untuk mengetahui komplikasi dari Infeksi Traktus Urinarius.
5. Untuk mengetahui efek samping dari Infeksi Traktus Urinarius.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang
umumnya steril. (Arif mansjoer, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama
masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001 : 480)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi
bakteri pada saluran kemih (Engram, 1998 : 121).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran
kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus / mikroorganisme lain.
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang
jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari
aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang
jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin
tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala
yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005).
Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada wanita hamil. Sekitar
15% wanita, mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kencing selama hidupnya. Infeksi
saluran kencing dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampak yang ditimbulkan antara lain
anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR).
2.2 Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat
kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplay jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium
ginjal.
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi. Dua jalur utama terjadi
infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah
yang paling sering terjadi. Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara
mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya
infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran
hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain.
Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan
menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi oleh adanya
refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik ke ginjal untuk
menyebabkan infeksi.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari
perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi
dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium
traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu
dan cetusan inflamasi.
2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran
tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny “P” GI P0 UK 29 Minggu PATHOLOGIS
I. SUBYEKTIF
Tanggal 21 Maret 2012 Oleh Bidan Hiratuti Pukul 08.00 WIB
1. Identitas
Nama Ibu : Ny “P” Nama Suami : Tn “D”
Umur : 26 Th Umur : 28 Th
Suku / Bangsa : Jawa/Indo Suku / Bangsa : Jawa/Indo
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan :- Pekerjaan : Swasta
Penghasilan :- Penghasilan : 2.000.000
Alamat : Jl. Merpati Alamat : Jl. Merpati
No. Registrasi : 2010/025
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh sulit memulai buang air kecil, sehingga dirasa nyeri saat buang air kecil sampai
mengganggu aktivitas ibu sejak 2 hari yang lalu.
3. Riwayat Kebidanan
Kunjungan : Ulang ke 7
Riwayat menstruasi
o Menarche : 13 Th
o Siklus : 28 Hari
o Banyaknya : 3 Softex/hari
o Lamanya : 5-7 Hari
o Sifat Darah : Cair
o Warna : Merah tua
o Bau : Anyir
o Disminorhea : Tidak
o Lama :-
o Flour Albus : Tidak
Kapan :-
Lama :-
Bau :-
Warna :-
Banyak : -
HPHT : 10 Agustus 2011
Kehamilan Persalinan BBL Nifas
Suami Hamil
Uk Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK PB/BB Hdp/Mt usia Kead Lak
ke ke
HAMIL INI
1. Keluhan
Trimester I :Ibu mengatakan merasa mual dan nafsu makan berkurang
Trimester II :Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III :Ibu mengatakan sulit memulai buang air kecil, sehingga dirasa nyeri saat buang air kecil
9. Riwayat Psiko-Sosial-Spiritual
Riwayat Emosional
Trimester I :Emosional ibu tampak stabil
Trimester II :Ibu tampak senang dengan kehamilannya
Trimester III :Ibu terlihat cemas karena penyakitnya
Status Perkawinan
Kawin : 1 kali
Suami ke : 1 ( Satu )
Kawin I : Umur 25 Th Lamanya : 1 Th
Kawin ke II :-
1. Pemeriksaan umum
a. Keadan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Keadaan emosional : Kooperatif
d. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg Berbaring
Nadi : 88 kali/menit Teratur
Pernafasan : 22 kali/menit Teratur
Suhu : 36,8 oC Aksila
e. Antropometri
BB sebelum hamil : 53 kg
periksa yang lalu : 56 kg
BB sekarang : 60 kg
Tinggi badan : 158 cm
LILA : 24 cm
f. Taksiran persalinan : 17 Mei 2012
g. Usia kehamilan : 29 minggu
a. Wajah :Simetris, warna kulit tidak ikterus, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada edema, tidak
ada nyeri tekan
b. Rambut :Distribusi pertumbuhan rambut rata, berwarna hitam dan lebat, kebersihan kulit kepala
dan rambut cukup rambut tidak kusam
c. Mata :Simetris, sclera berwarna putih, conjungtiva merah muda, reflek pupil miosis jika ada
rangsangan cahaya, tidak ada nyeri tekan pada palpebra
d. Mulut dan Gigi : Mukosa bibir lembab, berwarna merah muda, gigi dan gusi bersih, tidak ada
caries, epulis dan tidak ada stomatitis
e. Telinga :Simetris, lubang dan daun telinga bersih, tidak ada cerumen, tidak ada gangguan
pendengaran, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
f. Hidung :Simetris, tidak ada secret, kebersihan cukup, tidak ada pembesaran polip, mobilisasi
suptum nasi ditengah
g. Dada :Simetris,tidak ada retraksi dada, irama nafas teratur, tidak ada suara tambahan ronchi dan
weezhing
h. Mamae :Simetris, puting susu menonjol, terjadi hiper pigmentasi pada areola dan puting,
kebershan cukup, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
i. Abdomen :Terdapat linea nigra, lunea alba, dan stnae livida, pembesaran abdomen sesuai uk, tidak
ada luka bekas operasi, nyeri pada perut bagian bawah
Leopold I : Tfu 3 jari atas pst (22 cm), fundus uteri teraba kurang bulat, lunak,
tidak melenting (bokong).
Leopold II : Bagian kiri ibu teraba panjang, keras seperti papan seperti ada tekanan
( punggung ), bagian kanan ibu teraba bagian kecil janin ( ekstermitas )
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting ( kepala ) masih bisa digoyangkan
Leopold IV : belumdilakukan
- TFU Mc.Donald : 22 cm
- TBI / EFW : (22-13) x 155 =1993 gram
- DJJ : 130 x/menit teratur
j. Genetalia : pada mukosa vagina terdapat odem, Inspeksi pada mukosa vagina memerah dan
terdapat pus, pada uretra terdapat ulserasi
k. Ekstermitas :Ekstermitas atas, simetris, tidak edema, tugor kulit balik, tidakk ada gangguan
pergerakan Ekstermitas bawah, tidak ada varices, tidak edema, simetris, tidak ada gangguan
pergerakan, reflek patela +/+
3. Pemeriksaan Panggul
a. Distancia Spinarum : 25 cm
b. Distancia Cristarum : 29 cm
c. Conjugata Eksterna : 18 cm
d. Lingkar Panggul : 86 cm
e. Distancia Tuberum : 14 cm
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Golongan darah O HB 13 gram %
b. Urine : Albumin negative (-) Reduksi negative (-)
Pemeriksaan urine porsi tengah ditemukan bakteri > 10.000/Ml
5. Pemeriksaan Lain
a. USG : belum dilakukan
b. NST : tidak dilakukan
III. ASSESMENT
1. Interpretasi Data Dasar
a. Diagnosa :GI P0A0 UK 29 minggu, janin hidup tunggal, letak kepala, intra uteri, kesan jalan
lahir normal, dengan infeksi traktus urinarius
b. Masalah : gangguan rasa nyaman sehubungan dengan rasa nyeri akibat sulit buang air kecil,
gangguan kebutuhan nutrisi atau cairan, gangguan rasa cemas
c. Kebutuhan :
KIE tentang infeksi Traktus Urinarius dan komplikasinya
HE cara mengatasi nyeri
HE menjaga personal hygine
HE kebutuhan nutrisi
HE pola eliminasi yang baik
2. Antisipasi terhadap diagnose/masalah potensial
Ibu berpotensi peningkatan insiden anemia dan hipertensi kehamilan, sedangkan pada janin dapat
menyebabkan insiden kelahiran preterm, mortalitas perinatal meningkat dan peningkatan insiden
bayi berat lahir rendah ( BBLR )
PLANNING
Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan
Rasional: Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin dan mengurangi minum pada sore hari
Rasional :Untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri dari traktus urinarius. Cairan
yang dapat mengiritasi kandung kemih ( misalnya: kopi, teh, kola, alcohol) dihindari. Agar tidak
Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba dirasakan.
Rasional : Karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam urin, mengurangi status urin
Analgetik
Rasional: Peningkatan suhu tubuh akan meunjukkan berbagai grejala seperti mata merah dan badan terasa
hanat
Rasional: Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu klien
mencegah penularan
2. Implementasi
(30 Maret 2012, 08.20 WIB)
3. Evaluasi
S : Ibu mengerti dan memahami apa yang sudah dijelaskan. Ibu dapat mengulangi informasi yang
diterima
O :Ku baik, kesadaran compos mentis, dengan infeksi traktus urinarius
- TD 120/80 mmHg
- N 88 x/mnt
- S 36,80C
- RR 22 x/mnt
- Djj 130 x/mnt teratur
A :GI P0A0 UK 29 minggu, janin hidup tunggal, letak lintang, intra uteri, kesan jalan lahir
normal, dengan infeksi traktus urinarius
P :Kontrol ulang 1 bulan lagi atau jika ada keluhan sewaktu-waktu
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi traktus urinalis atau infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang paling sering
dijumpai selama kehamilan. Walaupun bakteriuria asimtomatik merupakan hal biasa, infeksi
simtomatik dapat mengenai saluran bawah yang menyebabkan sistitis atau menyerang kaliks,
pelvis, dan parenkin ginjal sehingga menyebabkan pielonefritis
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media Aesculapius
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih.
DIII KEBIDANAN
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TP.2013-2015
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................................i
Daftar isi ................................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................2
1.3. Tujuan ...............................................................................................................3
BAB II : ISI .............................................................................................................4
2.1. Pengertian Urinarius Tractus Infeksius ............................................................4
2.2. Etiologi Urinarius Tractus Infeksius ................................................................5
2.3. Patofisiologi Urinarius Tractus Infeksius ..........................................................6
2.4. Subjektivitas Dan Objekktivitas Urinarius Tractus Infeksius ...........................6
2.5. Diagnosa Banding Urinarius Tractus Infeksius .................................................7
2.6. Intervensi Tractus Infeksius ...............................................................................8
2.7. Pembagian dari Urinarius Tractus Infeksius ...............................................9.
BAB III : PENUTUP ...............................................................................................10
3.1. Kesimpulan .....................................................................................................10
3.2. Saran ................................................................................................................10
Daftar Pustaka .........................................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Dapat memberikan pengetahuan mengenai infeksi saluran kemih yang menyertai kehamilan dan
persalinan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat sehingga dapat mencegah dan mengurangi
kejadian infeksi tersebut
1.3.2. Tujuan khusus
1) Untuk Mengetahui Pengertian Urinarius Tractus Infeksius
2) Untuk Mengetahui Etiologi Urinarius Tractus Infeksius
3) Untuk Mengetahui Patofisiologi Urinarius Tractus Infeksius
4) Untuk Mengetahui Subjektivitas Urinarius Tractus Infeksius
5) Untuk Mengetahui Diagnosa Banding Urinarius Tractus Infeksius
6) Untuk Mengetahui Intervensi Tractus Infeksius
7) Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Tractus Infeksius
8) Untuk Mengetahui pembagian dari Urinarius Tractus Infeksius
1.4. Manfaat
1.4.1 Bagi Ibu Hamil Bersalin
Untuk memberikan informasi bagi ibu mengenai gambaran kejadian Urinarius Tractus Infeksius
sehingga ibu dapat melakukan pencegahan yang tepat dan alami.
1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk memberikan gambaran kejadian Infeksi yang menyertai kehamilan dan persalinan sehingga
dapat melakukan intervensi dan Asuhan yang tepat.
1.4.3 Bagi penulis
Untuk memberikan pengetahuan mengenai gambaran Urinarius Tractus Infeksius sebagai
tambahan studi.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Urinarius Tractus Infeksius Adalah bakteri pada urin yang diserti dengan gejala infeksi.
Adapula yang mendefinisikan ISK sebagai geja infeksi yang disertai adanya mikroorganisme
patogenik ( patogenik: yang menyebabkan penyakit ) pada urin, uretra ( uretra : saluran yang
menghubungkan kandung kemih dengan duia luar ), kandung kemih atau ginjal.
Etiologi antepartum: stasis urin yang disebabkan oleh efek progesterone. Impartum bisa
karena kateter yang kurang steril,trauma jalan lahir. Pasca partum karena diuresis, penggunaan
oksitosin yang menyebabkan efek anti dieresis sampai obat ini dimetabolisme; lalu ada desakan
dieresis yang dengan cepat menyebabkan distensi kandung kemih.
Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada
usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65
tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%.
Makalah UTI
Posted on Januari 15, 2010. Filed under: Uncategorized |
A. Pendahuluan
Ø Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan parenkim bakteri.
Ø Pielinefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjutan dari bakteri
berkepanjangan/infeksi masa kecil.
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender; mau yang lengkap.. neee
1. Perempuan
Sistitis, sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna.
Sindrom uretra akut (SUA). Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistitis baterialis.
Penelitian terbaru disebabkan oleh mikroorganisme anaerob.
1. Laki-laki
Presentasi ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis, epididimis dan uretritis.
Fator resiko ada UTI mencakup ketidakmampuan kandung kemih/kegagalan kandung kemih
untuk mengosongkan isinya secara lengkap, penurunan mekanisme pertahanan alamiah dari
pejamu, peralatan yang terpajan pada traktus urinarius, pasien diabetes sangat rentan UTI karena
peningkatan kadar glukosa dalam urine menyebabkan suatu infeksi akibat lingkungan pada
traktus urinarius. Kehamilan dan gangguan neurology juga meningkatkan resiko UTI karena
kondisi ini menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap dan statis urine.
Infeksi traktus urinarius terutama berasal dari organisme pada feses yang naik dari parineum ke
uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa.
Wanita yang beresiko terkena infeksi kandung kemih karena uretra yang pendek dan serta
anatomi yang dekat dengan vagina, kelenjar periuretral dan rectum. Organisme yang sering
menyebabkan UTI pada wanita adalah organisme secara normal ditemukan dalam traktur
gastrointestinal; escherichiacoli, stafilokokus saprofitrikus dan steptrokokus faecalis. Organisme
lain yang bertanggung jawab dalam menyebabkan infeksi traktus urinarius mencakup proteus
mirabialis satu/lebih spesies klesbiela, enterobakteri dan pseudomonas.
Tahap kritis utama patogenesis UTI pada wanita adalah kolonisasi bakteri dari salah satu
organisme di atas pada uretra distal dan vagina, flora dan kemudian naik ke kandung kemih,
tempat mikroorganisme ke traktus urinarius. Pelekatan bakteri cenderung tinggi pada tahap awal
penyakit, fase tergantung estrogen pada siklus menstruasi, setelah hiperektomi total dan sering
dengan proses penuaan, yang memperlihatkan bahwa status hormoon ikut berperan.
UTI pada pria merupakan akibat dari menyebernya infeksi yang berasal dari uretra, seperti pada
wanita juga. Namun demikian panjang uretra dan jauhnya jarak uretra dari rectum pada pria dan
adanya bakterisidal dalam cairan prostatis, melindungi pria dari infeksi traktus urinarius
akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, hal ini mengindikasikan adanya abnormalitas fungsi dan
traktus genitourinarius.
E. coli adalah organisme utama yang menyebabkan adanya UTI pada pria, banyak bakteri gram
negatif lain seperti spesies proteus, menyebabkan infeksi yang menetap.
B. Pengertian
ü Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikoorganisme pada
saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
ü Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
ü Urinarius Tactus Infection (UTI) adalah infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari
saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli. (Susan Martin
Tucker, dkk, 1998)
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Urinarius Tractus Infection (UTI) disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya UTI, asending dan hematogen.
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya UTI lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopis, pemakain kateter),
adanya dekubitus yang terinfeksi
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada psien yang sistem imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadiny UTI ini sering disebabkan karena adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap atau kurang efektif
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
Sistem imunitas yang menurun
Adanya hambatan pada saluran urine
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi berlebihan
sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi
bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke seluruh traktur urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi UTI,
antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostat yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
Patoflow
Asending hematogen
fungsi ginjal
infeksi (inflamasi)
menurun,obstruksi saluran
urine,gangguan status
metabolisme
uretritis sistisis pielonefritis
E. Manifestasi Klinis
Demam
Menggigil
Myeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah
1. Komplikasi
G. Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisis
1. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya UTI.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
2. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sedimen air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis Baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
3. Bakteriologis
1. Mikroskopis
2. Biakan bakteri
3. Kultur urin untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni/ml urine dari urine
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
kriteria utama adanya infeksi
1. Metode tes
1. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit)
dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes
esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrat.
2. Tes penyakit menular seksual (PMS): Uretritia akut akibat
organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neissera gonorrhoeae, herpes simplek)
3. Tes-tes tambahan: Urogram intravena (IVU), Pielografi
(IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan
untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostat. Urogram IV atau
evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
H. Penatalaksanaan
Penanganan UTI yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri
dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Terapi UTI pada usia
lanjut dibedakan atas:
Interansi obat
1. Asuhan Keperawatan
1. a. Pengkajian
Dalam pengkajian pada klien UTI menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh, yaitu:
Identitas klien
Identitas penanggung
Riwayat kesehatan:
Pengkajian fisik:
Riwayat psikososial:
1. b. Diagnosa Keperawatan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam pasien memperlihatkan tidak
adanya tanda-tanda infeksi
K.H:
Intervensi:
ü Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan laporkan jika suhu diatas 38,50 C
ü Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
ü Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensitivitas untuk menentukan respon terapi
ü Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih
Rasional:
ü Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
Dx II: Perubahan pola eliminasi (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) b.d Urinarius
Tractus Infection (UTI)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam klien dapat mempertahankan
pola eliminasi secara adekuat
K.H:
Intervensi:
Rasional:
ü Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/ out put
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam klien merasa nyaman dan
nyerinya berkurang
K.H:
Intervensi:
ü Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional:
Dx IV: Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode
pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah
K.H:
ü Klien tenang
Intervensi:
Rasional:
ü Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
ü Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME. beri support pada klien
1. c. Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan UTI adalah, mengacu pada tujuan yang
hendak dicapai yakni terdapat:
ü Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes
setelah berkemih
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Karisa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzane C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Alih
Bahasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih.
Edisi: 3. Jakarta: FKUI.