Anda di halaman 1dari 97

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan :


Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Di Ruang Melati RSUD 45 Kuningan
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial
Blok Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :
Kelompok 4

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah kepada Kami, sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Infeksi
Saluran Kemih (ISK).”
Makalah ini telah Kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu Kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar Kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, Kami berharap semoga makalah tentang “Laporan Kasus
Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)” dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Kuningan, April 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala
infeksi.2 Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang
disertai adanya mikroorganisme patogenik (patogenik : yang menyebabkan
penyakit) pada urin, uretra (uretra : saluran yang menghubungkan kandung
kemih dengan dunia luar), kandung kemih, atau ginjal.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan
karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih
disebabkan oleh bakteri Escherechia coli, Klebsiella pneumonia dan
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik pria
maupun wanita dari semua umur baik anak, remaja, dewasa maupun umur
lanjut. Wanita lebih sering terinfeksi dari pria dengan angka populasi umum
kurang lebih 5-15% (Tessy & Suwanto, 2001).
ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki.
Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100
kali lebih besar dibanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum
usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan
setelahnya, sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada
anak usia pra sekolah di mana ISK pada perempuan mencapai 0,8%,
sementara pada laki-laki hanya 0,2%. Dan rasio ini terus meningkat sehingga
di usia sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 30 kali lebih besar
dibanding pada anak laki-laki. Dan pada anak laki-laki yang disunat, risiko
ISK menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat.
Pada usia 2 bulan – 2 tahun, 5% anak dengan ISK mengalami demam tanpa
sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar ISK
dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan.
Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian diseluruh dunia pada tahun
2011, sepertiganya disebabkan oleh penyakit infeksi (WHO, 2011). Infeksi
saluran kemih (ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri tersering
dikomunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya.

1
Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis
menderita infeksi saluran kemih. Prevalensinya sangat bervariasi berdasar
pada umur dan jenis kelamin, dimana infeksi ini lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan dengan pria yang oleh karena perbedaan anatomis antara
keduanya. Infeksi saluran kemih menempati posisi kedua tersering (23,9%) di
negara berkembang setelah infeksi luka operasi (29,1%) sebagai infeksi yang
paling sering didapatkan oleh pasien di 12 fasilitas kesehatan. ISK merupakan
penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan (Pezzlo, 1992).
Data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2014 menunjukkan bahwa
jumlah penderita penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) mencapai 90-100
kasus per 100.000 penduduk per tahun.
Menurut Mardiyati, (2010) tentang evaluasi penggunaan antibiotik
pada pasien infeksi saluran kemih di RSUD dr.Soeselo Slawi Kabupaten
Tegal tahun 2009, menunjukkan bahwa terdapat 68 pasien yang terdiagnosa
ISK dengan 99 peresepan antibiotik diketahui jenis antibiotik seftriakson
(41,41%), sefotaksim (38,39%), siprofloksasin (9,09%), ofloksasin (1,01%),
norfloksasin (2,02%), amoksisilin (4,04%), dan co-amoksilav (1,01%). Tepat
indikasi sebanyak 100%, tepat obat 28,28%, tepat pasien 100% (68 pasien),
dan tepat dosis 25,25%. Penggunaan antibiotik yang rasional sebanyak
10,10%. Penelitian Mardiyati menunjukkan bahwa rasionalitas penggunaan
antibiotik pada penyakit infeksi saluran kemih masih sangat rendah.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan menimbulkan berbagai
permasalahan seperti pengobatan kurang efektif, peningkatan resiko terhadap
keamanan pasien, resistensi bakteri terhadap antibiotik dan tingginya biaya
pengobatan (Kemenkes RI, 2011). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
tentang evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih di
RSUD Kabupaten Sukoharjo, karena di RSUD Kabupaten Sukoharjo belum
ada penelitian tentang penyakit infeksi saluran kemih pada tahun 2014. Angka
kejadian penyakit infeksi saluran kemih di RSUD Kabupaten Sukoharjo
menempati urutan ke-10 dari semua kasus penyakit pada tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah


Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan
karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih

2
disebabkan oleh bakteri Escherechia coli, Klebsiella pneumonia dan
Pseudomonas aeruginosa. Menurut WHO Sekitar 150 juta penduduk di
seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita infeksi saluran kemih.
Dari data diatas adapun rumusan masalah yang kami buat, sebagai berikut :
1) Bagaimana pengkajian pada pasien dengan kasus ISK ?
2) Bagaimana diagnosa yang tepat pada pasien dengan kasus ISK ?
3) Bagaimana intervensi pada pasien dengan kasus ISK ?
4) Bagaimana implementasi pada pasien dengan kasus ISK ?
5) Bagaimana evaluasi pada pasien dengan kasus ISK ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Penulisan Umum
Tujuan penulisan umum dari penulisan makalah ini ada agar
mahasiswa mampu memahami dan memberikan konsep asuhan
keperawatan yang tepat pada klien dengan ganguan ISK.
1.3.2 Tujuan penulisan khusus
1) Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi dan manifestasi
klinik klien dengan gaangguan ISK.
2) Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan dan
rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan ISK.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.2 Manfaat penulisan makalah bagi pendidikan :
Sebagai suatu sarana untuk meningkatkan pengetahuan yang
telah di dapat dari materi ISK yang sebenarnya sebagai masukan bagi
semua mahasiswa dalam upaya menjelaskan dan mampu berdiskusi
dalam perkuliahan, dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dalam
pembelajaran.
1.4.3 Manfaat penulisan makalah bagi keperawatan :
Perawat dapat menentukan diagnosa dan intervensi
keperawatan yang tepat pada klien dengan gangguan sistem imunitas
yaitu penyakit ISK.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Laporan Pendahuluan Infeksi Saluran Kemih (ISK)


2.1.1 Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi
bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi Saluran Kemih atau Urinarius Tractus Infection (UTI)
adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran
kemih. (Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan ditemukannya
mikrorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu. Dalam keadaan
normal, urin juga mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar 102
bakteri/ml urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya
mengandung lebih dari 105 bakteri/ml (Coyle dan Prince., 2005).
Adapun Klasifikasi dari ISK sebagai berikut :
a. Kandung kemih (Sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering
disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat
disebabkan oleh aliran balik urin dari utetra kedalam kandung
kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian
kateter atau sistoskop.
b. Uretra (Uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di
golongkan sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis
gonoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan
melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah uretritis
yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma
urelytikum.
c. Prostat (Prostatitis)
Prostatitis adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada
kelenjar prostat, yaitu kelenjar yang memproduksi cairan mani
yang berfungsi untuk memberi makan dan membawa sperma.

4
d. Ginjal (Pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi
bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah
satu atau kedua ginjal.
Infeksi Saluran Kemih berdasarkan letaknya :
a. Infeksi Saluran Kemih Bawah
Infeksi saluran kemih bagian bawah terdiri dari sistitis (kandung
kemih), uretritis (uretra), serta prostatitis (kelenjar prostat).
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender. Pada
perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu
sistitis dan sindrom uretra akut. Pada pria, presentasi klinis ISK
bawah mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
b. Infeksi Saluran Kemih Atas
Infeksi saluran kemih bagian atas terdiri dari pielonefritis yaitu
infeksi yang melibatkan ginjal.

2.1.2 Manifestasi Klinis


a. Anyang-anyangatan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski
sudah dicoba untuk berkemih, namun tidak ada air kencing yang
keluar
b. Sering kencing, atau sering kesakitan ketika kencing, air kencing
bisa berwarna putih, coklat atau kemerahan, dan baunya sangat
menyengat
c. Warna air kencing kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan
bila ada darah
d. Nyeri pada pinggang
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan bahwa infeksi
sudah mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri disis bawah belakang
rusuk, mual dan muntah)
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak
sembuh, dapat memicu terjadinya kanker pada kandung kemih.
g. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau
anoreksia

5
2.1.3 Anatomi Fisiologi
a. Anatomi

1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12
sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji
kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri,
karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Fungsi
ginjal memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-
zat toksis atau racun, mempertahankan suasana
keseimbangan cairan, osmotic, dan ion, mempertahankan
keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
fungsi hormonal dan metabolisme, dan mengeluarkan sisa-
sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang
simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria
dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

6
4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika
urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm. Pada
wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm
(Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina
(antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai
saluran ekskresi.
5. Air kemih (urine).
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
- Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung
dari pemasukan(intake) cairan dan faktor lainnya.
- Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan
menjadi keruh.
- Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-
obatan dan sebagainya.
- Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan
berbau amoniak.
- Berat jenis 1,015-1,020.
- Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga
tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi
alkalis dan protein member reaksi asam).

b. Fisiologi
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine
tanpa meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine
kira-kira 300 ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan
memulai kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi
secara involunter dan dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan
berkemih dapat ditunda sampai ia menemukan waktu dan tempat
yang cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan sensoris ditunda
terlalu lama, maka akan memberikan rasa sakit. Adapun tahap
tahap proses pembentukan urine :

7
1. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan
aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi
penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air,
sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh
ginjal.
2. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya
terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi
terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal
bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion
karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam
tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif
dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan
pada pupila renalis.
3. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai
tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi
penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine
sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke
pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine
dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang
merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika
kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh
melalui uretra. Urin yang keluar dari kandungan kemih
mempunyai komposisi utama yang sama dengan cairan yang
keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti
pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks
renalis dan ureter sampai kandung kemih.

8
2.1.4 Etiologi
Infeksi Saluran Kemih tergantung banyak faktor seperti usia,
gender, prevelensi bakteriuria dan faktor prediposisi yang
menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal.
Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia :
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan Infeksi
Saluran Kencing :
1. E. coli 90% menyebabkan ISK Uncomplicated
2. Pseudomnas, prosteus, Klebsiella : penyebab ISK
Complicated
3. Enterobacter, staphylococus epidemis, enterococus ,dan
lain –lain .
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut antara lain :
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengososngan kandung kemih yang kurang efektif.
2. Mobilisasi yang menurun
3. Nutrisi yang kurang baik
4. Sistem imunitas yang menurun, baik selular maupun
humoral
5. Adanyahambatan pada aliran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
c. Secara khusus, etiologi ISK berdasarkan jenisnya
1. Sistitis
 Disebabkan oleh bakteri dari vagina yang berpindah
dari uretra ke kandung kemih.
 Wanita yang menderita isk setelah melakukan
hubungan intim, dikarenakan uretra yang cidera
 Vistula vesikovaginal (hubungan abnormal antara
kandung kemih dan vagina )
 Akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan
selama penbedahan

9
2. Urethritis
 Penyebab bisa berupa bakteri, jamur atau virus yang
berasal dari usus besar sampai ke vagina melalui anus.
 Nesseria gonorrhoea penyebab gonore, bakteri yang
masuk ke vagina atau penis pada saat melakukan
hubungan seksual.
 Paling sering disebabkan oleh gonococus
3. Prostattitis
Disebabkan oleh pertumbuhan bakteri di akibatkan oleh
urin yang tertahan pada kandung kemih sehingga menjalar
dan terjadilah radang pada prostat

2.1.5 Patofisiologi
Menurut Nurharis Huda Amin, yang dikutip dari Masjoer Arif,
(2003) Infeksi Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus
urinarus yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme patogenik
dengan atau tanpa disertainya tanda dan juga gejala. Mikroorganisme
ini dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan steroid jangka panjang,
makanan yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia
lanjut, anomali saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan
seksual yang tidak sehat, serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran
kencing ini dapat mengenai kandung kemih, prostat, uretra, dan juga
ginjal.
Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin
teradi akibat dari obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di
vesika urinaria serta penebalan diding vesika, ketika hal ini terjadi
maka menyebabkan penurunan kontraksi vesika sehingga
menimbullkan tahanan pada kandung kemih, urin yang tertahan pada
kandung kamih dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 12 jam )
merupakan media yang baik untuk perkembangan mikroorganisme
patogen seperti E. coli, Klabsiella, prosteus, psudomonas, dan
enterobacter.

10
Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan
melakukan respon pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk
menstimulus sistem pertahanan tubuh untuk memfagosit antigen
tersebut sehingga akan menyebabkan peningkatan metabolisme dan
muncul gejala demam,ketika antigen tidak mampu di fagosit oleh
sistem imun kita maka akan menyebabkan munculnya bakteremia
skunder yang menjalar ke ureter sehingga menyebabkan iritasi dan
peradangan pada ureter, umumnya ketika hal ini terjadi maka akan
menyebabkan pasien mengalami oliguria. Selain itu ketika proses
peradangan terjadi akan meningkatkan frekuensi dorongan kontraksi
uretra dan memunculkan persepsi nyeri akibat proses depresi syaraf
perifer. Selain itu, respon pertahanan tubuh kita juga akan merangsang
hipotalamus sehingga muncul lah gejala seperti demam serta nyeri di
bagian yang terinfeksi.

11
Pathway :

12
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
2. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
b. Pengukuran berat derajat obstruksi
1. Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi
spontan (normal,sisa urin kosong dan batas intervensi sisa
urin lebih dari 100 cc)
2. Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150
ml. Angka normal rata-rata 10-12 ml/ detik, obstruksi ringan
c. Pemeriksaan lain
1. BNO ( Blass Nier Overzicht) /IVP (Intravenous Pyleogram)
adalah studi sinar x terhadap ginjal, rahim dan saluran
kemih, dilakukan untuk menentukan adanya divertikel,
penebalan bladder.
2. Trans abdominal USG
Dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang meonjol ke
buli-buli, yang dipakai untuk meramalkan derajat berat
obstruksi apabila ada batu di dalam vesika.
3. Sitoscopy , yaitu untuk melihat apakan ada penebalan pada
bladder.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


a. Pemberian agens antibakterial yang secara efektif menghilangkan
bakteri dari traktus urinarius dengan efek minima terhadap flora
fekal dan vagina dengan demikian memperkecil infeksi ragi
vagina.
b. Variasi program pengobatan telah mengobat infeksi saluran kemih
ini, misalnya dosis tunggal program medikasi short cause (3-4
hari) atau long course (7-10 hari).
c. Penggunaan medikasi mencakup sulfisoxasol, sulfamethoxazole.
d. Pemakaian antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi

13
e. jika kekambuhan terjadi setelah agens mikrobial selesai diberikan,
maka program short medikasi (3-4 hari) dari terapi antimikrobial
dosis penuh diberikan
f. jika kekambuhan tidak terjadi, maka medikasi diberikan setiap
malam berikutnya selama 6-7 bulan.

2.1.8 Komplikasi
Infeksi saluran kemih yang dibiarkan tidak tertangani dapat
menyebabkan infeksi ginjal (pielonefritis). Kondisi ini akan
mengakibatkan kerusakan ginjal permanen. ISK juga berisiko untuk
kambuh dalam kurun waktu 6 bulan, atau hingga empat kali dalam
setahun. Sejumlah komplikasi lain yang dapat terjadi akibat ISK yang
tidak tertangani adalah:
a. Sepsis, yaitu kondisi berbahaya akibat infeksi, terutama bila
infeksi menyebar hingga ke ginjal.
b. Striktur uretra (penyempitan uretra pada pria).
c. Kelahiran prematur dan bayi terlahir dengan berat badan lahir
rendah, jika dialami oleh wanita hamil.

2.1.9 Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan cara meningkatkan derajat
kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit.Pencegahan
sekunder berupa deteksi dini penyakit dan segera mengobatinya
untuk mencegah terjadinya komplikasi.Pencegahan tersier berupa
pemulihan atau rehabilitasi untuk mencegah terjadinya kecacatan
dan kematian akibat komplikasi. Pencegahan primer dilakukan
sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi
kesehatan dan mempertahankan derajat kesehatan. Pencegahan
primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense
dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko.
Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi.
Strateginya mencakup : health promotion atau penyuluhan
kesehatan dan general&specific protection(perlindungan khusus).

14
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah awitan suatu penyakit
atau cedera selama masa prapatogenesis (sebelum proses suatu
penyakit dimulai).
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder meliputi berbagai tindakan yang dimulai
setelah ada gejala dari stressor. Pada intinya pencegahan sekunder
adalah deteksi dini suatu masalah kesehatan dan segera
mengatasinya dengan intervensi yang tepat. Pencegahan sekunder
adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya
komplikasi. Strategi pencegahan sekunder meliputi deteksi
dini(early diagnosis) dan prompt treatment(pengobatan segera).
Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines
of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor
resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-
tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk
memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara
energi
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan setelah sistem ditangani dengan
strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier
difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien
secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat
resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali
atau kekambuhan, sehingga dapat mempertahankan energi.

15
2.2 Konsep Askep
2.2.1 Pengkajian
a. Data Biografi
1. Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
atau bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,catatan
kedatangan.
2. Keluarga terdekat yang dapaat dihubungi yaitu nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan sumber
informasi, beserta nomor telpon.
b. Riwayat kesehatan atau perawatan.
1. Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit. Biasanya klien
mengeluhkan nyeri pada saat miksi, pasien juga mengeluh
sering buang air kecil berulang ulang (anyang-anyangan)
terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi
yang sangat mendesak.
2. Riwayat kesehatan sekarang
 pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus
menunggu lama, dan harus mengedan.
 Pasien mengeluh sering bak berulang.
 Pasien mengeluh sering miksi di malam hari
3. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah pasien pernah menderita infeksi saluran kencing
sebelumnya, dan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya dengan keluhan yang sama.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan penyakit pasien
sekarang.
c. Pola fungsi kesehatan.
Meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi
dan metabolisme, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola
istirahat dan tidur, pola kongnitif dan persepsi, persepsi diri dan

16
konsep diri, pola peran hubungan, pola seksual dan reproduksi,
pola koping dan toleransi stress, keyakinan dan kepercayaan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pada waktu mlakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami
tanda-tanda penurunan mental seperti neuropati perifer, Pada waktu
palpasi adanya nyeri tekan pada bagian kandung kemih.
a. data dasar pengkajian pasien
1. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran
ginjal)
2. Eliminasi
gejala :
 penurunan kekuatan/dorongan aliran urin tetsan
 keraguan pada berkemih awal
 ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih dengan lengkap , dorongan dan frekuensi
berkemih
 nokturia , disuria, dan hematuria
 duduk untuk berkemih
 infeksi saluran kencing berulang, dan riwayat batu
 konstipasi (prostrusi prostat kedalam rectum)
3. Makanan/cairan
gejala :
 Anoreksia, mual dan muntah
 Penurunan berat badan
4. Nyeri/kenyamanan
gejala :
 Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam,
kuat (pada prostales akut)
 Nyeri punggung bawah
5. Seksualitas
gejala :

17
 Masalah tentang efek kondisi/ penyakit kemampuan
seksual
 Takut inkontinensia/ menetes selama hubungan
intim
 penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
6. Aktivitas istirahat
 Riwayat pekerjaan
 lamanya istirahat Aktivitas sehari-hari
 Pengaruh penyakit terhadap aktivitas
 Pengaruh penyakit terhadap istirahat
7. Higine
 Penampilan umum
 ADL (Activity Daily Live)
 Kebersiahn mandi
 Frekuensi Mandi
8. Integritas ego
 Pengaruh penyakit terhadap stress
 gaya hidup
 Masalahfinancial
9. Neurosensori
 Apakah ada sakit kepala
 Status mental
 Ketajaman pengellihatan
10. Pernapasan
 Apakah ada sesak napas
 Riwayat merokok
 Frekuensi pernapasan
 Bentuk dada
 Auskultasi suara napas
11. Interaksi sosial
 Status perkawinan
 Hubungan dalam masyarakat
 Pola interaksi keluarga
18
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi urethra, kandung
kemih dan struktur traktus urinarius lainnya.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik
pada kandung kemih ataupun strikur urinari lainnya.
3. Retensi urin berhubungan dengan sumbatan, tingginya tekanan
urethra yang disebaabkan oleh kelamahan destrusor, inhibisi arkus
refleks, sfingter yang kuat )
4. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme dan proses penyakit
5. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai
dengan mual, muntah
6. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi tentang
kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

2.2.3 Intervensi Keperawatan


N Diagnosa NOC NIC
o
1. Nyeri. NOC : NIC :
Definisi :  Pain Level, Pain Management
Sensori yang tidak  Pain control,  Lakukan
menyenangkan dan  Comfort pengkajian
pengalaman emosional yang level nyeri secara
muncul secara aktual atau Kriteria Hasil : komprehens
potensial kerusakan jaringan  Mampu if termasuk
atau menggambarkan adanya mengontrol lokasi,
kerusakan (Asosiasi Studi nyeri (tahu karakteristi
Nyeri Internasional): serangan penyebab k, durasi,
mendadak atau pelan nyeri, frekuensi,
intensitasnya dari ringan mampu kualitas dan
sampai berat yang dapat menggunaka faktor
diantisipasi dengan akhir n tehnik presipitasi
yang dapat diprediksi dan nonfarmakol  Observasi
dengan durasi kurang dari 6 ogi untuk reaksi

19
bulan. mengurangi nonverbal
nyeri, dari
Batasan karakteristik : mencari ketidaknya
- Laporan secara verbal bantuan manan
atau non verbal  Melaporkan  Gunakan
- Fakta dari observasi bahwa nyeri teknik
- Posisi antalgic untuk berkurang komunikasi
menghindari nyeri dengan terapeutik
- Gerakan melindungi menggunaka untuk
- Tingkah laku berhati- n manajemen mengetahui
hati nyeri pengalaman
- Muka topeng  Mampu nyeri pasien
- Gangguan tidur (mata mengenali  Kaji kultur
sayu, tampak capek, nyeri (skala, yang
sulit atau gerakan intensitas, mempengar
kacau, menyeringai) frekuensi dan uhi respon
- Terfokus pada diri tanda nyeri) nyeri
sendiri  Menyatakan  Evaluasi
- Fokus menyempit rasa nyaman pengalaman
(penurunan persepsi setelah nyeri nyeri masa
waktu, kerusakan berkurang lampau
proses berpikir,  Tanda vital  Evaluasi
penurunan interaksi dalam bersama
dengan orang dan rentang pasien dan
lingkungan) normal tim
- Tingkah laku kesehatan
distraksi, contoh : lain tentang
jalan-jalan, menemui ketidakefek
orang lain dan/atau tifan
aktivitas, aktivitas kontrol
berulang-ulang) nyeri masa
- Respon autonom lampau
(seperti diaphoresis,  Bantu

20
perubahan tekanan pasien dan
darah, perubahan keluarga
nafas, nadi dan dilatasi untuk
pupil) mencari
- Perubahan autonomic dan
dalam tonus otot menemukan
(mungkin dalam dukungan
rentang dari lemah ke  Kontrol
kaku) lingkungan
- Tingkah laku ekspresif yang dapat
(contoh : gelisah, mempengar
merintih, menangis, uhi nyeri
waspada, iritabel, seperti suhu
nafas ruangan,
panjang/berkeluh pencahayaa
kesah) n dan
- Perubahan dalam kebisingan
nafsu makan dan  Kurangi
minum faktor
presipitasi
Faktor yang berhubungan : nyeri
Agen injuri (biologi, kimia,  Pilih dan
fisik, psikologis) lakukan
penanganan
nyeri
(farmakolo
gi, non
farmakologi
dan inter
personal)
 Kaji tipe
dan sumber
nyeri untuk

21
menentukan
intervensi
 Ajarkan
tentang
teknik non
farmakologi
 Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
 Evaluasi
keefektifan
kontrol
nyeri
 Tingkatkan
istirahat
 Kolaborasik
an dengan
dokter jika
ada keluhan
dan
tindakan
nyeri tidak
berhasil
 Monitor
penerimaan
pasien
tentang
manajemen
nyeri

Analgesic

22
Administration
 Tentukan
lokasi,
karakteristi
k, kualitas,
dan derajat
nyeri
sebelum
pemberian
obat
 Cek
instruksi
dokter
tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat
alergi
 Pilih
analgesik
yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari
analgesik
ketika
pemberian
lebih dari
satu
 Tentukan
pilihan

23
analgesik
tergantung
tipe dan
beratnya
nyeri
 Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian,
dan dosis
optimal
 Pilih rute
pemberian
secara IV,
IM untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
 Monitor
vital sign
sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama
kali
 Berikan
analgesik
tepat waktu
terutama
saat nyeri
hebat
 Evaluasi

24
efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala (efek
samping)

2. Gangguan Eliminasi Urin NOC NIC


Definisi : disfungsi pada  Urinary Urinary Retention
eliminasi urine elimination Care
 Urinary  Lakukan
Baatasan Karakteristik : continuence penilaian
- Disuria Kriteria Hasil : kemih yang
- Sering berkemih  Kandung komprehensif
- Anyang anyangan kemih kosong berfokus pada
- Inkontinensia secara penuh inkontinensia
- Nokturia  Tidak ada (misalnya,
- Retensi residu urine output urin,
- Dorongan >100-200 cc pola berkemih
 Intake cairan kemih, fungsi
Faktor yang berhubungan : dalam rentang kognitif, dan
- Obstruksi anatomic normal masalah
- Penyebab multiple  Bebas dari kencing
- Gangguan sensori ISK praeksisten)
motorik infeksi saluran  Tidak ada  Memantau
kemih spasme penggunaan
bladder obat dengan
 Balance cairan sifat
seimbang antikolinergik
atau properti
alpha agonis
 Memonitor
efek dari obat-
obatan yang

25
diresepkan,
seperti calcium
channel
blockers dan
antikolinergik
 Menyediakan
penghapusan
privasi
 Gunakan
kekuatan
sugesti dengan
menjalankan
air atau
disiram toilet
 Merangsang
refleks
kandung kemih
dengan
menerapkan
dingin untuk
perut,
membelai
tinggi batin,
atau air
 Sediakan
waktu yang
cukup untuk
pengosongan
kandung kemih
(10 menit)
 Gunakan spirit
wintergreen di
pispot atau

26
urinal
 Menyediakan
manuver
Crede, yang
diperlukan
 Gunakan
double-void
teknik
 Masukkan
kateter kemih,
sesuai
 Anjurkan
pasien /
keluarga untuk
merekam
output urin
 Instruksikan
cara-cara untuk
menghindari
konstipasi atau
impaksi tinja
 Memantau
asupan dan
keluaran
 Memantau
tingkat distensi
kandung kemih
dengan palpasi
dan perkusi
 Membantu
dengan toilet
secara berkala
 Memasukkan

27
pipa ke dalam
lubang tubuh
untuk sisa
 Menerapkan
kateterisasi
intermiten
 Merujuk ke
spesialis
kontinensia
kemih

3. Retensi Urine NOC NIC


Definisi : Pengosongan  Urinary Urinary Retention
kandung kemih tidak komplit elimination Care
 Urinary  Monitor intake
Batasan Karakteristik :
continence dan output
·
 Monitor
- Tidak ada haluaran urine
Kriteria Hasil : penggunaan
- Distensi kandung kemih
 Kandung kemih obat
- Menetes
kosong secara antikolionergik
- Disuria
penuh  Monitor derajat
- Sering berkemih
 Tidak ada residu distensi bladder
- Inkontinensia aliran
urin > 100-200 cc  Instruksikan
berlebih
 Bebas dari ISK pada pasien dan
- Residu urine
 Tidak ada spasme keluarga untuk
- Sensasi kandung kemih
bladder mencatat output
penuh
 Balance cairan urine
- Berkemih sedikit
seimbang  Sediakan

Faktor Yang Berhubungan : privacy untuk

- Sumbatan eliminasi

- Tekanan ureter tinggi  Stimulasi refleks

- Inhibisi arkus reflex bladder dengan

28
- Sfingter kuat kompres dingin
pada abdomen
 Katerisasi jika
perlu
 Monitor tanda
dan gejala ISK
(panas,hematuri
a, perubahan
bau dan
konsistensi
urine)
Urinary
Elimination
Management

4. Hipertermi NOC : NIC :


Definisi : suhu tubuh naik Thermoregulation Fever treatment
diatas rentang normal Kriteria Hasil :  Monitor
 Suhu tubuh suhu
Batasan Karakteristik:
dalam sesering
- kenaikan suhu tubuh
rentang mungkin
diatas rentang normal
normal  Monitor
- serangan atau konvulsi
 Nadi dan RR IWL
(kejang)
dalam  Monitor
- kulit kemerahan
rentang warna dan
- pertambahan RR
normal suhu kulit
- takikardi
 Tidak ada  Monitor
- saat disentuh tangan
perubahan tekanan
terasa hangat
warna kulit darah, nadi
dan tidak ada dan RR
Faktor faktor yang
pusing,  Monitor
berhubungan :
merasa penurunan
- penyakit/ trauma
nyaman

29
- peningkatan tingkat
metabolisme kesadaran
- aktivitas yang berlebih  Monitor
- pengaruh WBC, Hb,
medikasi/anastesi dan Hct
- ketidakmampuan/penu  Monitor
runan kemampuan intake dan
untuk berkeringat output
- terpapar dilingkungan  Berikan
panas anti piretik
- dehidrasi  Berikan
- pakaian yang tidak pengobatan
tepat untuk
mengatasi
penyebab
demam
 Selimuti
pasien
 Lakukan
tapid
sponge
 Berikan
cairan
intravena
 Kompres
pasien pada
lipat paha
dan aksila
 Tingkatkan
sirkulasi
udara
 Berikan
pengobatan

30
untuk
mencegah
terjadinya
menggigil

Temperature
regulation
 Monitor
suhu
minimal
tiap 2 jam
 Rencanakan
monitoring
suhu secara
kontinyu
 Monitor
TD, nadi,
dan RR
 Monitor
warna dan
suhu kulit
 Monitor
tanda-tanda
hipertermi
dan
hipotermi
 Tingkatkan
intake
cairan dan
nutrisi
 Selimuti
pasien
untuk

31
mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh
 Ajarkan
pada pasien
cara
mencegah
keletihan
akibat
panas
 Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan
suhu dan
kemungkin
an efek
negatif dari
kedinginan
 Beritahukan
tentang
indikasi
terjadinya
keletihan
dan
penanganan
emergency
yang
diperlukan
 Ajarkan
indikasi
dari

32
hipotermi
dan
penanganan
yang
diperlukan
 Berikan
anti piretik
jika perlu

Vital sign
Monitoring
 Monitor
TD, nadi,
suhu, dan
RR
 Catat
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
 Monitor VS
saat pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
 Auskultasi
TD pada
kedua
lengan dan
bandingkan
 Monitor
TD, nadi,
RR,

33
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
 Monitor
kualitas
dari nadi
 Monitor
frekuensi
dan irama
pernapasan
 Monitor
suara paru
 Monitor
pola
pernapasan
abnormal
 Monitor
suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
 Monitor
sianosis
perifer
 Monitor
adanya
cushing
triad
(tekanan
nadi yang
melebar,
bradikardi,

34
peningkatan
sistolik)
 Identifikasi
penyebab
dari
perubahan
vital sign

5. Kekurangan volume cairan NOC NIC


 Fluid balance Fluid management
Definisi : penurunan cairan
 Hydration  Timbang
intravaskular, interstisial, dan
 Nutritional popok/pemb
atau intraseluler. Ini mengacu
Status: Food alut jika di
pada dehidrasi, kehilangan
and Fluid perlukan
cairan saat tanpa perubahan
 Intake  Pertahankan
pada natrium
catatan
intake dan
Batasan Karakteristik
Kriteria Hasil : output yang
- Perubahan status
 Mempertahan akurat
mental
kan urine  Monitor
- Penurunan tekanan
output sesuai status hidrasi
darah
dengan usia (kelembaban
- Penurunan tekanan
dan BB, BJ membran
nadi
urine normal, mukosa,
- Penurunan volume nadi
HT normal nadi
- Penurunan turgor kulit
 Tekanan adekuat,
- Penurunan turgor lidah
darah, nadi, tekanan
- Penurunan haluaran
suhu tubuh darah
urin
dalam batas ortostatik),
- Penurunan pengisisan
normal jika
vena
 Tidak ada diperlukan
- Membran mukosa
tanda tanda  Monitor

35
kering dehidrasi, vital sign
- Kulit kering Elastisitas  Monitor
- Peningkatan hematokrit turgor kulit masu kan
- Peningkatan suhu baik, makanan /
tubuh membran cairan dan
- Peningkatan frekwensi mukosa hitung intake
nadi lembab, tidak kalori harian
- Peningkatan kosentrasi ada rasa haus  Kolaborasik
urin yang an
- Penurunan berat badan berlebihan pemberian
- Tiba-tiba (kecuali pada cairan IV
ruang ketiga)  Monitor
- Haus status nutrisi
- Kelemahan  Berikan
cairan IV
Faktor Yang Berhubungan pada suhu
- Kehilangan cairan aktif ruangan
- Kegagalan mekanisme  Dorong
regulasi masukan
oral
 Berikan
penggantian
nesogatrik
sesuai output
 Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien
makan
 Tawarkan
snack (jus
buah, buah

36
segar)
 Kolaborasi
dengan
dokter
 Atur
kemungkina
n tranfusi
 Persiapan
untuk
tranfusi
Hypovolemia
Management
 Monitor
status cairan
termasuk
intake dan
output cairan
 Pelihara IV
line
 Monitor
tingkat Hb
dan
hematokrit
 Monitor
tanda vital
 Monitor
respon
pasien
terhadap
penambahan
cairan
 Monitor
berat badan

37
 Dorong
pasien untuk
menambah
intake oral
 Pemberian
cairan IV
monitor
adanya tanda
dan gejala
kelebihan
volume
cairan
 Monitor
adanya tanda
gagal ginjal

6. Defisiensi Pengetahuan Tujuan dan Kriteria NIC :


Hasil : Teaching : disease
Definisi : Tidak adanya atau
NOC : Process
kurangnya informasi kognitif
 Kowlwdge :  Berikan
sehubungan dengan topic
disease process penilaian
spesifik.
 Kowledge : tentang tingkat
health Behavior pengetahuan
Batasan karakteristik :
Kriteria Hasil : pasien tentang
- Memverbalisasikan
 Pasien dan proses penyakit
adanya masalah
keluarga yang spesifik
- Ketidakakuratan
menyatakan  Jelaskan
mengikuti instruksi
pemahaman patofisiologi
- Perilaku tidak sesuai.
tentang penyakit, dari penyakit
kondisi, dan bagaimana
Faktor yang berhubungan :
prognosis dan hal ini
- Keterbatasan kognitif
program berhubungan
- Interpretasi terhadap
pengobatan

38
informasi yang salah  Pasien dan dengan anatomi
- Kurangnya keinginan keluarga mampu dan fisiologi,
untuk mencari informasi melaksanakan dengan cara
- Tidak mengetahui prosedur yang yang tepat.
sumber-sumber informasi. dijelaskan secara  Gambarkan
benar tanda dan
 Pasien dan gejala yang
keluarga mampu biasa muncul
menjelaskan pada penyakit,
kembali apa yang dengan cara
dijelaskan yang tepat
perawat/tim  Gambarkan
kesehatan proses
lainnya penyakit,
dengan cara
yang tepat
 Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
dengna cara
yang tepat
 Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
- Hindari harapan
yang kosong
 Sediakan bagi
keluarga
informasi
tentang
kemajuan

39
pasien dengan
cara yang tepat
 Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi di
masa yang akan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
 Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan
 Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,
dengan cara

40
yang tepat
 Rujuk pasien
pada grup atau
agensi di
komunitas
lokal, dengan
cara yang tepat
 Instruksikan
pasien
mengenai tanda
dan gejala
untuk
melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat

41
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD sebuah RS dengan keluhan merasa seperti terbakar


dan perih pada saat berkemih, sering timbulnya dorongan untuk berkemih tetapi
jumlah urin sedikit. Dan kadang-kadang terasa sakit pada daerah di atas pubis serta
perasaan tertekan pada perut bagian bawah. Menurut pasien pada saat berkemih
urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin dan
terkadang disertai darah. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh perawat
didapatkan data sebagai berikut : TD : 120/90 mmHg, N : 100x/m, RR : 24x/m, S :
38,5, tampak meringis kesakitan. Dokter jaga IGD berkolaborasi dengan perawat
untuk memberikan analgetik, antibiotikdan teknik relaksasi agar rasa sakit yang
dialami pasien bisa berkurang, serta menganjurkan kepada pasien untuk dilakukan
pemeriksaan Urinalisa sedimen, Foto polos abdomen, Ultrasonografi ginjal.

SEVEN JUMP

42
43
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Biodata
(1) Identitas pasien
Nama :-
Umur :-
Jenis kelamin :-
Agama :-
Suku/bangsa :-
Status pernikahan :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
Diagnosa medis : Infeksi Saluran Kemih (ISK)
No. Registrasi pasien :-
Tanggal masuk Rs :-
Tanggal pengkajian :-

(2) Identitas penanggung jawab


Nama :-
Umur :-
Jenis kelamin :-
Alamat :-
Hubungan dengan pasien : -

b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh terasa perih pada saat berkemih

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD sebuah RS dengan keluhan merasa seperti terbakar
dan perih pada saat berkemih, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
tetapi jumlah urin sedikit. Dan kadang-kadang terasa sakit pada daerah di
atas pubis serta perasaan tertekan pada perut bagian bawah. Menurut

44
pasien pada saat berkemih urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya
bau yang menyengat dari urin dan terkadang disertai darah. Hasil
pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh perawat didapatkan data sebagai
berikut : TD : 120/90 mmHg, N : 100x/m, RR : 24x/m, S : 38,5, tampak
meringis kesakitan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


-

e. Riwayat penyakit keluarga


-

f. Pemeriksaan fisik
(1) Penampilan umum :-
(2) Tanda tanda Vital
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- Nadi : 100 kali/menit
- Suhu : 38,5 ° C
- RR : 24 kali/menit
(3) Keadaan Umum : Compos Mentis

g. Riwayat Psikososial
- Kemampuan Mengenal Masalah Kesehatan :-
- Konsep Diri :-
- Sumber Stress :-
- Mekanisme Koping :-
- Kebiasaan dan Pengaruh Budaya :-

h. Dukungan Emosional
- Emosional :-
- Finansial :-

45
i. Pola Aktivitas

No Jenis Aktivitas Saat di Saat di RS


Rumah
1. Nutrisi : - -
a. Frekuensi dan Porsi
b. Jenis Makanan - -
c. Pola Makan - -
d. Nafsu Makan - -
e. Pantangan - -
f. Alergi - -
g. Kesulitan/Hambatan - -

2. Minum : - -
a. Jenis Air Minum
b. Frekuensi dan Porsi - -
c. Kesulitan - -
3. Personal Hygine : - -
a. Frekuensi Mandi
b. Frekuensi Keramas - -
c. Oral Hygine - -
4. Eliminasi :
a. Eliminasi Fecal
1) Frekuensi BAB -
2) Warna feses -
3) Konsistensi -

b. Eliminasi Urin :
1) Frekuensi BAK - - Urine sedikit

2) Warna Urin - -Gelap dan keruh

- -
3) Konsistensi

46
5. Istirahat/Tidur - -
a. Kualitas
b. Kuantitas - -
c. Konsistensi - -

6. Latihan/Olahraga - -
a. Jenis Kegiatan
b. Sikap - -

j. Pemeriksaan Head to Toe

No Jenis Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi


Kepala - - - -
Wajah Tampak - - -
meringis
kesakitan
Mata - - -
Hidung - - - -
Telinga - - - -
Leher - - - -
Dada - - - -
Paru-paru - - - -
Jantung - - - -
Abdomen - - - -
Ekstremitas
a. Atas - - - -
- -
b. Bawah -

k. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium : Urinalisa Sedimen

- Radiologi : Foto polos abdomen dan USG ginjal


- Terapi Obat-Obatan : Antibiotik dan Analgetik

47
No. Jenis Obat Dosis Cara Indikasi
Pemberian
1. - - - -
2. - - - -

- Terapi lain : Teknik Relaksasi

B. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Makanan Nyeri Akut
- Pasien terkontaminasi
mengeluh mikroorganisme masuk
terasa terbakar lewat mulut
dan perih pada ↓
saat berkemih HCL (lambung)
- Sering timbul ↓
dorongan Hidup
untuk ↓
berkemih Usus terutama fleg
tetapi jumlah player
urin sedikit ↓
- Terasa sakit Kuman mengeluarkan
pada daerah endotoksin
pubis ↓
- Serta perasan Bakteremia primer
tertekan pada ↓
perut bagian Tidak difagosit
bawah ↓
- Menurut Bakteremia sekunder
pasien pada ↓
saat berkemih Peradangan
urin berwarna ↓

48
gelap dan Peningkatan frekuensi/
keruh serta dorongan kontraksi
adanya bau uretral
yang ↓
menyengat Depresi saraf perifer
dari urin dan ↓
terkadang Nyeri akut
disertai darah.

DO :
- Pada hasil
pemeriksaan
didapatkan :
- TD : 20/90
mmHg
- Nadi :
100x/menit
- RR :
24x/menit
- S : 38,5 °C
- Pasien tampak
meringis
kesakitan
- Dokter
menganjurkan
untuk
diberikan obat
analgetik ,
antibiotik dan
terapi
relaksasi
2. DS : Makanan Hipertermi
- Pasien terkontaminasi

49
mengeluh mikroorganisme masuk
terasa terbakar lewat mulut
dan perih pada ↓
saat berkemih HCL (lambung)
- Sering timbul ↓
dorongan Hidup
untuk ↓
berkemih Usus terutama fleg
tetapi jumlah player
urin sedikit ↓
- Terasa sakit Kuman mengeluarkan
pada daerah endotoksin
pubis ↓
- Serta perasan Bakteremia primer
tertekan pada ↓
perut bagian Tidak difagosit
bawah ↓
- Menurut Bakteremia sekunder
pasien pada ↓
saat berkemih Hipotalamus
urin berwarna ↓
gelap dan Menekan termoguler
keruh serta ↓
adanya bau Hipertermi
yang
menyengat
dari urin dan
terkadang
disertai darah.

DO :
- Pada hasil
pemeriksaan

50
didapatkan :
- TD : 20/90
mmHg
- Nadi :
100x/menit
- RR :
24x/menit
- S : 38,5 °C
- Pasien tampak
meringis
kesakitan
Dokter
menganjurkan
untuk
diberikan obat
analgetik ,
antibiotik dan
terapi
relaksasi
3. DS : Makanan Gangguan
- Pasien terkontaminasi eliminasi urine
mengeluh mikroorganisme masuk
terasa terbakar lewat mulut
dan perih pada ↓
saat berkemih HCL (lambung)
- Sering timbul ↓
dorongan Hidup
untuk ↓
berkemih Usus terutama fleg
tetapi jumlah player
urin sedikit ↓
- Terasa sakit Kuman mengeluarkan
pada daerah endotoksin

51
pubis ↓
- Serta perasan Bakteremia primer
tertekan pada ↓
perut bagian Tidak difagosit
bawah ↓
- Menurut Bakteremia sekunder
pasien pada ↓
saat berkemih Ureter
urin berwarna ↓
gelap dan Oliguria
keruh serta ↓
adanya bau Gangguan eliminasi
yang urine
menyengat
dari urin dan
terkadang
disertai darah.

DO :
- Pada hasil
pemeriksaan
didapatkan :
- TD : 20/90
mmHg
- Nadi :
100x/menit
- RR :
24x/menit
- S : 38,5 °C
- Pasien tampak
meringis
kesakitan
- Dokter

52
menganjurkan
untuk
diberikan obat
analgetik ,
antibiotik dan
terapi
relaksasi

b. Diagnosa Prioritas
1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis ditandai dengan pasien mengeluh
merasa seperti terbakar dan perih pada saat berkemih. Dan kadang-
kadang terasa sakit pada daerah di atas pubis serta perasaan tertekan
pada perut bagian bawah. Pada hasil pemeriksaan fisik tampak
pasien meringis kesakitan dan dokter menganjurkan untuk diberikan
obat analgetik dan terapi relaksasi.
2. Hipertermi b.d infeksi yang dimanifestasikan oleh adanya
peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu tubuh pasien 38,5°C
3. Gangguan eliminasi urine b.d Gangguan sensori motorik infeksi
saluran kemih ditandai dengan Sering timbul dorongan untuk
berkemih tetapi jumlah urin sedikit

53
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Jangka Intervensi Rasional
Panjang Pendek
1. Nyeri akut b.d agen injuri Nyeri yang Setelah  Lakuka  Untu
biologis. dirasakan dilakukan n k
DS : pasien hilang tindakan pengkaj meng
- Pasien keperawatan ian etahu
mengeluh selama 3x24 nyeri i
terasa jam secara lokas
terbakar dan diharapkan kompre i,
perih pada nyeri hensif karak
saat berkemih berkurang termasu terist
- Sering timbul dengan k ik,
dorongan kriteria hasil lokasi, duras
untuk : karakte i,
berkemih  Mampu ristik, freku
tetapi jumlah mengontro durasi ensi,
urin sedikit l nyeri frekuen kuali
- Terasa sakit (tahu si, tas
pada daerah penyebab kualitas dan
pubis nyeri, dan fakto
- Serta perasan  mampu faktor r
tertekan pada mengguna presipit presi
perut bagian kan tehnik asi pitasi
bawah nonfarmak nyeri
- Menurut ologi pasie
pasien pada untuk n
saat berkemih mengurang  Obser  respo
urin berwarna i nyeri, vasi n non
gelap dan mencari reaksi verbal
keruh serta bantuan) nonver memb
adanya bau  Melaporka bal antu
yang n bahwa dari meng

54
menyengat nyeri ketida evalua
dari urin dan berkurang knyam si
terkadang dengan anan deraja
disertai darah. mengguna t nyeri
kan dan
DO : manajeme perub
- Pada hasil n nyeri ahann
pemeriksaan  Mampu ya.
didapatkan : mengenali  Guna  menur
- TD : 20/90 nyeri kan unkan
mmHg (skala, teknik rasa
- Nadi : intensitas, komun takut
100x/menit frekuensi ikasi yang
- RR : dan tanda terape dapat
24x/menit nyeri) utik menin
- S : 38,5 °C  Menyataka untuk gkatk
- Pasien n rasa menge an
tampak nyaman tahui relaks
meringis setelah pengal asi
kesakitan nyeri aman atau
- Dokter berkurang nyeri kenya
menganjurkan pasien mana
untuk n
diberikan obat  Kaji  Berm
analgetik , kultur anfaat
antibiotik dan yang dalam
terapi memp penga
relaksasi engaru wasan
hi keefe
respon ktifan
nyeri obat,
kemaj
uan

55
penyembuhan
 Evalua  Untuk
si meng
pengal evalua
aman si rasa
nyeri nyeri
masa yang
lampa dirasa
u kan
pasien
dimas
a
lampa
u
 Evalua  Untuk
si meng
bersa evalua
ma si
pasien ketida
dan kefekt
tim ifan
keseha nyeri
tan
lain
tentan
g
ketida
kefekti
fan
kontro
l nyeri
masa
lampa

56
u
 Bantu  Untuk
pasien memo
dan tivasi
keluar pasien
ga dan
untuk keluar
menca ga
ri dan demi
mene kesem
mukan buhan
dukun nya
gan
 Kontro  Untuk
l memb
lingku erikan
ngan kenya
yang mana
dapat n agar
memp pasien
engaru nyam
hi an
nyeri beristi
seperti rahat
suhu dan
ruanga memp
n, ercepa
pencah t
ayaan kesem
dan buhan
kebisi nya
ngan
 Untuk
 Kuran

57
gi mence
faktor gah
presipi timbul
tasi nya
nyeri nyeri
 Pilih  Untuk
dan memp
lakuka ercepa
n t
penan proses
ganan penye
nyeri mbuh
(farma an
kologi, pasien
non
farmak
ologi
dan
inter
person
al)
 Kaji  Meng
tipe kaji
dan sumbe
sumbe r nyeri
r nyeri agar
untuk dapat
menen memb
tukan erikan
interve tindak
nsi an
yang
sesuai

58
 Ajarka  Untuk
n menur
tentan unkan
g terjadi
teknik nya
non cedera
farmak
ologi
 Berika  Untuk
n meng
analge urangi
tik rasa
untuk nyeri
mengu meng
rangi gunak
nyeri an
farma
kologi
 Evalua  Untuk
si meng
keefek evalua
tifan si
kontro keefe
l nyeri ktifan
nyeri
 Tingka  Untuk
tkan memb
istirah antu
at meny
embu
hkan
nyeri

59
 Kolab  Agar
orasik dapat
an diberi
denga kan
n tindak
dokter an
jika kolab
ada orasi
keluha yang
n dan tepat
tindak
an
nyeri
tidak
berhas
il
 Untuk
 Monit
meng
or
etahui
peneri
perke
maan
mban
pasien
gan
tentan
nyeri
g
pasien
manaj
emen
nyeri

Analgesic
Administrati
on
 Agar
 Tentuk
tidak
an
terjadi
lokasi,

60
karakt nya
eristik, malpr
kualita aktik
s, dan dalam
derajat memb
nyeri erikan
sebelu tindak
m an
pembe
rian
obat
 Cek  Untuk
instruk mence
si gah
dokter terjadi
tentan nya
g jenis kesala
obat, han
dosis, dalam
dan pemb
frekue erian
nsi obat
 Cek  Untuk
riwaya mence
t alergi gah
terjadi
nya
alergi
 Pilih  Agar
analge tidak
sik terjadi
yang nya
diperlu malpr

61
kan aktik
atau dalam
kombi pemb
nasi erian
dari obat
analge
sik
ketika
pembe
rian
lebih
dari
satu
 Tentu  Untuk
kan memb
pilihan erikan
analge analge
sik sik
tergant yang
ung tepat
tipe guna
dan memp
beratn ercepa
ya t
nyeri penye
mbuh
an
 Tentuk  Untuk
an memb
analge erikan
sik pemb
pilihan erian
, rute obat

62
pembe yang
rian, tepat
dan
dosis
optima
l
 Pilih  Mener
rute apkan
pembe prinsi
rian p 6
secara benar
IV, IM
untuk
pengo
batan
nyeri
secara
teratur
 Monit  Untuk
or meng
vital etahui
sign perke
sebelu mban
m dan gan
sesuda reaksi
h obat
pembe terhad
rian ap
analge vital
sik sign
pertam
a kali
 Berika  Untuk

63
n meng
analge urangi
sik rasa
tepat nyeri
waktu pada
teruta pasien
ma
saat
nyeri
hebat
 Evalua  Untuk
si meng
efektiv evalua
itas si
analge keefkt
sik, ifan
tanda analge
dan sik
gejala
(efek
sampi
ng)

2. Hipertermi b.d infeksi Mempertahank Setelah Fever


yang dimanifestasikan an suhu tubuh dilakukan treatment
oleh adanya peningkatan dalam rentang tindakan  Monit  Untuk
suhu normal keperawatan or meng
DS : selama 3x24 suhu etahui
- Pasien jam seserin jika
mengeluh diharapkan g ada
terasa nyeri mungk nya
terbakar dan berkurang in penin
perih pada dengan gkata

64
saat berkemih kriteria hasil n suhu
- Sering timbul :  Monit  Untuk
dorongan or meng
untuk  Suhu IWL etahui
berkemih tubuh IWL
tetapi jumlah dalam cairan
urin sedikit rentan  Monit  Untuk
- Terasa sakit g or meng
pada daerah norma warna etahui
pubis l dan perub
- Serta perasan  Nadi suhu ahan
tertekan pada dan kulit warna
perut bagian RR kulit
bawah dalam b.d
- Menurut rentan penin
pasien pada g gkata
saat berkemih norma n suhu
urin berwarna l  Monit  Untuk
gelap dan  Tidak or meng
keruh serta ada tekana etahui
adanya bau perub n adany
yang ahan darah, a
menyengat warna nadi perub
dari urin dan kulit dan ahan
terkadang dan RR pada
disertai darah. tidak TTV
ada  Monit  Untuk
DO : pusing or mema
- Pada hasil , penuru ntau
pemeriksaan meras nan tingka
didapatkan : a tingkat t
- TD : 20/90 nyama kesada kesad
mmHg n ran aran

65
- Nadi : pasien
100x/menit  Untuk
 Monit
- RR : mema
or
24x/menit ntau
WBC,
- S : 38,5 °C terjadi
Hb,
- Pasien nya
dan
tampak perub
Hct
meringis ahan
kesakitan pada
- Dokter WBC,
menganjurkan HB
untuk dan
diberikan obat HCT
 Monit
analgetik ,  untuk
antibiotik dan or
mema
terapi intake
ntau
relaksasi dan
intake
output
dan
output
 Berika
 untuk
n anti
menur
piretik
unkan
suhu
pasien
 untuk
 Berika
meng
n
hindar
pengo
i
batan
terjadi
untuk
nya
menga
kompl
tasi
ikasi
penye
bab

66
dema
m
 Selimu  agar
ti tidak
pasien kedin
ginan
 Lakuk  untuk
an menur
tapid unkan
sponge suhu
pasien

 Berika
 Untuk
n
meng
cairan
hindar
intrave
i
na
dehidr
asi
 Kompr
 Untuk
es
menur
pasien
unkan
pada
suhu
lipat
dari
paha
sumbe
dan
r
aksila
panas
 Tingka
 Untuk
tkan
meng
sirkula
hindar
si
i
udara
terjadi
nya
gangg

67
uan
pernaf
asan
 Berik  Untuk
an meng
pengo hindar
batan i
untuk meng
mence gigil
gah
terjadi
nya
mengg
igil

Temperature
regulation
 Monit  Untuk
or meng
suhu etahui
minim perub
al tiap ahan
2 jam suhu
pasien
 Renca  Untuk
nakan meng
monito hindar
ring i
suhu adany
secara a
kontin penin
yu gkata
n suhu

68
 Monit  Untuk
or TD, meng
nadi, etahui
dan TTV
RR
 Untuk
 Monit
meng
or
etahui
warna
terjadi
dan
nya
suhu
perub
kulit
ahan
pada
kulit

 Untuk
 Monit
meng
or
etahui
tanda-
kemu
tanda
ngkin
hiperte
an
rmi
pasien
dan
hipert
hipoter
ermi/h
mi
ipoter
mi

 Agar
 Tingka
tidak
tkan
terjadi
intake
nya
cairan
kekur
dan
angan

69
nutrisi cairan
dan
nutrisi

 Untuk
 Selimu
meng
ti
hindar
pasien
i
untuk
kedin
mence
ginan
gah
hilang
nya
kehan
gatan
tubuh
 Ajarka
 Untuk
n pada
meng
pasien
hindar
cara
i
mence
terjadi
gah
nya
keletih
keleti
an
han
akibat
panas
 Diskus
 Untuk
ikan
meng
tentan
etahui
g
tindak
pentin
an apa
gnya
yang
pengat
akan
uran
dilaku

70
suhu kan
dan dalam
kemun memp
gkinan ertaha
efek nkan
negatif suhu
dari tubuh
keding norma
inan l
 Berita  Agar
hukan pasien
tentan meng
g etahui
indika tanda
si tanda
terjadi keleti
nya han
keletih
an dan
penan
ganan
emerg
ency
yang
diperlu
kan
 Ajarka  Berm
n anfaat
indika untuk
si dari mena
hipoter mbah
mi dan penge
penan tahua

71
ganan n
yang pasien
diperlu
kan
 Berika  Untuk
n anti menur
piretik unkan
jika suhu
perlu tubuh

Vital sign
Monitoring
 Monit  Untuk
or TD, mema
nadi, ntau
suhu, TTV
dan
RR
 Catat  Agar
adanya meng
fluktua etahui
si perub
tekana ahan
n TD
darah
 Monit  Untuk
or VS meng
saat etahui
pasien vital
berbari sign
ng,
duduk,
atau

72
berdiri
 Ausku  Untuk
ltasi meng
TD etahui
pada bagai
kedua mana
lengan Tdnya
dan
bandin
gkan
 Monit  Untuk
or TD, meng
nadi, etahui
RR, perub
sebelu ahan
m, TTV
selama
, dan
setelah
aktivit
as
 Monit  Untuk
or meng
kualita etahui
s dari kualit
nadi as
nadi
 Monit  Untuk
or meng
frekue etahui
nsi irama
dan nafas
irama

73
pernap
asan
 Monit  Untuk
or meng
suara etahui
paru suara
paru
 Monit  Untuk
or pola meng
pernap etahui
asan jika
abnor terjadi
mal nya
pola
nafas
abnor
mal
 Monit
 Untuk
or
meng
suhu,
etahui
warna,
perub
dan
ahan
kelem
suhu ,
baban
warna
kulit
dan
kelem
baban
 Monit
 Untuk
or
meng
sianosi
etahui
s
kemu
perifer
ngkin
an

74
terjadi
nya
sianos
is
perife
r
 Monit  Untuk
or meng
adanya etahui
cushin perub
g triad ahan
(tekan pada
an nadi
nadi
yang
meleb
ar,
bradik
ardi,
pening
katan
sistoli
k)
 Identif  Untuk
ikasi mengi
penye dentifi
bab kasi
dari penye
peruba bab
han perub
vital ahan
sign vital
sign

75
3. Gangguan eliminasi urine Pola Setelah Urinary
b.d Gangguan sensori elimina dilakuk Retention
motorik infeksi saluran si an Care
kemih normal, tindaka  Lakukan  Untuk
DS : tidak n penilaian memban
- Pasien terjadi kepera kemih tu dalam
mengeluh tanda- watan yang member
terasa tanda selama komprehe ikan
terbakar dan ganggu 3x24 nsif tindakan
perih pada an jam berfokus yang
saat berkemih berkem diharap pada tepat
- Sering timbul ih kan inkontine
dorongan (urgens nyeri nsia
untuk i, berkura (misalnya
berkemih oliguri, ng , output
tetapi jumlah disuria) dengan urin, pola
urin sedikit kriteria berkemih
- Terasa sakit hasil : kemih,
pada daerah  Kandun fungsi
pubis g kognitif,
- Serta perasan kemih dan
tertekan pada kosong masalah
perut bagian secara kencing
bawah penuh praeksiste
- Menurut  Tidak n)
pasien pada ada  Memanta  Untuk
saat berkemih residu u mengeta
urin berwarna urine pengguna hui
gelap dan >100- an obat perkemb
keruh serta 200 cc dengan angan
adanya bau  Intake sifat reaksi
yang cairan antikoline obat
menyengat dalam rgik atau

76
dari urin dan rentang properti
terkadang normal alpha
disertai darah.  Bebas agonis
dari  Memonit  Untuk
DO : ISK or efek mengeta
- Pada hasil  Tidak dari obat- hui efek
pemeriksaan ada obatan samping
didapatkan : spasme yang dari obat
- TD : 20/90 bladder diresepka obatan
mmHg  Balance n, seperti yang
- Nadi : cairan calcium dikonsu
100x/menit seimba channel msi
- RR : ng blockers pasien
24x/menit dan
- S : 38,5 °C antikoline
- Pasien rgik
tampak  Merangsa  Untuk
meringis ng refleks melatih
kesakitan kandung refleks
- Dokter kemih kandung
menganjurkan dengan kemih
untuk menerapk
diberikan obat an dingin
analgetik , untuk
antibiotik dan perut,
terapi membelai
relaksasi tinggi
batin,
atau air
 Sediakan  Untuk
waktu menghin
yang dari
cukup terjadi

77
untuk penump
pengoson ukan
gan sisa
kandung urine
kemih (10 yang
menit) tidak
dikeluar
kan
 Gunakan
spirit
wintergre
en di
pispot
atau
urinal
 Menyedia
kan
manuver
Crede,
yang
diperluka
n
 Gunakan
double-
void
teknik
 Masukka  Untuk
n kateter permuda
kemih yg h BAK
sesuai
 Anjurkan  Untuk
pasien / mengeta
keluarga hui

78
untuk jumlah
merekam output
output urin
urin
 Untuk
 Instruksik
mencega
an cara-
h
cara
terjadin
untuk
ya
menghind
konstipa
ari
si
konstipasi
atau
impaksi
tinja
 Memanta
 Untuk
u asupan
mengeta
dan
hui
keluaran
input
cairan
dan
output
cairan
 Memanta
 Untuk
u tingkat
mengeta
distensi
hui
kandung
tingkat
kemih
distensi
dengan
kandung
palpasi
kemih
dan
perkusi
 Membant
 Untuk
u ke toilet
memban
secara
tu

79
berkala pasien
BAK
 Menerapk  Untuk
an menrapk
kateterisa an
si manage
intermiten ment
kateteris
asi
 Merujuk
 Untuk
ke
mengeta
spesialis
hui
kontinens
apakah
ia kemih
pasien
mengala
mi
intontin
ensia
kemih

80
D. Implementasi
No Diagnosa Implementasi Respon Pasien Nama
jelas
&
Paraf
1. Nyeri akut b.d agen injuri  Melakukan  Pasien mau
biologis. pengkajian nyeri untuk dikaji
DS : secara komprehensif nyeri secara
- Pasien mengeluh termasuk lokasi, komprehens
terasa terbakar karakteristik, durasi if
dan perih pada frekuensi, kualitas
saat berkemih dan faktor presipitasi
- Sering timbul  Mengobservasi
dorongan untuk reaksi nonverbal dari
berkemih tetapi ketidaknyamanan  Pasien mau
jumlah urin diobservasi
sedikit ketidak
- Terasa sakit pada  Mengunakan teknik nyamanann
daerah pubis komunikasi ya selama
- Serta perasan terapeutik untuk perawatan
tertekan pada mengetahui  Pasien mau
perut bagian pengalaman nyeri menceritaka
bawah pasien n
- Menurut pasien pengalaman
pada saat  Mengkaji kultur nyerinya
berkemih urin yang mempengaruhi
berwarna gelap respon nya
dan keruh serta  Paien mau
adanya bau yang dikaji kultur
menyengat dari  Mengevaluasi yang
urin dan pengalaman nyeri
mempengar
terkadang masa lampau uhi respon
disertai darah. pasien

81
 Pasien mau
DO : dievaluasi
- Pada hasil terhadap
pemeriksaan pengalaman
didapatkan :  Mengevaluasi nyerinya
- TD : 20/90 bersama pasien dan dimasa
mmHg tim kesehatan lain lampau
- Nadi : tentang
100x/menit ketidakefektifan  Pasien mau
- RR : 24x/menit kontrol nyeri masa dievaluasi
- S : 38,5 °C lampau secara
- Pasien tampak kolaborasi
meringis  Membantu pasien dalam
kesakitan dan keluarga untuk ketidakefekt
- Dokter mencari dan ifan kontrol
menganjurkan menemukan nyeri
untuk diberikan dukungan  Pasien dan
obat analgetik , keluarga
antibiotik dan  Mengontrol mau dibantu
terapi relaksasi lingkungan yang dalam
dapat mempengaruhi mencari
nyeri seperti suhu dukungan
ruangan,  Pasien
pencahayaan dan bersikap
kebisingan kooperatif
saat
dikontrol
 Mengurangi faktor
lingkungan
presipitasi nyeri
yang
mempengar
uhi nyeri

 Pasien mau

82
 Meilih dan diberitahu
Melakukan faktor untuk
penanganan nyeri mengurangi
(farmakologi, non presipitasi
farmakologi dan nyeri
inter personal)  Pasien mau
dipilihkan
 Mengkaji tipe dan dan
sumber nyeri untuk dilakukan
menentukan untuk
intervensi penangan
 Mengajarkan tentang nyeri
teknik non  Pasien mau
farmakologi dikaji tipe
dan sumber
 Memberikan nyerinya
analgetik untuk  Pasien mau
mengurangi nyeri diajarkan
teknik non
 Mengevaluasi farmakologi
keefektifan kontrol  Pasien mau
nyeri diberikan
obat
analgetik
 Pasien mau
 Meningkatkan dievaluasi
istirahat keeftikan
cara
mengontrol
nyeri
 Pasien mau
menuruti
untuk

83
meningkatk
an istiraht
 Berkolaborasikan  Pasien mau
dengan dokter jika berkolabora
ada keluhan dan si dengan
tindakan nyeri tidak dokter
berhasil ketika ada
keluhan dan
tindakan
nyeri tidak
berhasil
 Memonitor  Pasien mau
penerimaan pasien dimonitor
tentang manajemen tentang
nyeri managemen
t nyeri
Analgesic Administration
 Menentukan lokasi,  Pasien mau
karakteristik, ditentukan
kualitas, dan derajat lokasi,
nyeri sebelum karakteristik
pemberian obat dall
sebelum
pemberian
obat
 Mengecek instruksi  Pasien mau
dokter tentang jenis dicekkan
obat, dosis, dan tentang
frekuensi jenis obat
dll
 Mengecek riwayat  Pasien mau
alergi dicek
riwayat

84
alerginya
 Memilih analgesik  Pasien mau
yang diperlukan atau dipilihkan
kombinasi dari analgesik
analgesik ketika yang
pemberian lebih dari diperlukan
satu
 Menentukan pilihan  Pasien mau
analgesik tergantung ditentukan
tipe dan beratnya analgesikny
nyeri a

 Pasien mau
 Menentukan
ditentukan
analgesik pilihan,
analgesik
rute pemberian, dan
pilihan, rute
dosis optimal
pemberian
dan dosis
optimal

 Pasien
 Memilih rute
maudipilihk
pemberian secara IV,
an dalam
IM untuk
pemberian
pengobatan nyeri
obat nyeri
secara teratur
 Pasien mau
 Memonitor vital sign
dimonitor
sebelum dan sesudah
vital sign
pemberian analgesik
pertama kali
 Pasien mau
 Memberikan
diberikan
analgesik tepat
obat
waktu terutama saat
analgesik
nyeri hebat
tepat waktu

85
 Mengevaluasi  Pasien mau
efektivitas analgesik, dievaluasi
tanda dan gejala efektivitas
(efek samping) analgesik

2. Fever treatment
 Memonitor suhu  Pasien mau
sesering mungkin dimonitor
suhu
tubuhnya
sesering
mungkin
 Memonitor IWL  Pasien mau
dimontor
IWLnya
 Memonitor warna  Pasien mau
dan suhu kulit dimonitor
warna dan
suhu
kulitnya
 Memonitor tekanan  Pasien mau
darah, nadi dan RR dimonitor
TTV nya
 Memonitor  Pasien mau
penurunan tingkat dimonitor
kesadaran tingkat
kesadaranny
a
 Memonitor WBC,
 Pasien mau
Hb, dan Hct
dimonitor
WBC, Hb,
dan Hct nya

86
 Memonitor intake  Pasien mau
dan output dimonitor
intake dan
output nya
 Memberikan anti  Pasien mau
piretik diberikan
antipiretik
 Memberikan  Pasien mau
pengobatan untuk diberikan
mengatasi penyebab pengobatan
demam untuk
mengatasi
penyebab
demam
 Menyelimuti pasien
 Pasien mau
diselimuti

 Melakukan tapid
 Pasien mau
sponge
dilakukan
tapid
sponge
 Pasien mau
 Memberikan cairan
diberikan
intravena
cairan
melalui
intravena
 Pasien mau
 Mengkompres
dikomprs
pasien pada lipat
pada lipatan
paha dan aksila
paha dan
aksila
 Pasien mau
 Meningkatkan
sirkulasi udara

87
 Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil

Temperature regulation
 Monitor suhu
minimal tiap 2 jam

 Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu

 Monitor TD, nadi,


dan RR
 Monitor warna dan
suhu kulit

 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi

 Tingkatkan intake

88
cairan dan nutrisi

 Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
 Berikan anti piretik
jika perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi,

89
suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi

 Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru

 Monitor pola
pernapasan abnormal

 Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit

90
 Monitor sianosis
perifer

 Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign

91
E. Evaluasi
No DX Atatan Perkembangan Nama Jelas &
Paraf
1 I S : Pasien mengeluh terasa perih pada saat
berkemih
O : Pasien tampak meringis kesakitan
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I:
 Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
 Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada

92
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

2 II S:-
O : Hasil pemeriksaan fisik didapatkan dengan
kriteria hasil :
- TD : 120/90 mmHg
- Nadi : 100x/menit
- RR : 24x/menit
- S : 38,5 °C
A : masalah tidak teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Monitoring vital sign sebelum/sesudah
latihan dan lihat respon pasien saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
3 III S : Pasien mengeluh muncul bercak bercak
kemerahan daerah pipi lengan atas kanan dan
kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki
O : Pasien tampak ada bercak kemeraan di pipi
lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak

93
tangan dan telapak kaki
A : masalah belum teratasi
I : Intervensi dilanjutkan
 Kaji seara verbal dan nonverbal respon
klien terhadap tubuhnya
 Monitor frekuensi mengkritik dirinya
 Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
kemajuan dan prognosis penyakit
 Dorong klien mengungkapkan
perasaannya
 Identifikasi arti pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
kelompok keil.

94

Anda mungkin juga menyukai