diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
Disusun oleh :
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.20 Tlp. (0265) 773052 Fax. (0265) 771931
1
Daftar Isi
Cover.........................................................................................................................1
Daftar isi....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Tujuan..........................................................................................................4
C. Manfaat penulisan........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................23
a. Kesimpulan............................................................................................................26
b. Saran…………………………………………………………………………….26
Daftar pustaka.....................................................................................................................27
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) juga menjadi suatu komplikasi pada saat masa
nifas hal itu dikarenakan berbagai faktor penyebab baik langsung ataupun tidak
langsung pada ibu nifas. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan
kebersihan daerah sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit dipantau
pada perempuan hamil akan mempermudah ISK. ISK postpartum adalah infeksi
bakteri pada traktus urinarius, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu
sampai 38 derajat celcius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Keperawatan memiliki peran
penting dalam memberikan pelayanannya terhadap klien yang menderita ISK,
sehingga perlu pemahaman yang baik tentang konsep ISK pada klien serta asuhan
keperawatan yang dapat diberikan pada klien yang menderita ISK dengan harapan
perawat dapat menjalankan perannya dalam memberikan asuhan dengan baik
dan benar
3
Setelah melahirkan pasien wanita mengalami peningkatan resiko untuk
mengalami masalah kemih karena diuresis pos partum normal, penurunan
sensitivitas kandung kemih, dan kemungkinan terhambatnya persyarafan setelah
anestesia. Yang mungkin mengalami kesulitan berkemih karena trauma jaringan,
pembengkakan, dan nyeri perineal. Kemih dalam jumlah sedikit dan dengan
interval sering, menandakan retensi dengan aliran yang berlebihan. Bila urine
tertahan maka akan menjadi pertumbuhan bakteri yang amat baik dan
kemungkinan terjadi ISK pada ibu hamil.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari penulisan makalah dengan
pembahasan mengenai Infeksi Sauran Kemih pada Klien Post Partum ini adalah
sebagai berikut.
4
postpartum sehingga dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan. Serta dapat
mengurangi angka kejadian ISK.
2. Bagi Penyusun
Memberikan informasi sekaligus pemahaman yang lebih terhadap penyusun
sehingga nantinya dapat menerapkan dalam praktik klinik tentang konsep
keperawatan mengenai infeksi saluran kemih khususnya pada wanita postpartum.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
ISK adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran
kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus
atau mikroorganisme lain.Infeksi Saluran Kemih adalah suatu keadaan adanya
infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).Infeksi saluran
kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. Kejadian
infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini dihubungkan
dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktupersalinan,
pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau
katerisasi yang sering (Krisnadi, 2005).
B. Penyebab
Sebagian besar ISK diawali dan disebabkan oleh bakteri Eschericia Coli (80%-90%).
Sebagian besar sisa kasus ISK disebabkan oleh Staphylococcus saprophyticus dan
C. Trachomatis ISK dapat terjadi setelah kelahiran dari hipotonia kandung kemih,
stasis kencing, luka kelahiran, kateterisasi, pemeriksaan vagina yang rutin, atau
obat bius epidural. Selama kelahiran, kandung kemih dan uretra terluka dengan
tekanan janin yang turun. Setelah kelahiran, kandung kemih dan uretra yang
hipotonik dapat meningkatkan stasis perkemihan dan retensi urin.
C. Manifestasi klinis
Disuria
Urgensi perkemihan
Sering bekemih
Warna yang tidak biasa pada urin
Leikositosis
Kram pada area suprapubis
Nyeri pada punggung bawah sampai tengah
Demam
Anoreksia
Mual, muntah
Malaise
6
D. Patofisiologi
Terdapat 2 hal utama mengapa ISK dapat terjadi:
1. Rute infeksi
Terdapat 3 rute invasi bakteri ke dalam saluran kemih, antara lain:
2. Host-defence
Normalnya, ISK dapat dicegah dengan adanya proses wash-out oleh saluran kemih
sehingga bakteri-bakteri yang ada dapat dikeluarkan melalui urin. Di dalam urin
juga terdapat pH, osmolalitas, dan kadar urea yang dapat menghambat
perkembangan bakteri.Jika mekanisme pertahanan host tersebut terganggu,
misalkan akibat retensi urin, statis atau refluks urin, bakteri-bakteri tersebut dapat
berkembang biak dan berkolonisasi sehingga bisa menimbulkan infeksi.
E. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan
Nyeri dan ketidaknyamanan dapat dikurangi dengan ketika antimikrobia dimulai.
Agen antispamodic mebantu dalam mengurangi iritabilitas kandung kemih dan
nyeri. Aspirin, pemanasan perineum dan mandi rendam panas membantu
mengurangi ketidaknyamanan dan spasme.
7
3. Pendidikan pasien
Pasien harus menerima perncian instruksi berikut :
8
adanya infeksi.
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit
(tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif:
maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess
positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah
infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
9
Bab III
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 22 Februari 2012
Ruang : Syifa
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. R
Jenis Kelamin : perempuan
Usia : 40 tahun
Status Perkawinan : menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
2. Resume
Ny. R 40 tahun dibawa ke ruang UGD pada tanggal 22 februari 2012 jam 00.39
dengan keluahan utama panas 1minggu, perdarahan spontan (-) mual (-) muntah
(-) nyeri ulu hati (+), sakit saat menelan, BAB dan BAK normal, KU: lemah,
10
kesadaran: composmentis, hasil observasi TTV: TD=90/60, SH=38,5, N-100x/mnt,
RR=22x/mnt, mata: ca -/-, s1 -/-, thorax: c/p s1 s2 reg, rhonki -/-,whizing -/-,
abdomen: supel NU(+), WT(+), epigastrium H/L ttm, ekstremitas hangat,
penciuman: normal, cara masuk dengan kursi roda, pemeriksaan penunjang:
laboratorium hasil LAB tanggal 22 februari 2012: diabetes: GDS= 149, fungsi ginjal:
ureum= 29, kreatinin= 1,24, fungsi hati: SGOT=21, SGPT=10, hematologi: HB=11,2,
leukosit=7700, thrombosit=331.000, HT=35%, serologi/imunologi: widal: S. Typhi
O(-), S. Typhy H(-), S. Parathypi A-O(-), S. Parathypi B-O(-), S. Parathypi C-O(-), S.
Parathypi A-H (-), S. Parathypi B-H(-), S. Parathypi C-H(-), urinalisa: warna: kuning,
kejernihan: keruh, PH=6,5, BJ: 1,025, albumin: positif 1, urobilinogen: 0,2,
bilirubin(-), keton (-), darah samar positif 1, nitrit(-), sedimen: eritrosit 4-5,
leukosit: 20-25, epitel (+), kristal (-), silinder(-), bakteri positif 2, tindakan/ therapi
yang dilakukan di UG: infus RL: 20tts/mnt, injeksi cefatoxil 2x1gr, ranitidin
2x1amp, ondacentron 3x4J, PCT 3x500, unspcy 3x1, rencana tindak lanjut dirawat
di ruang Syifa pada tanggal 22 februari 2012, pukul 01:00. Dengan diagnosa febris,
ISK+gastritis akut, masalah keperawatan yang muncul: nyeri berhubungan dengan
infeksi kandung kemih, gangguan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi
saluran kemih, infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
Evaluasi: S: klien mengatakan lemas, neyri tekan pada perut bagian bawah, O:
KU:lemas, infus RL 20tts/mnt, A: masalah belum teratasi, P: intervensi dilanjutkan
3. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama : nyeri ulu hati, panas, nyeri perut bagian bawah
c. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor resiko:
Tidak ada
11
d. Riwayat psikososial dan spiritual
4) Persepsi klien terhadap pemyakitnya : ingin cepat sembuh agar dapat bekerja
kembali
baik
7) Pola kebiasaan
Polpola nutrisi 2 3
a. Frekuensi makan tidak Tidak baik
b. Nafsu makan mual Mual
Alasan ½ ½
c. Porsi makan yang dihabiskan Tidak ada Tidak ada
d. Makanan yang tidak disukai gorengan gorengan
e. Makanan yang membuat alergi gorengan gorengan
f. Makanan pantangan Makanan lunak
g. Makanan diet promag Tidak ada
h. Pengunaan obat sebelum Tidak ada Tidak ada
makan
Penggunaan alat bantu
12
2) Warna Tidak ada tidak ada
3) Keluhan
4) Penggunaan alat bantu 1 tidak ada
5) Keluhan
6) Penggunaan laxative
1) Frekuensi
2) Waktu 2x/hari
Tidak ada
c. Cuci rambut
1) Frekuensi
13
mempengaruhi kesehatan
a. Merokok - -
1) Frekuensi - -
2) Jumlah - -
3) Lama pemakaian Tidak -
b. Minuman keras/NABZA -
1) Frekuensi -
2) Jumlah -
3) Lama pemakaian -
4. Pengkajian Fisik
b. System penglihatan
5) Kornea : normal
14
6) Sclera : anikterik
7) Pupil : isokor
c. System pendengaran
e. System pernafasan
15
2) Pernafasan : -
4) Frekuensi : 22 x/menit
5) Irama : teratur
7) Kedalaman : dalam
8) Batuk : Ya
9) Sputum : Ya
10) Konsistensi : Kental
f. System kardiovaskular
1) Sirkulasi perifer
a. Nadi : 68 x/ menit
16
g. Edema : tidak ada
2) Sirkulasi jantung
b) Irama : teratur
g. System hematologi
1) Pucat : Ya
2) Perdarahan : tidak
i. System pencernaan
3) Stomatitis : tidak
4) Lidah kotor : Ya
17
5) Salifa : normal
6) Muntah : tidak
8) Skala nyeri :6
11) Hepar : -
12) Abdomen : lembek
j. System endokrin
k. System urogenital
l. System integumen
18
Keadaan kulit : baik
m. System musculoskeletal
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
6. Data Penunjang
Diabetes:
GDS= 149
Fungsi ginjal:
ureum= 29 ( N: 20-40mg/dl)
19
Fungsi hati:
Hematologi:
HB=11,2 thrombosit=331.000
leukosit=7700 HT=35%
Serologi/imunologi:
Widal:
S. Typhi O(-)
S. Typhy H(-)
S. Parathypi A-O(-)
S. Parathypi B-O(-)
S. Parathypi C-O(-)
S. Parathypi B-H(-)
S. Parathypi C-H(-)
Urinalisa:
warna: kuning
kejernihan: keruh
PH=6,5
BJ: 1,025
20
leukosit: 20-25 (N: 0-5 Lpb),
7. Penatalaksanaan
Rl: 20 tts/mnt
Cefotaxim 2x1(infeksi)
Ondancentron 3x4(antiemetik)
Ulsft 3x2
21
· BJ : 1,025
· Urobilinogen : 0,2
· Keton (-)
· Nitrit (-)
· Sedimen :
~ Entrosit (4-5) ~ leukosit :
20-25
~ epitel (+) ~ Kristal (-)
~ slinder (-) ~ bakteri
(+2)
BB : 40kg
TB : 145cm
Kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
Skala nyeri 6
Balance cairan
Intake
~ BAK = 480cc
~ BAB = -
~ IWL = 15 x 40 = 600
--------------------+
1080
2800 – 1080 = 1720 cc
22
Analisis Data
DO :
~ ku : sedang
~ terpasang RL 20tts/m
~ BAK = 480cc
~ Balance cairan
Intake
~ S : 34,9
· Hasil Lab tgl 22 Februari
23
2012
· Darah samar (+1)
· leukosit : 20-25
· bakteri (+2)
Diagnosa keperawatan
2 ~ gangguan 22 februari
perubahan 2012
pola eliminasi
24
urine b/d
infeksi saluran
kemih
3 ~ infeksi b/d 22 Februari
adanya bakteri 2012
pada saluran
kemih,
4 ~ kurangnya 24 Februari
pengetahuan 2012
b/d kurangnya
informasi
tentang proses
penyakit.
Perencanaan keperawatan
25
tampak ~melaporka menyenang4. mengevaluas
sedikit meri n nyeri kan i tempat
ngis hilang 4. catat lokasi, obstruksi
~ ku : dengan lamanya dan
sedang spasme intesitas penyebab
~ skala terkontrol nyeri skala nyeri
nyeri 6 ~menunjukk (1-10) 5. untuk
an perilaku
5. anjurkan membantu
mengontrol minum klien dalam
nyeri. banyak 2-3 berkemih
liter jika
6. untuk
tidak ada mengidentifi
kontra kasi indikasi
indikasi kemajuan
6. pantau atau
perubahan penyimpang
warna, pola an dari hasil
kemih, yang di
masukkan harapkan
dan
keluarkan
setian 8 jam
dan pantau
hasil
urinalisa
ulang
kolaborasi
1. berikan obat
analgetik
sesuai
dengan
program analgetik
terapi memblok
ranitidin lintasan
nyeri
26
2 gangguan Setelah bantu klien ke
untuk
perubahan dilakukan kamar kecil, memudahka
pola tindakan memakai n klien di
eliminasi keperawatan pispot / dalam
urine b/d selama 3x24 urinal berkemih
infeksi jam 2. bantu klien
2. supaya klien
saluran diharapkan mendapatka tidak sukar
kemih. klien dapat n posisi untuk
mempertaha berkemih berkemih
DS : klien nkan pola yang 3. untuk
mengataka eliminasi nyaman mencegah
n hanya secara 3. anjurkan terjadinya
BAK 1x edukasi untuk penumpukka
dalam berkemih n urine
sehari KH : setiap 2-3 dalam
~klien dapat jam 4. untuk
DO : berkemih 4. ukur dan mengetahui
1. ku : sedang setiap 3 jam catat urin adanya
2. terpasang ~klien tidak setiap kali perubahan
RL 20tts/m kesulitan berkemih warna dan
3. BAK = pada saat
5. palpasi untuk
480cc berkemih kandung mengetahui
~klien dapat kemih tiap 4 input/output
bak dengan jam 5. untuk
berkemih mengetahui
Kolaborasi adanya
1. awasi distensi
pemeriksaa kandung
n lab : kemih
elektrolit,
bun,
kreatinin
2. lakukan 1. pengawasan
tindakan terhadap di
untuk fungsi ginjal
memelihara2. asam urin
asam urin: menghalangi
27
tingkatan timbulnya
masukkan kuman.
sari buah
beri dan
berikan
obat-obatan
untuk
meningkatk
an asam
urine.
28
· bakteri terapi
(+2) 4. anjurkan
pasien
untuk
minum 2-3
liter jika
tidak ada
kontra
indikasi
5. kaji tubuh
pasien
setiap 4 jam
dan lapor
jika suhu d
atas 38,50c
29
tentang ~klien tindakan dapat
penyakitny tenang untuk mengurangi
a. mencegah ansietas dan
penyebaran. membantu
Jelaskan mengemban
pemberian gkan
antibiotik, kepatuhan
pemeriksaa klien
n diagnosis, terhadap
tujuan, rencana
perawatan terapetik
sesudah 4. pasien sering
pemeriksaa menghentika
n n obat
4. anjurkan mereka, jika
pasien tanda –
untuk tanda
menggunak penyakit
an obat mereda,
yang cairan
diberikan, menolong
minum membalas
sebanyakny ginjal
a kurang
lebih 8
gelas/hari
30
hatinya pasien dapat
KH : melupakan
DO : ~menyataka perhatian
~ skala n nyeri dari rasa
nyeri 6 hilang 3. kaji tingkat nyeri
~ ku : ~ttv dalam nyeri yang
sedang keadaan di alami
3. untuk
~ terpasang normal klien mengetahui
RL 20tts/m beberapa
4. tingkatkan berat nyeri
telah baring, yang di
bantulah alami
kebutuhan 4. menurunkan
perawatan gerakan
yang yang dapat
penting meningkatka
n nyeri
Kolaborasi
1. pemberian
obat
analgetik
2. ranitidin
1. mengurangi
nyeri
2. untuk
mengurangi
nyeri uluh
hati.
Pelaksanaan keperawatan
31
dan mengukur
tanda – tanda vital
klien
S : klien
mengatakan nyeri
ulu hati dan klien
mengatakan nyeri
perut bagian kiri
bawah bila di tekan
Memberi obat
ranitidine 3cc lewat
intravena
S : klien
mengatakan agak
sakit ketika obat di
masukkan
O : ~ ranitidine
sudah masuk ke
cairan infuse
sebanyak 3cc,
klien tampak
meringis
~terpasang infuse
RL 20tts/m
32
23 Februari 2012 1.2.4 Mengobservasi,
mengukur tanda –
tanda vital klien,
member penkes
kepada klien
S : ~ klien
mengatakan sudah
tidak nyeri
~ klien
mengatakan tidak
tahu tentang
penyakitnya
~ klien
mengatakan hanya
1 BAK dalam
sehari
~ klien
mengatkan pernah
sakit muntaber
O : ~ TD :
140/90mmhg N :
84x/mnt S :
35,70c RR :
24x/mnt
~ klien tampak
mendengarkan
penkes yang
diberikan oleh
mahasiswa
S : klien
33
mengatakan
infusnya (kolf)
habis
O : tinggal sedikit
1.2
RL di kolf
Mengobservasi
dan mengukur
tanda – tanda vital
S : klien
mengatakan sudah
jauh mendingan
O : TD :
120/70mmhg S :
35,3°c N :
60x/mnt RR :
58x/mnt
EVALUASI
34
O : ~nyeri ulu hati
berskala 6
~TD : 100/70
S: 34,9 RR:
16x/m N: 68x/m
~ infuse Rl
20tts/m
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi di
lanjutkan
O : ~ TD : 140/90
N : 84x/m S :
0
35,7 c RR : 24x/m
~ klien tampak
mendengarkan
penkes yang
diberikan oleh
mahasiswa
35
A : masalah
teratasi
P : intervensi di
hentikan
O : TD :
120/70 S : 35,3 N
: 60 RR : 58x/m
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
Pasien sudah
pulang kemarin
sore atas izin
dokter
36
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Lahan Praktik
Klien dan keluarga mampu memahami tentang tanda bahaya pada Infeksi saluran
kemih.
37
DAFTAR PUSTAKA
http://asuhankeperawatandankasus.blogspot.com/2012/11/isk-infeksi-saluran-
kemih.html?m=1
38