Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

Pielonefritis adalah jenis infeksi saluran kemih atau ISK, yang menyerang ginjal.
Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra, ginjal, dan ureter. Apabila tidak segera
diobati, infeksi akan menyebar ke kandung kemih yang disebut cystitis (radang kandung
kemih) – salah satu jenis umum ISK. Pielonefritis (pyelonephritis) adalah infeksi pada
salah satu atau kedua ginjal yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Pielonefritis dapat
disebabkan oleh berbagai jenis virus dan bakteri, tetapi yang paling umum adalah
Escherichia coli. Bakteri jenis ini biasanya berasal dari kandung kemih dan naik ke ginjal
melalui aliran darah. Tugas utama organ ginjal adalah membuang limbah dan mengambil
air tambahan dari darah. Ginjal adalah bagian dari saluran kemih yang membuat limbah
cair (urine) dan mengeluarkannya dari tubuh. Bakteri dan virus biasanya mencapai
kandung kemih melalui uretra, yaitu saluran yang mengeluarkan urine dari kandung kemih
hingga keluar dari tubuh. Hal ini dapat menyebabkan infeksi yang memengaruhi fungsi
ginjal hingga memicu pielonefritis. Infeksi ginjal dan infeksi kandung kemih adalah
kondisi yang mirip. Namun, pielonefritis jarang ditemukan dibanding infeksi saluran
urine. Walaupun demikian, kondisi ini cukup serius. Pasalnya, infeksi yang merusak ginjal
dapat menyebabkan pielonefritis kronis hingga berujung gagal ginjal.

Jadi dapat disimpulkan Pielonefritis adalah jenis infeksi saluran kemih atau ISK pada
salah satu atau kedua ginjal yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Bakteri dan Virus yag
paling umum yang menyebabkan Pielonefritid adalah Escherichia coli. Infeksi saluran
kemih tersebut kebanyakan dimulai dari uretra,yaitu saluran paling akhir saat urin
dikeluarkan oleh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan infeksi yang memengaruhi fungsi
ginjal hingga memicu pielonefritis.

2.2 Tanda Gejala


Fase awal dari pielonefritis biasanya tidak menunjukan gejala. Gejala yang paling umum
adalah demam dan sakit pinggang. Gejala infeksi ginjal adalah:
1) Menggigil
2) Sering buang air kecil
3) Mual
4) Rasa sakit ketika buang air kecil
5) Urine terlihat keruh dan berbau tidak enak
6) Rasa sakit pada tulang rusuk atau panggul
7) Mendadak ingin buang air kecil
8) Darah dalam urine (hematuria)
9) Sakit perut
10) Muntah

2.3 Etiologi
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negative tersebut,
ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh: Proteus sp,
Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas.
90-95% etiologi pyelonephritis, atau disebut sebagai pielonefritis, adalah bakteri
Escherichia coli, terutama uropathogenic E. coli (UPEC). Bakteri lain, Staphylococcus
sapropyhticus ditemukan sebanyak 5-15% penyebab pyelonephritis, khususnya pada
wanita muda. Bakteri selain E. coli lebih sering ditemui pada pyelonephritis dengan
komplikasi.

Bakteri Persentase Kebiakan (%)


Escheria coli 50-90
Klebsiella atau enterobacter 10-40
Pproteus sp 5-10
Pseudomonas aeroginosa 2-10
Staphylococcus epidermidis 2-10
Enterococci 2-10
candida albican 1-2
Staphylococcus aureus 1-2
Bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain dapat dilihat
pada tabel berikut :

Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci
dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih,
lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter
urin. Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih
melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi
salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara
hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada
pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang mendapat
pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan
adalah Candida albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari
saluran kemih secara hematogen.1
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu : 2,5,10
 Bendungan aliran urin: Anomali kongenital, Batu saluran kemih, Oklusi
 ureter (sebagian atau total)
 Refluks vesikoureter
 Urin sisa dalam buli-buli karena : Neurogenic bladder, Striktura uretra,
 Hipertrofi prostat
 Diabetes Melitus
 Instrumentasi: Kateter, Dilatasi uretra, Sitoskopi
 Kehamilan dan peserta KB: Faktor statis dan bendungan, PH urin yang tinggi
 sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
 Senggama

2.4 Patofisiologi
Pada pyelonephritis, faktor virulensi dari bakteri berperan terhadap terjadinya proses
patogenesis pyelonephritis, yaitu penempelan bakteri pada epitelial, yang diikuti oleh
terjadinya respon inflamasi akibat bakteri. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam media
urin.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu Ascending,
Hematogen, Limfogen dan Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi
atau eksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen.
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara ascending.
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus
dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan
sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat – vas
deferens – testis (pada pria) – buli-buli – ureter dan sampai ke ginjal.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua
cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi :
a) Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahantubuh yang
rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien yang mendapatkan
pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya
fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat
penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. M.
Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan Proteus sp termasuk jenis
bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen.
Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi
ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal.

b) Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :
 Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
 Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
 Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
 Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbanga antara


mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih
sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host
yang menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.

a) Faktor host
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
 Pertahanan lokal dari host
 Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoral

Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out
urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urin.
Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali untuk bereplikasi dan
menempel pada urotelium. Agar aliran urin adekuat dan mampu menjamin mekanisme
wash out adalah jika :

 Jumlah urin cukup


 Tidak ada hambatan didalam saluran kemih

Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang
tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih. Keadaan lain yang
dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out adalah adanya :

 Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing,
obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak
dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau refluk
sistem urinaria.
 Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagaitempat
persembunyian kuman.

b) Faktor agent (mikroorganisme)

Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili
berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan
urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai
virulensi berbeda, yaitu

 Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.


 Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.

Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen,


menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat
merubah suasana urin menjadi basa.
2.5 Data Penunjang
2.5.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan diagnosis
infeksi saluran kemih, antara lain :
a. Urinalisis
 Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi
berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler. Penyakit
nongromelulerseperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
 Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila
ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau
setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus.
Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per
mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria yang steril dapat ditemukan pada
keadaan : Infeksi tuberkulosis, Urin terkontaminasi dengan antiseptik, Urin
terkontaminasi dengan leukosit vagina, Nefritis intersisial kronik (nefropati
analgetik), Nefrolitiasis, Tumor uroepitelia
 Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara
lain : Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonephritis atau vaskulitis
ginjal. Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk
pielonefritis. Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut. Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma
nefrotik bila ditemukan bersaman dengan proteinuria nefrotik.
 Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal
 Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi
saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.

b. Bakteriologis
 Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa
diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri
lapangan pandang minyak emersi.
 Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan
diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai kriteria
Catteli.

c. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, di
antaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat.

d. Tes Plat – Celup (Dip-Slide)


Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastic
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat
khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu
malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan kuman dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan
kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000
dalam tiap mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup
adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat
diketahui.

2.5.2 Radiologi dan Pemeriksaan Lainnya


Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu
atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini
dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan
pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CTScan.
2.6 Penanganan

Karena bakteri dan virus pielonefritis tersembunyi di bagian dalam ginjal, metode
pengobatan antibiotik tradisional tidak dapat mensterilkan dan mengurangi peradangan
sepenuhnya, sehingga peradangan tidak akan sembuh dalam waktu yang lama, kerusakan
ginjal akan lebih serius. Setelah sejumlah besar penelitian profesor ahli medis di Amerika
Serikat dan Jerman, telah menciptakan metode canggih untuk pengobatan
pielonefritis: "Terapi 3 in 1 untuk penyakit ginjal"

Metode ini memiliki sifat tingkat kesembuhan yang tinggi, efek samping sedikit
dan tidak mudah kambuh, dan telah mendapat penilaian tinggi oleh banyak ahli medis
nasional. Oleh karena itu, "Terapi 3 in 1 untuk penyakit ginjal" adalah metode paling
canggih untuk mengobati pielonefritis pada saat ini.

"Terapi 3 in 1 untuk penyakit ginjal" melalui:

1. Bakterisida dan anti-inflamasi yang cepat, sepenuhnya menghilangkan


penyebab pielonefritis.
2. Meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, meningkatkan kekebalan tubuh,
meningkatkan efek bakterisida dan anti-inflamasi, dan mencegah virus
bakteri menyerang lagi.
3. Memperbaiki kerusakan, melalui penerapan teknologi rekayasa genetika
canggih, mendorong regenerasi dan replikasi sel pelvis ginjal,
menghasilkan sel baru yang memperbaiki jaringan pelvis ginjal yang
rusak, mengembalikan fungsi ginjal, mencapai penyembuhan total dan
penyakit tidak kambuh lagi.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang paling ideal untuk deteksi adanya ISK adalah kultur urin. Untuk
menegakkan diagnosis ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis), nilai ambang batas
yang digunakan adalah 103 colony forming units/ml (cfu/ mL).7 Untuk ISK tak bergejala
(bakteriuria asimtomatik), nilai ambang batas yang digunakan adalah 105 cfu/mL. Dalam
diagnosis bakteriuria asimtomatik pada perempuan, termasuk ibu hamil, harus digunakan
sampel yang berasal dari urin pancar tengah yang diambil secara bersih (midstream, clean
catch urine sample). Masalah yang ada di negara yang sedang berkembang umumnya
adalah layanan kesehatan dengan fasilitas yang terbatas. Pada layanan tersebut, umumnya
fasilitas untuk kultur urin tidak ada. Masalah lain dalam penggunaan kultur urin sebagai
teknik skrining bakteriuria asimtomatik adalah biaya yang cukup tinggi dan waktu yang
cukup lama untuk mendapatkan hasil.
Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode tidak langsung untuk deteksi
bakteri atau hasil reaksi inflamasi. Metode yang sering dipakai adalah tes celup urin, yang
dapat digunakan untuk deteksi nitrit, esterase leukosit, protein, dan darah di dalam urin.
Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap nilai diagnostik uji nitrit dengan tes celup
urin dalam deteksi bakteriuria asimtomatik. Hasil penelitian tersebut sangat beragam,
dengan didapatkannya sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi
negatif uji nitrit secara berturut-turut berkisar antara 15-57%, 78-99%, 50-94%, dan 23-
97%.8-13 Hasil telaah sistematik terhadap beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tes
celup urin tidak cukup sensitif untuk deteksi bakteriuria asimtomatik pada ibu hamil.
Studi lain menemukan bahwa kombinasi uji esterase leukosit dan uji nitrit memiliki
akurasi yang lebih rendah dibandingkan kultur urin dan pemeriksaan tersebut memang
sebaiknya hanya dilakukan pada pelayanan kesehatan yang tidak memiliki fasilitas kultur
urin. Idealnya, semua uji nitrit positif untuk diagnosis ISK pada kehamilan harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur urin pancar tengah yang diambil secara bersih.
Mengingat komplikasi akibat ISK pada kehamilan, maka pada pelayanan kesehatan yang
sarananya terbatas untuk dapat melakukan kultur urin, hasil uji nitrit sudah dapat
dijadikan dasar diagnosis dan terapi ISK pada kehamilan.

Metode Pengambilan Spesimen Urin Pancar Tengah yang Diambil Secara Bersih

Untuk pemeriksaan kultur urin dan tes celup urin, sampel urin harus diambil
dengan teknik pancar tengah yang diambil secara bersih untuk menghindari kontaminasi.
Khusus untuk pemeriksaan uji nitrit dengan tes celup urin, sampel urin yang digunakan
harus berasal dari urin pertama pada pagi hari segera sesudah pasien bangun tidur. Kalau
pemeriksaan bukan pagi hari, ibu diminta untuk menahan buang air kecil minimal 2 jam
sebelum urin diambil untuk diperiksa. Ini penting diingat karena diperlukan waktu yang
cukup untuk berubahnya nitrat menjadi nitrit di dalam kandung kemih. Tahapan
pengambilan sampel urin pancar tengah yang diambil secara bersih adalah sebagai
berikut.

 Cuci labia dan perineum dengan air dan sabun.


 Duduk atau jongkok di toilet dengan posisi kaki mengangkang, buka labia
dengan dua jari.
 Gunakan kapas, kasa, atau tisu yang sudah dibasahi dengan air steril atau
desinfeksi tingkat tinggi (DTT, air yang sudah dimasak selama minimal 30
menit) untuk membersihkan daerah sekitar orifisium uretra dan bagian
dalam labia. Kasa/kapas/tisu diusapkan satu kali saja dari arah orifisium
uretra daerah vagina. Bila diperlukan, harus digunakan kasa/kapas/tisu
yang baru dengan arah pengusapan yang sama (Gambar 1a).
 Keluarkan sedikit kemih tanpa ditampung, lalu tahan sesaat sebelum
melanjutkan berkemih ke dalam wadah urin yang diletakkan sedekat
mungkin dengan muara uretra tanpa menyentuh daerah genitalia (Gambar
1b & 1c). Pastikan wadah urin minimal terisi separuhnya.
 Setelah wadah urin terisi, sisihkan wadah tersebut dan selesaikan
berkemih.

2.8 Komplikasi

Kemungkinan komplikasi pielonefritis akut adalah penyakit ginjal kronis. Jika infeksi
berlanjut, ginjal mungkin rusak secara permanen. Meski jarang, infeksi juga bisa masuk
ke aliran darah. Hal ini dapat mengakibatkan infeksi yang berpotensi mematikan yang
disebut sepsis.

1. Komplikasi kehamilan, Bila terjadi pada kehamilan maka dapat mengakibatkan


bayi Prematur, cerebral palsy, retardasi mental, anemia, hipertensi dala kehamilan,
pertumbuhan bayi terhambat, dan kematian janin.
2. Gagal ginjal.
3. Abses ginjaL
4. Syok sepsis akibat infeksi yang memberat.
5. Pielonefritis emfisematosa terutama pada penderita diabetes mellitus
Sumber :

Docdoc (2020). Apa itu Pielonefritis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, & Cara Mengobati. Dari
https://www.docdoc.com/id/info/condition/infeksi-ginjal. Diakses pada 25 September 2021.

Diah Ayu Lestari (2020). Pielonefritis (Infeksi Ginjal). Dari


https://hellosehat.com/urologi/ginjal/pielonefritis/. Diakses pada 25 September 2021.

dr. Gisheila Ruth Anggitha (2019). Patofisiologi Pyelonephritis. Dari


https://www.alomedika.com/penyakit/nefrologi/pyelonephritis/patofisiologi. Diakses pada 25
September 2021.

Yulianto&Made (2017). PIELONEFRITIS. Dari


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/dbcff3db609b30a1c3ce7f1e6f66421f.
pdf. Diakses pada 25 September 2021.

Dr. Ahmad Muhsilin. Pielonefritis – Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll. Pielonefritis - Gejala,
Penyebab, Pengobatan, dll. - Medisweb. Diakses pada 25 September 2021.

Darrel Fernando, Dwiana Ocviyanti. 12, Desember 2012. Tata Laksana dan Pencegahan
Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan. 1258-1371-1-PB-3-with-cover-page-v2.pdf
(d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net). Diakses pada 25 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai